Anda di halaman 1dari 45

KONSEP DASAR DAN ASUHAN MASALAH YANG LAZIM

PADA BAYI BARU LAHIR, NEONATUS, BAYI, DAN BALITA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 dan 2 - 1B

1. Amelia Inayati Hassari (P3.73.24.2.21.046)


2. Dine Aisyah (P3.73.24.2.21.055)
3. Fira Khansa Zahrah Latar (P3.73.24.2.21.056)
4. Hilwa Salsabila (P3.73.24.2.21.059)
5. Hutri Atminegara (P3.73.24.2.21.060)
6. Nadira salsabila (P3.73.24.2.21.066)
7. Nur Yuliyana Oktaviani (P3.73.24.2.21.069)
8. Nurrahma (P3.73.24.2.21.071)
9. Putri Syahra (P3.73.24.2.21.074)
10. Sadzkia Rahmadhani (P3.73.24.2.21.076)
11. Sopia Theressa (P3.73.24.2.21.082)
12. Syafa Athahira Solehah (P3.73.24.2.21.083)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia,
serta kasih sayangNya yang berlimpah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Masalah yang Lazim pada Bayi Baru Lahir,
Neonatus, Bayi, dan Balita. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari teman-teman kelompok 1 dan 2 yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan, baik yang berkenan dengan pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami
sebagai penulis makalah.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi


pembaca. Diharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 21 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
D. Manfaat ........................................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7
1.1 Bercak Mongol .................................................................................................... 7
1.2 Hemangioma .................................................................................................... 10
A. Konsep Dasar Hemangioma ................................................................................... 10
B. Penyebab dan Gejala Klinis Hemangioma ............................................................. 10
1.3 Ikterik ................................................................................................................ 15
1.4 Muntah dan Gumoh/regurgitasi ........................................................................ 18
1.5 Oral Trush ......................................................................................................... 22
1.6 Diaper Rush ....................................................................................................... 26
1.7 Seborrhea........................................................................................................... 28
1.8 Milliarisasi ...................................................................................................... 30
1.9 Diare .................................................................................................................. 33
1.10 Obstipasi.......................................................................................................... 35
1.11 Bisulan atau Furunkel ..................................................................................... 38
1.12 Miliariasis........................................................................................................ 39
1.13 Obstipasi.......................................................................................................... 41
BAB III ....................................................................................................................... 44
PENUTUP ................................................................................................................... 44
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 45

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan
kebidanan pada neonatal, bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya masih banyak
hambatan yang terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan
penyakit tertentu, dan balita yang terserang penyakit. Masalah yang lazim timbul pada
neonatus sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Pemahaman menyeluruh mengenai masalah apa saja yang dapat terjadi
menjadi dasar bidan dalam menentukan langkah berikutnya, sehingga tepat dalam
mengambil keputusan. Maka dari itu penting bagi bidan untuk mengetahui dan terampil
dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara menanganinya. Penyakit yang dapat
menyerang bayi ialah: bercak mongol, hemangioma, ikterik, muntah dan
gumoh/regurgitasi, oral trush, diaper rush, seborrhea, miliariasis, diare, obstipasi,
bisulan/furunkel, infeksi perinatal (masa antenatal, intranatal dan postnatal) dan bayi
mati mendadak (SIDS).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit bercak mongol pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
2. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit hemangioma pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
3. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit ikterik pada bayi baru lahir,
neonatus, bayi dan balita?
4. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit muntah dan gumoh pada
bayi baru lahir, neonatus, bayi dan b4alita?

4
5. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit oral trush pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
6. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit diaper rush pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
7. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit seborrhea pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
8. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit miliariasis pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
9. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit diare pada bayi baru lahir,
neonatus, bayi dan balita?
10. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit obstipasi pada bayi baru
lahir, neonatus, bayi dan balita?
11. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit bisulan / frunkel pada bayi
baru lahir, neonatus, bayi dan balita?
12. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah penyakit infeksi perinatal masa
antenatal, intranatal, dan post natal?
13. Bagaimana konsep dasar dan asuhan masalah bayi mati mendadak (SIDS)

C. Tujuan

1.Mampu menguasai konsep dasar dan mengaplikasikan deteksi dini komplikasi dan
asuhan pada bayi baru lahir, neonatus, bayi, balita, dan pra sekolah

2. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar/pengertian, gejala, penyebab,


komplikasi dan cara pengobatan
a. Bercak mongol
b. Hemangioma
c. Ikterik
d. Muntah dan gumoh/regurgitasi
e. Oral rush
f. Diaper rush
g. Seborrhea
h. Miliariasis
i. Diare

5
j. Obstipasi
k. Bisulan/furunkel
l. Infeksi perinatal(masa antenatal, intranatal, dan postnatal
m. Bayi mati mendadak (SIDS)

3. Membantu para mahasiswa untuk lebih mengerti mengenai konsep dasar dan asuhan
masalah yang lazim pada bayi baru lahir, neonatus, bayi dan balita

D. Manfaat
Dengan adanya materi Konsep dasar neonatus dengan masalah yang lazim timbul
bayi baru lahir,neonatus,bayi, dan balita,apabila bayi mengalami masalah tersebut,
tetapi mahasiswa tidak mempunyai pengetahuan yang baik berkaitan dengan masalah
yang lazim timbul. Mahasiswa harus mengetahui penyebab, tanda-tanda dan
penatalaksanaannya. Penanganan yang tepat dilakukan oleh seorang bidan, akan
mengakibatkan bayi tetap terjaga kesehatannya.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Bercak Mongol

A. Konsep Dasar Bercak Mongol


Bercak Mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian atau
daerah sacral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang lain. Bercak mongol
biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika,
kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua mediterania. Atau Bercak
mongol terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan
batas tegas, bisa berukuran sangat besar dan mirip dengan tanda lebam. Umumnya
terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu.

B. Penyebab dan Gejala Klinis Bercak Mongol


Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan
oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama
proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80% bayi yang berkulit
hitam. Orang Timur dan India Timur memiliki lesi ini, sementara kejadian pada bayi
yang kulit putih kurang dari 10%. Lesi-lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-
tempat yang tidak biasa cenderung tidak menghilang. Hampir 90% bayi dengan kulit
berwarna atau kulit Asia (Timur) lahir dengan bercak ini,namun pada bayi Kaukasia
hanya 5 %. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah
dalam atau di sekitar folikel rambut. Kadang- kadang tersebar simetris, dapat juga
unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan
kelainan-kelainan sistemik.

 Gejala Klinis Bercak Mongol

7
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman.
Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian
punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada kaki, punggung,
pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga bervariasi dalam ukuran, dari sebesar
bercak mongol. Adanya bercak kebiru-biruan atau biru-kehitaman pada bagian
punggung, bokong. Bagian bawah spina, pada bahu atau bagian lainnya.
Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
1. Luka seperti pewarnaan.
2. Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit yang normal.
3. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur.
4. Biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun.
5. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.

C. Asuhan Masalah Bercak Mongol


Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama, atau pada 1-4
tahun pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus. Namun, bercak
mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung
tidak akan hilang, tapi dapat menetap sampai dewasa. Sumber lain menyatakan bahwa
bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara
usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang setelah dewasa. Sebagian kecil,
sekitar 5% anak yang lahir dengan bercak mongol masih memiliki bercak mongol
hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak
memerlukan perawatan ataupun pencegahan khusus. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang
tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol,
menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau
tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang
tua bayi tidak merasa cemas.

8
Gambar penderita Bercak Mongol

9
1.2 Hemangioma

A. Konsep Dasar Hemangioma

Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma/gumpalan yang terjadi akibat


gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi
di segala organ seperti hati, limfa, otak, tulang dan kulit. Kelainan yang terjadi pada
kulit akibat gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah yang
terletak di superficial (kutan), subkutan atau campuran.

B. Penyebab dan Gejala Klinis Hemangioma


 Masih belum jelas.

 Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh darah yang melebar dan


berhubungan dengan proliferasi endotel.

 Gejala Klinis Hemangioma

1) Hemangioma kapiler

 Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks)

Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir.

