Makalah Konken Kel 1&2
Makalah Konken Kel 1&2
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 dan 2 - 1B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia,
serta kasih sayangNya yang berlimpah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Masalah yang Lazim pada Bayi Baru Lahir,
Neonatus, Bayi, dan Balita. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari teman-teman kelompok 1 dan 2 yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan
kebidanan pada neonatal, bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya masih banyak
hambatan yang terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan
penyakit tertentu, dan balita yang terserang penyakit. Masalah yang lazim timbul pada
neonatus sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Pemahaman menyeluruh mengenai masalah apa saja yang dapat terjadi
menjadi dasar bidan dalam menentukan langkah berikutnya, sehingga tepat dalam
mengambil keputusan. Maka dari itu penting bagi bidan untuk mengetahui dan terampil
dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara menanganinya. Penyakit yang dapat
menyerang bayi ialah: bercak mongol, hemangioma, ikterik, muntah dan
gumoh/regurgitasi, oral trush, diaper rush, seborrhea, miliariasis, diare, obstipasi,
bisulan/furunkel, infeksi perinatal (masa antenatal, intranatal dan postnatal) dan bayi
mati mendadak (SIDS).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit bercak mongol pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
2. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit hemangioma pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
3. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit ikterik pada bayi baru lahir,
neonatus, bayi dan balita?
4. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit muntah dan gumoh pada
bayi baru lahir, neonatus, bayi dan b4alita?
4
5. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit oral trush pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
6. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit diaper rush pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
7. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit seborrhea pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
8. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit miliariasis pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
9. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit diare pada bayi baru lahir,
neonatus, bayi dan balita?
10. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit obstipasi pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
11. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit bisulan / frunkel pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
12. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit infeksi perinatal masa
antenatal, intranatal, dan post natal?
13. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah bayi mati mendadak (SIDS)
C. Tujuan
1.Mampu menguasai konsep dasar dan mengaplikasikan deteksi dini komplikasi dan
asuhan pada bayi baru lahir, neonatus, bayi, balita, dan pra sekolah
5
j. Obstipasi
k. Bisulan/furunkel
l. Infeksi perinatal(masa antenatal, intranatal, dan postnatal
m. Bayi mati mendadak (SIDS)
3. Membantu para mahasiswa untuk lebih mengerti mengenai konsep dasar dan asuhan
masalah yang lazim pada bayi baru lahir, neonatus, bayi dan balita
D. Manfaat
Dengan adanya materi Konsep dasar neonatus dengan masalah yang lazim timbul
bayi baru lahir,neonatus,bayi, dan balita,apabila bayi mengalami masalah tersebut,
tetapi mahasiswa tidak mempunyai pengetahuan yang baik berkaitan dengan masalah
yang lazim timbul. Mahasiswa harus mengetahui penyebab, tanda-tanda dan
penatalaksanaannya. Penanganan yang tepat dilakukan oleh seorang bidan, akan
mengakibatkan bayi tetap terjaga kesehatannya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman.
Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian
punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada kaki, punggung,
pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga bervariasi dalam ukuran, dari sebesar
bercak mongol. Adanya bercak kebiru-biruan atau biru-kehitaman pada bagian
punggung, bokong. Bagian bawah spina, pada bahu atau bagian lainnya.
Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
1. Luka seperti pewarnaan.
2. Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit yang normal.
3. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur.
4. Biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun.
5. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.
8
Gambar penderita Bercak Mongol
9
1.2 Hemangioma
1) Hemangioma kapiler
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir.
10
Tampak sebagai bercak merah yang semakin lama semakin besar. Warnanya
menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, tegang dan
keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang superfisial
berwarna merah terang dan ada yang subkutan berwarna kebiruan. Involusi kurang
tegang dan lebih mendatar.
Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi
bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder.
Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula
berbentuk papul sritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai pembesaran 1 cm dan dapat bertangkai. Lesi mudah berdarah.
2) Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eriternatosa atau nodus yang
berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan mengempis dan akan cepat
menggembung lagi apabila lepas. Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang.
Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.
3) Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
klinisnya juga terjadi atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan
pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau
masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang
kemudian pada perkembangannya dapat gambaran keratotik dan verukosa.
C. Asuhan dan Tatalaksana Hemangioma
Umumnya hemangioma akan menghilang dengan sendirinya.
Tetapi bila terdapat prognosis yang berat lakukan rujukan dan kolaborasi
dengan tenaga medis dan berikan prednison 2-3 mg/kgBB/hari selama 10-14
hari, jika hemangioma menipis/menghilang dosis diturunkan secara bertahap.
Tatalaksanaan hemongomia
1. Observasi
Kebanyakan hemangioma infantil tidak memerlukan konsultasi ke dokter
spesialis.Tumor kecil yang tidak berbahaya ini dapat dibiarkan untuk berproliferasi
11
dan berinvolusi dengan pengawasan ketat dari dokter karena dapat meninggalkan
cacat pada kulit meskipun ada yang hasilnya normal. Bayi dengan hemangioma
biasanya dirujuk karena merupakan indikasi untuk dilakukan terapi.Namun jika
tindakan khusus tidak diperlukan, tidak berarti tidak ada yang bisa dilakukan.
Orangtua berhak mengetahui perjalanan alamiah dari hemangioma, bisa dibantu
dengan foto atau gambar untuk mengilustrasikan evolusi hemangioma ini.
2. Follow up terjadwal sangat penting untuk dilakukan.
Orangtua membutuhkan jaminan mengenai sifat jinak tumor dan antisipasi hasil
setelah involusi spontan atau intervensi. Frekuensi pemeriksaan ditambah jika
hemangioma besar, mengalami ulserasi, multipel, atau terdapat di lokasi penting
pada tubuh.
3. Penyekat Beta
Lebreze pertama kali melaporkan efek kebetulan dari propranolol pada anak dengan
hemangioma infantil. Setelah itu banyak penelitian yang ingin membuktikan
manfaat penyekat beta (propranolol) dalam tatalaksana hemangioma infantil.
Awalnya,
mekanisme penyekat beta dalam hemangioma dianggap sebagai agen
vasokonstriksi, namun penelitian terbaru menemukan penurunan ekspresi gen
VEGF dan FGFβ melalui penghambatan dari jalur RAF-mitogen-activated protein
kinase dan memicu apoptosis sel endotel. Dosis propranolol yang diberikan antara
2-3 mg/kg/hari, atau Acebutolol 10 mg/kg/hari. Penggunaan penyekat beta dalam
hemangioma masih banyak diteliti dan dikatakan akan menjadi terapi pilihan lini
pertama karena efek sampingnya yang minimal.
