Chapter 10 Leadership
Chapter 10 Leadership
LEADING TEAM
DEFINISI TEAM
Suatu unit yang terdiri dari paling sedikit 2 orang atau lebih
yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaannya
untuk emncapai tujuan yang disepakati bersama.
Group Team
1. Functional Team
Bagian dari suatu struktur vertikal hirarki. Team
ini dibentuk dalam rantai komando yang
formal. Terdiri dari minimum 4 level hirarki
organisasi. Hanya bertanggunggjawab
terhadap 1 unit organisasi dan sistemnya
birokrasi. Tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan konsumen, kecepatan dalam servis,
fleksibelitas dan kualitas.
Contoh: Divisi marketing bertanggungjawab di
area marketing saja.
2. Cross-Funstional Teams
Terbentuk dari berbagai fungsi departemen yang
berbeda dalam organisasi. Anggota-anggota team
terbebas dari hirarki yang bersifat vertikal tetapi masih
bersifat leader-centered dan leader-directed.
Tujuannya untuk penyatuan pemikiran dan disiplin ilmu
dari tiap-tiap departemen untuk mendapatkan kinerja
yang optimal.
1. Size
Ukuran ideal banyaknya orang yang bergabung dalam
team adalah 7 orang tetapi bisa juga berkisar antara 5
sampai 7 orang. Jumlah kelompok team sebaiknya harus
kecil sehingga dapat berinteraksi satu sama lain, mudah
diatur, timbul kebersamaan serta kuat dalam komitmen.
2. Diversity
Keragaman team akan lebih efektif karena masing-
masing anggota memberikan berbagai macam
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman serta bakat
dan informasi untuk menunjang suatu proyek atau
masalah. Keragaman team akan menghasilkan solusi
yang lebih inovatif untuk berbagai masalah yang dapat
dilakukan oleh keragaman team.
3. Interdependence
sampai sejauh mana setiap anggota team bergantung
satu sama lainnya.
a. Pooled Interdependence
Merupakan bentuk terendah dari kesaling tergantungan
dimana anggota-anggotanya hampir saling tergantung
satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan mereka,
partisipasi dalam team tapi tidak sebagai suatu team dan
pekerjaan tersebut diselesaikan secara independence.
c. Reciprocal Interdependence
Merupakan tingkatan tertinggi dari kesaling
tergantungan yang ada ketika para anggota team
mempengaruhi dan dipengaruhi satu dengan
yang lain dalam kebiasaan timbal balik.
EXHIBIT 10.3
Team Leadership
Team
Characteristics
Size
Interdependence
LEADING EFFECTIVE TEAMS
Penentu Cohesiveness:
a. Interaction
b. Share mission and Goals
c. Personal attraction
d. Konteks: kompetisi, kesuksesan
• Konsekuensi Cohesiveness:
a. Moral kerja
b. Kinerja team
c. Social Facitation
Storming :
Conflict, disagreement Leader:
Encourage, participation surface differences
Norming :
Performing :
1. Forming
Suatu periode terbentuknya orientasi dan
mendapatkan suatu perkenalan (dikenal). Anggota
team mencari apakah perilaku dapat diterima oleh
orang lain, mencari kemungkinan persahabatan, dan
mendefinisikan orientasi tugas. Pada tahap ini adanya
ketidakpastian terhadap tujuan.
2. Storming
Selama tahap ini, kepribadian individu lebih
dikeluarkan. Orang-orang akan menjadi lebih
berusaha mempertahankan dalam mengklarifikasikan
peraturan-peraturan mereka. Tahap ini terjadi banyak
konflik dan beda pendapat. Anggota team mungkin
saja tidak setuju mengenai persepsi dari misi dan
tujuan dari team mereka.
3. Norming
Pada tahap ini konflik sudah mulai sedikit dan adanya
kesatuan team, dan harmonisasi. Pada tahap ini mulai
memahami satu sama lain, hubungan antar team sudah
lebih baik, norma-norma dan nilai semakin baik
sehingga dapat berinteraksi lebih baik.
4. Performing
Selama tahap ini, tekanan utama adalah dalam
menyelesaikan atau mencapai tujuan dari team. Para
anggota berkomitmen dalam misi teamnya. Mereka
saling berinteraksi, mengkoordinasi tindakan mereka,
dan menangani beda pendapat dengan sikap yang
dewasa, dan gaya yang produktif.
EXHIBIT 10.5
Assertiveness
(attempting to
Compromising
satisfy one,s own
concerns)
Avoiding Accommodating
Unassertive
Uncooperative Cooperative
Cooperativeness
(Attempting to satisfy the other
party’s concerns)
Handling Team Conflict
1. Competing
Mencerminkan gaya assertiveness yang tinggi untuk
memenuhi kepentingannya sendiri dan dapat
digunakan dengan cepat dan kebutuhan yang sifatnya
mendadak/ tindakan yang tidak popular.
2. Avoiding
Gaya dimana assertiveness-nya dan cooperativeness-
nya sama-sama rendah, tepat digunakan ketika issue
trivial atau masalah yang tidak biasa, tidak ada
kemungkinan menang dan ketika suatu penundaan
dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi yang lebih.
3. Compromising
Gaya dimana adanya kesempatan untuk mengatasi
konflik tersebut, ingin menghasilkan sesuatu dengan
tidak ada yang menang atau kalah. Gaya ini tepat
dilakukan ketika tujuan kedua belah pihak memiliki
kekuatan dan kepentingan berimbang.
4. Accomodation
Gaya dimana cooperativeness dan assertiveness-nya
sama-sama tinggi. Gaya ini tepat digunakan
perusahaan untuk menang, meskipun memerlukan
percakapan yang substantive dan negosiasi. Gaya ini
sangat penting untuk dikompromikan, konsensus dan
pendapat orang lain diperlukan dalam keputusan akhir.
• Collaborating
Gaya dimana cooperativeness dan
assertivenessnya sama-sama tinggi. Gaya
ini tepat digunakan perusahaan untuk
menang, meskipun memerlukan
percakapan yang substantif dan negosiasi.
1. Vision
Suatu visi dapat mendorong seseorang untuk bekerja
bersama-sama. Visi adalah untuk satu team bukan
untuk perorangan. Pemimpin dapat fokus pada visi
organisasi sehingga konflik dapat berkurang karena
mereka menyadari untuk mencapai visi dan
memperoleh achievement mereka harus bekerjasama.
4. Facilitating Communication
Salah satu cara yang paling efektif untuk
mengurangi konflik dengan berkomunikasi
secra terbuka dan jujru. Misalnya dengan
dialog dan diskusi.