Anda di halaman 1dari 15

TABLE OF CONTENTS

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 2
1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................................................4
1.4 Batasan Masalah................................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................7
2.1 Landasan Teori..................................................................................................................... 7
2.2 Komunikasi Antarbudaya.......................................................................................................8
2.3 Code Language..................................................................................................................... 9
2.4 Code Switching..................................................................................................................... 9
2.5 Code Mixing....................................................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................11
3.1 Metode............................................................................................................................... 11
3.2 Objek penelitian.................................................................................................................. 11
3.3 Langkah-langkah Penelitian..................................................................................................11
BAB IV CONTOH ANALISIS DATA.........................................................................................14
4.1 Wawancara......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 15

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi ini, kemampuan berbahasa asing menjadi keterampilan yang sangat
penting. Dengan adanya komunikasi yang semakin mudah dan cepat, kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang dari budaya dan bahasa yang berbeda memberikan keuntungan
kompetitif yang signifikan. Salah satu fenomena yang terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa asing seseorang adalah code language.

Code Language, juga dikenal sebagai code switching dan code mixing, merujuk pada proses
penggantian bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi. Fenomena ini terjadi
ketika seseorang secara sadar atau tidak sadar beralih dari satu bahasa ke bahasa lain dalam
konteks yang sama atau berbeda. Code language dapat terjadi dalam percakapan sehari-hari,
pembelajaran bahasa, atau situasi komunikasi formal maupun informal.

Code language dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, seseorang dapat menggabungkan
kata-kata atau frasa dari dua bahasa yang berbeda dalam satu kalimat (code mixing), atau dapat
pula beralih sepenuhnya dari satu bahasa ke bahasa lain dalam sebuah percakapan (code
switching). Fenomena ini tidak hanya terjadi pada orang yang bilingual, yaitu yang dapat
menguasai dua bahasa secara lancar, tetapi juga pada mereka yang memiliki pengetahuan dasar
atau sedang mempelajari bahasa baru.

Code language melibatkan penggunaan dua atau lebih bahasa dalam komunikasi sehari-hari.
Seseorang yang sering menggunakan code language cenderung memiliki keterampilan bilingual
yang terpadu. Mereka memiliki kepekaan terhadap nuansa bahasa, perbedaan kosakata, idiom,
dan struktur kalimat yang berbeda dalam bahasa yang mereka gunakan. Hal ini dapat membentuk

2
gaya bahasa yang unik, di mana mereka dapat menggabungkan elemen-elemen dari berbagai
bahasa untuk menciptakan ungkapan yang lebih kaya dan terbuka terhadap variasi dalam gaya
berkomunikasi.

Kemampuan berbahasa asing menjadi keterampilan yang sangat penting. Salah satu metode yang
relevan dalam membentuk pembiasaan berbahasa asing yang efektif adalah dengan menciptakan
English Zone. English Zone adalah lingkungan atau area tertentu di mana bahasa Inggris
digunakan secara aktif dan diutamakan dalam interaksi sehari-hari.

English Zone menciptakan keharusan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam bahasa
Inggris. Ini mendorong seseorang untuk secara konsisten menggunakan bahasa asing dalam
aktivitas sehari-hari. Dengan terus melatih dan menggunakannya, pembiasaan dalam berbahasa
asing akan terbentuk dengan sendirinya. English Zone membantu menghilangkan rasa canggung
atau takut dalam menggunakan bahasa asing, karena semua orang di sekitar juga menggunakan
bahasa yang sama. Dalam lingkungan ini, praktik dan latihan berbahasa asing menjadi alami dan
terjadi secara rutin.
English Zone juga membantu memperluas kosakata dan pemahaman budaya seseorang dalam
bahasa asing. Dalam lingkungan ini, seseorang akan terpapar dengan variasi kata-kata dan
ungkapan dalam bahasa Inggris. Mereka akan belajar kosakata baru dan memperdalam
pemahaman tentang konteks dan budaya yang terkait dengan bahasa tersebut. English Zone
menciptakan kesempatan untuk belajar dari sesama pengguna bahasa asing, serta mengakses
berbagai sumber daya dan materi dalam bahasa Inggris, seperti buku, media, dan program
berbahasa asing.

Kampung Inggris Bandung | E-PLC merupakan salah satu lembaga pembelajaran bahasa Inggris
yang menerapkan metode English Zone sebagai salah satu alat yang diharapkan efektif dalam
membantu peningkatan kemampuan berbahasa Inggris para peserta didiknya.

1.2 Identifikasi Masalah


1. How do code switching and code mixing occur in English Zone at Kampung Inggris Bandung
| E-PLC?

3
2. Why do the students tend to do code switching during their conversation in English Zone at
Kampung Inggris Bandung | E-PLC?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu siswa mencapai hasil yang dapat diukur dalam hal
komunikasi yang efektif melalui English Zone yang telah diatur di Kampung Inggris Bandung |
E-PLC selama satu tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur pemahaman saya
terhadap strategi komunikasi yang dapat memperluas pengetahuan dan keterampilan saya untuk
tetap unggul dalam karier saya dan berkontribusi secara lebih efektif.

Tujuan spesifik dari penelitian ini mencakup:


Mengevaluasi dampak English Zone terhadap kemampuan komunikasi siswa: Penelitian ini akan
mengukur kemajuan siswa dalam komunikasi dalam bahasa Inggris setelah terpapar dalam
English Zone selama satu tahun. Dengan menggunakan metode penilaian yang tepat, seperti tes
tertulis dan lisan, serta observasi langsung, penelitian ini akan mengukur peningkatan
kemampuan komunikasi siswa dalam berbagai aspek, termasuk keterampilan berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis.

Menilai efektivitas English Zone dalam menciptakan pembiasaan berbahasa asing yang efektif:
Penelitian ini akan mengevaluasi sejauh mana English Zone di Kampung Inggris Bandung | E-
PLC berhasil menciptakan pembiasaan berbahasa asing yang efektif. Hal ini dapat melibatkan
pengamatan langsung terhadap siswa yang berinteraksi dalam English Zone, wawancara dengan
siswa dan instruktur, serta analisis data tentang frekuensi penggunaan bahasa Inggris dalam
lingkungan tersebut.

Mengukur pemahaman peneliti terhadap strategi komunikasi: Penelitian ini akan mengukur
pemahaman peneliti terhadap strategi komunikasi yang efektif dalam lingkungan English Zone.
Ini dapat dilakukan melalui penelusuran literatur, studi kasus, dan refleksi diri terhadap
pengalaman langsung dalam menggunakan strategi komunikasi dalam konteks bahasa Inggris.

4
Mengembangkan rekomendasi untuk pengembangan English Zone yang lebih efektif:
Berdasarkan temuan dari penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
rekomendasi yang dapat meningkatkan efektivitas English Zone di Kampung Inggris Bandung |
E-PLC. Rekomendasi ini dapat berupa saran untuk pengembangan kurikulum, peningkatan
metode pengajaran, atau penyesuaian kebijakan dan peraturan dalam English Zone.

Dengan mencapai tujuan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang dampak English Zone dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan
memperluas pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam strategi komunikasi. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan English Zone
yang lebih efektif di Kampung Inggris Bandung | E-PLC, sehingga mendorong prestasi yang
lebih baik dalam komunikasi berbahasa asing.

1.4 Batasan Masalah


Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi intensitas penggunaan code switching yang
cenderung dilakukan oleh peserta didik selama mereka berada di English Zone. Batasan berikut
dibuat untuk menentukan ruang lingkup penelitian.

1. Objek penelitian
Penelitian hanya akan melibatkan peserta didik kelas speaking 2 dan Speaking 3 Periode
71 untuk memastikan konsistensi dalam pembiasaan berbahasa inggirs di area English
Zone yang melibatkan code switching.

2. Lokasi Geografis
Penelitian akan dilakukan di satu lembaga bahasa bernama Kampung Inggris Bandung |
E-PLC untuk mengidentifikasi jenis-jenis code switching yang cenderung dilakukan oleh
para peserta didik.

5
3. Metodologi
Penelitian akan menggunakan metode kualitatif seperti wawancara mendalam dalam
kelompok. Survei yang berfokus dalam pengumpulan data.

4. Waktu
Penelitian akan fokus pada persepsi dan pengalaman peserta didik di kelas berbasis
speaking di periode 71 (Juli - Agustus 2023)

5. Tema penelitian
Tema penelitian akan mengeksplorasi tema yang berfokus pada intensitas penggunaan
code switching yang cenderung dilakukan oleh peserta didik selama mereka berada di
English Zone.

6
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Di era berbasis internet saat ini, terdapat kecenderungan yang kuat bagi penutur bahasa untuk
menjadi penutur bahasa yang multilingual. Akses mudah ke internet memungkinkan individu
untuk terhubung dengan berbagai budaya dan komunitas di seluruh dunia. Untuk mengikuti
perkembangan jaman, muncul sebuah dorongan pada masyarakat untuk bisa menjadi penutur
bahasa asing lain untuk terhubung dengan berbagai budaya dan komunitas di seluruh dunia.

Dalam proses ini, orang-orang cenderung terpapar pada bahasa-bahasa yang berbeda dan
menjadi tertarik untuk mempelajari dan menggunakan bahasa-bahasa asing tersebut, terutama
bahasa Inggris yang diketahui sebagai bahasa internasional.

Untuk mendukung kecenderungan dan kebutuhan orang menguasai bahasa Inggris, orang-orang
berupaya menyediakan platform untuk komunikasi antarbudaya yang lebih mudah seperti
melalui media sosial, forum dan aplikasi berbagi bahasa yang mewadahi individu untuk dapat
berinteraksi dengan mempraktikkan bahasa asing tersebut dalam konteks nyata. Termasuk
pengadaan English Zpne yang umum difasilitasi oleh lembaga bahasa seperti Kampung Inggris
Bandung | E-PLC.

Dalam praktiknya, peserta didik yang menjadi penutur bahasa aktif di English zone dalam situasi
komunikasi yang kompleks, code switching cenderung selalu digunakan sebagai strategi untuk
mencapai pemahaman yang lebih baik dan memperjelas makna pesan.Pada tingkat penguasaan
bahasa yang berbeda-beda, individu mungkin merasa bahwa ada aspek-aspek tertentu yang lebih
baik atau lebih tepat untuk diungkapkan dalam bahasa asing atau bahasa ibu mereka.

7
Code switching dapat digunakan untuk menunjukkan pergeseran domain komunikasi, di mana
penggunaan bahasa asing lebih sesuai dalam konteks tertentu sementara bahasa ibu lebih sesuai
dalam konteks lain. Code switching memungkinkan individu untuk menyesuaikan penggunaan
bahasa dengan kebutuhan komunikatif mereka.

Maka dari itu, tinjauan penelitian ini akan menyajikan beberapa temuan penting dari peneliti
terkait code-switching, termasuk pengertian, fungsi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
dampaknya dalam konteks sosial dan linguistik.

2.2 Komunikasi Antarbudaya


Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya melibatkan
proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang mempengaruhi perilaku manusia dan
membatasi mereka dalam menjalankan peran mereka dalam kelompok. Komunikasi antarbudaya
ini dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:
1. Dengan melalui proses negosiasi, manusia terlibat dalam pertemuan antarbudaya yang
juga membahas tema yang sedang diperdebatkan. Simbol-simbol itu sendiri tidak
memiliki makna yang inheren, tetapi maknanya terbentuk dalam konteks tertentu dan
makna tersebut didiskusikan dan diperjuangkan.
2. Melalui pertukaran sistem simbolik yang tergantung pada kesepakatan antara individu
yang terlibat dalam komunikasi, keputusan diambil untuk ikut serta dalam proses
pemberian makna yang seragam.
3. Peran suatu budaya dalam membimbing perilaku kita tidak terprogram, namun memiliki
manfaat karena berpengaruh terhadap perilaku yang kita lakukan.
4. Kelompok-kelompok berfungsi untuk membedakan diri kita dari kelompok lain dan kita
dapat mengidentifikasi diri dengan berbagai cara yang beragam.