4. Kortikosteroid
Hemangioma kutaneus yang terlokalisasi dengan baik (<2,5 cm diameternya)
diberikan kortikosteroid intralesi. Triamcinolone (25 mg/mL) diinjeksikan perlahan
dengan tekanan rendah (3 mL syringe, 30 gauge needle), diberikan tidak lebih dari
3-5 mg/kg tiap prosedur. Biasanya 3-5 injeksi diperlukan, diberikan dalam interval
6-8 minggu. Respon yang terjadi hampir mirip dengan pemberian kortikosteroid
sistemik. Terdapat pengecualian pada kasus hemangioma eyelid/kelopak mata
karena injeksi kortikosteroid pada area ini dapat menyebabkan oklusi embolik pada
arteri retina. Kortikosteroid sistemik dapat diberikan untuk hemangioma yang
12
besar,berbahaya, atau mengancam nyawa. Prednisolone oral 2-3 mg/kg/hari
diberikan secara dosis tunggal di pagi hari selama 4-6 minggu, lalu dosisnya
dikurangi secara perlahan selama beberapa bulan dan dihentikan pada usia 10-11
bulan. Karena kortikosteroid menyebabkan iritasi gaster jadi diberikan pula H2
reseptor inhibitor. Hemangioma yang sensitif akan menunjukkan respon sekitar
beberapa hari sampai 1 minggu. Dengan terapi kortikosteroid oral, parenteral,
maupun intralesi, tingkat responnya kira-kira 85%, baik regresi yang lebih cepat
maupun pertumbuhannya yang stabil. Pemberiankortikosteroid harus dihentikan
jika tidak terjadi perubahan seperti warnanya lebih terang, menjadi halus, atau
pertumbuhannya hilang/tidak berlanjut. Tumor dapat tumbuh kembali jika
pengurangan dosis kortikosteroid terlalu tajam/cepat. Pemberian vaksin ditahan
selama terapi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid
adalah miopati, kardiomiopati, premature thelarche, dan hirsutism. Mekanisme
bagaimana kortikosteroid dalam mengobati hemangioma belum sepenuhnya jelas.
Namun terdapat bukti yang mengarahkan kita kepada mekanisme yang
mendasarinya, yaitu meningkatkan sensitifitas hemangioma untuk secara fisiologis
mengalami vasokontriksi (interaksi dengan agen vasokontriksi), memblok reseptor
estradiol-17b pada hemangioma, dan berfungsi sebagai angiogenic-inhibitor jika
terdapat heparin.
5. Interferon -2a
(IFN) α-2a atau 2b merupakan terapi lini kedua untuk hemangioma yang berbahaya
atau mengancam nyawa.27 Indikasinya adalah jika gagal/tidak ada respon terhadap
terapi kortikosteroid atau penyekat beta, kontraindikasi pemberian kortikosteroid
yang lama, terjadi komplikasi kortikosteroid, atau penolakan orangtua terhadap
terapi kortikosteroid. Kortikosteroid dan interferon sedapat mungkin tidak
diberikan bersama, pengurangan dosis kortikosteroid harus dipercepat jika dipilih
terapi dengan interferon. Dosis terapi interferon adalah 2-3 mU/m2 , diinjeksi
subkutan tiap hari. Dosis interferon ini dititrasi seiring bertambahnya berat bayi,
jika tidak dapat terjadi pertumbuhan tumor kembali. Tingkat respon terhadap terapi
ini >80%, dan biasanya diberikan dalam 6-10 bulan. Bayi yang diberikan interferon
biasanya akan mengalami demam pada 1-2 minggu awal. Pemberian
acetaminophen 1 atau 2 jam sebelum injeksi memperkecil respon febril. Pemberian
13
interferon dapat mengakibatkan toksikosis reversibel, sampai 5x menginduksi
transaminase liver, neutropeni transien, dan anemia. Neutropeni terjadi karena
“margination” bukan karena supresi sumsum tulang, dan membaik seiring
terapi.Efek samping yang mengkhawatirkan adalah spastic diplegia, yang biasanya
mengharuskan untuk penghentian terapi. Anak yang mendapat terapi interferon
membutuhkan pemeriksaan neurologis dan tumbuh kembang secara periodik.3,9,28
6. Kemoterapi
Vincristine merupakan terapi lini kedua lain pada hemangioma yang tidak
merespon terapi kortikosteroid, atau kontraindikasi lain pemberian kortikosteroid.
Terapi ini juga efektif untuk kaposiform endothelioma (dengan trombositopenia)
dan untuk hemangioendothelioma lain. Dosis yang diberikan adalah 0,05 mg/kg
intravena untuk bayi dengan berat <10 kg dan 1,5 mg/m2 untuk bayi dengan berat
>10 kg. Vinca alkaloid harus diberikan melalui central intravenous line. Tingkat
responnya >80%. Efek samping yang terjadi misalnya neuropati perifer,konstipasi,
minor hair loss, sepsis dan komplikasi lain yang berhubungan dengan central line.
7. Terapi laser
Terdapat keyakinan bahwa bedah laser jika digunakan lebih awal pada hemangioma
yang mulai timbul akan menghentikan penyebaran tumor dan mencegah
komplikasi. Flashlamp pulsed-dye laser hanya mempenetrasi 0,75 sampai 1,2 mm
ke lapisan dermis. Laser fotokoagulasi dapat memperterang kulit yang terkena,
walaupun tidak ada bukti bahwa hal ini dapat menghilangkan pembesaran atau
mempercpat involusi dari hemangioma yang letaknya lebih dalam. Pemberian
terapi dengan laser yang terlalu sering/giat dapat menyebabkan ulserasi,
hipopigmentasi, dll.
8. Terapi pembedahan
Hemangioma yang tumbuh biasanya diiringi penonjolan dan terdapat kulis ekstra.
Ditentukan tindakan misalnya dengan eksisi sirkular dan purse-string closure
sebagai prosedur primer yang menghasilkan bekas luka minimal. Transverse
lenticular excision dapat dilakukan pada lokasi tertentu seperti kelopak mata, bibir,
leher, atau sebagai babak/tahap final dari eksisi sirkular. Tindakan bedah yang
dilakukan disesuaikan dengan umur penderita dan fase dari hemangioma seperti
pada penjelasan berikut :
14
1) Infancy (Fase Proliferasi)
Indikasi untuk reseksi dari tumor dengan lokalisasi jelas pada tahun pertama
kelahiran
adalah: obstruksi yang biasanya pada tumor yang terdapat di kelopak mata atau
subglotis, deformasi (misalnya tumor periorbital yang menyebabkan ambliopi),
pendarahan, ulserasi (yang tidak berespon terhadap terapi intralesional, topikal,
atau sistemik), atau bekas luka atau rambut rontok yang terprediksi (misalnya
pasien akan menjalani general anesthetic untuk alasan lain).
