Anda di halaman 1dari 2

I.

PRIVILEGE

Privilege (hak istimewa), merupakan hak yang memberi jaminan, walaupun bukan merupakan hak
kebendaan tetapi ditempatkan dalam buku II KUHPerdata.

Pasal 1134 KUHPerdata, merumuskan pengertian privilege sebagai berikut:

1) Hak istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada seorang kreditor
yang menyebabkan ia bekedudukan lebih tinggi daripada yang lainnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutang itu.
2) Gadai dan hipotik lebih tinggi dari hak istimewa, kecuali dalam hal undang-undang dengan tegas
menentukan sebaliknya.

Menurut pasal 1138 KUHPerdata, ada 2 (dua) macam privilege, yaitu:

1) Privilege khusus (Pasal 1139 KUHPerdata)

Privilege khusus ada 9 (sembilan) macam, yaitu: 1) Biaya perkara; 2) tunggakan uang sewa tanah
atau bangunan, dan biaya untuk memperbaikinya yang menurut undang-undang dipikul oleh si
penyewa; 3) Harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar; 4) Biaya menyelamatkan
barang, biaya ini dikeluarkan untuk menjaga jangan sampai barang tertentu musnah; 5) Upah tukang
yang mengerjakan sesuatu barang, seperti seorang penjahit, dan lain-lain. Pengertian "tukang" di
sini tidak hanya termasuk mereka yang secara nyata melakukan pekerjaan itu, tetapi juga pengusaha
yang memerintahkan pekerjaan tersebut kepasa pelaksana; 6) Piutang seorang pengusaha rumah
penginapan, yang disebabkan oleh pemberian penginapan dan makanan kepada seorang tamu yang
menginap; 7) Upah angkutan; 8) Biaya/upah seorang tukang batu, tukang kayu, dan tukang-tukang
lain yang mendirikan, menambah atau memperbaiki bangunan-bangunan; dan 9) Piutang negara
terhadap pegawai-pegawai yang merugikan pemerintah karena kelalaian, kesalahan, atau
pelanggaran dalam melaksanakan jabatannya. (Privilege ini tidak menentukan urutannya)

Ketentuan Pasal 1139 KUHPerdata ini tidak berlaku terhadap kapal. Pasal 316a ayat (3)
KUHDagang menentukan privilege kapal laut lebih didahulukan daripada hipotek.

2) Privilege umum (Pasal 1149 KUHPerdata)

Menurut Pasal 1149 KUHPerdata, ada 7 (tujuh) macam privilege umum, yaitu: 1) Biaya perkara;
2) Biaya penguburan; 3) Biaya pengobatan terakhir dari debitor yang meninggal dunia (biaya ini
meliputi biaya dokter, pembelian obat dan perawatan rumah sakit); 4) Tagihan buruh atas upahnya
untuk satu tahun dalam tahun kerja yang sedang berjalan; 5) Uang pembelian barang-barang
makanan untuk hidup sehari-hari yang diperlukan si berhutang dan keluarganya; 6) Tagihan sekolah
asrama untuk satu tahun terakhir; dan 7) Piutang seseorang yang belum dewasa atau seseorang
yang berada di bawah pengampuan terhadap seorang wali atau curator (Privilege ini menentukan
urutannya, yang lebih dahulu disebut didahulukan pembayarannya).
II. Hak Retensi

Hak retensi (retentie), J. Satrio menjelaskan bahwa hak retensi adalah hak yang diberikan kepada
kreditur tertentu, untuk menahan benda debitur, sampai tagihan yang berhubungan dengan benda
tersebut dilunasi, sebagaimana terdapat dalam Pasal 575 ayat (2), Pasal 1576, Pasal 1364 ayat (2), Pasal
1616, Pasal 1729, dan Pasal 1812 KUHPer.

Lebih lanjut, J. Satrio mengatakan bahwa hak retensi/menahan tersebut memberikan tekanan
kepada debitur agar segera melunasi utangnya. Kreditur dengan hak retensi sangat diuntungkan dalam
penagihan piutangnya. Hak retensi berbeda dengan hak-hak jaminan kebendaan yang lain, karena ia
tidak diperikatkan secara khusus, tidak diperjanjikan, dan bukan diberikan oleh undang-undang dengan
maksud untuk mengambil pelunasan lebih dahulu dari “hasil penjualan” benda-benda debitur, tetapi
sifat jaminan di sana muncul demi hukum, karena ciri/sifat daripada lembaga hukum itu sendiri. Namun
demikian, ia tetap bukan merupakan privilege, karena privilege ditentukan sebagai demikian oleh
undang-undang. (Sumber Hukum Online)

Hak retensi bersifat tak dapat dibagi bagi, artinya kalau misalnya sebagian saja dari hutang itu tidak
dibayar, tidak lalu berarti harus mengembalikan sebagian dari barang yang ditahan. Hutang seluruhny
harus dibayar lebih dahulu, baru barang seluruhnya dikembalikan. Hak retensi itu tidak membawa serta
hak boleh memakai – terhadap barang yang ditahan itu, jadi hanya boleh menahan saja tak boleh
memakai bendanya.

Seperti halnya hak jaminan yang lain hak retensi mempunyai cirri cirri sebagai perjanjian yang
bersifat accessoir. Yaitu ikut beralih, hapus dan batal dengan beralihnya, hapusnya dan batalnya
perjanjian pokok. Dan tidak dapat diperalihkan secara khusus. Seperti halnya pada gadai hak retensi
tidak mengandung kewenangan untuk memakai bendanya namun harus memelihara benda tersebut
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai