Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN PROMOSI KESEHATAN

“DIABETES MELITUS”

DOSEN PEMBIMBING :
SANTJE LINTJE CORPUTTY

KELOMPOK I:
1. AGNES PATTIASINA (P2214001)
2. ALMENDY HAURISSA (P2214003)
3. ANGGI HELAHA (P2214006)
4. ANISA WALI (P2214007)
5. CISYEN HAHURY (P2214015)
6. EFERISTA YABARMASE (P2214017)
7. ERICK TUHUSULA (P2214020)
8. ERWIN LIUFETO (P2214022)
9. ETMON PARERA (P2214023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
menganugrahkan banyak hikmat sehingga kami dapat melakukan kegiatan dan
dapat menyusun laporan kegiatan ini dengan baik. Dalam laporan kegiatan ini
berjudul “DIABETES MELITUS”
Laporan ini di susun sebagai salah satu penilaian ujian tengah semester
yaitu ( PENDIDIKAN PROMOSI KESEHATAN ) dan menyelesaikan laporan ini
bayak sekali hambatan yang kami temui, berkat keyakinan, kemauwan dan
dorongan dari semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan dan banyak
kekurangan, maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang bersifat
membanggun dari pembaca untuk menyempurnakan laporan ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
kami dalam menyusun laporan ini, semoga mendapat imbalan yang setimpal dari
Tuhan yang Maha Esa karena kepadanyalah kita berserah diri dan bermohon
bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca laporan
ini.

Ambon, 17 Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ...................................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 3
BAB II ISI .................................................................................................................................................... 4
A. Pengertian DM ........................................................................................................................... 4
B. Klasifikasi DM .............................................................................................................................. 4
C. Faktor DM...................................................................................................................................... 6
D. Gejala-gejala DM ......................................................................................................................... 9
E. Patifisologi DM ............................................................................................................................ 11
F. Pencegahan DM .......................................................................................................................... 11
G. Komplikasi DM ............................................................................................................................ 13
H. Penatalaksanaan DM ................................................................................................................ 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi
terhadap semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi
akan menangani efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan
zat kimiawi lainnya, serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial yang
terkait penanganannya. Toksikologi analitis berkaitan dengan deteksi,
identifikasi dan pengukuran obat-obatan dan senyawa asing lainnya
(xenobiotik) dan metabolitnya pada specimen biologis dan yangterkait. Metode
analisis tersedia untuk berbagai senyawa yang sangat beragam: dapat berupa bahan
kimia, pestisida, obat-obatan, penyalahgunaan obat-obatan (drugs abuse) dan racun
alami.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan
sebagai zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme
biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suat senyawa ditentukan
oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk
efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau
toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek
berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat
kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau
penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksisitas zat kimia memiliki berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor
genetik. Dalam hal dimana proses transformasi metabolik akan merubah zat
kimia tertentu menjadi senyawa yang kurang toksik, maka defisiensi enzim yang
terlibat dalam proses tersebut justru akan merugikan. Dikarenakan
organisme yang bersangkutan tidak mampu membersihkan zat kimia tersebut
melalui transformasi metabolik, tetapi harus mengandalkan proses lainnya.
Telah diketahui bahwa mutasi merupakan penyebab berbagai macam
penyakit pada manusia. Efek penyakit ini berkisar dari subklinis sampai

4
letal, dan pada dasarnya, penyakit genetika tidak dapat diobati. Sistem genetika
secara keseluruhan pada setiap orang dipindahkan kepada keturunannya. Karena
itu, mutasi sebaiknya dilihat dari segi bermanfaat atau berbahaya, dan jangan pada
segi berbahayanya saja. Laju mutasi spontan atau total terdapat pada
hewan tingkat tinggi tidak dapat dinilai secara pasti. Benar – benar
terdapat masalah yang memprihatinkan bahwasannya zat kimia tertentu
memiliki kemampuan merubah gen manusia. Namun saat ini belum
diketahui cara untuk menilai sampai berapa sebenarnya kontribusi zat
kimia “mutagenik” terhadap penyakit genetika pada manusia.
Contoh penyakit genetik pada manusia yaitu, diabetes mellitus
merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi di dalam
tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan penyakit kencing manis.
Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak dilakukan
perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM,
maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai
dan lain sebagainya. Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti
keturunan (genetic), pola hidup yang tidak sehat, hipertensi, dan lain-lain.
Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
Pada penyakit ini tidak digunakan istilah sembuh, tetapi dikatakan gula
darah terkontrol, yaitu dapat dikendalikan dalam batas-batas normal.Pada
dasarnya sasaran pengobatan penyakit diabetes yang utama adalah senantiasa
menjaga gula darah normal, dengan gula darah normal terus, kemungkinan
timbulnya penyakit lain (komplikasi) menjadi berkurang. Untuk menjaga gula
darah normal, salah satu upaya yang bias dilakukan adalah dengan menggunakan
obat diabetes atau sering disebut Obat Hipoglikemik Oral (OHO) atau terapi insulin,
oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat diabetes yang
digunakan untuk memastikan kesesuaian antara obat diabetes dengan
kondisi penderita diabetes mellitus

B. Rumusan Masalah

5
1. Bagaimana pengaruh faktor genetik terhadap toksisitas penyakit diabetes
mellitus?

C. Tujuan
1. Mengetahui faktor genetik terhadap toksisitas penyakit diabetes mellitus

6
BAB II
ISI

A. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yangditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitukadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar guladarah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl [CITATION Missi \l 1033]
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan olehadanya
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalamtubuh.
Gangguan tersebut disebabkan oleh berkurangnya produksi insulinyang diperlukan
dalam proses perubahan gula menjadi tenaga. Kekuranganinsulin menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar gula dalam darahatauterdapatnya kandungan gula
dalam air kencing

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association2018
dibagi dalam 4 jenis yaitu
1. Diabetes tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karenasebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak samasekali sekresi
insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptidayang jumlahnya
sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasiklinik pertama dari
penyakit ini adalah ketoasidosisFaktor penyebab terjadinya DM Tipe I
adalah infeksi virus ataurusaknya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan karena reaksiautoimun yang merusak sel-sel penghasil
insulin yaitu sel β padapankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu,
pada tipe I, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM
untuk bertahan hidupharus diberikan insulin dengan cara disuntikan
pada area tubuhpenderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita

7
akan tidaksadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau
komadiabetic

2. Diabetes tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulintidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadiresistensi
insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untukmerangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untukmenghambat
produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinyaresistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggapkadarnya masih tinggi
dalam darah) akan mengakibatkan defisiensirelatif insulin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan berkurangnya sekresiinsulin pada adanya glukosa
bersama bahan sekresi insulin lainsehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel βpankreas
dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnyakemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa olehjaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Selβ pankreas tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin inisepenuhnya, artinya terjadi
defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuanini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa,maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresiinsulin lain
3. Diabetes mellitus tipe lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik
yangditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor
genetikfungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrinpankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi
virus,penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
penyakit DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahankimia
(seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasiorgan)
4. Diabetes Melitus Gestasional

8
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana
intoleransiglukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
padatrimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan
denganmeningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasionalmemiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap
dalamjangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan

C. Faktor Diabetes Melitus


1. Umur
Usia adalah salah satu karakteristik yang melekat pada penderita penyakit.
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta
sifat resistensi tertentu. Umur juga berhubungan erat dengan jenis kelamin,
sikap dan perilaku, juga karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan
pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat berkaitan dengan 16
perbedaan tingkat keterpaparan dan proses patogenesis (Masriadi, 2012).
Pertambahan umur mempengaruhi kadar gula darah seseorang. Seseorang yang
mengalami hiperglikemia cenderung lebih banyak berada di umur 41-60 tahun
dibandingkan dengan responden yang berumur dibawah 40 tahun (Ugahari &
Mewo, 2016)
2. Jenis Kelamin
Peluang perempuan terkena diabetes lebih besar dibanding pria. Penderita
diabetes melitus paling banyak ditemukan pada perempuan dengan proporsi
1,7% dibandingkan pria yang hanya 1,4% (Balitbangkes, 2013).
3. Faktor genetik
Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki
riwayatdiabetes melitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya Orang
tuaatau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40% diaebetes terlahirdari
keluarga yang juga mengidap DM, dan + 60%- 90% kembaridentic
merupakan penyandang DM
Kaum pria sebagai penderita sesungguhnya dan perempuan sebagaipihak
pembawa gen atau keturunan. Gen yang mempengaruhi padadiabetes tipe II
adalah gen TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh padapengeluaran insulin dan
produksi glukosa.

9
Menurut Febri (2018) Faktor keturunan berpengaruh
padaterjadinya diabetes melitus. Keturunan orang yang mengidap diabeteslebih
besar kemungkinannya dari pada keturunan orang yang tidakdiabetes.
Keturunan (genetik), gen adalah faktor yang menentukanpewarisan
sifat-sifat tertentu dari seseorang kepada keturunannya.Namun, dengan
meningkatnya risiko yang dimiliki bukannya berartiorang tersebut pasti
akan menderita diabetes. Faktor keturunanmerupakan faktor penyebab
pada resiko terjadinya Diabetes Mellitus,kondisi ini akan diperburuk dengan
adanya gaya hidup yang buruk(Sutanto, 2015)
4. Ras dan Etnik
Ras dan etnik merupakan kebiasaan-kebiasaan yang termasuk di
dalamnya tentang kebudayaan setempat yang dapat meningkatkan risiko
diabetes melitus, misalnya makanan, faktor lingkungan dan faktor genetik
(Masriadi, 2012).
5. Aktivitas Fisik
Gaya hidup tanpa olahraga serta lebih banyak duduk jelas bisa merusak
kesehatan. Kondisi ini akan memicu terjadinya kelebihan berat badan yang
berisiko terhadap prediabetes dan diabetes melitus tipe
Gaya hidup aktif secara fisik akan membantu efektivitas kerja pankreas
memompa insulin (Bujawati, 2011).
6. Pola Makan
Pola makan yang benar dapat menurunkan risiko diabetes melitus. Pola
makan seharusnya disesuaikan dengan jam biologis tubuh karena jam biologis
tubuh erat kaitannya dengan hormon yang bekerja dalam tubuh pada jam-jam
tertentu. Seperti saat pagi hari, kadar gula darah akan menurun karena glukosa
banyak dipakai oleh hati saat tidur untuk proses detoksifikasi. Hal inilah yang
menyebabkan saat sarapan sebaiknya mengonsumsi makanan yang manis dan
mengonsumsi buah untuk mengisi energi (Holistic Health Solution dalam
Paulus, 2012).
7. Pola Tidur
Menurut Holistic Health Solution (2011), seseorang yang tidur kurang dari 6
jam semalam tidak bisa mengatur kadar gula darah secara efisien, sehingga
meningkatkan risiko diabetes melitus dan penyakit jantung. Tidur dengan

10
durasi singkat 18 meningkatkan hormon perangsang nafsu makan ghrelin
sampai 28% sehingga berefek pada perilaku makan. Tidur kurang dari 6 jam
semalam dikaitkan dengan kemungkinan 3 kali lebih besar mengembagkan
incident impaired fasting glycemia, suatu kondisi prediabetes dibandingkan
dengan orang yang tidur rata-rata 6-8 jam semalam (Paulus, 2012).
8. Alkohol dan Rokok
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan
tradisional ke lingkungan kebarat-baratan yang meliputi perubahan-perubahan
dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan diabetes
melitus tipe
Alkohol akan mengganggu metabolisme gula darah terutama pada
penderita diabetes melitus, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60 ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml (Fatimah, 2015).
9. Stres
Stres dapat menigkatkan kandungan glukosa darah karena stres
menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin, ephinefrin
mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses
glikoneogenesis didalam hati, sehingga akan 19 melepaskan sejumlah besar
glukosa kedalam darah (Potter & Perry dalam Oktarida et al., 2014).
Stres tidak akan menyebakan penyakit fisik, namun jika stres tersebut
sudah pada tahap berat dan berlangsung secara terus-menerus, maka penyakit
fisik yang kronis dapat muncul. Hal ini terjadi karena sistem kekbalan tubuh
berkurang dan terjadi ketidakseimbangan hormon pada orang yang mengalami
stres. Salah satu gangguan pada hormon stres (adrenalin dan kortisol) yaitu
memicu hati untuk memberikan lebih banyak gula dalam darah untuk
memberikan energi. Hal ini sangat berbahaya karena peningkatan gula darah
(glukosa) bisa membuat seseorang terkena diabetes melitus (Oktarida et al.,
2014).
10. Obesitas
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar gula darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan

11
kadar glukosa darah menjadi 200mg% (Fatimah, 2015). Pada obesitas, sel-sel
lemak yang menggemuk akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan
sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan keadaan tidak
gemuk. Sel lemak yang banyak menghasilkan adipositokin adalah yang melapisi
organ-organ di dalam perut. Oleh karena itu, ukuran obesitas yang berdampak
buruk terhadap diabetes 20 ditentukan dengan mengukur lingkar pinggang
yang besar (Nurrahmani dalam Paulus, 2012).
Obesitas sentral merupakan contoh penumpukan lemak tubuh yang
berbahaya karena adiposit di daerah ini sangat efisien dan lebih resisten
terhadap efek insulin dibandingkan adiposit di daerah lain. Adanya peningkatan
adiposit biasanya diikuti keadaan resistensi insulin (Nasekhah et al., 2016). 7)
Dislipidemia Dislipidemia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar
lemak darah (trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35mg/dl) sering didapat pada pasien
diabetes melitus (Fatimah, 2015).
11. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubugan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer. Hal ini dapat memicu
terjadinya resistensi insulin dan kemudian menjadi hiperinsulinemia. Keadaan
ini mengakibatkan kerusakan pada sel beta dan terjadilah diabetes melitus tipe
2 (Fatimah, 2015).

D. Gejala-Gejala Diabetes
Melitus Gejala diabetes terbagi menjadi 2 yaitu gejala awal dan gejala lanjutan
(Fitriana & Rachmawati, 2016), sebagai berikut:
a. Gejala Awal Terdapat 3 gejala awal yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk memastika seseorang terkena diabetes melitus diantaranya
sebagai berikut:
1. Poliuri (sering kencing) Poliuri yaitu kebiasaan yang dialami penderita
diabetes melitus. Kebiasaan tersebut yaitu sering buang air kecil dalam
jumlah banyak. Kebiasaan ini biasanya berelangsung pada malam hari. Hal
itu terjadi karena kadar gula dalam darah sangatlah tinggi dan tidak dapat

12
ditoleransi oleh ginjal. Akhirnya , kadar gula dalam air seni menjadi pekat
dan untuk selanjutnya memaksa ginjal untuk menarik air dalam jumlah
banyak dari tubuh, agar air kencing jadi tidak terlalu pekat.
2. Polidipsi (sering haus) Kebiasaan berikutnya dari penderita diabetes
melitus, yang merupakan gejala dari diabetes melitus adalah sering merasa
haus yang hebat. Kebiasaan ini dalam ilmu medis biasa dikenal dengan nama
polidipsi. Peristiwa ini terjadi karena pada saat itu sedang berlangsung
penarikan cairan yang banyak oleh ginjal. Oleh sebab 22 itulah, penderita
cepat merasakan haus dan ingin segera minum secara terus-menerus.
3. Polifagi (sering lapar dan banyak makan) Polifagi merupakan kebiasaan
yang dialami penderita diabetes, dimana penderita sering merasa cepat
lemas dan lelah. Hal tersebut terjadi karena sel-sel tubuh kekurangan tenaga
atau energi akbiat tidak bisa masuknya gula kedalam sel. Akibatnya, sel
tubuh mengalami kekurangan energi atau tenaga sehingga membuat tubuh
merasa lelah dan lemas. Pada saat bersamaan, otak akan merespon bahwa
penderita ini kurang makan sehingga akan merasa sering lapar dan
merangsangnya untuk turus makan. Inilah yang akan semakin
memperparah keadaan jika rasa laparnya dituruti dengan banyak makan. Di
dalam darah akan semakin banyak terjadi penumpuka kadar gula.
b. Gejala Lanjutan Gejala lanjutan ini biasanya mengarah pada suatu keadaan yang
lebih parah. Adapun gejalanya sebagai berikut:
1. Berat Badan Turun Dengan Cepat Perlu diperhatikan oleh penderita diabetes
melitus agar tidak terlalu senang terlebih dahulu ketika berat badan menurun
dengan cepat. Bisa jadi peristiwa ini bukan diakibatkan dari sebuah diet yang
sukses, namun disebabkan karena pankreas sudah mulai rusak. 23 Pada bagian
pertama sudah dijelaskan bahwa pankreas mempunyai tugas memproduksi
hormon insulin yang dipakai untuk mengolah gula menjadi sumber energi.
Dengan kerusakan yang dialaminya, maka pankreas tidak bisa melakukan
pengolahan glukosa secara maksinal. Karena pankreas pada penderita diabetes
gagal melakukan pengolahan gula menjadi sumber energi, maka terjadilah
resistensi insulin. Kemudian tubuh akan mencari sumber energi alternatif
dengan membakar cadangan lemak di dalam tubuh. Jika cadangan lemak telah