2) Early childhood (Fase Involusi)
Indikasi untuk pembedahan sebelum masuk sekolah adalah: reseksi yang tidak
dapat dielakkan (misalnya postulcerative scarring), kesamaan panjang/penampakan
jika eksisi ditunda, parut mudah disembunyikan pada cutaneous tension line atau
tepi dari unit estetik wajah, atau perlunya rekonstruksi.
3) Late childhood (Fase Involuted)
Reseksi hemangioma pada fase ini biasanya dilakukan untuk: kulit yang rusak,
kontur yang abnormal, distorsi atau destruksi struktur anatomis, atau perlunya
rekonstruksi/penghilangan bertah.
1.3 Ikterik
A. Pengertian Ikterik
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya
tidak berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas
pewarnaan kuning pada kulit dan juga pada bagian putih mata. Istilah medis untuk
kondisi ini adalah ikterus neonatorum atau ikterik.Penyebab bayi kuning atau
ikterik adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini adalah pigmen
kuning dalam sel darah merah.Kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati bayi
belum cukup matang untuk menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah. Seiring
dengan berkembangnya fungsi organ hati bayi dan mulai meningkatnya asupan
bayi, penyakit kuning akan berangsur hilang dengan sendirinya.Pada kebanyakan
bayi, penyakit kuning ini tidak memerlukan perawatan khusus dan akan hilang
dengan sendirinya sekitar 2-3 minggu setelah lahir.Namun, apabila bayi kuning
15
setelah lebih dari 3 minggu sejak lahir maka ini bisa menjadi pertanda adanya
kondisi lain yang perlu diperhatikan. Sebaiknya konsultasikan kepada dokter
mengenai kondisi bayi.Meskipun jarang terjadi, tapi apabila kadar bilirubin
meningkat secara berlebihan dan tidak dikeluarkan tubuh, bayi lebih berisiko
menjadi tuli, terkena lumpuh otak (cerebral palsy), kerusakan otak (kernikterus) dan
bahkan kematian.
B. Gejala dan Penyebab Ikterik
Gejala Ikterik
Gejala pada bayi yang mengalami ikterus neonatorum yaitu kulit dan bagian putih
pada mata bayi menjadi warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi
kuning.Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian menyebar ke
dada, perut, kaki, dan telapak kaki. Pada bayi baru lahir, gejala lain ikterik adalah:
1. Urin bayi berwarna kuning pekat
2. Feses bayi berwarna pucat
3. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau
menyusu
Penyebab Ikterik
Penyebab utama bayi kuning adalah kelebihan bilirubin (hiperbilirubinemia).
Bilirubin adalah hasil buangan dari metabolisme sel darah merah.Ketika bayi dalam
kandungan, plasenta adalah organ yang memberi nutrisi pada bayi dan berfungsi
menghilangkan bilirubin dari tubuh bayi. Setelah lahir, hati bayi yang akan
berfungsi menghilangkan bilirubin dari tubuhnya.Perlu waktu bagi hati bayi untuk
dapat melakukan fungsi tersebut secara efisien. Sehingga, tingkat bilirubin menjadi
agak tinggi pada bayi baru lahir. Hal tersebut adalah kondisi yang normal (ikterus
fisiologis) dan mencerminkan perkembangan organ hati yang belum
sempurna.Kondisi bayi kuning yang parah dapat terjadi jika bayi memiliki kondisi
yang meningkatkan jumlah sel darah merah yang perlu diganti dalam tubuh, seperti:
1. Bentuk sel darah abnormal (seperti anemia sel sabit)
2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi (ketidakcocokan Rh)
3. Pendarahan di bawah kulit kepala (cephalohematoma) disebabkan oleh
persalinan yang sulit
16
4. Tingkat sel darah merah yang lebih tinggi, yang lebih sering terjadi pada
bayi usia kehamilan kecil (SGA) dan bayi kembar
5. Infeksi
6. Kekurangan protein penting tertentu, seperti enzim
Hal-hal lain juga dapat membuat tubuh bayi sulit mengeluarkan bilirubin, di
antaranya:
1. Obat-obatan tertentu
2. Infeksi pada saat lahir, seperti rubella dan sifilis
3. Penyakit yang memengaruhi hati atau saluran empedu, seperti cystic
fibrosis atau hepatitis
4. Tingkat oksigen rendah (hipoksia)
5. Infeksi (sepsis)
6. Kelainan genetik
7. Bayi lahir prematur
Pengobatan Ikterik
17
Penyakit kuning pada bayi biasanya akan menghilang sendiri dalam waktu 2 atau 3
minggu. Untuk ikterus sedang atau berat, bayi perlu tinggal lebih lama di rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan.Perawatan bayi kuning di antaranya:
1) Terapi cahaya (fototerapi)
Menempatkan bayi di bawah lampu khusus yang memancarkan cahaya dalam
spektrum biru-hijau. Cahaya mengubah bentuk dan struktur molekul bilirubin
sehingga dapat dikeluarkan dalam urine dan feses.Selama perawatan, bayi hanya
akan memakai popok dan pelindung mata. Terapi cahaya dapat dilengkapi dengan
penggunaan pad atau kasur yang memancarkan cahaya.Fototerapi biasanya cukup
efektif untuk perawatan bayi kuning, dan biasanya tidak mempunyai efek samping
yang berarti.
2) Imunoglobulin intravena (IVIg)
Kalau bayi kuning disebabkan oleh adanya perbedaan golongan darah rhesus antara
ibu dan bayi, pilihan perawatan ini bisa menjadi satu opsi. Transfusi imunoglobulin
intravena dapat menurunkan kadar bilirubin dan biasanya akan dicoba kalau terapi
cahaya tidak menghasilkan penurunan kadar bilirubin yang diharapkan.
3) Pertukaran transfusi (exchange transfusion)
Apabila hasil pengecekan darah menunjukkan kadar bilirubin yang sangat tinggi
dan perawatan alternatif sudah dicoba, bayi mungkin membutuhkan pertukaran
darah. Transfusi dilakukan dengan pengambilan darah dalam jumlah kecil secara
berulang-ulang dan menggantinya dengan darah donor, sehingga mengurangi
bilirubin dan antibodi ibu.
A. Pengertian Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung dan abdomen
18
(Markum : 1991). Muntah bisa disebabkan adanya gangguan fisiologis seperti
kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu juga dapat disebabkan gangguan
psikologis seperti keadaan tertekan, cemas terutama pada anak yang lebih besar.
Pada masa bayi, terutama neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu bila
terjadi muntah harus observasi kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Bila regurgitasi, pengeluaran susu
terjadi segera setelah minum yang dapat disebabkan kebanyakan minum atau
kegagalan mengeluarkan udara yang tertelan. Sedangkan muntah merupakan aksi
refleks yang dikoordinasi modulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan
dengan paksa melalui mulut.
