Anda di halaman 1dari 56

LITERATURE REVIEW:

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN


INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE
(IPSS) PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA (BPH)

Skripsi
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Syifa Salsabela Dzulfarida
1710911120041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
Desember 2020
ii
Universitas Lambung Mangkurat
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Banjarmasin, Desember 2020

Syifa Salsabela Dzulfarida

iii
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK

LITERATUR REVIEW: HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI)


DENGAN INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPSS) PADA
PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Syifa Salsabela Dzulfarida

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit yang paling umum


terjadi pada pria di dunia dan kebanyakan menyerang pria usia lanjut. Penyakit ini
menyebabkan gejala lower urinary tract symptoms (LUTS). Salah satu faktor yang
diduga dapat meningkatkan derajat keparahan LUTS yaitu obesitas. Literature
review ini ditulis dengan tujuan untuk merangkum atau mengetahui hubungan BMI
dengan skor IPSS pada pasien BPH dengan melihat gambaran rerata BMI dan skor
IPSS pada pasien BPH dari 8 literatur. Penulisan ini dilakukan dengan menganalisis
sumber pustaka yaitu berupa jurnal terkait yang didapatkan melalui database jurnal
kedokteran, yaitu PubMed, Science Direct dan Google Scholar. Jurnal yang
disertakan sebagian besar berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia yang
dipublikasikan pada tahun 2010 sampai 2020. Berdasarkan tabulasi jurnal-jurnal
didapatkan penelitian yang menggunakan uji korelasi dengan hasil searah dan
bermakna pada 12,5% literatur berhubungan sangat kuat, 37,5% berhubungan kuat
dan 12,5% berhubungan sangat lemah, selain itu terdapat 25% literatur yang
memiliki hubungan sangat lemah sampai lemah searah dan 12,5% memiliki
hubungan yang lemah tetapi tidak searah dengan kemaknaan p>0,05. Hal-hal yang
diduga mempengaruhi perbedaan hasil salah satunya adalah parameter dalam
menghitung status gizi pasien dan faktor risiko BPH lain.

Kata-kata kunci: Hubungan, indeks massa tubuh, international prostate symptom


score, lower urinary tract symptom, benign prostatic
hyperplasia.

iv
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRCT

LITERATUR REVIEW: BODY MASS INDEX (BMI) RELATIONSHIP WITH


INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPSS) ON PATIENTS
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Syifa Salsabela Dzulfarida

Benign prostatic hyperplasia (BPH) is the most common disease in men in


the world and mostly affects elderly men. This disease causes lower urinary tract
symptoms (LUTS). One factor that is thought to increase the severity of LUTS is
obesity. This literature review was written with the aim of summarizing or knowing
the relationship between BMI and IPSS scores in BPH patients from 8 literature.
This writing is done by analyzing library sources, namely related journals obtained
through medical journal databases, namely PubMed, Science Direct and Google
Scholar. The journals included were mostly in English and Indonesian, published
in 2010 to 2020. Based on the tabulation of journals, it was found that research
using correlation tests with unidirectional and significant results in 12.5% of
literature had a very strong relationship, 37.5% had a strong relationship and
12.5% had a very weak relationship, besides that there were 25% of literature that
had a very weak to weak relationship was in line and 12.5% had a weak relationship
but not in line with the significance of p> 0.05. One of the things that is thought to
influence the difference in results is one of the parameters in calculating the
patient's nutritional status and other BPH risk factors.

Keywords: Relationship, body mass index, international prostate symptom score,


lower urinary tract symptom, benign prostatic hyperplasia.

v
Universitas Lambung Mangkurat
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “LITERATURE

REVIEW: HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN

INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPSS) PADA PASIEN

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)”, tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat

Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F, S.H., yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam pengerjaan skripsi.

2. Koordinator Program Studi Pendidikan Dokter, Dr. dr. Triawanti, M.Kes.,

yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pengerjaan skripsi.

3. Kedua pembimbing, Dr. dr. Hendra Sutapa, Sp.U. dan dr. Dewi Indah

Noviana Pratiwi, M.Kes, Sp.PK., yang berkenan memberikan saran dan

arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kedua dosen penguji, dr. Eka Yudha Rahman, M.Kes, Sp.U(K). dan Dr.

Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed., yang memberi kritik dan saran

sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.

5. Kedua orang tua penulis tercinta ayahanda M. Faridy Rakhman, ibunda

Nurlinda Poluan, saudara penulis M. Falah Safarida dan Ahmad Hanif

vi
Universitas Lambung Mangkurat
Fadhilah, serta seluruh keluarga yang tak pernah berhenti mendukung,

mendoakan, memperhatikan, dan siap membantu.

6. Rekan satu tim penelitian skripsi, Sharon Angieta, Zahra Fauziya dan Cantika

Novianti atas kebersamaan dan kerjasamanya dalam membantu penulisan

skripsi ini.

7. Rekan kuliah penulis, Meilina Nur Hafizah, Zahra Fauziya, Haniatul Aisy,

Intan Pertiwi Zulhan, Nadya Salsabila, Nurfahira Arif, M. Daris Izdihar

Putera Negara atas kebersamaan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Anggota program studi pendidikan dokter 2017, serta semua pihak atas

sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, Desember 2020

Penulis

vii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan .................................................................................... 5

D. Manfaat .................................................................................. 5

BAB II METODE .................................................................................... 6

A. Metode .................................................................................... 6

B. Kriteria Pencarian ................................................................... 6

C. Analisis ................................................................................... 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 8

viii
Universitas Lambung Mangkurat
A. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) .................................... 8

B. Body Mass Index (BMI) ......................................................... 9

C. International Prostate Symptom Score (IPSS) ...................... 10

D. Hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH .................... 16

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 25

A. Kesimpulan ............................................................................ 25

B. Saran ...................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27

LAMPIRAN ............................................................................................... 30

ix
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kriteria inklusi dan eksklusi literature review..................................... 6

3.1 Hasil penelitian jurnal-jurnal hubungan body mass index (BMI)


dengan international prostat symptom score (IPSS) pada
pasien BPH........................................................................................... 12

x
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Alur Penelusuran Literatur ................................................. 7

3.2 Mekanisme Terjadinya BPH pada Orang Obesitas ........................... 17

xi
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR SINGKATAN

AUA : American Urology Association

BMI : Body Mass Index

BPH : Benign Prostatic Hyperplasia

DEXA : Dual Energy X-ray Absorptiometry

DHT : Dehidrotestosteron

IGF-1 : Insulin Like Growth Factor-1

IL : Interleukins

IMT : Indeks Massa Tubuh

IPSS : International Prostate Symptom Score

LUTS : Lower Urinay Tract Symptoms

QOL : Quality Of Life

RFM : Relative Fat Mass

WC : Waist Circumference

WHO : World Health Organization

WHR : Waist Hip Ratio

xii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan hiperplasia dari sel prostat

yang bertambah banyak sehingga dapat menyumbat uretra dan menyebabkan aliran

urin menjadi terganggu. Faktor yang berperan dalam proliferasi kelenjar prostat

yaitu usia, genetik, ras, pola diet, obesitas, diabetes, aktivitas fisik, konsumsi

alkohol, inflamasi dan mikrotrauma karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi

sel prostat untuk mensintesis growth factor sehingga terjadi proliferasi.1,2

Benign Prostatic Hyperplasia adalah masalah umum yang terjadi pada pria

di dunia yaitu sekitar 30-40% pada pria berusia 40 tahun dan prevalensi meningkat

menjadi 70-80% pada pria berusia lebih dari 80 tahun.3 Sekitar 14 juta pria di

Amerika Serikat memiliki gejala BPH dan sekitar 30 juta pria di dunia juga

memiliki gejala yang berkaitan dengan BPH.4 Angka kejadian BPH sebenarnya

belum pernah diteliti secara pasti di Indonesia tetapi pada gambaran hospital

prevalence di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) yang ditemukan 3.804

kasus sejak tahun 1994-2013 dengan rerata umur penderita berusia 66,61 tahun dan

data dari RSUD Cibinong periode 2017-2019 terdapat 287 kasus dengan kejadian

tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 117 kasus.5,6 Selain itu ada juga data dari

Instalasi Rawat Jalan RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2016 terdapat 295 pasien

BPH dengan rerata 24 pasien setiap bulannnya, sedangkan data dari bulan Januari-

Juni 2017 terdapat 198 pasien BPH dengan rerata 33 pasien per bulannya.7

1
Universitas Lambung Mangkurat
2

Benign Prostatic Hyperplasia jarang menimbulkan kematian pada laki-laki,

tetapi gejala penyakit BPH jika dibiarkan akan menjadi semakin parah. Penyakit ini

menyebabkan gejala lower urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri dari gejala

obstruksi (voiding symptoms) dan iritasi (storage symptoms).8 Diagnosis klinis

untuk mengetahui gejala LUTS atau keparahan BPH dapat dinilai dari International

Prostate Symptom Score (IPSS) yang sudah direkomendasikan oleh American

Urology Association (AUA) dan distandarisasi oleh Wolrd Health Organization

(WHO). International Prostate Symptom Score terdiri dari 7 pertanyaan yang

berhubungan dengan LUTS dan satu pertanyaan mengenai kualitas hidup.

Pertanyaan tentang keluhan miksi diberi nilai 0-5 dan maksimum total 35,

sedangkan pertanyaan tentang kualitas hidup atau Quality of Life (Qol) diberi nilai

1 sampai 7. Skor IPSS dikelompokkan menjadi tiga derajat yaitu, ringan (0-7),

sedang (8-19), dan berat (20-35) tergantung dari banyaknya gejala yang

mengganggu kualitas hidup dan aktivitas penderita.5

Obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit kronik dan setiap

tahunnya angka kejadian obesitas terus meningkat sehingga obesitas menjadi salah

satu penyakit yang menjadi perhatian dunia. Di Indonesia prevalensi penduduk laki-

laki dewasa (>18 tahun) yang obesitas pada tahun 2013 yaitu 14,8% meningkat

menjadi 21,8% pada tahun 2018.9 Orang dengan obesitas rentan sekali terkena

berbagai penyakit dan salah satunya adalah BPH, risiko pembesaran prostat

meningkat 3,5 kali lipat pada laki-laki dengan obesitas dibandingkan dengan non-

obesitas.10 Hal ini dikarenakan pada obesitas terjadi peningkatan tekanan

intraabdomen sehingga menyebabkan peningkatan tekanan pada intravesika dan

Universitas Lambung Mangkurat


3

buli-buli akhirnya menyebabkan gejala pada BPH semakin memburuk. Selain itu

pada orang obesitas terjadi penumpukan jaringan adiposa sehingga terjadi

peningkatkan aktivitas enzim P450 aromatase yang akan mengkonversi testosteron

dan androstenedion menjadi estradiol dan estron menyebabkan terjadinya

perpanjangan usia sel-sel stroma dan akan menghambat dari proses kematian sel-

sel prostat sehingga terjadi BPH. Pada orang dengan BPH akan mengalami

penyempitan lumen uretra prostatika yang akan menghambat aliran urin sehingga

terjadi perubahan anatomi buli-buli yang menimbulkan gejala LUTS pada

BPH.11,12,13

Berdasarkan penelitian di Rumas Sakit Ibnu Sina Buktitinggi tahun 2018

terdapat 20 orang obesitas dengan BPH dari 60 orang yang mengalami obesitas

sehingga dari hasil uji statistik penelitian didapatkan orang dengan obesitas lebih

berisiko 4 kali untuk menderita BPH dibandingkan dengan orang yang tidak

mengalami obesitas. Selain itu ada juga penelitian di Universitas Ordu Turki tahun

