Makalah Kehamilan Postterm
Makalah Kehamilan Postterm
Ads by Google
Definisi
Etiologi(1,2,3)
Etiologi pasti belum diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan:
1. Penurunan kadar estrogen
2. Kadar Progesteron yang tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga uterus kurang peka terhadap oksitosin.
3. Faktor stress
Nwosu dkk. menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol dalam darah
bayi sehingga disimpulkan kerentanan terhadap steress merupakan faktor tidak
timbulnya his selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
Diagnosa(2,3,4,5)
A. Pemeriksaan Umur Kehamilan
1. Bila hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosa
tidak sukar.
2. Bila wanita hamil tidak tahu, lupa, atau sejak melahirkan yang lalu tidak
mendapat haid lalu hamil, maka akan sukar memastikannya. Hanya dengan
pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus
uteri secara serial dalam sentimeter, mulainya gerkan janin, besarnya janin,
pemeriksaan berat badan ibu (kapan berkurang), dan lingkaran perut ibu
apakah berkurang.
3. Radiologi
4. USG
Dapat diketahui diameter biparietal, panjang femur.
5. Sitologik air ketuban
Air ketuban diambil dengan amniosentesis transvaginal maupun
transabdominal. Air ketuban akan bercampur dengan lemak dari selsel kulit
yan dilepaskan janinsetelah kehamilan >36 minggu. Air ketuban yang
diperoleh dipulas dengan Sulfat Biru Nil, maka selsel yang mengandung
lemak akan berwarna jingga, jumlahnya >10 % pada usia kehamilan > 36
minggu dan > 50% pada usia kehamilan > 39 minggu.
B. Pemeriksaan Fungsi Plasenta/Keadaan Janin
1. Secara klinis : anamnesa dan gerakan janin, pertambahan berat badan dan
lingkar perut ibu.
2. Amnioskopi : warna dan kekeruhan air ketuban, verniks kaseosa hilang.
3. USG : evaluasi air ketuban secara serial, gerakan janin dan keadaan plasenta.
4. Kardiotokografi : mengawasi detak jantung janin.
5. Uji Oksitosin
Dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi
uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik maka ini menunjukan janin
bahaya dalam kandungan.
C. Laboratorium
Pemeriksaan kadar estriol urine dan darah, HPL dan HSAP.
Penatalaksanaan(1,2,3,4,5)
1. Pada post datisme prinsipnya harus dilakukan terminasi kehamilan
2. Diusahakan kehamilan jangan lewat 10 hari dari tanggal perkiraan persalinan.
3. Kalau kehamilan pasti lebih dari 40 minggu dilakukan induksi partus dan
terminasi.
4. Pada primitua, terminasi kehamilan dilakukan pada tanggal perkiraan persalinan
5. Setelah kehamilan lebih dari 40 minggu sanpai dengan 42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaikbaiknya, dengan cara :
a. Non Stress Test (test tanpa tekanan)
Bila memperoleh hasil non reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukan
kemungkinan besar janin baik. Bila diteruskan dengan test tekanan dengan
hasil positif, hal ini menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin. Terminasi
dilakukan dengan sectio caesarea.
b. Gerakan janin
Secara subjektif normal ratarata adalah 7 kali per 20 menit. Secara objektif
dengan kardiotokografi normal ratarata adalah 10 kali per 20 menit. Jika
dengan kardiotokografi terdapat deselerasi berulang, variabilitas abnormal ( <
style="msospacerun:yes"> mekoneum maka terminasi dilakukan dengan
sectio caesarea.
6. Amnioskopi
Jika air ketuban jernih berarti janin dalam keadaan baik. Jika air ketuban
sedikit dan mengandung mekoneum berarti janin mengalami asfiksia.
Ø Menunda terminasi 1 minggu dengan menilai gerak janin dan test tanpa
tekanan 3 hari lagi.
Ø Melakukan induksi partus.
8. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan:
a. Bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi.
c. Bahwa janin post term lebih peka terhadap sedatif dan narkosa, oleh karena
itu anestasi konduktif paling baik.
d. Bahwa perawatan neonatus post term perlu pengawasan dokter anak.
9. Tindakan operasi SC dapat dipertimbangkan pada indikasi:
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
b. Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan tanda – tanda gawat janin.
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsi, anak
berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Tandatanda Bayi Post Term(3)
1. Biasanya lebih berat dari bayi aterm
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi aterm.
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
4. Verniks kaseosa di badan kurang .
5. Kuku panjang.
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
Komplikasi
A. Terhadap Ibu
Persalinan post term dapat menyebabkan distosia karena :
1. Aksi uterus tidak terkoordinir
2. Janin besar
3. Moulding/ moulage kepala kurang
Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia
bahu dan perdarahan post partum.
B. Terhadap Janin, akibat penurunan fungsi plasenta terjadi :
1. Pertumbuhan terhambat dan penurunan berat
2. Hipoksia dan aspirasi mekoneum
3. Fetal distress dan trauma
Kesimpulan
1. Untuk kesehatan ibu dan janin dan keperlian diagnosa serta penatalaksanaan
kehamilan dan persalinan yang tepat diperlukan penentuan usia kehamilan
yang tepat.
2. Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan dengan baik bila ibu melakukan
pemeriksaan ante natal yang teratur, selain itu juga dapat diperoleh dari
pemeriksaan radiologi, USG dan pemeriksaan air ketuban.
3. Pada kehamilan post term yang perlu diperhatikan adalah pemantauan keadaan
janin, dimana keadaan gawat janin merupakan indikasi untuk dilakukannya
terminasi segera baik dengan induksi persalianan pervaginam maupun operatif.