19
a) Waktu terjadinya muntah, bisa terjadi beberapa jam setelah lahir, hari-hari
pertama kelahiran, atau pada anak-anak yang terkesan sehat.
b) Sifat muntahan. Muntahan bisa keluar secara proyektil (menyemprot) atau
muntah pada umumnya.
c) Warna muntahan dan bahan yang keluar. Muntahan bisa berwarna kehijauan
atau ada sisa makanan yang bercampur lendir.
d) Pola makan anak, apa saja makanan yang dimakan. Kemungkinan anak terlalu
banyak makan, alergi susu atau makanan tertentu.
e) Riwayat penyakit, adakah kemungkinan penyakit yang menyertainya, seperti
obstruksi usus halus, stenosis pilorus, alergi, gangguan psikologis atau
gangguan lainnya
f) Terdapat tanda–tanda dehydrasi jika muntahnya hebat dan terus menerus,
terutama jika disertai dengan diare.
g) Hubungan anak dengan orang tua. Pada kondisi tertentu faktor psikologis bisa
merupakan faktor pencetus muntah.
h) Pemeriksaan penunjang
i) Apabila muntah terjadi terus–menerus perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti
foto abdomen, pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memastikan letak gangguan/ kelainan.
2. Masalah Muntah
Pola makan salah, Gangguan psikologis
3. Perencanaan
Pada dasarnya muntah yang tidak disertai gangguan fisiologis, tidak perlu
penanganan khusus. Meskipun demikian, muntah tidak bisa diabaikan begitu saja.
Beberapa tindakan jika anak mengalami muntah :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak
makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar, hindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan alergi. Pemberian makan harus disesuaikan dengan usia anak
dan memperhatikan menu gizi seimbang yaitu makanan yang bervariasi yang
mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral serta
20
sesuai dengan kebutuhan anak. Protein susu sapi, telor, kacang-kacangan dan
ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi Untuk itu harus hati-hati dan bila
perlu diganti bahan makanan yang lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak, situasi yang menegangkan merupakan situasi
yangmenegangkan,merupakansituasiyangtidak
menyenangkananakdandapatberdampak pada fisik anak. Oleh karena itu kasih
sayang yang mencukupi, bimbingan yang bijaksana dari orang tua, merupakan
hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi, apabila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna
kehijauan, muntah yang proyekti atau gangguan lainnya segera dibawa ke
dokter untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu pemeriksaan
penunjang sangat diperlukan.
C. Pengertian dan Penyebab Regurgitasi
Gumoh atau Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I,
1999). Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi
dibawah usia 6 bulan. Seiring bertambahnya usia, yaitu sampai anak diatas 6 bulan.
regurgitasi semakin jarang dialami.
Penyebab gumoh/regurgitasi
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi yaitu posisi saat menyusui yang tidak
tepat, minum terburu–buru, anak sudah kenyang, tapi tetap diberi minum karena
orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan. Bayi yang gumoh sesudah
menyusu, biasanya merupakan kondisi yang normal. Gumoh menjadi abnormal bila
jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan bayi tidak adekuat. Asuhan Anak
dengan Regurgitasi
1. Pengkajian
a. Usia timbul gumoh, sering terjadi dibawah usia 6 bulan. Cara dan bahan makanan
yang keluar. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami
gumoh atau muntah. Pada anak yang gumoh, bahan makanan yang keluar biasanya
berupa susu dan terjadi secara spontan. Sedangkan pada anak yang muntah, bahan
yang keluar adalah sisa bahan makanan disertai kontraksi dari abdomen.
21
b.Pola minum perlu diperhatikan adalah: apakah susu diberikan dengan
menggunakan botol, sendok atau menetek pada ibunya; sudah benarkah cara
minumnya; berapa jumlah dan frekuensi pemberian. Orang tua kadang khawatir
anak kurang kebutuhan minumnya, sehingga susu diberikan terlalu sering.
c.Suasana saat minum. Bayi yang tergesa–gesa minumnya mudah mengalami
gumoh.
d.Posisisaatminum.Posisiibuyangtidaktepatsaatmenyusuibayinya,bisamengakibatk
an anak gumoh. Demikian juga posisi botol yang tidak tepat saat bayi diberi susu
formula.
1. Masalah
a. Posisi minum/menetek yang tidak benar
b. Kesalahan pola minum
2. Perencanaan/intervensi
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel sebagian areola, dagu menempel payudara ibu.
b. Bila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur agar
susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam
mulut bayi. Lihat gambar berikut
c. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum bayi jangan
langsung ditidurkan tapi perlu disendawakan dulu. Sendawa dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri), kepala bersandar dipundak ibu.
Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan – lahan sampai terdengar suara
bersendawa. Lihat gambar dibawah.
2) Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai
terdengar suara bersendawa.
22
A. Pengertian dan Gejala Oral Thrush
Oral Thrush adalah infeksi jamur pada mulut yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans yang menumpuk pada lapisan mulut. Kondisi ini tidak menular dan
biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan anti jamur.
Luka berwarna putih krem pada lidah, pipi bagian dalam dan kadang langit-
langit mulut, gusi dan amandel.
Luka yang sedikit menimbul dengan tampilan seperti keju cottage.
Kemerahan atau nyeri yang cukup parah dan menyebabkan kesulitan makan
atau menelan.
Sedikit perdarahan jika terjadi luka gores.
Ujung mulut berwarna kemerahan dan pecah-pecah (terutama pada
pengguna gigi palsu).
Perasaan seperti terdapat kapas pada mulut.
Kehilangan indera pengecap.
Pada kasus yang parah, luka dapat menyebar ke esofagus, yaitu saluran panjang
berotot yang berawal dari belakang mulut hingga lambung (Candida esophagitis).
Apabila hal ini terjadi, kamu akan kesulitan menelan atau merasa seperti ada
makanan tersangkut pada tenggorokan.
Oral thrush terjadi ketika jamur Candida pada kulit berkembang biak tanpa
terkendali dan menyebabkan infeksi. Berikut hal-hal yang bisa memicu terjadinya
infeksi Candida:
23
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada ibu hamil atau pengidap
diabetes.
Higienitas oral yang buruk.
Penggunaan kortikosteroid yang dapat menyebabkan gangguan sistem
imun.
Konsumsi antibiotik yang dapat membunuh bakteri pada kulit yang
berperan untuk menekan perkembangbiakan Candida.
Obesitas.
Oral thrush dan infeksi candida lainnya dapat terjadi saat sistem imun kamu
melemah akibat penyakit atau konsumsi obat-obatan seperti prednisone atau
antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan alami dari mikroorganisme pada
tubuh.