2016 yang mendapatkan hasil bahwa kelebihan berat badan (BMI 23,0-27,5)

ataupun obesitas (BMI >27,5) menyebabkan peningkatan dari skor IPSS pada

pasien BPH, sehingga dengan menurunkan berat badan dapat menurunkan gejala

LUTS dan kualitas hidup pasien yang meningkat.10,14

Menurut WHO, obesitas adalah kondisi dimana berat badan yang sangat

berlebih (BMI ≥30 kg/m2).15 Obesitas dapat diukur melalui body mass index (BMI),

waist circumference (WC), waist-hip ratio (WHR) dan yang terbaru relative fat

mass (RFM) sebagai penentu ukuran citra tubuh. Penelitian di Malaysia

menyimpulkan bahwa BMI dan WC lebih baik dari pada WHR pada orang Asia,

Universitas Lambung Mangkurat


4

selain itu WC lebih akurat untuk mengukur obesitas sentral karena pada WHR lebih

sulit dalam pengukuran pinggul dan sering digunakan sebagai indikator alternatif

saja.16 Penelitian oleh Woolcott OO et al di Los Angeles tahun 2018 yang meneliti

tentang relative fat mass (RFM) sebagai metode pengukuran baru untuk deteksi dini

obesitas yang mudah, murah, sederhana dan hasil pengukurannya mendekati hasil

dari dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA) yang merupakan gold standard

untuk pengukuran lemak tubuh, tetapi literatur lain yang membahas tentang RFM

ini masih kurang dan sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.17

Angka kejadian BPH dan obesitas yang tinggi menjadi alasan penulis untuk

melakukan tinjauan terhadap beberapa literatur untuk merangkum tentang

hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH, selain itu karena tidak adanya data

mengenai hubungan RFM dengan IPSS sehingga penulis memakai indikator BMI

yang lebih banyak penelitiannya untuk dijadikan variabel pada literature review ini

dan dikarenakan sampai saat ini belum ada penelitian literature review mengenai

topik ini. Penulis juga mendapatkan berbagai artikel dengan data yang beragam dan

bervariasi antara satu literatur dengan literatur yang lain, sehingga penulis ingin

literature review ini bisa menjembatani perbedaan yang ada untuk mengetahui

apakah sebenarnya terdapat hubungan antara BMI dengan IPSS pada pasien BPH.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari literature review ini adalah bagaimana hubungan BMI

dengan IPSS pada pasien BPH?

Universitas Lambung Mangkurat


5

C. Tujuan

Tujuan umum penulisan literature review ini adalah untuk mengetahui

hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH.

Tujuan khusus dari penulisan literatur ini antara lain:

1. Mengetahui rerata BMI pada pasien BPH.

2. Mengetahui rerata IPSS pada pasien BPH.

3. Mengetahui hubungan antara BMI dengan IPSS pada pasien BPH

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penulisan literature review ini adalah memberi

gambaran mengenai hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH. Diharapkan

dari hasil penulisan literature review ini dapat menambahkan data dan menyokong

perkembangan ilmu kedokteran terutama yang berkaitan dengan BPH.

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan literature review ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

memberikan informasi mengenai hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH

kepada tenaga kesehatan dan juga diharapakan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya untuk menghindari faktor risiko BPH sehingga

masyarakat dapat menjaga pola hidup sehat, terutama pengaruh lemak terhadap

pembesaran kelenjar prostat.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

METODE

A. Metode

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan atau kajian literatur

(literature review, literature research). Jenis dan metode yang digunakan dalam

penulisan artikel ini adalah literatur review untuk menganalisis beberapa jurnal

terkait yang berkenaan dengan pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat,

serta menyimpulkan.

B. Kriteria Pencarian

Pencarian literatur baik internasional maupun nasional dilakukan dengan

menggunakan database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Kata-kata

kunci yang digunakan untuk memperoleh literatur yang sesuai terdiri dari

hubungan, body mass index, obesity, international prostate symptom score, lower

urinary tract symptom, benign prostatic hyperplasia. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum literatur yang akan digunakan dan kriteria eksklusi adalah

karakteristik literatur yang tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga harus

dikeluarkan dari studi oleh karena berbagai sebab.

Tabel 2.1 Kriteria inklusi dan eksklusi literature review

Kriteria Inklusi Eksklusi


Jangka Rentang waktu publikasi Waktu publikasi sebelum tahun 2010
waktu minimal 10 tahun (2010-2020)
Bahasa Bahasa Indonesia atau bahasa Bahasa daerah atau bahasa asing bukan
Inggris bahasa inggris
Jenis Original artikel penelitian, Tidak tersedia full text
jurnal tersedia full text

6
Universitas Lambung Mangkurat
7

Desain Penelitian kuantitatif dengan Penelitian kualitatif dan bukan uji


Penelitian uji korelasi korelasi
Tema isi Hubungan BMI dengan IPSS Penelitian tidak membahas hubungan
jurnal pada pasien BPH. BMI dengan IPSS pada pasien BPH

C. Analisis

Pencarian awal artikel pada database jurnal kedokteran elektronik

mendapatkan sebanyak 283 artikel, dengan rincian: PubMed-MEDLINE sebanyak

89 artikel, Sciencedirect sebanyak 74 artikel, dan Google Scholar sebanyak 120

artikel. Setelah menerapkan proses seleksi berupa pengecekan judul dan abstrak

serta duplikasi artikel, tersisa 8 artikel. (Gambar 2.1)

Artikel yang diperoleh dari Artikel yang diperoleh Artikel yang diperoleh
hasil penelusuran PubMed- dari hasil penelusuran dari hasil penelusuran
MEDLINE, n=89 Sciencedirect, n=74 Google Scholar, n=120

Artikel yang dilakukan pengecekan


judul dan abstrak (n=283) Artikel yang dieksklusi
karena tidak relevan
dengan topik (n=271)
Artikel yang diperoleh setelah
membaca judul dan abstrak (n=12)
Artikel yang dieksklusi
karena duplikasi pada
database (n=4)
Artikel yang digunakan dalam
tinjauan literatur (n=8)

Gambar 2.1 Diagram Alur Penelusuran Literatur

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelusuran sumber dilakukan dibeberapa situs jurnal kedokteran dan

didapati kurang lebih 8 jurnal yang dijadikan acuan bahasan. Penelurusan awal pada

database jurnal kedokteran mendapatkan 283 jurnal yang sesuai dengan kata kunci

pencarian, dengan rincian: PubMed sebanyak 89 jurnal, Science Direct sebanyak

74 jurnal dan Google Scholar sebanyak 120 jurnal. Setelah melakukan pemeriksaan

atau penyeleksian terhadap judul dan abstrak disesuaikan dengan topik bahasan

tersisa 8 jurnal, kemudian tambahan sebanyak 22 pustaka yang terdiri dari buku dan

artikel kedokteran untuk melengkapi beberapa hal pada literature review ini.

Literature review ini terfokus pada hubungan BMI dengan IPSS pada pasien

BPH. Literatur ini akan merangkum dan menjelaskan secara singkat mengenai

BMI, IPSS dan BPH. Beberapa perbedaan hasil diantara jurnal-jurnal yang

dijadikan acuan literatur, tetapi sudah ada keterangan jelas mengenai alasan atau

penyebab perbedaan hasil dan apa saja yang kemungkinan mempengaruhi hasil

pada jurnal-jurnal tersebut. (Tabel 3.1)

A. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia adalah istilah histopatologis, yaitu adanya

hiperplasia dari sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat. 5 Benign Prostatic

Hyperplasia merupakan salah satu kondisi medis yang paling sering terjadi pada

pria lanjut usia yang dapat menyebabkan gejala klinis pada saluran kemih bagian

bawah atau LUTS. Prostat merupakan organ reproduksi yang ada pada pria dan

8
Universitas Lambung Mangkurat
9

rentan terhadap pengaruh lingkungan internal maupun eksternal baik itu hormonal,

biokimiawi, mikronutrien maupun genetik, tetapi hubungannya dengan faktor

demografis dan faktor gaya hidup masih belum jelas. 18 Etiologi dari BPH sampai

saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori hipotesis yang

mengaitkan BPH dengan peningkatan dari kadar dehidrotestosteron (DHT) dan

proses penuaan (aging). Beberapa hipotesis tersebut yaitu: teori DHT, adanya

ketidakseimbangan antara estrogen dengan testosteron, sel stroma yang berinteraksi

dengan sel epitel prostat, bekurangannya kematian sel atau apoptosis, dan teori stem

sel.11

Pada BPH, gejala klinis dapat dibagi menjadi gejala obstruksi dan iritasi.

Gejala obstruksi yaitu, penurunan kekuatan pancaran urin, miksi terputus,

pengosongan urin inkomplit (sensasi tidak lampias), straining urinate (harus

mengedan untuk mulai berkemih), miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya

dalam waktu < 2 jam setelah miksi sebelumnya), post-voiding dribbling (urin

menetes pada akhir miksi). Gejala iritasi yaitu, urgensi (tidak dapat menahan

kemih), peningkatan frekuensi berkemih, nokturia (terbangun di malam hari untuk

berkemih) dan inkontinensia urin.19,20

B. Body Mass Index (BMI)

Body mass index atau indeks massa tubuh (IMT) adalah indikator yang

digunakan untuk menunjukkan status gizi pada orang dewasa, yaitu dengan

mengukur berat badan dan tinggi badan. Body mass index dihitung dengan cara

berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Body

mass index ini merupakan indikator yang paling sering digunakan karena sangat

Universitas Lambung Mangkurat


10

praktis untuk mengukur status gizi orang dewasa dan dibagi menjadi enam kategori

menurut WHO yaitu, underweight dengan BMI 15-19,9 kg/m2, normal weight 20-

24,9 kg/m2, overweight 25-29,9 kg/m2, class I obesity 30-34,9 kg/m2, class II

obesity 35-39,9 kg/m2 dan class III obesity ≥ 40 kg/m2. Menurut Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 IMT dibagi menjadi lima kategori yaitu,

sangat kurus IMT <17,0 kg/m2, kurus IMT 17-<18,5 kg/m2, normal IMT 18,5-25

kg/m2, gemuk IMT >25-27 kg/m2 dan obesitas >27 kg/m2. Menurut Asia Pacific

guidelines dibagi menjadi empat kategori yaitu underweight <18,5 kg/m2, normal

18,5-22,9 kg/m2, overweight 23-24,9 kg/m2 dan obese ≥25 kg/m2. Pengukur status

gizi seseorang tidak hanya dilakukan dengan metode pengukuran BMI tetapi rumus

BMI sudah direkomendasikan oleh WHO sebagai penentuan status gizi secara

global karena dapat mengkuantifikasi penumpukan lemak berdasarkan tinggi badan

dan berat badan seseorang.21,22,23

C. International Prostate Symptom Score (IPSS)

International Prostate Symptom Score adalah sistem skoring untuk pemandu

dalam menentukan derajat keparahan dan mengarahkan adanya gejala sistem

obstruksi akibat dari pembesaran prostat. International Prostate Symptom Score

sudah direkomendasikan oleh American Urology Association (AUA) dan

distandarisasi oleh World Health Organization (WHO). International Prostate

Symptom Score terdiri dari 7 pertanyaan yang berhubungan dengan LUTS dan satu

pertanyaan mengenai kualitas hidup. Pertanyaan tentang keluhan miksi diberi nilai