10
Tampak sebagai bercak merah yang semakin lama semakin besar. Warnanya
menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, tegang dan
keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang superfisial
berwarna merah terang dan ada yang subkutan berwarna kebiruan. Involusi kurang
tegang dan lebih mendatar.
 Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi
bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder.
Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula
berbentuk papul sritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai pembesaran 1 cm dan dapat bertangkai. Lesi mudah berdarah.
2) Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eriternatosa atau nodus yang
berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan mengempis dan akan cepat
menggembung lagi apabila lepas. Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang.
Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.
3) Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
klinisnya juga terjadi atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan
pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau
masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang
kemudian pada perkembangannya dapat gambaran keratotik dan verukosa.
C. Asuhan dan Tatalaksana Hemangioma
 Umumnya hemangioma akan menghilang dengan sendirinya.
 Tetapi bila terdapat prognosis yang berat lakukan rujukan dan kolaborasi
dengan tenaga medis dan berikan prednison 2-3 mg/kgBB/hari selama 10-14
hari, jika hemangioma menipis/menghilang dosis diturunkan secara bertahap.
 Tatalaksanaan hemongomia
1. Observasi
Kebanyakan hemangioma infantil tidak memerlukan konsultasi ke dokter
spesialis.Tumor kecil yang tidak berbahaya ini dapat dibiarkan untuk berproliferasi

11
dan berinvolusi dengan pengawasan ketat dari dokter karena dapat meninggalkan
cacat pada kulit meskipun ada yang hasilnya normal. Bayi dengan hemangioma
biasanya dirujuk karena merupakan indikasi untuk dilakukan terapi.Namun jika
tindakan khusus tidak diperlukan, tidak berarti tidak ada yang bisa dilakukan.
Orangtua berhak mengetahui perjalanan alamiah dari hemangioma, bisa dibantu
dengan foto atau gambar untuk mengilustrasikan evolusi hemangioma ini.
2. Follow up terjadwal sangat penting untuk dilakukan.
Orangtua membutuhkan jaminan mengenai sifat jinak tumor dan antisipasi hasil
setelah involusi spontan atau intervensi. Frekuensi pemeriksaan ditambah jika
hemangioma besar, mengalami ulserasi, multipel, atau terdapat di lokasi penting
pada tubuh.
3. Penyekat Beta
Lebreze pertama kali melaporkan efek kebetulan dari propranolol pada anak dengan
hemangioma infantil. Setelah itu banyak penelitian yang ingin membuktikan
manfaat penyekat beta (propranolol) dalam tatalaksana hemangioma infantil.
Awalnya,
mekanisme penyekat beta dalam hemangioma dianggap sebagai agen
vasokonstriksi, namun penelitian terbaru menemukan penurunan ekspresi gen
VEGF dan FGFβ melalui penghambatan dari jalur RAF-mitogen-activated protein
kinase dan memicu apoptosis sel endotel. Dosis propranolol yang diberikan antara
2-3 mg/kg/hari, atau Acebutolol 10 mg/kg/hari. Penggunaan penyekat beta dalam
hemangioma masih banyak diteliti dan dikatakan akan menjadi terapi pilihan lini
pertama karena efek sampingnya yang minimal.
4. Kortikosteroid
Hemangioma kutaneus yang terlokalisasi dengan baik (<2,5 cm diameternya)
diberikan kortikosteroid intralesi. Triamcinolone (25 mg/mL) diinjeksikan perlahan
dengan tekanan rendah (3 mL syringe, 30 gauge needle), diberikan tidak lebih dari
3-5 mg/kg tiap prosedur. Biasanya 3-5 injeksi diperlukan, diberikan dalam interval
6-8 minggu. Respon yang terjadi hampir mirip dengan pemberian kortikosteroid
sistemik. Terdapat pengecualian pada kasus hemangioma eyelid/kelopak mata
karena injeksi kortikosteroid pada area ini dapat menyebabkan oklusi embolik pada
arteri retina. Kortikosteroid sistemik dapat diberikan untuk hemangioma yang

12
besar,berbahaya, atau mengancam nyawa. Prednisolone oral 2-3 mg/kg/hari
diberikan secara dosis tunggal di pagi hari selama 4-6 minggu, lalu dosisnya
dikurangi secara perlahan selama beberapa bulan dan dihentikan pada usia 10-11
bulan. Karena kortikosteroid menyebabkan iritasi gaster jadi diberikan pula H2
reseptor inhibitor. Hemangioma yang sensitif akan menunjukkan respon sekitar
beberapa hari sampai 1 minggu. Dengan terapi kortikosteroid oral, parenteral,
maupun intralesi, tingkat responnya kira-kira 85%, baik regresi yang lebih cepat
maupun pertumbuhannya yang stabil. Pemberiankortikosteroid harus dihentikan
jika tidak terjadi perubahan seperti warnanya lebih terang, menjadi halus, atau
pertumbuhannya hilang/tidak berlanjut. Tumor dapat tumbuh kembali jika
pengurangan dosis kortikosteroid terlalu tajam/cepat. Pemberian vaksin ditahan
selama terapi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid
adalah miopati, kardiomiopati, premature thelarche, dan hirsutism. Mekanisme
bagaimana kortikosteroid dalam mengobati hemangioma belum sepenuhnya jelas.
Namun terdapat bukti yang mengarahkan kita kepada mekanisme yang
mendasarinya, yaitu meningkatkan sensitifitas hemangioma untuk secara fisiologis
mengalami vasokontriksi (interaksi dengan agen vasokontriksi), memblok reseptor
estradiol-17b pada hemangioma, dan berfungsi sebagai angiogenic-inhibitor jika
terdapat heparin.
5. Interferon -2a
(IFN) α-2a atau 2b merupakan terapi lini kedua untuk hemangioma yang berbahaya
atau mengancam nyawa.27 Indikasinya adalah jika gagal/tidak ada respon terhadap
terapi kortikosteroid atau penyekat beta, kontraindikasi pemberian kortikosteroid
yang lama, terjadi komplikasi kortikosteroid, atau penolakan orangtua terhadap
terapi kortikosteroid. Kortikosteroid dan interferon sedapat mungkin tidak
diberikan bersama, pengurangan dosis kortikosteroid harus dipercepat jika dipilih
terapi dengan interferon. Dosis terapi interferon adalah 2-3 mU/m2 , diinjeksi
subkutan tiap hari. Dosis interferon ini dititrasi seiring bertambahnya berat bayi,
jika tidak dapat terjadi pertumbuhan tumor kembali. Tingkat respon terhadap terapi
ini >80%, dan biasanya diberikan dalam 6-10 bulan. Bayi yang diberikan interferon
biasanya akan mengalami demam pada 1-2 minggu awal. Pemberian
acetaminophen 1 atau 2 jam sebelum injeksi memperkecil respon febril. Pemberian

13
interferon dapat mengakibatkan toksikosis reversibel, sampai 5x menginduksi
transaminase liver, neutropeni transien, dan anemia. Neutropeni terjadi karena
“margination” bukan karena supresi sumsum tulang, dan membaik seiring
terapi.Efek samping yang mengkhawatirkan adalah spastic diplegia, yang biasanya
mengharuskan untuk penghentian terapi. Anak yang mendapat terapi interferon
membutuhkan pemeriksaan neurologis dan tumbuh kembang secara periodik.3,9,28
6. Kemoterapi
Vincristine merupakan terapi lini kedua lain pada hemangioma yang tidak
merespon terapi kortikosteroid, atau kontraindikasi lain pemberian kortikosteroid.
Terapi ini juga efektif untuk kaposiform endothelioma (dengan trombositopenia)
dan untuk hemangioendothelioma lain. Dosis yang diberikan adalah 0,05 mg/kg
intravena untuk bayi dengan berat <10 kg dan 1,5 mg/m2 untuk bayi dengan berat
>10 kg. Vinca alkaloid harus diberikan melalui central intravenous line. Tingkat
responnya >80%. Efek samping yang terjadi misalnya neuropati perifer,konstipasi,
minor hair loss, sepsis dan komplikasi lain yang berhubungan dengan central line.
7. Terapi laser
Terdapat keyakinan bahwa bedah laser jika digunakan lebih awal pada hemangioma
yang mulai timbul akan menghentikan penyebaran tumor dan mencegah
komplikasi. Flashlamp pulsed-dye laser hanya mempenetrasi 0,75 sampai 1,2 mm
ke lapisan dermis. Laser fotokoagulasi dapat memperterang kulit yang terkena,
walaupun tidak ada bukti bahwa hal ini dapat menghilangkan pembesaran atau
mempercpat involusi dari hemangioma yang letaknya lebih dalam. Pemberian
terapi dengan laser yang terlalu sering/giat dapat menyebabkan ulserasi,
hipopigmentasi, dll.
8. Terapi pembedahan
Hemangioma yang tumbuh biasanya diiringi penonjolan dan terdapat kulis ekstra.
Ditentukan tindakan misalnya dengan eksisi sirkular dan purse-string closure
sebagai prosedur primer yang menghasilkan bekas luka minimal. Transverse
lenticular excision dapat dilakukan pada lokasi tertentu seperti kelopak mata, bibir,
leher, atau sebagai babak/tahap final dari eksisi sirkular. Tindakan bedah yang
dilakukan disesuaikan dengan umur penderita dan fase dari hemangioma seperti
pada penjelasan berikut :

14
1) Infancy (Fase Proliferasi)
Indikasi untuk reseksi dari tumor dengan lokalisasi jelas pada tahun pertama
kelahiran
adalah: obstruksi yang biasanya pada tumor yang terdapat di kelopak mata atau
subglotis, deformasi (misalnya tumor periorbital yang menyebabkan ambliopi),
pendarahan, ulserasi (yang tidak berespon terhadap terapi intralesional, topikal,
atau sistemik), atau bekas luka atau rambut rontok yang terprediksi (misalnya
pasien akan menjalani general anesthetic untuk alasan lain).
2) Early childhood (Fase Involusi)
Indikasi untuk pembedahan sebelum masuk sekolah adalah: reseksi yang tidak
dapat dielakkan (misalnya postulcerative scarring), kesamaan panjang/penampakan
jika eksisi ditunda, parut mudah disembunyikan pada cutaneous tension line atau
tepi dari unit estetik wajah, atau perlunya rekonstruksi.
3) Late childhood (Fase Involuted)
Reseksi hemangioma pada fase ini biasanya dilakukan untuk: kulit yang rusak,
kontur yang abnormal, distorsi atau destruksi struktur anatomis, atau perlunya
rekonstruksi/penghilangan bertah.