Penyakit dan kondisi ini dapat membuat kamu lebih rentan terhadap infeksi oral
thrush:
24
berbahaya, namun bila kamu sedang hamil, kamu berpotensi menurunkan
jamur ke bayi saat persalinan. Akibatnya, bayi dapat mengalami oral thrush.
Untuk memastikan apakah penderita terkena candidiasis atau tidak, dokter akan
melakukan pemeriksaan berikut:
Oral thrush biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan antijamur. Obat ini biasanya
berupa gel atau cairan yang kamu oleskan langsung pada bagian dalam mulut (obat
topikal). Namun, kamu juga bisa konsumsi obat-obatan dalam bentuk tablet atau
25
kapsul. Pengidap perlu mengonsumsi obat-obatan topikal beberapa kali dalam
sehari selama satu hingga dua minggu.
Berikut adalah gaya hidup yang dapat membantu kamu mencegah terjadinya oral
thrush:
Diaper Rash/ruam popok dapat diartikan sebagai infeksi kulit karena paparan urine
dan kotoran yang berkepanjangan ditambah dengan tekanan dan gesekan popok
yang bersifat disposable(diapers) (Sholeh, 2008).
Penyebab bisa karena keberihannya tidak terjaga, sering buang air, bayi sedang
mengkonsumsi antibiotik atau bayi menyusui yang mendapat antibiotik dari air
susu ibunya. Ruam popok dapat terpicu akibat beberapa sebab, yaitu : Ruam
26
yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi kulit, biang
keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal dari kotoran.
Ruam yang terjadi di area popok dan ditempat lain, tetapi diperparah dengan
penggunaan popok. Misalnya radang kulit akibat alergi (dermatitis atopi),
dernatitis seboroik, psoriasis.
Ruam popok yang terjadi di area popok tetapi tidak berkaitan dengan
penggunaan popok, tetapi akibat infeksi kulit akibat bakteri, kelainan daya
tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, skebies hingga HIV (Jelita, 2014).
Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada
gejala awal kelainan derajat ringan seperti kemerahan ringan di kulit pada daerah
sekitar penggunaan popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet atau luka
ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul bintik-bintik merah,
kadang membasah dan bengkak pada daerah yang paling lama berkontak dengan
popok seperti paha. Kelainan yang meliputi daerah kulit yang luas (Lokanata, 2004;
Maryunani, 2011).
27
pada ruam popok dan mencegah air melakukan kontak langsung dengan kulit
yang terkena ruam popok.
Memilih popok yang baik, hasil penelitian menunjukan popok kain lebih jarang
menimbulkan ruam popok pada bayi dan anak dibandingkan diapers, jika
memakaikan diapers harus sering menggantikan diapers dengan yang baru
minimal 4-5 kali dalam satu hari, namun lebih baik lagi jika pemakaian diapers
diganti > 5 kali dalam satu hari. Ruam popok akan terjadi semakin parah bila
frekuensi ganti diapers< 3 kali dalam satu hari (Lokanata, 2004; Mayunani, 201;
Sukmasari, 2014 ).
1.7 Seborrhea
A. Pengertian Seborrhea
Dermatitis seboroik pada bayi atau cradle cap adalah jenis peradangan kulit yang
umum terjadi pada bayi. Umumnya cradle cap pada bayi indikasinya berupa
kemunculan kerak berwarna kekuningan atau kecoklatan di area kulit yang
memiliki banyak kelenjar minyak, seperti kulit kepala dan lipatan kulit .
Kerak dapat mulai muncul pada bayi baru lahir yang berusia sekitar dua minggu.
Umumnya, kerak terdapat di area kepala yang ditumbuhi rambut. Selain pada kulit
kepala dan lipatan kulit, kerak juga bisa menyebar ke area wajah serta area kulit
bayi yang tertutup popok. Di samping adanya kerak, kemerahan di lipatan kulit dan
area kulit yang lembap tertutup popok juga bisa terjadi. Meski menimbulkan
kekhawatiran bagi orangtua, dermatitis seboroik sebenarnya tidak menimbulkan
rasa gatal atau sakit yang mengganggu kenyamanan bayi. Kemunculannya juga
akan berkurang seiring pertambahan usia si kecil.
Walau dermatitis seboroik pada bayi umumnya tidak mengganggu kenyamanan si
Kecil, ada kemungkinan muncul infeksi pada ruam dermatitis seboroik di area
lipatan kulit atau area popok jika tidak diobati. Pada kejadian yang amat jarang,
cradle cap juga dapat meluas dan bertambah parah. Kondisi ini bisa menandakan
adanya Leiner’s disease pada buah hati. Bila ini terjadi, kelainan sistem kekebalan
tubuh diduga menjadi penyebabnya.
B. Gejala Seborrhea
28
1. Terdapat sisik putih kekuningan yang mudah mengelupas pada kulit di bagian
tubuh bayi yang berminyak, misalnya belakang telinga, sisi hidung, dan terutama
kepala
2. Muncul bintik merah atau ruam kemerahan pada kulit di sekitar alis, dahi, hidung,
leher, telinga, dan dada
3. Muncul gejala semacam ruam popok pada lipatan di pangkal paha bayi karena
tidak mengganti popok bayi secara rutin
4. Muncul rasa gatal pada kulit kepala, terlihat dari reaksi bayi menggosok atau
menyentuh bagian kulitnya yang gatal
5. Kulit bayi yang terdampak juga bisa mengeluarkan cairan dan berbau
6. Kerak mungkin juga bernanah, pada kasus yang parah
Kondisi kerak yang bernanah menandakan kulit sudah terinfeksi sebagai
komplikasi. Gejala dermatitis seboroik pada bayi dapat berlangsung selama
beberapa minggu atau bulan.
C. Cara Mengatasi Cradle Cap (dermatitis seboroik)
1. Gunakan produk khusus kulit bayi sensitif
Bersihkan kulit kepala bayi atau bagian kulit lainnya secara rutin menggunakan
sampo antiketombe atau bahan pembersih yang aman untuk kulit sensitif.
2. Mengoleskan minyak zaitun, minyak kelapa, baby oil atau petroleum jelly pada
kerak kepala bayi dan diamkan selama satu jam. Setelah kerak melunak, gosok
dengan lembut agar rontok dari kulit. Kita bisa menggunakan jari atau sikat gigi
berbulu lembut untuk menggosok kerak kepala pada bayi
3. Bersihkan dengan lembut
Tidak perlu ragu untuk membersihkan kulit kepala bayi dengan sampo untuk
menghilangkan kerak atau cradle cap.Selama membersihkan bagian kulit yang
terdampak cradle cap, hindari menggosoknya terlalu kencang.
4. Pengobatan medis
Menggunakan sampo khusus saat memandikan bayi baru lahir sudah cukup untuk
menjaga kebersihan kulit kepala si kecil.