0-5 dan maksimum total 35, sedangkan pertanyaan tentang kualitas hidup diberi

nilai 1 sampai 7. International Prostate Symptom Score berbentuk kuesioner dan

Universitas Lambung Mangkurat


11

diharapkan pasien bisa mengisi sendiri pertanyaan-pertanyaan yang ada, selain itu

bisa juga dibantu oleh petugas yang ada.5,11

Skor IPSS dikelompokkan menjadi tiga derajat yaitu, ringan (0-7), sedang (8-

19), dan berat (20-35) tergantung dari banyaknya gejala yang menganggu kualitas

hidup dan aktivitas penderita. International Prostate Symptom Score berguna untuk

memantau keadaan pasien BPH dan dapat membantu dalam memahami seberapa

menganggunya gejala berkemih dan menentukan tatalaksana yang terbaik untuk

pasien.1

Universitas Lambung Mangkurat


12

Tabel 3.1 Hasil penelitian jurnal-jurnal hubungan body mass index (BMI) dengan international prostat symptom score (IPSS) pada
pasien BPH.

Peneliti, Uji yang Subjek


No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Tahun dilakukan Penelitian
1 Raffelstha F Korelasi Indeks Massa Cross- Pearson 21 pasien BPH di Hasil uji korelasi antara IMT dan IPSS
et al. Tubuh dengan sectional RSU Bunda BMC didapatkan gambaran IMT antara 15,7-
(2020)24 International Prostate Padang dari bulan 18,98 kg/m2 dengan rerata 22,29 ± 4
Symptom Score pada pasien Februari 2020 – kg/m2, gambaran IPSS antara 2-32
Benign Prostatic April 2020 dengan rerata 17,24 ± 8,6 dan nilai r=-
Hyperplasia 0,302 yang artinya mempunyai
hubungan lemah dan tidak searah
dengan kemaknaan p=0,092 (p>0,05).
2 Sokhal AK Does Body Mass Index Cross- Spearman 1.100 pasien BPH Mayoritas pasien BPH berada dalam
et al. have an impact on prostate sectional di Pusat kelompok kelebihan berat badan (BMI
(2016)25 volume and serum Prostate Prospective Perawatan India 23,00-27,99) yaitu 638 pasien (58%),
Specific Antigen? A Utara dari Januari 199 pasien (10,82%) berada pada
prospective observational 2012 – Desember kelompok obesitas (BMI > 28,00),
study in patients with 2014 rerata IPSS pasien adalah 10 (7-14),
Lower Urinay Tract didapatkan hasil rs=0,013 yang artinya
Symptoms mempunyai hubungan yang sangat
lemah dengan kemaknaan p=0,76
(0>0,05).
3 Yelsel K et Effect of obesity on Cross- Pearson 211 pasien BPH Rerata BMI pasien adalah 28,0 ± 4,9
al. (2016)14 International Prostate sectional di Ordo Turkey kg/m2, yaitu sebanyak 2 pasien
Symptom Score and Retrospektif dari bulan kelompok kurus (0,9%), 46 pasien
prostate volume Desember 2008 – dengan berart badan normal (21,8%),
November 2009 36 pasien kelebihan berat badan
(17,1%), dan 127 pasien obesitas
(60,2%). Pasien dengan IPSS ringan

Universitas Lambung Mangkurat


13

ada 18 (8,5%) pasien, IPSS sedang 101


(47,9%) pasien dan IPSS berat 92
(43,6%) pasien. Pada penelitian ini
didapatkan r=0,604 yang artinya
mempunyai hubungan yang kuat dan
searah dengan kemaknaan <0,001.
4 Yin Z et al. Association between Cross- Pearson Penelitian ini Pada penelitian ini rerata pasien
(2015)26 Benign Prostatic sectional dilakukan di RS memiliki BMI = 25,7 kg/m2 didapatkan
Hyperplasia, Body Mass Xiangya dan RS hubungan obesitas sentral (lingkar
Index, and metabolic Hunan China dari pinggang >90) dengan peningkatan
syndrome in Chinese men bulan Januari – risiko BPH dan untuk hasil uji korelasi
Juni 2012 dan BMI dan IPSS adalah r=0,402 p<0,001
mendapatkan 904 yang artinya terdapat hubungan yang
pasien BPH (usia kuat dan searah.
50-59 tahun)
5 Chen Z et Effect of obesity and Cross- Pearson 141 pasien BPH 44 pasien dengan BMI < 24 kg/m2
al. (2015)27 hyperglycemia on Benign sectional di RS Chaoyang memiliki rerata IPSS 9,49 ± 0,86. 59
Prostatic Hyperplasia in Beijing, China pasien dengan BMI 24-27,9 kg/m2
elderly patients with newly dengan diabetes memiliki rerata IPSS 13,17 ± 1,68. Dan
diagnosed type 2 diabetes tipe 2 yang baru 38 pasien dengan BMI ≥ 28 kg/m2
didiagnosis dari memiliki rerata IPSS 19,57 ± 1,43. Dari
bulan Januari – data tersebut didapatkan IPSS akan
Desember 2013 meningkat seiring dengan peningkatan
dengan usia dari BMI sehingga kesimpulannya
berkisah 60-85 terdapat hubungan yang yang sangat
tahun. kuat dan searah antara IPSS dan BMI
pada pasien diabetes melitus tipe 2
(r=0,863) dengan kemaknaan p<0,001.
6 Kim JM et Effect of obesity on Retrospektif Pearson 258 pasien BPH Pasien BPH dengan kelompok berat
al. (2011)28 Prostate-Specific Antigen, di Daegu Korea badan kurang ada 40 orang (15,5%)
prostate volume, and dengan rerata IPSS 15,13 ± 3,96,

Universitas Lambung Mangkurat


14

International Prostate dari bulan Januari kelompok berat badan normal ada 72
Symptom Score in patient – Desember 2008 orang (27,9%) dengan rerata IPSS
with Benign Prostatic 17,90 ± 5,98, kelompok kelebihan
Hyperplasia berat badan ada 85 orang (32,9%)
dengan rerata IPSS 20,19 ± 6,77, dan
kelompok obesitas ada 61 orang
(23,7%) dengan 25,07 ± 5,22.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan
r=0,470 yang artinya mempunyai
hubungan yang lemah dan searah
dengan kemaknaan p=0,02 (p,0,05).
7 Lee SH et Comparison of the clinical Cross- Pearson 175 pasien BPH Rerata BMI pada pasien BPH di
al. (2011)29 efficacy of medical sectional di Universitas penelitian ini adalah 21,763 kg/m2 dan
treatment of symptomatic Obeservationa Kesehatan Yonsei rerata lingkar pinggang adalah 79,9 cm.
BPH between normal and l dari bulan Juni Terdapat 89 pasien dengan BMI <23,0
obese patients 2009 – Mei 2010 kg/m2 rerata memiliki nilai IPSS 20,5 ±
7,6 dan 86 pasien dengan BMI ≥ 23,0
kg/m2 yang rerata nilai IPSS nya adalah
20,9 ± 7,2. Berdasarkan penelitian ini
didapatkan r=0,230 yang artinya
berkorelasi lemah dengan kemaknaan
p=0,133 sehingga tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara BMI
dengan IPSS pada pasien BPH, tetapi
nilai IPSS lebih tinggi pada kelompok
pasien dengan lingkar pinggang > 90
dibandingkan yang <90 sehingga
didapatkan korelasi yang bermakna
antara lingkar pinggang dengan IPSS
(p<0,5) dan nilai r=0,295 yang artinya
behubungan lemah dan searah.

Universitas Lambung Mangkurat


15

8 Rusu F et Lower Urinary Tract Cross- Pearson 381 pasien Pada penelitian ini didapatkan
al. (2010)30 Symptoms, Benign sectional berusia lebih dari prevalensi LUTS berat adalah 46 pasien
Prostatic Hyperplasia, and 45 tahun, 310 (14,8%), LUTS sedang adalah 230
metabolic syndrome merupakan pasien pasien (74,2%). Nilai r=0,1 yang
dengan BPH artinya memiliki hubungan yang sangat
penelitian lemah dan searah dengan kemaknaan
dilakukan selama p<0,05.
1 tahun (dibagi
menjadi per 6
bulan) di RS
Bucharest,
Romania

Universitas Lambung Mangkurat


16

D. Hubungan BMI dengan IPSS pada Pasien BPH

Benign Prostatic Hyperplasia adalah suatu penyakit neoplasma jinak pada

organ prostat laki-laki ditandai dengan hiperplasia pada sel stroma dan epitel

prostat, penyebab pasti BPH belum diketahui secara pasti sampai saat ini tetapi

banyak faktor yang berperan dalam proliferasi kelenjar prostat, kebanyakan BPH

terjadi pada pria usia tua, selain itu aktivitas fisik, status gizi (obesitas), diabetes,

hipertensi, genetik dan konsumsi alkohol juga dapat mempengaruhi sel prostat

untuk mensintesis growth factor sehingga terjadi proliferasi.2

Berdasarkan teori patofisiologi BPH yang dihubungkan dengan faktor risiko

BPH yaitu obesitas atau status gizi terdapat kemungkinan dengan semakin besarnya

presentase lemak pada tubuh seseorang maka dapat menyebabkan peningkatan

derajat keparahan BPH yang diukur dengan skor IPSS. Pada orang dengan obesitas

terjadi penumpukan adiposa yang akan mengekspresikan leptin secara berlebihan

sehingga terjadi stimulasi enzim P450 aromatase yang meningkat menyebabkan

konversi androgen menjadi estrogen (testosteron menjadi estradiol dan

androstenedion menjadi estrone). Konversi berkelanjutan akan menurunkan

produksi testosteron dan estradiol lalu mensintesis protein growth factor sehingga

terjadi proliferasi sel-sel epitel dan stroma yang akan memperpanjang usia sel-sel

prostat sehingga massa prostat dan produksi sel-sel prostat bertambah banyak.12,27

pembesaran prostat tersebut akan menyebabkan peningkatan tekanan intravesikel,

dikarenakan ketika akan mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi dengan

kuat karena penyempitan dan aliran urine yang terhambat pada lumen uretra.

Setelah kontraksi yang terus menurus terjadi hipertofi otot detrusor, terbentuknya

Universitas Lambung Mangkurat


17

selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan anatomik pada buli-buli tersebut

yang akan menyebabkan pasien merasakan keluhan LUTS.11 Paparan beberapa

penelitian yang menunjukkan hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH.

(Tabel 3.1)

Obesitas

↑ Beban tubuh ↑ Jaringan adiposa

↑ Sekresi enzim P450 aromatase

Konversi testosteron menjadi


estradiol

Memperpanjang ↑ Jumlah reseptor


usia sel-sel androgen sehingga
↑ Tekanan intra stroma apoptosis terhambat
abdomen
Komponen statik Komponen dinamik

Massa Prostat (+) Produksi sel stroma


(+)

BPH

Penyempitan lumen uretra


↑ Tekanan intravesikel
prostatika dan menghambat
dan buli-buli
aliran urine

Hipertrofi
otot detrusor, Perubahan Aliran balik urine
trabekulasi, anatomi buli-buli
selula,
diventrikel LUTS Refluks vesiko-
buli-buli ureter

Gambar 3.2 Mekanisme terjadinya BPH pada Orang Obesitas.11,12,27

Universitas Lambung Mangkurat


18

Penelitian Yin Z et al. 2015 yang dilakukan di RS Xiangya dan Hunan, China

dari bulan Januari sampai Juni 2012 dengan metode cross-sectional pada 904 pasien

BPH dengan usia 50 sampai 59 tahun, rerata BMI pada pasien tanpa metabolik

sindrom adalah 24,1±2,6 dan pada pasien dengan metabolik sindrom adalah

27,3±3,1 (P<0,05). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara

obesitas sentral (lingkar pinggang >90 cm) dengan peningkatan risiko BPH

(p<0,01) dan untuk hasil uji korelasi pearson antara BMI dan IPSS adalah r=0,402

yang artinya berkorelasi kuat dan searah dengan kemaknaan p<0,001. Yin Z et al.

2015 menyatakan bahwa obesitas akan meningkatkan sel adiposa sehingga terjadi

sekresi adipokin seperti IL-1, IL-6, dan IL-8 (IL-6 dan IL-8 meningkat pada

metabolik sindrom), jaringan adiposa yang mensekresikan sitokin pemicu

peradangan kronis tadi akan memproduksi faktor angiogenik lalu menginduksi

terjadinya angiogenesis yang meningkatkan potensi karsinogenik, pertumbuhan sel

prostat dan menurunkan apoptosis sel sehingga terjadi hiperplasia dari sel prostat.

Selain itu obesitas sentral (WC>90 cm) akan mempengaruhi konversi androgen-

testosteron sehingga kadar estrogen meningkat dan testosteron menurun yang

akhirnya mengarah pada peningkatan risiko BPH.26

Penelitian oleh Kim JM et al. 2011 dari bulan Januari sampai Desember 2008

di Departemen Urologi Daegu, Korea menggunakan metode penelitian retrospektif.

Sampel pada penelitian ini adalah 258 pasien yang sudah didiagnosis BPH dan di

evaluasi dengan kuesioner IPSS. International Prostate Symptom Score digunakan

sebagai skala objektif untuk menilai gejala LUTS pada BPH (IPSS ≥ 8). Selain itu

juga dilakukan perhitungan BMI dengan mengukur tinggi dan berat badan pasien.

Universitas Lambung Mangkurat


19

Kategori BMI pada penelitian ini menggunakan kriteria BMI WHO untuk orang

Asia yaitu, underweight BMI <18,5 kg/m2, normal BMI 18,5-23 kg/m2, overweight

BMI 23-27,5 kg/m2 dan obesitas BMI≥27,5 kg/m2. hasil yang didapatkan adalah 40

pasien dengan BMI underweight memiliki rerata IPSS 15,13±3,96, 72 pasien BMI

normal memiliki rerata IPSS 17,90±5,98, 85 pasien BMI overweight memiliki

rerata IPSS 25,07±5,22 dan 61 pasien BMI obesitas memiliki rerata IPSS

25,07±5,22. Pasien dengan obesitas memiliki skor IPSS dan gejala obstruksi iritasi

tertinggi dibandingkan pasien yang tidak obesitas, pada uji korelasi pearson

didapatkan perbedaan yang bermakna pada IPSS diantara kelompok BMI (p<0,05)

dan r=0,470 yang artinya terdapat hubungan yang kuat dan searah antara IPSS dan

BMI pada penelitian ini.28

Penelitian yang dilakukan oleh Yelsel K et al. 2016 dengan metode penelitian

cross-sectional retrospektif dari bulan Desember 2008 sampai November 2009.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 211 pasien yang di ukur IPSS menggunakan

kuesioner yang dibagian kepada pasien dan BMI dengan mengukur tinggi badan

dan berat badan pasien, hasil yang didapatkan adalah pasien dengan IPSS ringan

berjumlah 18 (8,5%) pasien, IPSS sedang 101 (47,9%) pasien, dan yang berat 92

(43,6%) pasien. Menurut BMI hasil yang didapatkan adalah 2 (0,9%) pasien dengan

BMI <18,5 kg/m2, 48 (21,8%) pasien BMI 18,5-23,0 kg/m2, 36 (17,1%) pasien

dengan BMI 23-27,5 kg/m2, dan 127 (60,2%) pasien dengan BMI ≥ 27 kg/m 2. 48

pasien yang BMI nya normal terdapat 16 (33,3%) pasien dengan IPSS ringan, 25

(52,1%) pasien dengan IPSS sedang dan 7 (14,6%) pasien IPSS berat. 36 pasien

yang overweight terdapat 1 (2,8%) pasien IPSS ringan, 21 (58,3%) pasien IPSS

Universitas Lambung Mangkurat


20

sedang, dan 14 (38,9%) pasien IPSS berat. Selain itu 127 pasien yang obesitas

terdapat 1 (0,8%) pasien IPSS ringan, 55 (43,3%) pasien IPSS sedang dan 71

(55,9%) pasien IPSS berat. Penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson dan

didapatkan hasil p<0,001 dan r=0,604, yang artinya berhubungan kuat dan searah

dengan kemaknaan <0,001 antara BMI dan IPSS pada pasien BPH. Hal ini

dikarenakan pada orang dengan obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen oleh

enzim P450 aromatase dan penurunan hormon testosteron yang akhirnya dapat

meningkatkan progestifitas dari BPH, selain itu juga diperparah dengan aktivitas

saraf simpatik dan tekanan hidrostatik pada drainase vena reproduksi pria yang

meningkat dapat memperparah LUTS yang dialami pasien BPH, sehingga pada

penelitian ini pasien BPH disarankan untuk memiliki BMI yang normal atau tidak

obesitas agar bisa menurunkan gejala LUTS dan meningkatkan kualitas hidup

pasien BPH tersebut.14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen Z et al. 2015 dari bulan Januari

sampai Desember 2013 dengan metode cross-sectional pada 141 pasien BPH yang

baru didiagnosis diabetes tipe 2 dengan rentang usia 60 sampai 85 tahun, didapatkan

yaitu 44 pasien dengan BMI < 24 kg/m2 memiliki rerata IPSS 9,49 ± 0,86. 59 pasien

dengan BMI 24-27,9 kg/m2 memiliki rerataIPSS 13,17 ± 1,68. Dan 38 pasien

dengan BMI ≥ 28 kg/m2 memiliki rerata IPSS 19,57 ± 1,43. Hasil dari data tersebut

didapatkan IPSS akan meningkat seiring dengan peningkatan dari BMI dan kadar

glukosa darah pada pasien usia lanjut yang terdiagnosis diabetes tipe 2, uji korelasi

pearson r=0,863 yang artinya memiliki korelasi yang sangat kuat dan searah dengan

kemaknaan p<0,001. Diabetes dan obesitas memiliki ciri khas tinggi glukosa

Universitas Lambung Mangkurat


21

plasma, kadar lipid yang abnormal dan dianggap sebagai penyakit metabolik

sistemik, selain merusak jaringan tubuh, metabolisme glukosa yang terganggu

menyebabkan resistensi insulin, setelah itu terjadi konpensasi yang dilakukan oleh

β pankreas sel dengan cara mensekresikan insulin lebih banyak mengakibatkan

hiperinsulinemia sekunder dan lebih banyak insulin-like growth factor-1 (IGF-1)

yang dapat meningkatkan pembesaran prostat.27 Penelitian ini juga selaras dengan

penelitian yang dilakukan Rusu F et al. 2010 dengan metode cross-sectional selama

satu tahun di RS Bucharest, Romania pada 310 pasien BPH dengan usia >45 tahun

didapatkan prevalensi LUTS berat pada 46 pasien (14,8%), LUTS sedang pada 230

pasien (74,2%) dan pada uji korelasi skor IPSS berkorelasi positif dan bermakna

dengan BMI pada pasien BPH dipenelitian ini karena nilai p<0,05 dan r=0,1

(korelasi sangat lemah). Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa komponen

metabolik sindrom seperti obesitas, diabetes melitus, tekanan darah, hipertensi

berkaitan dengan peningkatan keparahan LUTS dengan p<0,05. 30

Penelitian selanjutnya membahas tentang hubungan BMI dengan IPSS pada

pasien BPH yang secara statistik tidak bermakna. Penelitian oleh Raffelstha F et al.

