Anda di halaman 1dari 2

Aldela Ayu T.N.

XII-4/03
Makanan Cepat Saji
Banyak masyarakat yang keliru dalam membedakan antara fast food dan junk food,
padahal keduanya tidak selalu sama. Artikel ini bertujuan untuk meluruskan
pemahaman keliru tersebut.
Junk food merupakan julukan yang disematkan pada kategori makanan yang minim
gizi dan diproses dalam waktu yang relatif cepat untuk bisa segera dikonsumsi
seperti yang banyak tersedia di restoran cepat saji. Walau begitu, julukan junk food
tidak ekslusif untuk aneka makanan yang ditemui pada restoran-restoran cepat saji
saja tetapi untuk seluruh jenis makanan / minuman yang tinggi akan kandungan
garam, tinggi kalori dari gula dan lemak tetapi rendah kandungan gizi lain (vitamin,
mineral dan serat). Beberapa contohnya seperti gorengan, makanan daging olahan
(nugget, sosis, kornet), mi instan serta makanan ringan lainnya dengan kandungan
serupa. Buah-buahan termasuk cepat saji, tetapi tidak tergolong kategori makanan
ini karena kaya bergizi tinggi.
Makanan yang disediakan oleh restoran cepat saji dianggap sebagai solusi bagi
masyarakat urban yang memiliki jadwal kesibukan yang padat, namun solusi ini
memiliki konsekuensi negatif yang jarang mereka sadari. Banyak yang kesulitan
berhenti makan makanan cepat saji, terutama yang masuk dalam kategori junk food,
karena rasanya sangat enak. Terlalu sering mengonsumsi junk food apabila tidak
diimbangi dengan pola makan sehat dan rutin olahraga berpotensi besar untuk
mengalami gangguan kesehatan.
Makanan cepat saji yang masuk dalam kategori junk food seringkali diproses melalui
cara digoreng dalam minyak dengan jumlah banyak dan sangat panas oleh karena
mudah dan efisien dari segi waktu. Proses memasak dengan pemanasan berlebih
inilah yang mempengaruhi dan merusak kandungan gizinya. Teknik ini membuat
minyak terserap ke dalam makanan mencapai 65%, sehingga dapat meningkatkan
kandungan kalorinya. Selain digoreng, makanan cepat saji juga banyak yang
mengandung tinggi kadar gula, contohnya seperti soft drink, cake dan kue-kue
kering.
Terlalu sering mengonsumsi junk food seperti gorengandapat menyebabkan lemak
trans menumpuk di dalam tubuh. Penumpukan lemak trans dapat mengakibatkan
obesitas dan timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
diabetes mellitus, kerusakan hati, tekanan darah tinggi, dan lain-lain.

Sebisa mungkin batasi makan junk food atau tidak menjadikannya sebagai menu
utama harian. Apabila tidak dapat menghindari untuk mengonsumsi makanan jenis
ini atau sedang berada di restoran cepat saji yang banyak junk foodnya maka
pilihlah dengan bijak. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan misalnya dengan
memodifikasi menu pesanan agar lebih sehat, menambahkan menu sayuran,
mengganti pilihan minuman bersoda dengan air putih dan memilih ayam goreng
bagian dada dengan menyisihkan bagian tinggi lemak seperti kulitnya.

Kesimpulan
Dalam era modern seperti sekarang ini, makanan cepat saji sulit dihindari tetapi
tidak perlu ditakuti. Pola makan yang baik adalah dengan memakai patokan 80-20,
yang artinya sumber makanan sehat lebih dominan daripada yang kurang sehat,
yaitu sebesar 80% makanan sehat dan 20% makanan kurang sehat seperti junk
food. Terlalu ketat dalam mengatur pola makan hanya akan meningkatkan risiko
mengalami eating disorder bagi yang menjalaninya.

Anda mungkin juga menyukai