8
2.3 Code Language
Gafaranga, J. (2000) di dalam bukunya: Conversational structures and code-switching patterns.
John Benjamins Publishing menjelaskan bahwa code language merujuk pada penggunaan sistem
komunikasi yang khusus dan tidak dapat dimengerti oleh orang yang tidak termasuk dalam
kelompok yang menggunakan code language tersebut. Code language biasanya digunakan oleh
kelompok atau komunitas tertentu untuk berkomunikasi secara rahasia atau untuk memperkuat
ikatan sosial dalam kelompok tersebut.

Implementasi code language dalam kehidupan sehari-hari oleh penutur bahasa bilingual dapat
terjadi dalam berbagai konteks, tergantung pada tujuan dan kebutuhan komunikasi mereka.
Berikut adalah beberapa contoh implementasi Gafaranga menegaskan bahwa Penerapan code
language dalam kehidupan sehari-hari oleh penutur bahasa bilingual dapat memainkan peran
penting dalam memperkuat ikatan sosial dalam komunitas, mempertahankan identitas kelompok,
dan melindungi informasi rahasia.

2.4 Code Switching


Menurut Hammers and Blanc (2000) dalam bukunya yang berjudul “an introduction to
Sociolinguistics,” menerangkan bahwa code mixing dan code swiching adalah pengaplikasian
strategi berkomunikasi yang membenarkan pengguna bahasa untuk menyambung ide dari bahasa
satu ke bahasa yang lainnya.

Dalam praktiknya, penutur multibahasa memiliki kecenderungan mengganti unsur-unsur bahasa


mengikuti konteks dan situasi berbahasa yang dihadapi (Hammers, 2000). Nababan (1991: 31)
menambahkan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu beralih dari satu
ragam bahasa ke ragam bahasa yang lain, seperi ragam formal ke ragam lain.

Hymes (1982) mengungkapkan ada faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam suatu interaksi
pembicaraan yang dapat mempengaruhi gaya bahasa dan penetapan makna, yaitu:
1. Siapa pembicara tau bagaimana pribadi pembicara?
2. Dimana atau kaan pembicaraan itu berlangsung?

9
3. Apa modus yang digunakan?
4. Apa topik atau subtopik yang digunakan?
5. Apa motif yang dimaksudkan?
6. Apa fungsi dan tujuan pembicaraan?
7. Apa ragam bahasa dan tingkat tutur yang digunakan?

2.5 Code Mixing


Menurut Nababan (1989) Perubahan bahasa terjadi ketika seseorang mencampurkan dua atau
lebih bahasa atau ragam bahasa dalam situasi komunikasi yang mengharuskan percampuran
tersebut. Dalam situasi ini, hanya kesantunan penutur dan kebiasaannya yang menjadi panduan.
Fenomena ini dikenal sebagai code mixing. Code mixing jarang terjadi dalam situasi berbahasa
yang formal, namun lebih umum terjadi dalam situasi yang santai atau informal. Jika code
mixing terjadi dalam situasi tersebut, hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaktersediaan ekspresi
yang tepat dalam bahasa yang digunakan, sehingga kata atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa
asing) perlu digunakan.

Menurut Haugen Einar (1989) unsur bahasa yang mudah tercampur setelah nomina termasuk
verba, adjektiva, adverbial, preposisi, dan interjeksi. Namun, pronomina dan artikel cenderung
menunjukkan kekokohan untuk tidak bercampur dengan unsur bahasa lain. Seperti alih kode,
code mixing juga dapat dilihat dari beberapa perspektif:
1. Jenis code mixing: campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur.
2. Tingkatan code mixing: tingkatan fonem, tingkatan morfem, tingkatan kata atau frasa,
tingkatan kalimat.
3. Karakteristik code mixing: code mixing sementara, code mixing tetap atau permanen.

10
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode
Penulis akan mengumpulkan data melalui metode observasi partisipan, wawancara, dan analisis
teks. Observasi partisipan akan dilakukan dengan bergabung dalam komunitas yang
menggunakan code language untuk memahami konteks penggunaannya secara mendalam.
Wawancara akan dilakukan dengan anggota komunitas untuk mendapatkan pemahaman tentang
aspek-aspek sosial dan budaya yang terkait dengan code language. Selain itu, penulis juga akan
menganalisis teks dan rekaman percakapan yang menggunakan code language untuk
mengidentifikasi pola penggunaan dan struktur bahasa kode.

3.2 Objek penelitian


Penelitian hanya akan melibatkan peserta didik kelas speaking 2 dan Speaking 3 Periode 71
untuk memastikan konsistensi dalam pembiasaan berbahasa inggris di area English Zone yang
melibatkan code switching dan code mixing di satu lembaga bahasa bernama Kampung Inggris
Bandung | E-PLC untuk mengidentifikasi jenis-jenis code switching yang cenderung dilakukan
oleh para peserta didik.

3.3 Langkah-langkah Penelitian


Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menyelesaikan penelitian ini akan dirinci
sebagai berikut:
1. Penentuan Tujuan Penelitian
Peneliti memutuskan bahwa penelitian ini dibuat untuk memahami pandangan atau
pengalaman individu melalui wawancara, atau mengumpulkan data yang lebih luas
melalui survei.

2. Perumusan Pertanyaan Penelitian

11
Peneliti telah merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik dan relevan yang akan
dijawab melalui wawancara dan survei. Pertanyaan penelitian akan berfokus pada topik
penelitian dengan memberikan arahan untuk pengumpulan data.

3. Desain Penelitian
Dikarenakan peneliti ingin mendapatkan wawasan mendalam tentang pengalaman
individu, maka peneliti memutuskan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan
menggunakan wawancara mendalam bisa menjadi pilihan.

4. Pengembangan Instrumen
5. Untuk wawancara, peneliti akan mersiapkan panduan wawancara yang terstruktur atau
semi-terstruktur yang mencakup pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian.
Untuk survei, peneliti akan mempersiapkan kuesioner dengan pertanyaan yang valid dan
reliabel.

6. Seleksi Responden.
7. Peneliti telah menentukan kriteria inklusi dan eksklusi untuk pemilihan responden.
Dalam wawancara, peneliti akan memilih responden yang memiliki pengalaman atau
pengetahuan yang relevan. Dalam survei, peneliti akan mempertimbangkan teknik
pemilihan sampel yang representatif, seperti pengambilan sampel acak atau stratifikasi.

8. Pengumpulan Data
Peneliti akan melakukan wawancara dengan responden yang terpilih sesuai panduan
wawancara yang telah disiapkan. Untuk survei, peneliti akan menyebarkan kuesioner
kepada responden dan memastikan pengumpulan data dilakukan dengan akurat.

9. Analisis Data
Setelah pengumpulan data selesai, peneliti akan melakukan analisis data yang sesuai
disesuaikan dengan penelitian kualitatif yang melibatkan transkripsi wawancara,
pengkodean tematik, dan identifikasi pola dan temuan.

12
10. Interpretasi dan Temuan
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti akan menginterpretasikan temuan dan mengambil
kesimpulan yang relevan dengan pertanyaan penelitian.

11. Penulisan Laporan Penelitian


Peneliti akan menyajikan temuan penelitian dalam laporan penelitian yang sistematis dan
terstruktur. Laporan penelitian akan mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka,
metodologi, analisis data, temuan, dan kesimpulan.

12. Diseminasi Hasil Penelitian


Peneliti akan membagikan hasil penelitian melalui presentasi, publikasi ilmiah, atau
forum akademik lainnya untuk berkontribusi pada pengetahuan dan memperluas
pemahaman dalam bidang penelitian yang sudah dilaksanakan.

13
BAB IV CONTOH ANALISIS DATA

4.1 Wawancara

Belum ada contoh analisis data karena wawancara dan survei belum dilaksanakan

14
DAFTAR PUSTAKA
● 2.1 Auer, P. (1998). Code-switching in conversation: Language, interaction and
identity. Routledge.
● Gafaranga, J. (2000). Conversational structures and code-switching patterns. John
Benjamins Publishing.
● Chen, G. M. & Starosta, W. J. (1996). Intercultural Communication Competence.
Dalam: B. E. Burelson & A. W. Kunkel (Eds.), California: Sage Publications.
● Hammers and Blanc (2000) An Introduction to Sociolinguistics,
● Nababan (1989) Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa.
● Haugen Einar (1989) Bilingualism, Language Contact and Immigrant Languages
in the United States

15

Anda mungkin juga menyukai