2020 yang dilakukan di Padang dari bulan Januari sampai April 2020 menggunakan

metode penelitian cross-sectional pada 21 pasien BPH dengan rerata usia 64,43

tahun yang sudah mengisi kuesioner IPSS dan pengukuran IMT didapatkan hasil

gambaran IMT antara 15,7-18,98 kg/m2 dengan rerata 22,29 ± 4 kg/m2 , gambaran

IPSS antara 2-32 dengan rerata 17,24 ± 8,6 dan hasil uji korelasi IMT dan IPSS

yaitu nilai r=-0,302 yang artinya mempunyai korelasi lemah dan tidak searah

dengan p=0,092 yang berarti secara statistik tidak bermakna. Perbedaan nilai IPSS

Universitas Lambung Mangkurat


22

pada penelitian ini dikarenakan pasien yang dijadikan sampel tidak hanya datang

dengan keluhan LUTS tetapi juga pasien yang hanya ingin memeriksakan

prostatnya sehingga didapatkan nilai IPSS yang relatif rendah selain itu karena tidak

mempertimbangkan adanya faktor lain yang mempengaruhi keparahan LUTS pada

pasien BPH seperti aktivitas fisik yang tinggi akan menyebabkan tonus simpatik

lebih rendah sehingga berpengaruh terhadap rendahnya keparahan LUTS.24

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sokhal AK et al. 2016 di India dari bulan

Januari 2012 sampai Desember 2014 dengan metode prospektif cross-sectional

pada 1100 pasien dengan rerata usia 58,18 tahun (41-76 tahun). Mayoritas pasien

berada dalam kelompok kelebihan berat badan (BMI 23,00-27,99 kg/m2) yaitu 638

pasien (58%) dengan rerata IPSS 10 (6-12), 199 pasien (10,82%) berada pada

kelompok obesitas (BMI > 28,00 kg/m2) dengan rerata IPSS 10 (7-14). Uji

spearman antara BMI dan IPSS pada pasien BPH dipenelitian ini didapatkan hasil

rs=0,013 yang artinya mempunyai korelasi yang sangat lemah dan searah dengan

p=0,76 sehingga tidak ada kemaknaan secara statistik, tetapi untuk BMI dengan

volume prostat memiliki hasil korelasi yang positif dan bermakna. 25 Penelitian oleh

Lee SH et al. 2011dari bulan Juni 2009 sampai Mei 2010 di Universitas Kesehatan

Yonsen juga memiliki kesimpulan yang sama, pada 175 pasien BPH dengan rerata

BMI 21,763 kg/m2 dan rerata lingkar pinggang adalah 79,9 cm. Terdapat 89 pasien

dengan BMI <23,0 kg/m2 rerata memiliki nilai IPSS 20,5 ± 7,6 dan 86 pasien

dengan BMI ≥ 23,0 kg/m2 yang rerata nilai IPSS nya adalah 20,9 ± 7,2, berdasarkan

penelitian ini didapatkan p=0,133 (p>0,05) yang berarti tidak bermakna secara

statistik dan r=0,230 yang artinya berhubungan lemah dan searah, tetapi pada

Universitas Lambung Mangkurat


23

hubungan WC dengan IPSS didapatkan r=0,295 yang artinya terdapat hubungan

yang lemah dan searah dengan kemaknaan p<0,05, hal ini dikarenakan pada

obesitas sentral memiliki konsentrasi testosteron yang lebih rendah sehingga

mempengaruhi dari pertumbuhan prostat.29

Hasil tabulasi jurnal-jurnal juga mendapatkan bahwa rerata BMI pasien BPH

adalah 25,57 kg/m2. Pada penelitian literature review ini paling banyak

menggunakan Asia-Pacific Guidlines untuk mengkategorikan status gizi pasien

BPH sehingga didapatkan 33,74% pasien dengan BMI <23 kg/m2 dan 66,26%

pasien memiliki BMI ≥23 kg/m2 atau dengan status gizi overweight sampai

obesitas, sedangkan rerata IPSS yang didapatkan pada literature review ini adalah

16,34 yang artinya pasien memiliki gejala LUTS atau skor IPSS yang sedang.

Berdasarkan jurnal-jurnal yang sudah ditabulasi juga didapatkan bahwa terdapat

beberapa perbedaan hasil antar jurnal dengan metode yang dilakukan yaitu uji

korelasi, pada 12,5% literatur mempunyai hubungan yang sangat kuat, searah dan

bermakna, 37,5% literatur mempunyai hubungan kuat, searah dan bermakna, 12,5%

literatur mempunyai hubungan sangat lemah, searah da bermakna, 25% literatur

mempunyai hubungan yang sangat lemah sampai lemah dan searah dengan

kemaknaan p>0,05 dan 12,5% literatur mempunyai hubungan yang lemah tetapi

tidak searah dengan kemaknaan p>0,05. Nilai uji korelasi (r) yang searah (positif)

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi angka BMI semakin meningkatkan

keparahan LUTS atau nilai IPSS pada pasien BPH dan nilai r yang tidak searah

(negatif) berarti BMI yang semakin tinggi tidak meningkatkan dari keparahan

LUTS atau skor IPSS pada pasien BPH. Body mass index memiliki hubungan

Universitas Lambung Mangkurat


24

dengan IPSS dikarenakan pada orang dengan obesitas terdapat jaringan adiposa

yang berlebihan yang akan meningkatkan aktivitas enzim P450 aromatase sehingga

terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang menyebabkan

perpanjangan sel-sel stroma dan akan menghambat dari proses kematian sel-sel

prostat sehingga progestifitas BPH meningkat, selain itu diperparah juga dengan

aktivitas saraf simpatik yang dapat memperparah gejala LUTS pada pasien BPH,

sehingga dapat disimpulkan bahwa obesitas mempengaruhi dari IPSS pasien, tetapi

pada penelitian Lee SH et al. 2011 menemukan bahwa pria dengan obesitas sentral

(WC>90cm) lebih erat kaitannya dengan LUTS pada pasien BPH dari pada obesitas

keseluruhan yang diukur dengan BMI. Hal ini merupakan kekurangan dari beberapa

penelitian dikarenakan hanya menggunakan indikator BMI sebagai parameter

antropometri untuk mengklasifikasikan derajat gizi pasien, selain itu faktor risiko

lain pada BPH juga tidak dipertimbangkan padahal juga dapat mempengaruhi

keparahan dari BPH, seperti komponen metabolik sindrom lain selain obesitas

yaitu, tekanan darah, hipertensi berkaitan dengan keparahan BPH karena dapat

meningkatkan gejala LUTS. Perubahan faktor gaya hidup dan aktivitas fisik

mungkin juga bisa mencegah dari keparahan LUTS pada BPH.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan dari literature review ini dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Rerata BMI pasien BPH pada literature review ini adalah 25,57 kg/m2,

sebanyak 33,74% memiliki BMI <23 kg/m2 dan 66,26% memiliki BMI ≥23

kg/m2 atau masuk kategori overweight sampai obesitas.

2. Rerata IPSS pada literature review ini adalah 16,34 yang artinya mayoritas

pasien memiliki gejala LUTS sedang.

3. Pada 12,5% literatur mempunyai hubungan yang sangat kuat, searah dan

bermakna, 37,5% literatur mempunyai hubungan yang kuat, searah dan

bermakna, 12,5% literatur mempunyai hubungan yang sangat lemah, searah

dan bermakna, 25% literatur mempunyai hubungan yang sangat lemah

sampai lemah dan searah dengan kemaknaan p>0,05 dan 12,5% literatur

mempunyai hubungan yang lemah tetapi tidak searah dengan kemaknaan

p>0,05. Pada literature review ini paling banyak ditemukan penelitian dengan

hasil terdapat hubungan yang kuat antara peningkatan BMI dengan keparahan

LUTS atau peningkatan skor IPSS pada pasien BPH.

25
Universitas Lambung Mangkurat
26

B. Saran

Penelitian selanjutnya tentang hubungan BMI dengan IPSS pada pasien BPH

disarankan untuk lebih memperhatikan faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi

derajat keparahan BPH seperti aktivitas fisik, genetik, hipertensi, diabetes dan gaya

hidup pasien. Selain itu penelitian selanjutnya juga dianjurkan tidak hanya

menggunakan satu parameter untuk menghitung status gizi pasien dan pada pasien

BPH dianjurkan untuk memiliki BMI yang normal atau tidak obesitas sehingga

gejala LUTS akan menurun dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR PUSTAKA

1. Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Poernomo BB, Wijanarko S, Mochtar


CA, et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak. Edisi
ke 3. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI); 2017.

2. Lim K Bin. Epidemiology of benign prostatic hyperplasia. Asian J Urol.


2017;20:4–7.

3. Madersbacher S, Sampson N, Culig Z. Pathophysiology of benign prostatic


hyperplasia and benign prostatic enlargement: a mini-review. Gerontology.
2019;65(5):458–64.

4. Sampekalo G, Monoarfa RA, Salem B. Angka kejadian LUTS yang


disebabkan oleh BPH Di RSUP Prof. Dr. Dr. R. D. Kandou Manado periode
2009-2013. e-CliniC. 2015;3(1):568–72.

5. Mochtar C, Umbas R, Soebandi D, Rasyid N, Noegroho B, Poernomo B, et


al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak. Edisi ke 2.
Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2015.

6. Mulyadi HTS, Sugiarto. Prevalensi hiperplasia prostat dan adenokarsinoma


prostat secara histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit
Umum Daerah Cibinong. Muhammadiyah J Geriatr. 2020;1(1):12-17.

7. Ayuni R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien


Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di RSUD ulin Banjarmasin [skripsi].
Banjarmasin: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin; 2018.

8. Carrero-López VM, Cózar-Olmo JM, Miñana-López B. Benign prostatic


hyperplasia and lower urinary tract symptoms. A review of current evidence.
Actas Urol Esp. 2016;40(5):288–94.

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018


[Internet]. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). [cited 2020 Mar 5].
Available from: https://www.slideshare.net/ssuser200d5e/hasil-riskesdas-
riset-kesehatan-dasar-tahun-2018.

10. Dewi Y, Saputra K, Natsir M. Hubungan obesitas, merokok dan konsumsi


alkohol dengan kejadian benign prostatic hyperplasia (BPH) di Poliklinik
Bedah Rumah Sakit Ibnu Sina Bukittinggi. Afiyah. 2018;5(1):1–7.

11. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. 3rd ed. Yosef H, editor. Malang: CV
Sagung Seto; 2016.

27
Universitas Lambung Mangkurat
28

12. Parikesit D, Mochtar CA, Umbas R, Hamid ARAH. The impact of obesity
towards prostate diseases. Asian Pasific Prostate Soc. 2016;4(1):1–6.

13. Jung JH, Ahn SV, Song JM, Chang SJ, Kim KJ, Kwon SW, et al. Obesity as
a risk factor for prostatic enlargement: A retrospective cohort study in Korea.
Int Neurourol J. 2016;20(4):321–8.

14. Yelsel K, Alma E, Eken A, Gülüm M, Erçil H, Ayyildiz A. Effect of obesity


on International Prostate Symptom Score and prostate volume. Urol Ann.
2015;7(3):371–4.

15. Husnah. Tatalaksana obesitas. J Kedokt Syiah Kuala. 2012;12(2):99–104.

16. Ahmad N, Adam SIM, Nawi AM, Hassan MR, Ghazi HF. Abdominal
obesity indicators: Waist circumference or waist‑to‑hip ratio in Malaysian
adults population. Int J Prev Med. 2016;7:3–7.

17. Woolcott OO, Bergman RN. Relative fat mass (RFM) as a new estimator of
whole-body fat percentage ─ a cross-sectional study in American adult
individuals. Sci Rep. 2018;8(1):1–11.

18. Das K, Buchholz N. Benign prostate hyperplasia and nutrition. Clin Nutr
ESPEN. 2019;33:5–11.

19. Seroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto RPR. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

20. Gaol HL, Mochtar CA. Kapita selekta. Edisi ke 4. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.

21. Nuttall FQ. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review.
Nutr Today. 2015;50(3):117–28.

22. Budhyanti W. Status Gizi dan Status Tanda Vital Mahasiswa Akfis UKI. J
Pro-Life. 2018;5(2):543–56.

23. Lim JU, Lee JH, Kim JS, Hwang Y Il, Kim T, Yong S, et al. Comparison of
World Health Organization and Asia-Pacific body mass index classifications
in copd patient. Respirology. 2017;22:4–4.