Jika eksim pada kulit kepala bayi tidak juga hilang dan makin memburuk setelah
melakukan langkah-langkah di atas, segera periksakan si kecil ke dokter.
D. Cara mencegah cradle cap (dermatitis seboroik)
29
1. Rutin membersihkan rambut dan kulit kepalanya dengan sampo sebagai
perlengkapan bayi baru lahir.Bayi tidak perlu dikeramas setiap hari, cukup 2-3
hari sekali.Di antara jadwal keramas, perhatikan kebersihan kulit kepalanya.
Pilih produk perawatan, baik sampo maupun sabun yang diformulasikan untuk
bayi.Hindari kandungan pewangi, pewarna, maupun alkohol yang bisa
mengiritasi kulit bayi yang sensitif.
2. Memberikan hair lotion untuk menjaga kulit kepala bayi tetap lembap dan tidak
mengelupas.namun kelembapannya jangan sampai terlalu berminyak karena
itu bisa membuat minyak menumpuk
1.8 Milliarisasi
A. pengertian Milliarisasi
Miliariasis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya keringat
berlebihan disertai tersumbatnya saluran kelenjar keringat dan biasanya terjadi
pada daerah dari, leher, punggung dan dada dan Miliaria juga penyakit kulit yang
timbul akibat obstruksi duktus kelenjar keringat ekrin (acrosyringoma) sehingga
timbul aliran balik keringat ke epidermis dan dermis.
Miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan
anak. Hal ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang
berisi air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan. Pada bayi sering
disertai gejala rewel bahkan mengganggu tidurnya, anak yang lebih besar akan
sering menggaruk bagian-bagian yang terkena miliaria, hal ini disebabkan karena
rasa gatal.
30
Kumpulan keringat ini kemudian mendesak kulit sehingga terbentuk lepuh-lepuh
halus sebesar pangkal jarum pentul. Namun ada kalanya, di antara lepuh-lepuh
halus itu timbul bintil-bintil merah berukuran kecil yang terasa gatal. Daerah yang
rawan terhadap serangan biang keringat ini adalah dahi, leher, bahu, dada,
punggung, dan lipatan-lipatan kulit.
Miliaria kristalina
Miliaria kristalina merupakan jenis biang keringat yang tergolong sangat ringan,
bahkan paling ringan. Biang keringat ini hanya mempengaruhi lapisan kulit
teratas saja. Gejala dari miliaria kristalina antara lain munculnya bintil-bintil
merah berisi cairan jernih yang dapat pecah dengan mudah. Biang keringat jenis
ini umumnya tidak menimbulkan gatal dan sakit pada kulit.
Miliaria rubra
Miliaria rubra merupakan biang keringat yang terjadi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. Biang keringat ini jarang terjadi pada bayi, karena umumnya dialami oleh
31
orang dewasa. Gejalanya adalah munculnya bintil merah pada kulit disertai
dengan rasa gatal yang menyengat.
Miliaria pustulosa
Biang keringat jenis ini merupakan perkembangan lanjutan dari miliaria rubra.
Miliaria pustulosa terjadi ketika miliaria rubra bertambah parah dan mengalami
peradangan. Gejalanya adalah munculnya bintil merah yang berisi nanah sehingga
biang keringat berubah warna menjadi kuning atau putih. Ketika muncul nanah,
biang keringat ini sudah tergolong berat dan beresiko menimbulkan infeksi kulit.
Miliaria profunda
Miliaria profunda merupakan biang keringat dengan jenis yang paling berat
namun jarang terjadi. Biang keringat ini terjadi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. Keringat yang terjebak pada kulit menyebabkan timbulnya bintil merah
yang sangat besar dan keras sehingga bersifat kronis dan kambuhan.
Pencegahan terhadap Biang Keringat pada Bayi
Biang keringat pada bayi umumnya dapat dicegah. Nah, ada beberapa cara yang
dapat Anda lakukan, yaitu:
Kenakan pakaian yang longgar dan berbahan lembut pada bayi, seperti
katun yang menyerap keringat. Hindari penggunaan popok dengan
pinggiran plastik.
Pastikan bayi terus mendapat ASI atau susu formula. Berikan juga air
putih yang cukup jika usianya sudah 6 bulan ke atas.
Gunakan sabun bayi yang tidak mengandung pengharum dan tidak
membuat kulit kering.
Hindari penggunaan bedak tabur pada bayi, karena dapat membahayakan
pernapasan.
Pastikan bayi tidak kepanasan.
32
1.9 Diare
A. Pengertian Diare
Diare Adalah gangguan pencernaan yang umum terjadi termasuk pada bayi
baru lahir. Namun, jangan sepelekan kondisi ini karena pada bayi di usia dini, risiko
komplikasi diare mungkin lebih tinggi dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu,
orangtua perlu mengetahui cara mengatasi mencret atau diare pada bayi dengan tepat.
Umumnya, feses bayi yang normal terlihat lembut dan licin. Bukan menjadi hal yang
aneh pula ketika bayi baru lahir sering buang air besar setiap kali habis menyusui.
Namun, diare pada bayi bisa terlihat ketika ada perubahan saat ia mengeluarkan feses.
Ada kemungkinan bayi mengalami diare saat buang air besar lebih banyak dari
biasanya dan terlihat encer. Tidak menutup kemungkinan feses yang encer atau diare
juga bisa terjadi hingga 5 hingga 12 kali sehari.
Angka Kematian Bayi (AKB) akibat diare di indonesia masih sekitar 7,4%. Angka
kematian akibat diare pada balita adalah 75/100.000 balita. Insiden penyakit diare yang
berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk dimana 60-70%, diantaranya anak-anak
usia di bawah 5 tahun (Maryunani, 2010 ).
Gejala lainnya
Selain gejala bayi diare di atas, ada kemungkinan ia juga akan mengalami gejala
lainnya, seperti:
33
Berat badan berkurang
Dehidrasi
2. Pola makan
Penyebab lainnya saat terjadi diare pada bayi adalah pola makan atau asupan susu yang
tidak sesuai. Hal ini biasa terjadi pada bayi yang mengonsumsi susu formula dan
mempunyai kondisi intoleransi kandungan laktosa. Lalu, bayi yang berusia 6 bulan
juga seringkali mengalami mencret. Biasanya, ini terjadi karena reaksi dari sistem
pencernaan akibat makanan baru seperti MPASI.
Penyakit Celiac yakni penyakit yang menyebabkan tubuh bayi tidak bisa
mencerna gluten, seperti gandum dengan baik.
Sindrom iritasi usus besar adalah penyakit yang menandakan usus bayi tidak
bisa bekerja secara optimal.
Memiliki alergi atau intoleransi pada suatu zat tertentu, contohnya laktosa (gula
yang ada pada susu sapi).