13
habis dipakai, maka sasaran selanjutnya yaitu otot. Akibatnya, meskipun nafsu
makan penderita terbilang normal, tetapi berat badannya menyusut.
2. Sering Kesemutan Kesemutan adalah peristiwa bagian tubuh tertentu, seperti di
bagian tangan dan kaki serasa seperti digigit semut. Peristiwa ini terjadi karena
pembuluh darah mengalami kerusakan, sehingga darah yang mengalir di ujung-
ujung saraf menjadi berkurang.
3. Luka Yang Sulit Sembuh Gejala lain dari penderita Diabetes akut yaitu luka yang
sulit sembuh. Hal ini merupakan efek lain dari kerusakan pembuluh darah dan
saraf selain kesemutan. Kerusakan tersebut mengakibatkan penderita Diabetes
Melitus tidak merasakan sakit terjadi luka. Mereka bahkan tidak menyadari
ketika ada bagian tubuhnya mengalami luka. Gabungan kadar gula darah yang
tinggi 24 dan tidak adanya rasa nyeri, maka luka yang awalnya kecil
lamakelamaan dapat membesar menjadi borok atau bahkan pada akhirnya akan
membusuk. Jika sudah pada tahap seperti ini, langkah tindakan amputasi
merupakan jalan satu-satunya untuk menyembuhkannya.

E. Patofisiologi Diabetes Melitus


Asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi keperluan kalori akan
disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel otot dan sel-sel hati. Proses glikogenesis ini
mencegah hiperglikemia (kadar gula darah > 110 mg/dl). Pada penderita DM, kadar
gula dalam darah tidak terkontrol atau meingkat, akibat rendah produksi hormon
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila
kadar gula meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi
sehingga penderita banyak minum (polidipsi). Gula yang terbuang melalui air seni
maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan akan meningkat
(polifagi). Akibat dari selsel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati
membrane sel, maka penderita bisa lebih cepat terjadi kematian (Rosikhoh, 2016)

F. Pencegahan Diabetes Melitus


Menurut Bustan (2007) dalam Musyayadah (2017) pencegahan diabetes melitus
adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan primordial kepada masyarakat yang sehat untuk berperilaku positif
mendukung kesehatan secara umum dan berupaya 25 menjauhkan diri dari

14
risiko diabetes. Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makan
makanan yang bergizi seimbang, ataupun biasa diet, membatasi diri terhadap
makanan tertentu atau melakukan kegiatan jasmani yang memadai.
b. Promosi kesehatan, diarahkan pada kelompok berisiko, agar mengurangi atau
menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penambahan ilmu dan
penyuluhan terhadap masyarakat.
c. Pencegahan khusus, diarahkan kepada mereka yang memiliki risiko tinggi
untuk melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke diabetes
melitus. Upaya dalam hal ini dapat dibentuk dalam konsultasi gizi atau diet etik.
d. Diagnosa awal, bisa dilakukan dengan penyaringan (screening) yaitu
pemeriksaan kadar gula darah kelompok yang berisiko. Pada dasarnya Diabetes
gampang didiagnosa, dengan bantuan pemeriksaan sederhana, terlebih dengan
teknologi canggih. Hanya saja keinginan masyarakat untuk memeriksakan diri
dan aksebilitas yang rendah (pelayanan yang tersedia masih kurang dan belum
mudah didapatkan oleh masyrakat).
e. Pengobatan yang tepat, dikenal berbagai macam upaya dan pendekatan
pengobatan terhadap penderita untuk tidak jatuh ke DM yang lebih berat atau
komplikasi.
f. Disabibility limitation, pembatasan kecacatan yang diarahkan kepada upaya
maksimal mengatasi dampak komplikasi diabetes sehingga tidak menjadi lebih
berat.
g. Rehabilitasi, sosial maupun medis. Memperbaiki keadaan yang terjadi akibat
kecacatan atau komplikasi yang terjadi karena diabetes melitus, upaya
rehabilitasi fisik berhubungan dengan akibat lanjut diabetes yang telah
menyebabkan adanya amputasi.

15
G. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes dibagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan kronis (Astuti,
2017) sebagai berikut:
a. Komplikasi Akut
1. Hipoglikemia yaitu gangguan yang terjadi pada kesehatan ketika kadar gula
dalam darah berada pada kadar dibawah normal.
2. Hiperglikemia yaitu istilah dalam medis untuk keadaan kadar glukosa dalam
darah lebih tinggi dari batas normal. Dalam keadaan normal, kadar glukosa
berkisar antara 70-100 mg/dl.
3. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
4. Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati dan
nefropati.
b. Komplikasi Kronis
1. Neuropatik diabetikum adalah kerusakan saraf di kaki yang meningkatkan
ulkus pada kaki, infeksi bahkan keharusan untuk di amputasi.
2. Retinopati diabetikum adalah salah satu penyebab utama kebutaan, hal ini
terjadi akibat rusaknya pembuluh darah.

16
3. Nefropatik diabetikum adalah penyakit ginjal diabetes yang mengakibatkan
kegagalan fungsi ginjal.
4. Proteinuria adalah faktor risiko penurunan faal ginjal.
5. Kelainan koroner adalah suatu keadaan akibat terjadinya penyumbatan,
penyempitan dan kelainan pembuluh nadi koroner. 28 Penyumbatan atau
penyempitan ini dapat menghentikan aliran darah menuju otot yang biasa
ditandai dengan rasa nyeri.
6. Ulkus atau gangren diabetikum adalah kematian yang disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adanya mikroemboli
retrombosis akibat penyakit vascular perifir oklusi yang menyertai penderita
Diabetes sebagai komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri.

H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitasinsulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinyakomplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenisdiabetes adalah mencapai
kadar glukosa darah normal tanpa terjadinyahipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas klien.Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002:1226)
a. Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)Pada
consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI)telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapandengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein(10-15%),
lemak (20-25%),. Apabila diperlukan santapan dengankomposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan
hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut,
dankegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
Jumlahkandungan kolestrol <300mg/hari. Jumlah kandungan serat

17
kuranglebih 25 g/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi
garamdibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakansecukupnya.
b. Latihan JasmaniDianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu
selamakurang lebih 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous,
Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training). Latihandilakukan
terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi danrelaksasi
secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara 
bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapatdijadik
an pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda,dan
mendayung
c. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu75%-
85% denyut nadi maksimal.Denyut nadi maksimal dapatdihitung dengan
menggunakan formula berikut:DNM= 220– umur (dalam tahun) Hal yang
perlu diperhatikandalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai
olahraga sebelummakan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi
orang yangtahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu
membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
Obat berkhasiat hipoglikemikJika pasien telah melakukan pengaturan
makan dan kegiatan jasmani yang teratur tapi kadar glukosa darah
masih belum baik,dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik(oral/suntikan)Obat Hipoglikemik Oral (OHO)1)
Sulfonylure
1. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b. Menurunkan ambang sekresi insulinc) Meningkatkan
rangsangan insulin sebagai akibatrangsangan glukosa
2. BiguanidBiguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampaidibawah normal. Preparat yang ada dan normal
adalahmetformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30)sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat

18
lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan
sulfonylurea.
3. Inhibitor
αglukosidaseObat ini bekerja secara kompetitif menghambat
kerjaenzimαglukosidase di dalam saluran cerna,
sehinggamenurunkan penyerapan glukos.
4. Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyaiefek farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin,
sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin tanpa
menyebabkanhipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia

BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai
oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penuruna
n dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulindan atau penurunan
atau tidak terdapatnya pembentukan insulinoleh pancreas. 
Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapatmenyebabkan terjadinya
komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosisdiabetic. Hiperglikema jangka
panjang dapat menunjang terjadinyakomplikasi mikrovaskular kronis (penyakit
ginjal dan mata) sertakomplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan
kejadian penyakitmakrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit
vaskuler perifer.

19
B. SARAN
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritikyang membangun
demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

DIABETES MELITUS. (2021, oktober 02). Retrieved from studocu.com:


https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-surabaya/toksikologi/diabetes-
melitus-diabetes-melitus-diabetes-melitus/18085834

MAKALAH DM. (2017, desember 12). Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/35718161/MAKALAH_DM

20

Anda mungkin juga menyukai