24. Raffelstha F, Herizal H, Yulistini. Korelasi indeks massa tubuh dengan


International Prostate Symptom Score pada pasien Benign Prostatic
Hyperplasia. JIKESI. 2020;179–84.

25. Sokhal A, Jhanwar A, Sankhwar S, Singh K, Gupta AK, Saini DK, et al. does
body mass index have an impact on prostate volume and serum prostate

Universitas Lambung Mangkurat


29

specific antigen? A prospective observational study in patients with lower


urinary tract symptoms. J Urol Nephrol Open Access. 2016;2(3):1–5.

26. Yin Z, Yang JR, Rao JM, Song W, Zhou KQ. Association between benign
prostatic hyperplasia, body mass index, and metabolic syndrome in Chinese
men. Asian J Androl. 2015;17(5):826–30.

27. Chen Z, Miao L, Gao X, Wang G, Xu Y. Effect of obesity and hyperglycemia


on benign prostatic hyperplasia in elderly patients with newly diagnosed type
2 diabetes. Int J Clin Exp Med. 2015;8(7):11289–94.

28. Kim JM, Song PH, Kim HT, Moon KH. Effect of obesity on prostate-specific
antigen, prostate volume, and international prostate symptom score in
patients with benign prostatic hyperplasia. Korean J Urol. 2011;52(6):401–
5.

29. Lee SH, Oh CY, Park KK, Chung MS, Yoo SJ, Chung BH. Comparison of
the clinical efficacy of medical treatment of symptomatic benign prostatic
hyperplasia between normal and obese patients. Asian J Androl.
2011;13(5):728–31.

30. Rusu F, Rusu E, Radulian G, Enache G, Jinga M, Jinga V, et al. Lower


urinary tract symptoms, benign prostatic hyperplasia and metabolic
syndrome. Nat Rev Urol. 2016;13(2):108–19.

Universitas Lambung Mangkurat


30

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Pembahasan

1. Jurnal 1 (Raffelstha et al. 2020)24

2. Jurnal 2 (Sokhal AK et al. 2016)25

Universitas Lambung Mangkurat


31

3. Jurnal 3 (Yelsel K et al. 2016)14

4. Jurnal 4 (Yin Z et al. 2015)26

Universitas Lambung Mangkurat


32

5. Jurnal 5 (Chen Z et al. 2015)27

6. Jurnal 6 (Kim JM et al. 2011)28

Universitas Lambung Mangkurat


33

7. Jurnal 7 (Lee SH et al. 2011)29

8. Jurnal 8 (Rusu F et al. 2010)30

Universitas Lambung Mangkurat


Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

LITERATURE REVIEW:
HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN
INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPSS) PADA
PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
Syifa Salsabela Dzulfarida1, Hendra Sutapa2, Dewi Indah Noviana Pratiwi3
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
2
Departemen Urologi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
3
Departemen Patologi Klinik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Email korespondensi: salsabellasyifa@gmail.com

Abstract: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is the most common prostate enlargement
condition in men across the world. This literature review was written to find out if there is a
correlation between BMI and IPSS score in BPH patients. This was written based on an
analysis of some literatures, in english and bahasa indonesia, which were published in 2010-
2020. The literatures were obtained from some medical journal databases, that is PubMed,
Science Direct, and Google Scholar. Based on tabulated data, some of the results indicate a
significant positive correlation with specifications as follows: 12,5% of literatures indicates a
very strong correlation, 37,5% indicates strong correlation, 12,5% indicates weak correlation,
25% of literatures indicates a very weak positive correlation and 12,5% indicates a weak yet
negative correlation with p>0,05. From the results, it can be concluded that most of the
researches shows a strong correlation between elevated BMI and elevated IPSS score in
patients with BPH.

Keywords: Relationship, BMI, IPSS, LUTS, BPH.

ABSTRAK: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit pembesaran prostat


yang paling umum terjadi pada pria di dunia. Literature review ini ditulis dengan tujuan untuk
merangkum atau mengetahui hubungan BMI dengan skor IPSS pada pasien BPH. Penulisan
ini dilakukan berdasarkan analisis beberapa sumber pustaka berbahasa Inggris dan bahasa
Indonesia dipublikasikan tahun 2010-2020 yang didapatkan melalui basis data jurnal
kedokteran, yaitu PubMed, Science Direct, dan Google Scholar. Berdasarkan tabulasi data,
didapatkan hasil: korelasi dengan hasil searah dan bermakna pada 12,5% literatur berhubungan
sangat kuat, 37,5% berhubungan kuat, 12,5% berhubungan sangat lemah, 25% literatur yang
memiliki hubungan sangat lemah sampai lemah searah dan 12,5% memiliki hubungan yang
lemah tetapi tidak searah dengan kemaknaan p>0,05, dari hasil tabulasi data dapat disimpulkan
bahwa paling banyak ditemukan penelitian dengan hasil terdapat hubungan yang kuat antara
peningkatan BMI dengan peningkatan skor IPSS pada pasien BPH.

Kata-kata kunci: Hubungan, IMT, IPSS, LUTS, BPH.

1
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

PENDAHULUAN kemungkinan dengan semakin


Benign Prostatic Hyperplasia besarnya presentase lemak pada
adalah istilah histopatologis, yaitu tubuh seseorang maka dapat
adanya hiperplasia dari sel stroma dan menyebabkan peningkatan derajat
sel epitel kelenjar prostat. Faktor yang keparahan BPH yang diukur dengan
berperan dalam proliferasi kelenjar skor IPSS. Hal ini dikarenakan pada
prostat yaitu usia, genetik, ras, pola obesitas terjadi peningkatan tekanan
diet, obesitas, diabetes, aktivitas fisik, intraabdomen sehingga menyebabkan
konsumsi alkohol, inflamasi dan peningkatan tekanan pada intravesika
mikrotrauma.1,2 dan buli-buli akhirnya menyebabkan
Benign Prostatic Hyperplasia gejala pada BPH semakin memburuk.
adalah masalah umum yang terjadi Selain itu pada orang obesitas terjadi
pada pria di dunia yaitu sekitar 30- penumpukan jaringan adiposa
40% pada pria berusia 40 tahun dan sehingga terjadi peningkatkan
prevalensi meningkat menjadi 70- aktivitas enzim P450 aromatase yang
80% pada pria berusia lebih dari 80 akan mengkonversi testosteron dan
tahun.3 Angka kejadian BPH androstenedion menjadi estradiol dan
sebenarnya belum pernah diteliti estron menyebabkan terjadinya
secara pasti di Indonesia tetapi pada perpanjangan usia sel-sel stroma dan
gambaran hospital prevalence di akan menghambat dari proses
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo kematian sel-sel prostat sehingga
(RSCM) yang ditemukan 3.804 kasus terjadi BPH. Pada orang dengan BPH
sejak tahun 1994-2013 dan data dari akan mengalami penyempitan lumen
Instalasi Rawat Jalan RSUD Ulin uretra prostatika yang akan
Banjarmasin pada tahun 2016 menghambat aliran urin sehingga
terdapat 295 pasien BPH dengan terjadi perubahan anatomi buli-buli
rerata 24 pasien setiap bulannnya, yang menimbulkan gejala LUTS pada
sedangkan data dari bulan Januari- BPH.7,8,9
Juni 2017 terdapat 198 pasien BPH Obesitas dapat diukur melalui
dengan rerata 33 pasien per body mass index (BMI), waist
bulannya.4,5 circumference (WC), waist-hip ratio
Benign Prostatic Hyperplasia (WHR) dan yang terbaru relative fat
menyebabkan gejala lower urinary mass (RFM).10 Pengukuran BMI
tract symptoms (LUTS), yang terdiri digunakan karena lebih mudah,
dari gejala obstruksi dan iritasi.6 murah, sederhana dan sudah
Diagnosis klinis untuk mengetahui direkomendasikan oleh WHO sebagai
gejala LUTS dapat dinilai dari penentuan status gizi secara global.11
International Prostate Symptom Belum adanya penelitian literature
Score (IPSS) yang sudah review mengenai topik ini menjadi
direkomendasikan oleh American alasan penulis untuk melakukan
Urology Association (AUA) dan tinjauan terhadap beberapa literatur
distandarisasi oleh Wolrd Health untuk merangkum tentang hubungan
Organization (WHO).4 BMI dengan IPSS pada pasien BPH
Berdasarkan patofisiologi BPH
yang dihubungkan dengan faktor
risiko BPH yaitu obesitas terdapat

2
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

METODE PENELITIAN dilakukan di RS Xiangya dan Hunan,


Penelitian ini adalah penelitian China dari bulan Januari sampai Juni
kepustakaan atau kajian literatur 2012 pada 904 pasien BPH dengan
(literature review, literature usia 50 sampai 59 tahun, rerata BMI
research). Jenis dan metode yang pada pasien tanpa metabolik sindrom
digunakan dalam penulisan artikel ini adalah 24,1±2,6 kg/m2 dan pada
adalah literatur review untuk pasien dengan metabolik sindrom
menganalisis beberapa jurnal terkait adalah 27,3±3,1 kg/m2. Hasil uji
yang berkenaan dengan pengumpulan korelasi pearson antara BMI dan IPSS
data pustaka, membaca, mencatat, adalah r=0,402 yang artinya
serta menyimpulkan. berkorelasi kuat dan searah dengan
Pencarian literatur baik internasional kemaknaan p<0,001. Yin Z et al.
maupun nasional dilakukan dengan 2015 menyatakan bahwa obesitas
menggunakan database PubMed, akan meningkatkan sel adiposa
ScienceDirect, dan Google Scholar. sehingga terjadi sekresi adipokin
Kata-kata kunci yang digunakan seperti IL-1, IL-6, dan IL-8 (IL-6 dan
untuk memperoleh literatur yang IL-8 meningkat pada metabolik
sesuai terdiri dari hubungan, body sindrom), jaringan adiposa yang
mass index, international prostate mensekresikan sitokin pemicu
symptom score, lower urinary tract peradangan kronis tadi akan
symptom, benign prostatic memproduksi faktor angiogenik lalu
hyperplasia. menginduksi terjadinya angiogenesis
Kriteria pencarian jurnal yaitu yang meningkatkan potensi
orginal artikel tersedia full text, karsinogenik, pertumbuhan sel
kuantitafi dengan uji korelasi, rentang prostat dan menurunkan apoptosis sel
waktu publikasi 2010-2020, Bahasa sehingga terjadi hiperplasia dari sel
Indonesia & Bahasa Inggris serta prostat.12
membahas tentang hubungan BMI Penelitian oleh Kim JM et al.
dengan IPSS pada pasien BPH. 2011 dari bulan Januari sampai
Pencarian awal artikel pada Desember 2008 di Departemen
database jurnal kedokteran elektronik Urologi Daegu, Korea pada 258
mendapatkan sebanyak 283 artikel, pasien. Rerata BMI yang didapatkan
dengan rincian: PubMed-MEDLINE adalah 23,7 kg/m2 dan rerata IPSS
sebanyak 89 artikel, Sciencedirect adalah 19,57. Pada penelitian ini
sebanyak 74 artikel, dan Google pasien dengan obesitas memiliki skor
Scholar sebanyak 120 artikel. Setelah IPSS dan gejala obstruksi iritasi
menerapkan proses seleksi berupa tertinggi dibandingkan pasien yang
pengecekan judul dan abstrak serta tidak obesitas, pada uji korelasi
duplikasi artikel, tersisa 8 artikel. pearson didapatkan perbedaan yang
bermakna pada IPSS diantara
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok BMI (p<0,05) dan r=0,470
Penulis menemukan adanya yang artinya terdapat hubungan yang
perbedaan hasil dari 8 jurnal yang kuat dan searah antara IPSS dan
sudah ditabulasi tentang hubungan BMI.13
BMI dengan IPSS pada pasien BPH. Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian Yin Z et al. 2015 yang Yelsel K et al. 2016 dari bulan