Penyakit langka seperti cystic fibrosis, gangguan gastrointestinal eosinofilik,
penyakit Hirschsprung, dan tumor neuroendokrin.
cara mengatasi diare pada bayi
Ada alternatif obat diare atau mencret anak yang bisa diberikan orangtua. Akan tetapi,
obat ini hanya boleh diberikan kepada anak usia 2 tahun ke atas.
34
Sedangkan untuk bayi, perubahan pola makan cukup untuk mengatasi diare atau
mencret, tapi pada beberapa kasus ia pun juga membutuhkan obat. Jangan berikan obat
diare untuk bayi kecuali jika dokter Anda yang meresepkannya. Maka dari itu, pada
usia bayi di bawah 6 bulan akan lebih baik pengobatannya diawasi dokter secara
langsung.
Berikut ini perawatan serta cara mengatasi bayi mencret yang baru lahir, seperti:
Berikan asupan ASI atau susu formula yang biasa ia konsumsi secara teratur
Jika bayi muntah, Anda mungkin perlu menyusuinya dengan takaran lebih sedikit
namun lebih sering.
Berikan larutan elektrolit seperti oralit yang direkomendasikan dokter untuk
mencegah dehidrasi,
Jika memberikan susu formula dan bayi masih diare lebih dari 2 minggu, sebaiknya
ganti variannya.
Berikan minum air putih lebih banyak pada bayi di atas usia 6 bulan.
Segera bawa ke dokter ketika bayi telah mengalami diare selama lebih 24 jam, atau jika
diare berlangsung dengan gejala di bawah ini:
Dehidrasi
Muntah
Demam
BAB berdarah pada bayi
Perlu dilakukan diagnosis khusus terhadap tanda-tanda infeksi tertentu. Lalu, bayi
mungkin butuh dirawat inap untuk pemberian cairan melalui infus.
1.10 Obstipasi
1) Pengertian
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran
feses selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan
mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan meconium
dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan
adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah
suatu obstipasi, karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan defekasi selama
5 – 7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan
dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal.
35
2) Tanda dan gejala
Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi
jika tidak mngeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
c) Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot.
d) Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rektum.e) Bising usus yang janggal.
3) Penatalaksanaan
c) Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
B. Obstipasi pada Bayi Neonatus, Pra Neonatus, Pra Sekolah, dan Balita
2) Penyebab Obstipasi
Pada bayi yang minum susu botol kurang baik kualitasnya, bayi yang dapat makanan
padat terus menerus bisa timbul obstipasi. Secara umum, obstipasi disebabkan oleh:
36
2. Mengkonsumsi makanan yang kurang serat
3) Tanda-tanda Obstipasi
4) Penalaksanaan Obstipasi
1. Anjurkan ibu meningkatkan asupan cairan dan serat yang mengandung buah-buahan
dan cairan
2. Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein tinggi diganti susu
dengan protein rendah
a. Definisi
Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana bayi jarang sekali buang air besar dan
Kalau buang air besar keras. Obstipasi: obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)
b. Penyebab
a) Kurang cairan
b) Obat/zat kimiawi
c) Kelainan hormonal/metabolic
d) Kelainan psikososial
2) Faktor Organik
37
a) Kelainan organ (mikrocolon, prolapse rectum, struktur anus, tumor)
3) Menyusu/makan/minum kurang
4) Feses keras
d. Penatalaksanaan
1) Sering disusui
5) Enema peranal
Furunkel/bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut atau folikel rambut atau benjolan
yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit janggat dan jaringan bawah
kulit yang meliputi mata bisul. Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada
folikel rambut,kulit,dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah
bokong,kuduk,aksila,badan,dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu
tempat yang biasa disebut dengan furunkulosis. Bisul ( furunkel ) adalah infeksi kulit
yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya
disebabkan oleh Bakteri Staphylococcus aureus , tetapi juga disebabkan oleh bakteri
lainnya atau jamur. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
38
bokong. Lesi folikuler ini dapat berasal dari folikilitis sebelumnya atau diawali nodul
perifolikuler, dalam, lunak dan eritematosa. Meskipun lesi pada mulanya berupa
indurasi, nekrosis, sentral dan disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture
dan cairan keluar dari bagian tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.
Maka dapat disimpulkan bahwa bisul adalah peradangan atau infeksi atau juga lesi pada
folikel rambut dan menyebar ke jaringan sekitarnya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dimana pada mulanya berupa indurasi, nekrosis, sentral dan
disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture dan cairan keluar dari bagian
tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.
Frunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :
Gejala untuk bisul ini hampir menyamai penyakit kulit yang lain seperti:
1. Nanah di bahagian tengah bisul
2. Keputihan, lelehan mengandungi darah daripada bisul tersebut
3. Kemerahan di sekeliling kulit yang dijangkiti
4. Biasanya di ikuti rasa teramat sakit apabila disentuh.
1.12 Miliariasis
Prenatal di sebelum lahir saat masih di kandungan, perinatal itu saat proses
delivery saat lahir, postnatal itu setelah dilahirkan masih di masa-masa bayi sangat
ringkih,
Infeksi perinatal adalah infeksi yang terjadi pada ibu hamil(infeksi maternal) yang
dapat ditransmisikan pada janin saat kehamilan, pada persalinan melalui jalan lahir dan
pascasalin melalui air susu ibu.
Penularan penyakit dari ibu ke janin dapat melalui perambatan asendens dari vagina
melalui serviks ke cairan amnion atau hematogen dari viremia, bakteri emi atau
parasitemia. Pneumonia pada fetus dapat terjadi akibat infeksi cairan amnion ke paru
39
janin. Padainfeksi asendens, terjadi funisitis dan korioamnionitis yang sering
menyebabkan pecah ketubandini dan prematuritas. Infeksi hematogen dapat
menyebabkan desiduitis atau vilitis danmenyebabkan pertumbuhan janin terhambat
atau infeksi pada fetus yang dapat menyebabkankecacatan.
Ibu hamil yang terinfeksi sering tidak merasakan gejala atau hanya mempunyai
gejalaringan tetapi janin yang dikandungnya dapat terancam mendapat kelainan
kongenital yang berat.Infeksi maternal belum tentu selalu ditularkan pada janin,
semakin tinggi usia kehamilansemakin tinggi kejadian penularan, namun semakin
muda usia kehamilan, semakin besar dampak buruk pada janin. Infeksi maternal
umumnya tidak memberatkan ibu, namun dampak pada janinyang terinfeksi dapat
sangat berat berupa kelainan kongenital, kelainan kongenital multipelsampai abortus
atau kematian janin.Masalah yang terdapat di negara yang sedang berkembang adalah
ketidak mampuanuntuk melakukan diagnosis yang akurat, sehingga keputusan yang
diambil sebagai konsek ensihasil pemeriksaan klinik dan laboratorik sering merugikan
janin yang sebenarnya belum tentu terkena penyakit namun harus menerima akibat
pengobatan dan sebaliknya
40
memastikan luaran persalinan. Kadang kadang ketidak pastian diagnosis menyebabkan
ibu ingin menggugurkan kandungannya akibat ketidak siapan mempunyai anak cacat.