1.3 Ikterik

A. Pengertian Ikterik
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya
tidak berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas
pewarnaan kuning pada kulit dan juga pada bagian putih mata. Istilah medis untuk
kondisi ini adalah ikterus neonatorum atau ikterik.Penyebab bayi kuning atau
ikterik adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini adalah pigmen
kuning dalam sel darah merah.Kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati bayi
belum cukup matang untuk menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah. Seiring
dengan berkembangnya fungsi organ hati bayi dan mulai meningkatnya asupan
bayi, penyakit kuning akan berangsur hilang dengan sendirinya.Pada kebanyakan
bayi, penyakit kuning ini tidak memerlukan perawatan khusus dan akan hilang
dengan sendirinya sekitar 2-3 minggu setelah lahir.Namun, apabila bayi kuning

15
setelah lebih dari 3 minggu sejak lahir maka ini bisa menjadi pertanda adanya
kondisi lain yang perlu diperhatikan. Sebaiknya konsultasikan kepada dokter
mengenai kondisi bayi.Meskipun jarang terjadi, tapi apabila kadar bilirubin
meningkat secara berlebihan dan tidak dikeluarkan tubuh, bayi lebih berisiko
menjadi tuli, terkena lumpuh otak (cerebral palsy), kerusakan otak (kernikterus) dan
bahkan kematian.
B. Gejala dan Penyebab Ikterik
 Gejala Ikterik
Gejala pada bayi yang mengalami ikterus neonatorum yaitu kulit dan bagian putih
pada mata bayi menjadi warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi
kuning.Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian menyebar ke
dada, perut, kaki, dan telapak kaki. Pada bayi baru lahir, gejala lain ikterik adalah:
1. Urin bayi berwarna kuning pekat
2. Feses bayi berwarna pucat
3. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau
menyusu

 Penyebab Ikterik
Penyebab utama bayi kuning adalah kelebihan bilirubin (hiperbilirubinemia).
Bilirubin adalah hasil buangan dari metabolisme sel darah merah.Ketika bayi dalam
kandungan, plasenta adalah organ yang memberi nutrisi pada bayi dan berfungsi
menghilangkan bilirubin dari tubuh bayi. Setelah lahir, hati bayi yang akan
berfungsi menghilangkan bilirubin dari tubuhnya.Perlu waktu bagi hati bayi untuk
dapat melakukan fungsi tersebut secara efisien. Sehingga, tingkat bilirubin menjadi
agak tinggi pada bayi baru lahir. Hal tersebut adalah kondisi yang normal (ikterus
fisiologis) dan mencerminkan perkembangan organ hati yang belum
sempurna.Kondisi bayi kuning yang parah dapat terjadi jika bayi memiliki kondisi
yang meningkatkan jumlah sel darah merah yang perlu diganti dalam tubuh, seperti:
1. Bentuk sel darah abnormal (seperti anemia sel sabit)
2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi (ketidakcocokan Rh)
3. Pendarahan di bawah kulit kepala (cephalohematoma) disebabkan oleh
persalinan yang sulit

16
4. Tingkat sel darah merah yang lebih tinggi, yang lebih sering terjadi pada
bayi usia kehamilan kecil (SGA) dan bayi kembar
5. Infeksi
6. Kekurangan protein penting tertentu, seperti enzim

Hal-hal lain juga dapat membuat tubuh bayi sulit mengeluarkan bilirubin, di
antaranya:
1. Obat-obatan tertentu
2. Infeksi pada saat lahir, seperti rubella dan sifilis
3. Penyakit yang memengaruhi hati atau saluran empedu, seperti cystic
fibrosis atau hepatitis
4. Tingkat oksigen rendah (hipoksia)
5. Infeksi (sepsis)
6. Kelainan genetik
7. Bayi lahir prematur

C. Diagnosis dan Pengobatan Ikterik


 Diagnosis Ikterik
Dokter mendiagnosis ikterus neonatorum bayi dengan melihat warna kulit
bayi.Namun, perlu pemeriksaan untuk mengukur kadar bilirubin dalam darah bayi.
Tingkat bilirubin (keparahan penyakit kuning) akan menentukan pilihan
pengobatan yang akan diberikan. Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit kuning
dan mengukur bilirubin meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
2. Tes darah
3. Hitung darah lengkap
4. Tes Coombs
5. Jumlah retikulosit
6. Tes kulit dengan alat yang disebut bilirubinometer transkutan, yang
mengukur pantulan cahaya khusus yang menembus kulit

 Pengobatan Ikterik

17
Penyakit kuning pada bayi biasanya akan menghilang sendiri dalam waktu 2 atau 3
minggu. Untuk ikterus sedang atau berat, bayi perlu tinggal lebih lama di rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan.Perawatan bayi kuning di antaranya:
1) Terapi cahaya (fototerapi)
Menempatkan bayi di bawah lampu khusus yang memancarkan cahaya dalam
spektrum biru-hijau. Cahaya mengubah bentuk dan struktur molekul bilirubin
sehingga dapat dikeluarkan dalam urine dan feses.Selama perawatan, bayi hanya
akan memakai popok dan pelindung mata. Terapi cahaya dapat dilengkapi dengan
penggunaan pad atau kasur yang memancarkan cahaya.Fototerapi biasanya cukup
efektif untuk perawatan bayi kuning, dan biasanya tidak mempunyai efek samping
yang berarti.
2) Imunoglobulin intravena (IVIg)
Kalau bayi kuning disebabkan oleh adanya perbedaan golongan darah rhesus antara
ibu dan bayi, pilihan perawatan ini bisa menjadi satu opsi. Transfusi imunoglobulin
intravena dapat menurunkan kadar bilirubin dan biasanya akan dicoba kalau terapi
cahaya tidak menghasilkan penurunan kadar bilirubin yang diharapkan.
3) Pertukaran transfusi (exchange transfusion)
Apabila hasil pengecekan darah menunjukkan kadar bilirubin yang sangat tinggi
dan perawatan alternatif sudah dicoba, bayi mungkin membutuhkan pertukaran
darah. Transfusi dilakukan dengan pengambilan darah dalam jumlah kecil secara
berulang-ulang dan menggantinya dengan darah donor, sehingga mengurangi
bilirubin dan antibodi ibu.

1.4 Muntah dan Gumoh/regurgitasi

A. Pengertian Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung dan abdomen

18
(Markum : 1991). Muntah bisa disebabkan adanya gangguan fisiologis seperti
kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu juga dapat disebabkan gangguan
psikologis seperti keadaan tertekan, cemas terutama pada anak yang lebih besar.
Pada masa bayi, terutama neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu bila
terjadi muntah harus observasi kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Bila regurgitasi, pengeluaran susu
terjadi segera setelah minum yang dapat disebabkan kebanyakan minum atau
kegagalan mengeluarkan udara yang tertelan. Sedangkan muntah merupakan aksi
refleks yang dikoordinasi modulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan
dengan paksa melalui mulut.

B. Gangguan Akibat Muntah dan Asuhan Anak Muntah


 Gangguan Akibat Muntah
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu :
a) Muntah terjadi beberapa jam setelah lahir, kadang disertai sedikit darah,
kemungkinan karena iritasi lambung akibat sejumlah bahan yang tertelan
selama proses kelahiran. Muntah ini kadang menetap setelah pemberian
makanan pertama kali. Pembilasan lambung dengan garam fisiologis dapat
menolong keadaan tersebut.
b) Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, jumlah banyak, tidak
proyektil berwarna hijau dan cenderung menetap biasanya akibat obstruksi
usus halus.
c) Muntah yang terjadi secara proyektil (menyemprot) dan tidak berwarna
kehijauan merupakan tanda stenosis pilorus.
d) Selain keadaan tersebut diatas, muntah juga dapat merupakan salah satu tanda
peningkatan tekanan intra kranial, alergi susu, infeksi saluran kemih atau
gangguan lainnya.
e) Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Hal ini kemungkinan karena
kesalahan tehnik pemberian makan atau faktor psikososial seperti gangguan
hubungan ibu dan anak.
 Asuhan Anak Muntah
1. Pengkajian

19
a) Waktu terjadinya muntah, bisa terjadi beberapa jam setelah lahir, hari-hari
pertama kelahiran, atau pada anak-anak yang terkesan sehat.
b) Sifat muntahan. Muntahan bisa keluar secara proyektil (menyemprot) atau
muntah pada umumnya.
c) Warna muntahan dan bahan yang keluar. Muntahan bisa berwarna kehijauan
atau ada sisa makanan yang bercampur lendir.
d) Pola makan anak, apa saja makanan yang dimakan. Kemungkinan anak terlalu
banyak makan, alergi susu atau makanan tertentu.
e) Riwayat penyakit, adakah kemungkinan penyakit yang menyertainya, seperti
obstruksi usus halus, stenosis pilorus, alergi, gangguan psikologis atau
gangguan lainnya
f) Terdapat tanda–tanda dehydrasi jika muntahnya hebat dan terus menerus,
terutama jika disertai dengan diare.
g) Hubungan anak dengan orang tua. Pada kondisi tertentu faktor psikologis bisa
merupakan faktor pencetus muntah.
h) Pemeriksaan penunjang
i) Apabila muntah terjadi terus–menerus perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti
foto abdomen, pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memastikan letak gangguan/ kelainan.
2. Masalah Muntah
Pola makan salah, Gangguan psikologis
3. Perencanaan
Pada dasarnya muntah yang tidak disertai gangguan fisiologis, tidak perlu
penanganan khusus. Meskipun demikian, muntah tidak bisa diabaikan begitu saja.
Beberapa tindakan jika anak mengalami muntah :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak
makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar, hindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan alergi. Pemberian makan harus disesuaikan dengan usia anak
dan memperhatikan menu gizi seimbang yaitu makanan yang bervariasi yang
mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral serta