3
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

Desember 2008 sampai November plasma, kadar lipid yang abnormal


2009. Sampel pada penelitian ini dan dianggap sebagai penyakit
berjumlah 211 pasien yang memiliki metabolik sistemik, selain merusak
rerata BMI 28 kg/m2 dan rerata IPSS jaringan tubuh, metabolisme glukosa
18. Penelitian ini menggunakan uji yang terganggu menyebabkan
korelasi pearson dan didapatkan hasil resistensi insulin, setelah itu terjadi
p<0,001 dan r=0,604, yang artinya konpensasi yang dilakukan oleh β
berhubungan kuat dan searah dengan pankreas sel dengan cara
kemaknaan <0,001 antara BMI dan mensekresikan insulin lebih banyak
IPSS pada pasien BPH. Hal ini mengakibatkan hiperinsulinemia
dikarenakan pada orang dengan sekunder dan lebih banyak insulin-
obesitas terjadi peningkatan kadar like growth factor-1 (IGF-1) yang
estrogen oleh enzim P450 aromatase dapat meningkatkan pembesaran
dan penurunan hormon testosteron prostat.15 Penelitian ini juga selaras
yang akhirnya dapat meningkatkan dengan penelitian yang dilakukan
progestifitas dari BPH, selain itu juga Rusu F et al. 2010 selama satu tahun
diperparah dengan aktivitas saraf di RS Bucharest, Romania pada 310
simpatik dan tekanan hidrostatik pada pasien BPH dengan usia >45 tahun
drainase vena reproduksi pria yang didapatkan rerata BMI adalah 31,40
meningkat dapat memperparah LUTS kg/m2 dan rerata IPSS 14,83. Pada uji
yang dialami pasien BPH, sehingga korelasi skor IPSS berkorelasi positif
pada penelitian ini pasien BPH dan bermakna dengan BMI pada
disarankan untuk memiliki BMI yang pasien BPH dipenelitian ini karena
normal agar bisa menurunkan gejala nilai p<0,05 dan r=0,1 (korelasi
LUTS dan meningkatkan kualitas sangat lemah). Pada penelitian ini
hidup pasien BPH tersebut.14 juga ditemukan bahwa komponen
Hasil penelitian yang dilakukan metabolik sindrom seperti obesitas,
oleh Chen Z et al. 2015 dari bulan diabetes melitus, tekanan darah,
Januari sampai Desember 2013 pada hipertensi berkaitan dengan
141 pasien BPH yang baru peningkatan keparahan LUTS dengan
didiagnosis diabetes tipe 2 dengan p<0,05.16
rentang usia 60 sampai 85 tahun. Pada Penelitian oleh Raffelstha F et
penelitian ini paling banyak al. 2020 yang dilakukan di Padang
didapatkan pasien dengan BMI dari bulan Januari sampai April 2020
overweight (24-29,9 kg/m2) dengan pada 21 pasien BPH dengan rerata
rerata IPSS adalah 14,07. Hasil dari usia 64,43 tahun, rerata BMI 22,95
penelitian ini didapatkan IPSS akan kg/m2 dan rerata IPSS 17,24. Hasil uji
meningkat seiring dengan korelasi IMT dan IPSS yaitu nilai r=-
peningkatan dari BMI dan kadar 0,302 yang artinya mempunyai
glukosa darah pada pasien usia lanjut korelasi lemah dan tidak searah
yang terdiagnosis diabetes tipe 2, uji dengan p=0,092 yang berarti secara
korelasi pearson r=0,863 yang artinya statistik tidak bermakna Perbedaan
memiliki korelasi yang sangat kuat nilai IPSS pada penelitian ini
dan searah dengan kemaknaan dikarenakan pasien yang dijadikan
p<0,001. Diabetes dan obesitas sampel tidak hanya datang dengan
memiliki ciri khas tinggi glukosa keluhan LUTS tetapi juga pasien yang

4
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

hanya ingin memeriksakan prostatnya sehingga mempengaruhi dari


sehingga didapatkan nilai IPSS yang pertumbuhan prostat.19
relatif rendah selain itu karena tidak Berdasarkan hasil tabulasi
mempertimbangkan adanya faktor jurnal-jurnal yang telah diteliti
lain yang mempengaruhi keparahan didapatkan rerata BMI pasien BPH
LUTS pada pasien BPH seperti adalah 25,57 kg/m2. Pada penelitian
aktivitas fisik yang tinggi akan literature review ini paling banyak
menyebabkan tonus simpatik lebih menggunakan Asia-Pacific Guidlines
rendah sehingga berpengaruh untuk mengkategorikan status gizi
terhadap rendahnya keparahan pasien BPH sehingga didapatkan
LUTS.17 33,74% pasien dengan BMI <23
Penelitian lain yang dilakukan kg/m2 dan 66,26% pasien memiliki
oleh Sokhal AK et al. 2016 di India BMI ≥23 kg/m2 atau dengan status
dari bulan Januari 2012 sampai gizi overweight sampai obesitas,
Desember 2014 pada 1100 pasien sedangkan rerata IPSS yang
dengan rerata usia 58,18 tahun (41-76 didapatkan pada literature review ini
tahun) didapatkan hasil mayoritas adalah 16,34 yang artinya pasien
pasien memiliki BMI yang memiliki gejala LUTS atau skor IPSS
2
overweight (23-27,99 kg/m ) dengan yang sedang. Berdasarkan jurnal-
rerata IPSS 10. Uji spearman antara jurnal yang sudah ditabulasi juga
BMI dan IPSS pada pasien BPH didapatkan bahwa terdapat beberapa
dipenelitian ini didapatkan hasil perbedaan hasil antar jurnal dengan
rs=0,013 yang artinya mempunyai metode yang dilakukan yaitu uji
korelasi yang sangat lemah dan searah korelasi, pada 12,5% literatur
dengan p=0,76 sehingga tidak ada mempunyai hubungan yang sangat
kemaknaan secara statistik.18 kuat, searah dan bermakna, 37,5%
Penelitian oleh Lee SH et al. literatur mempunyai hubungan kuat,
2011dari bulan Juni 2009 sampai Mei searah dan bermakna, 12,5% literatur
2010 di Universitas Kesehatan mempunyai hubungan sangat lemah,
Yonsen juga memiliki kesimpulan searah da bermakna, 25% literatur
yang sama, pada 175 pasien BPH mempunyai hubungan yang sangat
dengan rerata BMI 21,763 kg/m2, lemah sampai lemah dan searah
rerata lingkar pinggang adalah 79,9 dengan kemaknaan p>0,05 dan 12,5%
cm dan rerata IPSS 20,7. berdasarkan literatur mempunyai hubungan yang
penelitian ini didapatkan p=0,133 lemah tetapi tidak searah dengan
(p>0,05) yang berarti tidak bermakna kemaknaan p>0,05. Pada literature
secara statistik dan r=0,230 yang review ini paling banyak ditemukan
artinya berhubungan lemah dan penelitian dengan hasil terdapat
searah, tetapi pada hubungan WC hubungan yang kuat antara
dengan IPSS didapatkan r=0,295 peningkatan BMI dengan IPSS pada
yang artinya terdapat hubungan yang pasien BPH.
lemah dan searah dengan kemaknaan Lee SH et al. 2011 menemukan
p<0,05, hal ini dikarenakan pada bahwa pria dengan obesitas sentral
obesitas sentral memiliki konsentrasi (WC>90cm) lebih erat kaitannya
testosteron yang lebih rendah dengan LUTS pada pasien BPH dari
pada obesitas keseluruhan yang

5
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

diukur dengan BMI.19 Hal ini


merupakan kekurangan dari beberapa
penelitian dikarenakan hanya
menggunakan indikator BMI sebagai
parameter antropometri untuk
mengklasifikasikan derajat gizi
pasien, selain itu faktor risiko lain
pada BPH juga tidak
dipertimbangkan padahal juga dapat
mempengaruhi keparahan dari BPH,
seperti komponen metabolik sindrom
lain selain obesitas yaitu, tekanan
darah, hipertensi berkaitan dengan
keparahan BPH karena dapat
meningkatkan gejala LUTS.
Perubahan faktor gaya hidup dan
aktivitas fisik mungkin juga bisa
mencegah dari keparahan LUTS pada
BPH.

6
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelusuran Literatur Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan International Prostate Symptom
Score (IPSS) pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
No Peneliti, Judul Penelitian Subjek penelitian Metode, Uji Hasil Penelitian
Tahun yang digunakan

1 Raffelstha F et Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan 21 pasien BPH di RSU Bunda Cross-sectional, Hasil uji korelasi antara IMT dan IPSS didapatkan
al. (2020)17 International Prostate Symptom Score BMC Padang dari bulan Pearson gambaran IMT antara 15,7-18,98 kg/m2 dengan rerata
pada pasien Benign Prostatic Februari 2020 – April 2020 22,29 ± 4 kg/m2, gambaran IPSS antara 2-32 dengan rerata
Hyperplasia 17,24 ± 8,6 dan nilai r=-0,302 yang artinya mempunyai
hubungan lemah dan tidak searah dengan kemaknaan
p=0,092 (p>0,05).

2 Sokhal AK et Does Body Mass Index have an impact 1.100 pasien BPH di Pusat Cross-sectional Mayoritas pasien BPH berada dalam kelompok kelebihan
al. (2016)18 on prostate volume and serum Prostate Perawatan India Utara dari Prospective, berat badan (BMI 23,00-27,99) yaitu 638 pasien (58%),
Specific Antigen? A prospective Januari 2012 – Desember 2014 Spearman 199 pasien (10,82%) berada pada kelompok obesitas (BMI
observational study in patients with > 28,00), rerata IPSS pasien adalah 10 (7-14), didapatkan
Lower Urinay Tract Symptoms hasil rs=0,013 yang artinya mempunyai hubungan yang
sangat lemah dengan kemaknaan p=0,76 (0>0,05).

3 Yelsel K et al. Effect of obesity on International 211 pasien BPH di Ordo Turkey Cross-sectional Rerata BMI pasien adalah 28,0 ± 4,9 kg/m2, yaitu sebanyak
(2016)14 Prostate Symptom Score and prostate dari bulan Desember 2008 – Retrospektif, 2 pasien kelompok kurus (0,9%), 46 pasien dengan berart
volume November 2009 Pearson badan normal (21,8%), 36 pasien kelebihan berat badan
(17,1%), dan 127 pasien obesitas (60,2%). Pasien dengan
IPSS ringan ada 18 (8,5%) pasien, IPSS sedang 101
(47,9%) pasien dan IPSS berat 92 (43,6%) pasien. Pada
penelitian ini didapatkan r=0,604 yang artinya mempunyai
hubungan yang kuat dan searah dengan kemaknaan
<0,001.Hasil menunjukkan bahwa masing-masing variabel
tersebut merupakan faktor risiko independen yang
berpengaruh terhadap gejala retensi urin akut namun tidak
signifikan (nilai p >0,05). Uji pengaruh grade USG

7
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

terhadap kejadian retensi urin akut menunjukkan nilai t


sebesar 0,798 dengan odds ratio 0,266 dan nilai p = 0,430
(tidak signifikan).

4 Yin Z et al. Association between Benign Prostatic Penelitian ini dilakukan di RS Cross-sectional, Pada penelitian ini rerata pasien memiliki BMI = 25,7
(2015)12 Hyperplasia, Body Mass Index, and Xiangya dan RS Hunan China Pearson kg/m2 didapatkan hubungan obesitas sentral (lingkar
metabolic syndrome in Chinese men dari bulan Januari – Juni 2012 pinggang >90) dengan peningkatan risiko BPH dan untuk
dan mendapatkan 904 pasien hasil uji korelasi BMI dan IPSS adalah r=0,402 p<0,001
BPH (usia 50-59 tahun) yang artinya terdapat hubungan yang kuat dan searah.

5 Chen Z et al. Effect of obesity and hyperglycemia on 141 pasien BPH di RS Cross-sectional, 44 pasien dengan BMI < 24 kg/m2 memiliki rerata IPSS
(2015)15 Benign Prostatic Hyperplasia in elderly Chaoyang Beijing, China Pearson 9,49 ± 0,86. 59 pasien dengan BMI 24-27,9 kg/m2 memiliki
patients with newly diagnosed type 2 dengan diabetes tipe 2 yang baru rerata IPSS 13,17 ± 1,68. Dan 38 pasien dengan BMI ≥ 28
diabetes kg/m2 memiliki rerata IPSS 19,57 ± 1,43. Dari data tersebut
didiagnosis dari bulan Januari –
didapatkan IPSS akan meningkat seiring dengan
Desember 2013 dengan usia peningkatan dari BMI sehingga kesimpulannya terdapat
berkisah 60-85 tahun hubungan yang yang sangat kuat dan searah antara IPSS
dan BMI pada pasien diabetes melitus tipe 2 (r=0,863)
dengan kemaknaan p<0,001.
6 Kim JM et al. Effect of obesity on Prostate-Specific 258 pasien BPH di Daegu Korea Retrospektif, Rerata volume prostat pada pasien tanpa retensi urin akut
(2011)13 Antigen, prostate volume, and dari bulan Januari – Desember Pearson Pasien BPH dengan kelompok berat badan kurang ada 40
International Prostate Symptom Score 2008 orang (15,5%) dengan rerata IPSS 15,13 ± 3,96, kelompok
in patient with Benign Prostatic berat badan normal ada 72 orang (27,9%) dengan rerata
Hyperplasia IPSS 17,90 ± 5,98, kelompok kelebihan berat badan ada
85 orang (32,9%) dengan rerata IPSS 20,19 ± 6,77, dan
kelompok obesitas ada 61 orang (23,7%) dengan 25,07 ±
5,22. Berdasarkan penelitian ini didapatkan r=0,470 yang
artinya mempunyai hubungan yang lemah dan searah
dengan kemaknaan p=0,02 (p,0,05).
7 Lee SH et al. Comparison of the clinical efficacy of 175 pasien BPH di Universitas Cross-sectional Rerata BMI pada pasien BPH di penelitian ini adalah
(2011)19 medical treatment of symptomatic BPH Kesehatan Yonsei dari bulan Obeservational, 21,763 kg/m2 dan rerata lingkar pinggang adalah 79,9 cm.
between normal and obese patients Juni 2009 – Mei 2010 Pearson Terdapat 89 pasien dengan BMI <23,0 kg/m2 rerata
memiliki nilai IPSS 20,5 ± 7,6 dan 86 pasien dengan BMI
≥ 23,0 kg/m2 yang rerata nilai IPSS nya adalah 20,9 ± 7,2.

8
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

Berdasarkan penelitian ini didapatkan r=0,230 yang artinya


berkorelasi lemah dengan kemaknaan p=0,133 sehingga
tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara BMI
dengan IPSS pada pasien BPH, tetapi nilai IPSS lebih
tinggi pada kelompok pasien dengan lingkar pinggang > 90
dibandingkan yang <90 sehingga didapatkan korelasi yang
bermakna antara lingkar pinggang dengan IPSS (p<0,5)
dan nilai r=0,295 yang artinya behubungan lemah dan
searah.
8 Rusu F et al. Lower Urinary Tract Symptoms, 381 pasien berusia lebih dari 45 Cross-sectional, Pada penelitian ini didapatkan prevalensi LUTS berat
(2010)16 Benign Prostatic Hyperplasia, and tahun, 310 merupakan pasien Pearson adalah 46 pasien (14,8%), LUTS sedang adalah 230 pasien
metabolic syndrome dengan BPH penelitian (74,2%). Nilai r=0,1 yang artinya memiliki hubungan yang
dilakukan selama 1 tahun sangat lemah dan searah dengan kemaknaan p<0,05.
(dibagi menjadi per 6 bulan) di
RS Bucharest, Romania

9
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

PENUTUP Indonesia (IAUI). Jakarta; 2017.


Simpulan dari tabulasi data 5. Ayuni R. Faktor-faktor yang
literature review ini adalah semakin berhubungan dengan kualitas
besar BMI maka akan meningkatkan hidup pada pasien Benign
skor IPSS pada pasien BPH. Prostatic Hyperplasia (BPH) di
Penelitian selanjutnya tentang RSUD ulin Banjarmasin
hubungan BMI dengan IPSS pada [skripsi]. Banjarmasin:
pasien BPH disarankan untuk lebih Universitas Muhammadiyah
memperhatikan faktor risiko lain yang Banjarmasin; 2018.
dapat mempengaruhi derajat keparahan 6. Carrero-López VM, Cózar-Olmo
BPH seperti aktivitas fisik, genetik, JM, Miñana-López B. Benign
hipertensi, diabetes dan gaya hidup prostatic hyperplasia and lower
pasien. Selain itu penelitian selanjutnya urinary tract symptoms. A review
juga dianjurkan tidak hanya of current evidence. Actas Urol
menggunakan satu parameter untuk Esp. 2016;40(5):288–94.
menghitung status gizi pasien dan pada 7. Purnomo BB. Dasar-dasar
pasien BPH dianjurkan untuk memiliki Urologi. 3rd ed. Yosef H, editor.
BMI yang normal atau tidak obesitas Malang: CV Sagung Seto; 2016.
sehingga gejala LUTS akan menurun 8. Parikesit D, Mochtar CA, Umbas
dan meningkatkan kualitas hidup R, Hamid ARAH. The impact of
pasien. obesity towards prostate diseases.
Asian Pasific Prostate Soc.
DAFTAR PUSTAKA 2016;4(1):1–6.
1. Mochtar C, Umbas R, Soebandi 9. Jung JH, Ahn SV, Song JM,
D, Rasyid N, Noegroho B, Chang SJ, Kim KJ, Kwon SW, et
Poernomo B, et al. Panduan al. Obesity as a risk factor for
Penatalaksanaan Klinis, prostatic enlargement: A
Pembesaran Prostat Jinak. Edisi retrospective cohort study in
ke 2. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Korea. Int Neurourol J.
Indonesia; 2015. 2016;20(4):321–8.
2. Lim K Bin. Epidemiology of 10. Ahmad N, Adam SIM, Nawi AM,
benign prostatic hyperplasia. Hassan MR, Ghazi HF.
Asian J Urol. 2017;20:4–7. Abdominal obesity indicators:
3. Madersbacher S, Sampson N, Waist circumference or
Culig Z. Pathophysiology of waist‑to‑hip ratio in Malaysian
benign prostatic hyperplasia and adults population. Int J Prev Med.
benign prostatic enlargement: a 2016;7:3–7.
mini-review. Gerontology. 11. Nuttall FQ. Body mass index:
2019;65(5):458–64. obesity, BMI, and health: a
4. Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas critical review. Nutr Today.
R, Poernomo BB, Wijanarko S, 2015;50(3):117–28.
Mochtar CA, et al. Panduan 12. Yin Z, Yang JR, Rao JM, Song
Penatalaksanaan Klinis W, Zhou KQ. Association
Pembesaran Prostat Jinak. Edisi between benign prostatic
ke 3. Ikatan Ahli Urologi hyperplasia, body mass index,

10
Dzulfarida.dkkl. Literature Review: Hubungan Body ...

and metabolic syndrome in MS, Yoo SJ, Chung BH.


Chinese men. Asian J Androl. Comparison of the clinical
2015;17(5):826–30. efficacy of medical treatment of
13. Kim JM, Song PH, Kim HT, symptomatic benign prostatic
Moon KH. Effect of obesity on hyperplasia between normal and
prostate-specific antigen, prostate obese patients. Asian J Androl.
volume, and international 2011;13(5):728–31.
prostate symptom score in
patients with benign prostatic
hyperplasia. Korean J Urol.
2011;52(6):401–5.
14. Yelsel K, Alma E, Eken A,
Gülüm M, Erçil H, Ayyildiz A.
Effect of obesity on International
Prostate Symptom Score and
prostate volume. Urol Ann.
2015;7(3):371–4.
15. Chen Z, Miao L, Gao X, Wang G,
Xu Y. Effect of obesity and
hyperglycemia on benign
prostatic hyperplasia in elderly
patients with newly diagnosed
type 2 diabetes. Int J Clin Exp
Med. 2015;8(7):11289–94.
16. Rusu F, Rusu E, Radulian G,
Enache G, Jinga M, Jinga V, et al.
Lower urinary tract symptoms,
benign prostatic hyperplasia and
metabolic syndrome. Nat Rev
Urol. 2016;13(2):108–19.
17. Raffelstha F, Herizal H. Korelasi
indeks massa tubuh dengan
International Prostate Symptom
Score pada pasien Benign
Prostatic Hyperplasia. JIKESI.
2020;179–84.
18. Sokhal A. Does body mass index
have an impact on prostate
volume and serum prostate
specific antigen? A prospective
observational study in patients
with lower urinary tract
symptoms. J Urol Nephrol Open
Access. 2016;2(3):1–5.
19. Lee SH, Oh CY, Park KK, Chung

11

Anda mungkin juga menyukai