1.13 Obstipasi
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) adalah kematian mendadak pada bayi yang
tidak diketahui penyebabnya. SIDS dikenal juga dengan istilah crib death atau cot
death, karena sering terjadi ketika bayi sedang tidur. Namun,kemungkinan SIDS juga
terjadi ketika bayi sedang tidak tidur. SIDS adalah salah satu penyebab utama kematian
bayi, terutama usia 2–4 bulan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa SIDS
disebabkan oleh gangguan pada metabolisme dan gangguan irama jantung (aritmia).
Akan tetapi, banyak kasus SIDS yang tidak diketahui penyebab pastinya.
Penyebab SIDS
Penyebab SIDS belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa kematian
mendadak ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
Mutasi atau kelainan pada gen
Gangguan di otak
Berat badan lahir rendah
Infeksi paru
Selain beberapa kondisi di atas, risiko terjadinya SIDS juga terkait dengan faktor-faktor
berikut:
Posisi tidur
Posisi tidur menyamping atau telungkup dapat membuat bayi sulit bernapas, terutama
jika ditidurkan di permukaan atau kasur yang terlalu empuk.
Suhu ruangan
41
Suhu ruangan yang terlalu panas saat bayi sedang tidur dipercaya dapat meningkatkan
risiko SIDS.
Tidur di ranjang yang sama
Tidur di ranjang yang sama dengan orang tua atau orang lain berisiko membuat
pernapasan bayi terhalang atau bayi tertindih.
Risiko SIDS juga diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor pada ibu, seperti:
Mengandung saat masih berusia di bawah 20 tahun
Merokok selama kehamilan
Mengonsumsi minuman beralkohol atau menyalahgunakan NAPZA
Tidak melakukan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan selama kehamilan
Pernah melahirkan anak yang meninggal akibat SIDS
Ada pula faktor pada bayi yang diduga dapat meningkatkan risiko terkena SIDS, yaitu:
Berjenis kelamin laki-laki
Berusia 2–4 bulan
Terlahir prematur
Terpapar asap rokok
Gejala SIDS
SIDS terjadi secara mendadak. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak menunjukkan gejala
apa pun. Bayi yang tampak sehat dan tidak menderita penyakit juga bisa mengalami
SIDS. Akan tetapi tetap waspada dan periksakan bayi ke dokter jika kondisi
kesehatannya menurun, terutama jika terdapat tanda-tanda berikut:
Henti napas secara tiba-tiba
Napas tampak cepat disertai tarikan (retraksi) pada sela iga
Tidak bangun dari tidur meski sudah dibangunkan
Kejang demam
Reaksi alergi yang berlebihan
Suhu badan tinggi tetapi kaki dan tangan dingin
Suhu tubuh tetap tinggi meski sudah diberikan obat penurun panas
Bayi menjadi pendiam dan lesu walaupun suhu badannya tidak tinggi
Bayi sulit atau tidak mau menyusu
Komplikasi SIDS pada Orang Tua
Orang tua yang kehilangan bayi secara mendadak akan mengalami kesedihan dan rasa
berkabung yang sangat dalam sehingga menunjukkan gejala seperti:
Mati rasa dan bingung
Rasa sedih disertai tangis yang lama
Sering merasa lelah baik fisik maupun mental
Rasa bersalah
42
Orang tua yang bayinya mengalami peristiwa SIDS perlu didampingi agar tidak larut
dalam kesedihan. Selain itu, yakinkan mereka bahwa SIDS tidak sepenuhnya terjadi
karena kesalahan mereka.
Pencegahan SIDS
Belum ada metode yang secara pasti dapat mencegah SIDS. Namun, ada beberapa
upaya yang dapat menurunkan risikonya, yakni:
Tidurkan bayi pada posisi telentang, setidaknya untuk tahun pertamanya.
Jangan memakai tempat tidur yang tebal dan terlalu empuk untuk bayi.
Hindari meninggalkan bantal atau mainan yang empuk di boks bayi.
Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, agar
tidak perlu dibalut lagi dengan selimut tambahan.
Hindari menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
Tidurkan bayi di kamar yang sama dengan orang tua tetapi dengan tempat tidur
terpisah.
Berikan bayi ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
Berikan bayi imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal.
Beberapa studi menyebutkan bahwa pemberian dot dapat mengurangi risiko SIDS.
Namun, efektivitas metode tersebut belum terbukti secara pasti. Oleh sebab itu,
lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui upaya pencegahan yang tepat,
terutama jika melihat adanya gangguan kesehatan pada bayi.
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua
Asia dan Afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua
mediterania. Ikterik berwarna menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubun dalam tubuh. Atau pewarnaan kuning di kulit terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Muntah terjadi beberapa jam setelah
lahir, kadang disertai sedikit darah, kemungkinan karena iritasi lambung akibat
sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. bisa terjadi beberapa jam
setelah lahir terkesan sehat.
Penyebab oral trush umumnya candida albicans melalui vagina ibu yang
terinfeksi selama persalinan, transmisi melalui botol susu, putting susu yang tidak
bersih, cuci tangan yang tidak benar. Sebhorea adalah peradangan kulit yang sering
terdapat kulit kepala, alis mata, muka yang bersifat superfisial dan kronik, tidak
gatal dan cenderung sembuh sendiri. Miliariasis pada kulit bayi secara vesikel yang
menyerupai titik. Penting untuk menghindari panas yang berlebihan.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari. Obstipasi adalah
penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit. Furunkel (bisul) adalah
peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya yang sering
terjadi pada daerah bokong, dan kuduk. Infeksi perinatal infeksi ini terjadi pada
kurang dari 1% bayi baru lahir namun merupakan penyebab dari 30% kematian pada
bayi baru lahir. Sindrom kematian bayi mendadak penyebab kematian yang sering
ditemukan pada bayi berusia 2 minggu -1 tahun
44
DAFTAR PUSTAKA
Aprinda Puji. 2021. Mengulik Gejala, Penyebab, dan Perawatan Diare pada Bayi Baru
Lahir.
Fitri Muji Rahayu. Asuhan Kebidanan Pada Anak Batita Dengan Diare dan Dehidrasi
Sedang Di Pukesmas Mojoagung Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Astuti Setiyani, Sukesi, dan Esyuananik. 2016. Modul Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta selatan : Kemenkes Republik indonesia
45