20
sesuai dengan kebutuhan anak. Protein susu sapi, telor, kacang-kacangan dan
ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi Untuk itu harus hati-hati dan bila
perlu diganti bahan makanan yang lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak, situasi yang menegangkan merupakan situasi
yangmenegangkan,merupakansituasiyangtidak
menyenangkananakdandapatberdampak pada fisik anak. Oleh karena itu kasih
sayang yang mencukupi, bimbingan yang bijaksana dari orang tua, merupakan
hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi, apabila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna
kehijauan, muntah yang proyekti atau gangguan lainnya segera dibawa ke
dokter untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu pemeriksaan
penunjang sangat diperlukan.
C. Pengertian dan Penyebab Regurgitasi
Gumoh atau Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I,
1999). Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi
dibawah usia 6 bulan. Seiring bertambahnya usia, yaitu sampai anak diatas 6 bulan.
regurgitasi semakin jarang dialami.
 Penyebab gumoh/regurgitasi
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi yaitu posisi saat menyusui yang tidak
tepat, minum terburu–buru, anak sudah kenyang, tapi tetap diberi minum karena
orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan. Bayi yang gumoh sesudah
menyusu, biasanya merupakan kondisi yang normal. Gumoh menjadi abnormal bila
jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan bayi tidak adekuat. Asuhan Anak
dengan Regurgitasi
1. Pengkajian
a. Usia timbul gumoh, sering terjadi dibawah usia 6 bulan. Cara dan bahan makanan
yang keluar. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami
gumoh atau muntah. Pada anak yang gumoh, bahan makanan yang keluar biasanya
berupa susu dan terjadi secara spontan. Sedangkan pada anak yang muntah, bahan
yang keluar adalah sisa bahan makanan disertai kontraksi dari abdomen.

21
b.Pola minum perlu diperhatikan adalah: apakah susu diberikan dengan
menggunakan botol, sendok atau menetek pada ibunya; sudah benarkah cara
minumnya; berapa jumlah dan frekuensi pemberian. Orang tua kadang khawatir
anak kurang kebutuhan minumnya, sehingga susu diberikan terlalu sering.
c.Suasana saat minum. Bayi yang tergesa–gesa minumnya mudah mengalami
gumoh.
d.Posisisaatminum.Posisiibuyangtidaktepatsaatmenyusuibayinya,bisamengakibatk
an anak gumoh. Demikian juga posisi botol yang tidak tepat saat bayi diberi susu
formula.
1. Masalah
a. Posisi minum/menetek yang tidak benar
b. Kesalahan pola minum
2. Perencanaan/intervensi
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel sebagian areola, dagu menempel payudara ibu.
b. Bila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur agar
susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam
mulut bayi. Lihat gambar berikut
c. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum bayi jangan
langsung ditidurkan tapi perlu disendawakan dulu. Sendawa dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri), kepala bersandar dipundak ibu.
Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan – lahan sampai terdengar suara
bersendawa. Lihat gambar dibawah.
2) Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai
terdengar suara bersendawa.

1.5 Oral Trush

22
A. Pengertian dan Gejala Oral Thrush

Oral Thrush adalah infeksi jamur pada mulut yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans yang menumpuk pada lapisan mulut. Kondisi ini tidak menular dan
biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan anti jamur.

Gejala Oral Thrush

Gejala kandidiasis oral yang muncul akan berbeda-beda tergantung lokasinya.


Gejala yang sering muncul adalah :

 Luka berwarna putih krem pada lidah, pipi bagian dalam dan kadang langit-
langit mulut, gusi dan amandel.
 Luka yang sedikit menimbul dengan tampilan seperti keju cottage.
 Kemerahan atau nyeri yang cukup parah dan menyebabkan kesulitan makan
atau menelan.
 Sedikit perdarahan jika terjadi luka gores.
 Ujung mulut berwarna kemerahan dan pecah-pecah (terutama pada
pengguna gigi palsu).
 Perasaan seperti terdapat kapas pada mulut.
 Kehilangan indera pengecap.

Pada kasus yang parah, luka dapat menyebar ke esofagus, yaitu saluran panjang
berotot yang berawal dari belakang mulut hingga lambung (Candida esophagitis).
Apabila hal ini terjadi, kamu akan kesulitan menelan atau merasa seperti ada
makanan tersangkut pada tenggorokan.

B. Faktor Risiko dan Penyabab Oral Thrush

Oral thrush terjadi ketika jamur Candida pada kulit berkembang biak tanpa
terkendali dan menyebabkan infeksi. Berikut hal-hal yang bisa memicu terjadinya
infeksi Candida:

 Cuaca yang hangat.

23
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada ibu hamil atau pengidap
diabetes.
 Higienitas oral yang buruk.
 Penggunaan kortikosteroid yang dapat menyebabkan gangguan sistem
imun.
 Konsumsi antibiotik yang dapat membunuh bakteri pada kulit yang
berperan untuk menekan perkembangbiakan Candida.
 Obesitas.

 Penyebab Oral Thrush

Oral thrush dan infeksi candida lainnya dapat terjadi saat sistem imun kamu
melemah akibat penyakit atau konsumsi obat-obatan seperti prednisone atau
antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan alami dari mikroorganisme pada
tubuh.

Penyakit dan kondisi ini dapat membuat kamu lebih rentan terhadap infeksi oral
thrush:

 HIV/AIDS: Human immunodeficiency virus (HIV) atau virus yang


menyebabkan AIDS dapat merusak atau menghancurkan sel sistem imun,
sehingga kamu menjadi lebih rentan terhadap kemungkinan infeksi yang
umumnya bisa dilawan oleh tubuh. Oral thrush yang terjadi berulang kali,
serta gejala-gejala lainnya dapat menjadi indikasi awal dari defisiensi imun,
seperti infeksi HIV.
 Kanker: Jika kamu mengidap kanker, sistem imun kamu cenderung
melemah akibat penyakit dan dari perawatan seperti kemoterapi dan radiasi.
Kedua penyakit dan perawatan tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi
candida seperti oral thrush.
 Diabetes melitus: Pada pengidap diabetes yang kondisinya sudah parah, air
liurnya mengandung kadar gula yang tinggi, sehingga meningkatkan risiko
perkembangan candida di dalam mulutnya.
 Infeksi jamur pada Miss V: Infeksi jamur pada Miss V disebabkan oleh
jamur yang menyebabkan oral thrush. Walau infeksi jamur tidaklah

24
berbahaya, namun bila kamu sedang hamil, kamu berpotensi menurunkan
jamur ke bayi saat persalinan. Akibatnya, bayi dapat mengalami oral thrush.

Penyebab lainnya meliputi:

 Mengonsumsi antibiotik, terutama dalam jangka panjang atau dalam dosis


tinggi.
 Menggunakan pengobatan kortikosteroid yang dihirup untuk asma.
 Menggunakan gigi palsu, terutama jika tidak pas dengan tepat.
 Memiliki kebersihan mulut yang buruk.
 Kondisi mulut cenderung kering, baik karena masalah kesehatan atau
pengobatan.
 Merokok.
 Menjalani kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker.

C. Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan Oral Thrush

Untuk memastikan apakah penderita terkena candidiasis atau tidak, dokter akan
melakukan pemeriksaan berikut:

 Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengamati


bentuk dan penampakan ruam. Selain itu, dokter juga akan memeriksa
kondisi kulit di daerah tersebut.
 Kultur kulit. Setelah memeriksa kondisi kulit dan ruam pada saat
pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan swabbing (apusan) pada daerah
kulit yang terkena kandidiasis. Hasil sampel kulit yang diperoleh dari
swabbing kemudian diperiksa di laboratorium untuk memastikan
keberadaan jamur Candida sehingga bisa dipastikan apakah terjadi
kandidiasis atau tidak.

 Pengobatan Oral Thrush dan Efek Sampingnya

Oral thrush biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan antijamur. Obat ini biasanya
berupa gel atau cairan yang kamu oleskan langsung pada bagian dalam mulut (obat
topikal). Namun, kamu juga bisa konsumsi obat-obatan dalam bentuk tablet atau

25
kapsul. Pengidap perlu mengonsumsi obat-obatan topikal beberapa kali dalam
sehari selama satu hingga dua minggu.

 Pencegahan Oral Thrush

Berikut adalah gaya hidup yang dapat membantu kamu mencegah terjadinya oral
thrush:

 Biasakan membersihkan mulut dengan baik secara rutin. Sikat gigi


setidaknya 2 kali sehari dan bersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi
setidaknya 1 kali sehari.
 Jangan gunakan obat kumur atau spray secara berlebihan.
 Kunjungi dokter gigi secara rutin. Terutama jika kamu memiliki diabetes
atau menggunakan gigi palsu.
 Kurangi asupan gula dan makanan yang mengandung ragi. Pasalnya,
makanan seperti roti, bir dan wine dapat meningkatkan pertumbuhan
candida.
 Berhenti merokok. Tanyakan pada dokter, cara untuk berhenti merokok.

1.6 Diaper Rush

A. Pengertian Diaper Rash

Diaper Rash/ruam popok dapat diartikan sebagai infeksi kulit karena paparan urine
dan kotoran yang berkepanjangan ditambah dengan tekanan dan gesekan popok
yang bersifat disposable(diapers) (Sholeh, 2008).

B. Penyebab Diaper Rash

 Penyebab bisa karena keberihannya tidak terjaga, sering buang air, bayi sedang
mengkonsumsi antibiotik atau bayi menyusui yang mendapat antibiotik dari air
susu ibunya. Ruam popok dapat terpicu akibat beberapa sebab, yaitu : Ruam

26
yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi kulit, biang
keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal dari kotoran.
 Ruam yang terjadi di area popok dan ditempat lain, tetapi diperparah dengan
penggunaan popok. Misalnya radang kulit akibat alergi (dermatitis atopi),
dernatitis seboroik, psoriasis.
 Ruam popok yang terjadi di area popok tetapi tidak berkaitan dengan
penggunaan popok, tetapi akibat infeksi kulit akibat bakteri, kelainan daya
tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, skebies hingga HIV (Jelita, 2014).

C. Tanda-tanda Diaper Rash

Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada
gejala awal kelainan derajat ringan seperti kemerahan ringan di kulit pada daerah
sekitar penggunaan popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet atau luka
ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul bintik-bintik merah,
kadang membasah dan bengkak pada daerah yang paling lama berkontak dengan
popok seperti paha. Kelainan yang meliputi daerah kulit yang luas (Lokanata, 2004;
Maryunani, 2011).

D. Penatalaksanaan Diaper Rash

Pengobatan dan pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan terapi


farmakologi seperti pemberian salep seng oksida (zinc oxide) dan salep/ injeksi
kortikosteroid, sedangkan terapi non farmakologi, yaitu seperti:

 Menghilangkan atau mengurangi kelembaban dan gesekan kulit dengan


mengganti popok segera setelah buang air kecil atau besar atau bila
menggunakan popok disposable pakaikan sesuai dengan daya tampung,
bersihkan kulit secara lembut dengan air dan sabun lembut lalu keringkan
dengan handuk yang halus, anginkan terlebih dahulu setelah itu gunakan oil
untuk melembabkan kulit dan mengurangi gesekan pada kulit, lalu ganti popok
yang bersih.
 Gunakan minyak zaitun karena minyak zaitun akan menjaga kelembaban
kulitnya.Dengan sifatnya sebagai antiseptik oil dapat mengurangi kemerahan

27
pada ruam popok dan mencegah air melakukan kontak langsung dengan kulit
yang terkena ruam popok.
 Memilih popok yang baik, hasil penelitian menunjukan popok kain lebih jarang
menimbulkan ruam popok pada bayi dan anak dibandingkan diapers, jika
memakaikan diapers harus sering menggantikan diapers dengan yang baru
minimal 4-5 kali dalam satu hari, namun lebih baik lagi jika pemakaian diapers
diganti > 5 kali dalam satu hari. Ruam popok akan terjadi semakin parah bila
frekuensi ganti diapers< 3 kali dalam satu hari (Lokanata, 2004; Mayunani, 201;
Sukmasari, 2014 ).

1.7 Seborrhea

A. Pengertian Seborrhea
Dermatitis seboroik pada bayi atau cradle cap adalah jenis peradangan kulit yang
umum terjadi pada bayi. Umumnya cradle cap pada bayi indikasinya berupa
kemunculan kerak berwarna kekuningan atau kecoklatan di area kulit yang
memiliki banyak kelenjar minyak, seperti kulit kepala dan lipatan kulit .
Kerak dapat mulai muncul pada bayi baru lahir yang berusia sekitar dua minggu.
Umumnya, kerak terdapat di area kepala yang ditumbuhi rambut. Selain pada kulit
kepala dan lipatan kulit, kerak juga bisa menyebar ke area wajah serta area kulit
bayi yang tertutup popok. Di samping adanya kerak, kemerahan di lipatan kulit dan
area kulit yang lembap tertutup popok juga bisa terjadi. Meski menimbulkan
kekhawatiran bagi orangtua, dermatitis seboroik sebenarnya tidak menimbulkan
rasa gatal atau sakit yang mengganggu kenyamanan bayi. Kemunculannya juga
akan berkurang seiring pertambahan usia si kecil.
Walau dermatitis seboroik pada bayi umumnya tidak mengganggu kenyamanan si
Kecil, ada kemungkinan muncul infeksi pada ruam dermatitis seboroik di area
lipatan kulit atau area popok jika tidak diobati. Pada kejadian yang amat jarang,
cradle cap juga dapat meluas dan bertambah parah. Kondisi ini bisa menandakan
adanya Leiner’s disease pada buah hati. Bila ini terjadi, kelainan sistem kekebalan
tubuh diduga menjadi penyebabnya.
B. Gejala Seborrhea

28
1. Terdapat sisik putih kekuningan yang mudah mengelupas pada kulit di bagian
tubuh bayi yang berminyak, misalnya belakang telinga, sisi hidung, dan terutama
kepala
2. Muncul bintik merah atau ruam kemerahan pada kulit di sekitar alis, dahi, hidung,
leher, telinga, dan dada
3. Muncul gejala semacam ruam popok pada lipatan di pangkal paha bayi karena
tidak mengganti popok bayi secara rutin
4. Muncul rasa gatal pada kulit kepala, terlihat dari reaksi bayi menggosok atau
menyentuh bagian kulitnya yang gatal
5. Kulit bayi yang terdampak juga bisa mengeluarkan cairan dan berbau
6. Kerak mungkin juga bernanah, pada kasus yang parah
Kondisi kerak yang bernanah menandakan kulit sudah terinfeksi sebagai
komplikasi. Gejala dermatitis seboroik pada bayi dapat berlangsung selama
beberapa minggu atau bulan.
C. Cara Mengatasi Cradle Cap (dermatitis seboroik)
1. Gunakan produk khusus kulit bayi sensitif
Bersihkan kulit kepala bayi atau bagian kulit lainnya secara rutin menggunakan
sampo antiketombe atau bahan pembersih yang aman untuk kulit sensitif.
2. Mengoleskan minyak zaitun, minyak kelapa, baby oil atau petroleum jelly pada
kerak kepala bayi dan diamkan selama satu jam. Setelah kerak melunak, gosok
dengan lembut agar rontok dari kulit. Kita bisa menggunakan jari atau sikat gigi
berbulu lembut untuk menggosok kerak kepala pada bayi
3. Bersihkan dengan lembut
Tidak perlu ragu untuk membersihkan kulit kepala bayi dengan sampo untuk
menghilangkan kerak atau cradle cap.Selama membersihkan bagian kulit yang
terdampak cradle cap, hindari menggosoknya terlalu kencang.
4. Pengobatan medis
Menggunakan sampo khusus saat memandikan bayi baru lahir sudah cukup untuk
menjaga kebersihan kulit kepala si kecil.
Jika eksim pada kulit kepala bayi tidak juga hilang dan makin memburuk setelah
melakukan langkah-langkah di atas, segera periksakan si kecil ke dokter.
D. Cara mencegah cradle cap (dermatitis seboroik)

29
1. Rutin membersihkan rambut dan kulit kepalanya dengan sampo sebagai
perlengkapan bayi baru lahir.Bayi tidak perlu dikeramas setiap hari, cukup 2-3
hari sekali.Di antara jadwal keramas, perhatikan kebersihan kulit kepalanya.
Pilih produk perawatan, baik sampo maupun sabun yang diformulasikan untuk
bayi.Hindari kandungan pewangi, pewarna, maupun alkohol yang bisa
mengiritasi kulit bayi yang sensitif.

2. Memberikan hair lotion untuk menjaga kulit kepala bayi tetap lembap dan tidak
mengelupas.namun kelembapannya jangan sampai terlalu berminyak karena
itu bisa membuat minyak menumpuk

1.8 Milliarisasi

A. pengertian Milliarisasi
Miliariasis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya keringat
berlebihan disertai tersumbatnya saluran kelenjar keringat dan biasanya terjadi
pada daerah dari, leher, punggung dan dada dan Miliaria juga penyakit kulit yang
timbul akibat obstruksi duktus kelenjar keringat ekrin (acrosyringoma) sehingga
timbul aliran balik keringat ke epidermis dan dermis.
Miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan
anak. Hal ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang
berisi air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan. Pada bayi sering
disertai gejala rewel bahkan mengganggu tidurnya, anak yang lebih besar akan
sering menggaruk bagian-bagian yang terkena miliaria, hal ini disebabkan karena
rasa gatal.

Kulit bayi masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan.


Misalnya saja, proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan
semestinya. Akibatnya, sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan.
Normalnya, butiran keringat bisa keluar melalui pori-pori kulit. Karena penyebab
yang belum diketahui, kulit ari bayi yang mestinya selalu berganti, menjadi tidak
berganti. Kulit ari yang tidak berganti itu menyumbat pengeluaran keringat.

30
Kumpulan keringat ini kemudian mendesak kulit sehingga terbentuk lepuh-lepuh
halus sebesar pangkal jarum pentul. Namun ada kalanya, di antara lepuh-lepuh
halus itu timbul bintil-bintil merah berukuran kecil yang terasa gatal. Daerah yang
rawan terhadap serangan biang keringat ini adalah dahi, leher, bahu, dada,
punggung, dan lipatan-lipatan kulit.

Miliaria bisa kambuh berulang-ulang, terutama ketika suhu udara sedang


panas. Bila biang keringat ini mengalami iritasi dan kontak dengan kuman di
kulit, biang keringat ini akan terinfeksi. Bila tidak ditangani dengan baik, biang
keringat yang terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang berisi nanah. Bisul
ini harus diobati.

B. Bahaya Biang Keringat


Sebenarnya biang keringat bayi bukanlah sebuah penyakit yang
berbahaya, bahkan tidak menular. Namun kondisi ini sangat mengganggu
aktivitas bayi, terlebih jika bayi menjadi rewel ketika rasa gatal menyerang. Pada
anak yang lebih besar, biang keringat juga dapat menimbulkan luka dan koreng
jika terlalu keras digaruk.

Berdasarkan tingkat bahayanya, biang keringat bayi dibedakan menjadi beberapa


jenis berikut ini:

 Miliaria kristalina
Miliaria kristalina merupakan jenis biang keringat yang tergolong sangat ringan,
bahkan paling ringan. Biang keringat ini hanya mempengaruhi lapisan kulit
teratas saja. Gejala dari miliaria kristalina antara lain munculnya bintil-bintil
merah berisi cairan jernih yang dapat pecah dengan mudah. Biang keringat jenis
ini umumnya tidak menimbulkan gatal dan sakit pada kulit.
 Miliaria rubra
Miliaria rubra merupakan biang keringat yang terjadi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. Biang keringat ini jarang terjadi pada bayi, karena umumnya dialami oleh

31
orang dewasa. Gejalanya adalah munculnya bintil merah pada kulit disertai
dengan rasa gatal yang menyengat.
 Miliaria pustulosa
Biang keringat jenis ini merupakan perkembangan lanjutan dari miliaria rubra.
Miliaria pustulosa terjadi ketika miliaria rubra bertambah parah dan mengalami
peradangan. Gejalanya adalah munculnya bintil merah yang berisi nanah sehingga
biang keringat berubah warna menjadi kuning atau putih. Ketika muncul nanah,
biang keringat ini sudah tergolong berat dan beresiko menimbulkan infeksi kulit.
 Miliaria profunda
Miliaria profunda merupakan biang keringat dengan jenis yang paling berat
namun jarang terjadi. Biang keringat ini terjadi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. Keringat yang terjebak pada kulit menyebabkan timbulnya bintil merah
yang sangat besar dan keras sehingga bersifat kronis dan kambuhan.
Pencegahan terhadap Biang Keringat pada Bayi

Biang keringat pada bayi umumnya dapat dicegah. Nah, ada beberapa cara yang
dapat Anda lakukan, yaitu:
 Kenakan pakaian yang longgar dan berbahan lembut pada bayi, seperti
katun yang menyerap keringat. Hindari penggunaan popok dengan
pinggiran plastik.
 Pastikan bayi terus mendapat ASI atau susu formula. Berikan juga air
putih yang cukup jika usianya sudah 6 bulan ke atas.
 Gunakan sabun bayi yang tidak mengandung pengharum dan tidak
membuat kulit kering.
 Hindari penggunaan bedak tabur pada bayi, karena dapat membahayakan
pernapasan.
 Pastikan bayi tidak kepanasan.

32
1.9 Diare

A. Pengertian Diare
Diare Adalah gangguan pencernaan yang umum terjadi termasuk pada bayi
baru lahir. Namun, jangan sepelekan kondisi ini karena pada bayi di usia dini, risiko
komplikasi diare mungkin lebih tinggi dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu,
orangtua perlu mengetahui cara mengatasi mencret atau diare pada bayi dengan tepat.
Umumnya, feses bayi yang normal terlihat lembut dan licin. Bukan menjadi hal yang
aneh pula ketika bayi baru lahir sering buang air besar setiap kali habis menyusui.
Namun, diare pada bayi bisa terlihat ketika ada perubahan saat ia mengeluarkan feses.
Ada kemungkinan bayi mengalami diare saat buang air besar lebih banyak dari
biasanya dan terlihat encer. Tidak menutup kemungkinan feses yang encer atau diare
juga bisa terjadi hingga 5 hingga 12 kali sehari.
Angka Kematian Bayi (AKB) akibat diare di indonesia masih sekitar 7,4%. Angka
kematian akibat diare pada balita adalah 75/100.000 balita. Insiden penyakit diare yang
berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk dimana 60-70%, diantaranya anak-anak
usia di bawah 5 tahun (Maryunani, 2010 ).

B. Tanda dan gejala diare pada bayi


1. Buang air terus menerus
Menurut Seattle’s Children Hospital, bayi yang baru lahir memang sering buang air.
Namun, bisa dibedakan gejala diare pada bayi ini dengan buang air biasa dari
frekuensinya. Bayi yang minum ASI akan buang air, normalnya sebanyak 6 kali dalam
sehari. Sementara bayi yang diberi susu formula, akan buang air besar sebanyak 8 kali
seminggu. Setelah memasuki usia 2 bulan, frekuensi buang air besar si kecil akan
berkurang; bayi minum ASI menjadi 3 kali sehari dan bayi minum susu formula
menjadi 1 hingga 2 kali sehari. Jika frekuensi buang air besar melebihi batas normal
tersebut, bisa jadi ia mengalami diare.
2. Feses cair bahkan berlendir
Feses bayi yang minum ASI memang lunak dan sesekali bisa berair, sedangkan bayi
yang minum susu formula, fesesnya jauh lebih padat. Apabila feses atau BAB anak
berlendir, lebih cair, dan mengeluarkan bau lebih busuk, ini merupakan gejala diare
pada bayi.

Gejala lainnya

Selain gejala bayi diare di atas, ada kemungkinan ia juga akan mengalami gejala
lainnya, seperti:

 Demam pada anak


 Nafsu makan berkurang
 Mual dan muntah

33
 Berat badan berkurang
 Dehidrasi

C. Penyebab diare pada bayi


Penyebab bayi yang mengalami mencret tergolong cukup beragam. Umumnya, kondisi
ini terjadi karena susu yang diminum atau infeksi kuman pada usus.

Penyebab mencret yang mungkin terjadi, antara lain:


1. Infeksi bakteri atau virus
Bayi memiliki sistem imun yang belum terbentuk sempurna. Hal ini menyebabkan ia
sangat mudah mengalami infeksi, terutama dari parasit, bakteri, dan virus. Pasalnya,
bayi memiliki kebiasaan memasukkan tangan ke mulut atau menggigit benda-benda di
sekelilingnya. Apabila tangan atau benda terpapar kuman, sudah pasti kuman masuk
ke tubuh dengan mudah dan jadi penyebab diare pada bayi. Jika bayi buang air besar
dan muntah, hal ini biasanya merupakan penyebab dari infeksi. Perhatikan ketika ia
menunjukkan gejala dehidrasi seperti mulut kering, ganti popok kurang dari 6 kali
sehari, serta mata cekung karena bisa menjadi sangat berbahaya.

2. Pola makan
Penyebab lainnya saat terjadi diare pada bayi adalah pola makan atau asupan susu yang
tidak sesuai. Hal ini biasa terjadi pada bayi yang mengonsumsi susu formula dan
mempunyai kondisi intoleransi kandungan laktosa. Lalu, bayi yang berusia 6 bulan
juga seringkali mengalami mencret. Biasanya, ini terjadi karena reaksi dari sistem
pencernaan akibat makanan baru seperti MPASI.

3. Memiliki kondisi medis tertentu


Diare pada bayi bisa menjadi tanda adanya masalah medis tertentu. Berikut ini
beberapa kondisi medis sehingga menjadi penyebab bayi mencret, di antaranya:

 Penyakit Celiac yakni penyakit yang menyebabkan tubuh bayi tidak bisa
mencerna gluten, seperti gandum dengan baik.
 Sindrom iritasi usus besar adalah penyakit yang menandakan usus bayi tidak
bisa bekerja secara optimal.
 Memiliki alergi atau intoleransi pada suatu zat tertentu, contohnya laktosa (gula
yang ada pada susu sapi).
 Penyakit langka seperti cystic fibrosis, gangguan gastrointestinal eosinofilik,
penyakit Hirschsprung, dan tumor neuroendokrin.
cara mengatasi diare pada bayi

Ada alternatif obat diare atau mencret anak yang bisa diberikan orangtua. Akan tetapi,
obat ini hanya boleh diberikan kepada anak usia 2 tahun ke atas.

34
Sedangkan untuk bayi, perubahan pola makan cukup untuk mengatasi diare atau
mencret, tapi pada beberapa kasus ia pun juga membutuhkan obat. Jangan berikan obat
diare untuk bayi kecuali jika dokter Anda yang meresepkannya. Maka dari itu, pada
usia bayi di bawah 6 bulan akan lebih baik pengobatannya diawasi dokter secara
langsung.

Berikut ini perawatan serta cara mengatasi bayi mencret yang baru lahir, seperti:

 Berikan asupan ASI atau susu formula yang biasa ia konsumsi secara teratur
 Jika bayi muntah, Anda mungkin perlu menyusuinya dengan takaran lebih sedikit
namun lebih sering.
 Berikan larutan elektrolit seperti oralit yang direkomendasikan dokter untuk
mencegah dehidrasi,
 Jika memberikan susu formula dan bayi masih diare lebih dari 2 minggu, sebaiknya
ganti variannya.
 Berikan minum air putih lebih banyak pada bayi di atas usia 6 bulan.
Segera bawa ke dokter ketika bayi telah mengalami diare selama lebih 24 jam, atau jika
diare berlangsung dengan gejala di bawah ini:
 Dehidrasi
 Muntah
 Demam
 BAB berdarah pada bayi
Perlu dilakukan diagnosis khusus terhadap tanda-tanda infeksi tertentu. Lalu, bayi
mungkin butuh dirawat inap untuk pemberian cairan melalui infus.

1.10 Obstipasi

A. Obstipasi pada bayi neonatus

1) Pengertian

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran
feses selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan
mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan meconium
dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan
adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah
suatu obstipasi, karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan defekasi selama
5 – 7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan
dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal.

35
2) Tanda dan gejala

Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi
jika tidak mngeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.

b) Sakit dan kejang pada perut.

c) Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot.

d) Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rektum.e) Bising usus yang janggal.

f) Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.

g) Terdapat luka pada anus.

3) Penatalaksanaan

a) Mencari penyebab obstipasi.

b) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi,


tambahan cairan, dan kondisi psikis.

c) Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi.

B. Obstipasi pada Bayi Neonatus, Pra Neonatus, Pra Sekolah, dan Balita

1) Pengertian Obstipasi Obstipasi adalah keadaan atau gejala terhambatnya gerakan


sisa makanan di saluranpencernaan sehingga tidak dapat buang air besar (defekasi)
secra lancar dan teratur.

2) Penyebab Obstipasi

Berdasarkan penyebab utama obstipasi dibedakan menjadi 2: 1. Obstipasi sampel,


merupakan obstipasi yang disebabkan oleh adanya gangguan fungsi pencernaan.

2. Obstipasi simtomatik, merupakan obstipasi yang timbul akibat adanya penyakit.

Pada bayi yang minum susu botol kurang baik kualitasnya, bayi yang dapat makanan
padat terus menerus bisa timbul obstipasi. Secara umum, obstipasi disebabkan oleh:

1. Dehidrasi akibat kurang minum.

36
2. Mengkonsumsi makanan yang kurang serat

3. Efek samping penggunaan obat (obat mengandung parasimpatolitik)

3) Tanda-tanda Obstipasi

1. Bayi tidak bisa buang air besar

2. Perut tampak sedikit membengkak

3. Feses berbentuk bulat kecil seperti kotoran kambing

4) Penalaksanaan Obstipasi

1. Anjurkan ibu meningkatkan asupan cairan dan serat yang mengandung buah-buahan
dan cairan

2. Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein tinggi diganti susu
dengan protein rendah

3. Beri suplemen serat.

C. Obstipasi Pada Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana bayi jarang sekali buang air besar dan
Kalau buang air besar keras. Obstipasi: obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)

b. Penyebab

1) Faktor Non Organik

a) Kurang cairan

b) Obat/zat kimiawi

c) Kelainan hormonal/metabolic

d) Kelainan psikososial

e) Perubahan mikroflora ususf) Perubahan/kurang exersice

2) Faktor Organik

37
a) Kelainan organ (mikrocolon, prolapse rectum, struktur anus, tumor)

b) Kelainan otot dasar panggulc) Kelainan persyarafan: Hirshprung

d) Kelainan dalam rongga panggul

e) Obstruksi mekanik: atresia ani, strenosis ani, obstruksi usus.

c. Tanda dan Gejala

1) Frekuensi BAB kurang dari normal

2) Gelisah, cengeng, rewel

3) Menyusu/makan/minum kurang

4) Feses keras

d. Penatalaksanaan

1) Sering disusui

2) Latihan mialnya dengan pijat bayi

3) Hindari makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi

4) ASI lebih baik dari susu formula

5) Enema peranal

6) Kolaborasi dengan dokter

1.11 Bisulan atau Furunkel

Furunkel/bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut atau folikel rambut atau benjolan
yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit janggat dan jaringan bawah
kulit yang meliputi mata bisul. Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada
folikel rambut,kulit,dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah
bokong,kuduk,aksila,badan,dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu
tempat yang biasa disebut dengan furunkulosis. Bisul ( furunkel ) adalah infeksi kulit
yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya
disebabkan oleh Bakteri Staphylococcus aureus , tetapi juga disebabkan oleh bakteri
lainnya atau jamur. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan

38
bokong. Lesi folikuler ini dapat berasal dari folikilitis sebelumnya atau diawali nodul
perifolikuler, dalam, lunak dan eritematosa. Meskipun lesi pada mulanya berupa
indurasi, nekrosis, sentral dan disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture
dan cairan keluar dari bagian tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.
Maka dapat disimpulkan bahwa bisul adalah peradangan atau infeksi atau juga lesi pada
folikel rambut dan menyebar ke jaringan sekitarnya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dimana pada mulanya berupa indurasi, nekrosis, sentral dan
disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture dan cairan keluar dari bagian
tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.

Frunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

 Iritasi pada kulit


 Kebersihan kulit yang kurang terjaga
 Daya tahan tubuh yang rendah
 Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-
1,5µm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul,
nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
 Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha
dan bokong akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga,
atau jari-jari tangan.

Gejala untuk bisul ini hampir menyamai penyakit kulit yang lain seperti:
1. Nanah di bahagian tengah bisul
2. Keputihan, lelehan mengandungi darah daripada bisul tersebut
3. Kemerahan di sekeliling kulit yang dijangkiti
4. Biasanya di ikuti rasa teramat sakit apabila disentuh.

1.12 Miliariasis
Prenatal di sebelum lahir saat masih di kandungan, perinatal itu saat proses
delivery saat lahir, postnatal itu setelah dilahirkan masih di masa-masa bayi sangat
ringkih,

Infeksi perinatal adalah infeksi yang terjadi pada ibu hamil(infeksi maternal) yang
dapat ditransmisikan pada janin saat kehamilan, pada persalinan melalui jalan lahir dan
pascasalin melalui air susu ibu.
Penularan penyakit dari ibu ke janin dapat melalui perambatan asendens dari vagina
melalui serviks ke cairan amnion atau hematogen dari viremia, bakteri emi atau
parasitemia. Pneumonia pada fetus dapat terjadi akibat infeksi cairan amnion ke paru

39
janin. Padainfeksi asendens, terjadi funisitis dan korioamnionitis yang sering
menyebabkan pecah ketubandini dan prematuritas. Infeksi hematogen dapat
menyebabkan desiduitis atau vilitis danmenyebabkan pertumbuhan janin terhambat
atau infeksi pada fetus yang dapat menyebabkankecacatan.
Ibu hamil yang terinfeksi sering tidak merasakan gejala atau hanya mempunyai
gejalaringan tetapi janin yang dikandungnya dapat terancam mendapat kelainan
kongenital yang berat.Infeksi maternal belum tentu selalu ditularkan pada janin,
semakin tinggi usia kehamilansemakin tinggi kejadian penularan, namun semakin
muda usia kehamilan, semakin besar dampak buruk pada janin. Infeksi maternal
umumnya tidak memberatkan ibu, namun dampak pada janinyang terinfeksi dapat
sangat berat berupa kelainan kongenital, kelainan kongenital multipelsampai abortus
atau kematian janin.Masalah yang terdapat di negara yang sedang berkembang adalah
ketidak mampuanuntuk melakukan diagnosis yang akurat, sehingga keputusan yang
diambil sebagai konsek ensihasil pemeriksaan klinik dan laboratorik sering merugikan
janin yang sebenarnya belum tentu terkena penyakit namun harus menerima akibat
pengobatan dan sebaliknya

Menurut klasifikasinya infeksi perinatal dibedakan atas


 Infeksi kongenital, didapat in utero dengan cara transplasental
 Infeksi Perinatal, didapat saat persalinan dan kelahiran, dengan cara terpapar pada
sekretvaginal dan darah
 Infeksi /eonatal, didapat setelah dilahirkan melalui kontak langsung, menyusui atau
nosocomial diagnosis infeksi perinatal pada ibu hamil umumnya memakai pemeriksaan
serologis. Idealnya, seorang dokter harus mengetahui status serologi anitatersebut
sebelum hamil. 7esulitan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan serologi jarang
terjadi bila penderita diperiksa segera setelah terpapar atau pada saat timbulnya gejala.
Pemeriksaan serologis biasanya dipakai untuk melihat adanya serokonversi atau
peningkatan titer antibodi terhadap organisme yang dicurigai sebagai
penyebabnya.Pemeriksaan serologis dapat sangat membantu, meskipun
kadangditemukan interpretasi yang sulit.0eteksi IgM spesifik yang tinggi pada serum
ibu menunjukkan adanya infeksi akut,sedangkan keberadaannya dalam cairan amnion
atau darah janin memastikan diagnosisinfeksi pada janin.+idak terdeteksinya spesifik
pada serum maternal menyingkirkan adanya infeksi, ditemukannya kenaikan titer
antibodi sebanyak 6 kali lipat pada sampel serial dengan jarak "36 minggu
menunjukkan nilai diagnostik yang tinggi.9pabila ditemukan hasil pemeriksaan IgM
yang positif tanpa gejala klinik, hal ini belumtentu menunjukkan infeksi akut, masih
harus dibuktikan dengan pemeriksaan serologis lanjutan atau pemeriksaan cairan
amnion untuk memastikan ada tidaknya penyakit pada janin. Pada keadaan seperti ini
ibu dan keluarganya akan sangat cemas, demikian puladokternya karena harus

40
memastikan luaran persalinan. Kadang kadang ketidak pastian diagnosis menyebabkan
ibu ingin menggugurkan kandungannya akibat ketidak siapan mempunyai anak cacat.

Akibat infeksi ada janin


Penyebaran infeksi secara hematogen transplasenta dapat menyebabkan berbagai
akibat.karena infeksi perinatal dibatasi pada infeksi setelah 8 minggu kehamilan maka
akibat pada kehamilan di bawah 8 minggu seperti abortus dan kematian janin dalam
rahim tidak dibecarakan lebih lanjut. akibat infeksi pada janin dapat berupa
 Prematuritas
 Pertumbuhan janin terhambat atau bayi berat lahir rendah
 kelainan perkembangan janin dan teratogenesis
 Penyakit kongenital
 bayi normal
 Infeksi menetap pascasalinan.

1.13 Obstipasi
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) adalah kematian mendadak pada bayi yang
tidak diketahui penyebabnya. SIDS dikenal juga dengan istilah crib death atau cot
death, karena sering terjadi ketika bayi sedang tidur. Namun,kemungkinan SIDS juga
terjadi ketika bayi sedang tidak tidur. SIDS adalah salah satu penyebab utama kematian
bayi, terutama usia 2–4 bulan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa SIDS
disebabkan oleh gangguan pada metabolisme dan gangguan irama jantung (aritmia).
Akan tetapi, banyak kasus SIDS yang tidak diketahui penyebab pastinya.

Penyebab SIDS
Penyebab SIDS belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa kematian
mendadak ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
 Mutasi atau kelainan pada gen
 Gangguan di otak
 Berat badan lahir rendah
 Infeksi paru
Selain beberapa kondisi di atas, risiko terjadinya SIDS juga terkait dengan faktor-faktor
berikut:
 Posisi tidur
Posisi tidur menyamping atau telungkup dapat membuat bayi sulit bernapas, terutama
jika ditidurkan di permukaan atau kasur yang terlalu empuk.
 Suhu ruangan

41
Suhu ruangan yang terlalu panas saat bayi sedang tidur dipercaya dapat meningkatkan
risiko SIDS.
 Tidur di ranjang yang sama
Tidur di ranjang yang sama dengan orang tua atau orang lain berisiko membuat
pernapasan bayi terhalang atau bayi tertindih.
Risiko SIDS juga diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor pada ibu, seperti:
 Mengandung saat masih berusia di bawah 20 tahun
 Merokok selama kehamilan
 Mengonsumsi minuman beralkohol atau menyalahgunakan NAPZA
 Tidak melakukan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan selama kehamilan
 Pernah melahirkan anak yang meninggal akibat SIDS
Ada pula faktor pada bayi yang diduga dapat meningkatkan risiko terkena SIDS, yaitu:
 Berjenis kelamin laki-laki
 Berusia 2–4 bulan
 Terlahir prematur
 Terpapar asap rokok
Gejala SIDS
SIDS terjadi secara mendadak. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak menunjukkan gejala
apa pun. Bayi yang tampak sehat dan tidak menderita penyakit juga bisa mengalami
SIDS. Akan tetapi tetap waspada dan periksakan bayi ke dokter jika kondisi
kesehatannya menurun, terutama jika terdapat tanda-tanda berikut:
 Henti napas secara tiba-tiba
 Napas tampak cepat disertai tarikan (retraksi) pada sela iga
 Tidak bangun dari tidur meski sudah dibangunkan
 Kejang demam
 Reaksi alergi yang berlebihan
 Suhu badan tinggi tetapi kaki dan tangan dingin
 Suhu tubuh tetap tinggi meski sudah diberikan obat penurun panas
 Bayi menjadi pendiam dan lesu walaupun suhu badannya tidak tinggi
 Bayi sulit atau tidak mau menyusu
Komplikasi SIDS pada Orang Tua
Orang tua yang kehilangan bayi secara mendadak akan mengalami kesedihan dan rasa
berkabung yang sangat dalam sehingga menunjukkan gejala seperti:
 Mati rasa dan bingung
 Rasa sedih disertai tangis yang lama
 Sering merasa lelah baik fisik maupun mental
 Rasa bersalah

42
Orang tua yang bayinya mengalami peristiwa SIDS perlu didampingi agar tidak larut
dalam kesedihan. Selain itu, yakinkan mereka bahwa SIDS tidak sepenuhnya terjadi
karena kesalahan mereka.

Pemulihan Mental Pada Orang Tua Pasca SIDS


Kehilangan orang yang dicintai tentunya menimbulkan rasa sedih yang teramat dalam.
Kondisi tersebut dapat memicu tekanan mental. Oleh sebab itu, orang tua yang bayinya
mengalami SIDS dapat berbagi perasaannya kepada kerabat dekat atau orang dengan
pengalaman yang sama. Hal ini diharapkan dapat membantu menekan stres yang
timbul akibat peristiwa tersebut. Selain itu, akan lebih baik jika orang yang ditinggal
bayinya karena SIDS berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater.

Pencegahan SIDS
Belum ada metode yang secara pasti dapat mencegah SIDS. Namun, ada beberapa
upaya yang dapat menurunkan risikonya, yakni:
 Tidurkan bayi pada posisi telentang, setidaknya untuk tahun pertamanya.
 Jangan memakai tempat tidur yang tebal dan terlalu empuk untuk bayi.
 Hindari meninggalkan bantal atau mainan yang empuk di boks bayi.
 Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, agar
tidak perlu dibalut lagi dengan selimut tambahan.
 Hindari menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
 Tidurkan bayi di kamar yang sama dengan orang tua tetapi dengan tempat tidur
terpisah.
 Berikan bayi ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
 Berikan bayi imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal.
Beberapa studi menyebutkan bahwa pemberian dot dapat mengurangi risiko SIDS.
Namun, efektivitas metode tersebut belum terbukti secara pasti. Oleh sebab itu,
lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui upaya pencegahan yang tepat,
terutama jika melihat adanya gangguan kesehatan pada bayi.

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua
Asia dan Afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua
mediterania. Ikterik berwarna menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubun dalam tubuh. Atau pewarnaan kuning di kulit terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Muntah terjadi beberapa jam setelah
lahir, kadang disertai sedikit darah, kemungkinan karena iritasi lambung akibat
sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. bisa terjadi beberapa jam
setelah lahir terkesan sehat.
Penyebab oral trush umumnya candida albicans melalui vagina ibu yang
terinfeksi selama persalinan, transmisi melalui botol susu, putting susu yang tidak
bersih, cuci tangan yang tidak benar. Sebhorea adalah peradangan kulit yang sering
terdapat kulit kepala, alis mata, muka yang bersifat superfisial dan kronik, tidak
gatal dan cenderung sembuh sendiri. Miliariasis pada kulit bayi secara vesikel yang
menyerupai titik. Penting untuk menghindari panas yang berlebihan.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari. Obstipasi adalah
penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit. Furunkel (bisul) adalah
peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya yang sering
terjadi pada daerah bokong, dan kuduk. Infeksi perinatal infeksi ini terjadi pada
kurang dari 1% bayi baru lahir namun merupakan penyebab dari 30% kematian pada
bayi baru lahir. Sindrom kematian bayi mendadak penyebab kematian yang sering
ditemukan pada bayi berusia 2 minggu -1 tahun

44
DAFTAR PUSTAKA

Aprinda Puji. 2021. Mengulik Gejala, Penyebab, dan Perawatan Diare pada Bayi Baru
Lahir.

Fitri Muji Rahayu. Asuhan Kebidanan Pada Anak Batita Dengan Diare dan Dehidrasi
Sedang Di Pukesmas Mojoagung Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.

ASTUTI SETIYANI, TINUK ESTI HANDAYANI DAN NURLAILIS SA’ADAH. 2018.


MODUL AJAR ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA.
magetan :Poltekkes Kemenkes Surabaya

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Astuti Setiyani, Sukesi, dan Esyuananik. 2016. Modul Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta selatan : Kemenkes Republik indonesia

Pittara (2022). SIDS. Alodokter: https://www.alodokter.com/sids

Sofie Krisnadi. Infeksi Perinatal, Diagnosis, dan Manajemen. Academia:


academia.edu/15528415/Infeksi_Perinatal_Diagnosis_dan_Manajemen

TMONO, BUDYANTORO DWI (2000). KELUARAN PERINATAL PENGELOLAAN


KONSERVATIF KEHAMILAN BELUM GENAP BULAN DENGAN KETUBAN PECAH
DINI. Jurnal: eprints.undip.ac.id/12601

45

Anda mungkin juga menyukai