PENDAHULUAN
Dalam manajemen tradisional, pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan dipandang
dari perannya dalam pencapaian kinerja keuangan. Oleh karena itu, pusat
pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat tipe: pusat biaya, pusat pendapatan,
pusat laba, dan pusat investasi. Pengelompokan pusat pertanggungjawaban dengan cara ini
menunjukkan dominannya peran informasi keuangan (biaya, pendapatan, laba, dan
investasi) sebagai pengukur kinerja pusat pertanggungjawaban. Pada tahap awal
perkembangannya, Balanced Scorecard diciptakan untuk memperluas ukuran kinerja
eksekutif agar tidak hanya terbatas pada ukuran kinerja di perspektif keuangan namun
mencakup perspektif yang menjadi pemacu sesungguhnya kinerja keuangan: perspektif
customer, perspektif proses, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan dipandang perannya dalam menghasilkan nilai
bagi customer dan diukur kinerjanya dari perspektif yang jauh lebih luas.
Bab ini membahas perombakan secara radikal pengelolaan kinerja personel. Jika di
masa lalu kinerja hanya diukur sampai dengan tingkat pusat pertanggungjawaban dan
ukuran kinerja yang digunakan masih terbatas pada perspektif keuangan, dalam bab ini
dibahas pendesainan sistem terpadu pengelolaan kinerja pusat pertanggungjawaban dan
personel dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai basis. Dalam bab ini pertama
kali dibahas keterbatasan pengukuran kinerja eksekutif dalam manajemen tradisional.
Kemudian diuraikan expectancy theory yang dibuat oleh Porter-Lawler untuk memberikan
rerangka konseptual dalam pendesainan sistem terpadu pengelolaan kinerja personel
berbasis Balanced Scorecard. Bab ini membahas sistem terpadu pengelolaan kinerja
personel berbasis Balanced Scorecard sebagai alternatif pemacuan kinerja personel dalam
membangun daya saing perusahaan. Pada akhir bab ini disajikan ringkasan perbedaan
pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional dan pengelolaan kinerja dalam
manajemen modern.
(2) penetapan ukuran kinerja, (3) perencanaan kinerja, (4) pengukuran dan penilaian
kinerja, (5) pendistribusian penghargaan berbasis posisi (position-based reward).
growth)
• Pangsa pasar (market share)
Pusat laba (profit center) Profitabilitas (pendapatan dikurangi biaya)
Pusat investasi (investment center) Rentabilitas (ratio laba dengan investasi)
Gambar 5.1 Pusat Pertanggungjawaban dan Ukuran Kinerjanya
yang dianggarkan inilah manajer pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat
investasi dinilai kinerjanya. Hasil penilaian atas kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban kemudian dipakai sebagai basis untuk memberikan penghargaan
kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.
Pendistribusian Penghargaan
Oleh karena organisasi dalam manajemen tradisional didesain berjenjang dan fungsional,
penghargaan didistribusikan kepada manajer pusat pertanggungjawaban berbasis posisi
(position-based reward)—manajer pada jenjang organisasi menerima penghargaan
berdasarkan posisi yang dipegangnya. Dalam manajemen tradisional, karyawan tidak
diperhitungkan dalam sistem penghargaan, karena secara sederhana, mereka tidak
tercantum dalam struktur organisasi perusahaan.
pusat laba dan pusat investasi menimbulkan problem penetapan harga transfer yang
tidak pernah terselesaikan3.
5. Penetapan peran pusat pertanggungjawaban sebagai pusat laba dan pusat investasi
mengakibatkan kecenderungan manajemen puncak untuk memilih in-house sourcing
dalam sourcing decision, meskipun pusat laba dan pusat investasi penjual tidak
memiliki kompetensi inti yang diperlukan untuk menghasilkan produk/jasa yang
dibutuhkan oleh pusat laba atau pusat investasi pembeli.
Di samping itu, penetapan peran manajer pusat pertanggungjawaban berdasarkan job
description menyebabkan fokus perhatian dan usaha manajer tidak terpusat pada strategi
yang ditempuh oleh organisasi, namun lebih tertuju pada pemenuhan tuntutan job
description yang telah ditetapkan bagi manajer yang bersangkutan. Apalagi jika konsep
kinerja dipandang sama dengan keberhasilan manajer dalam melaksanakan job
description, manajer pusat pertanggungjawaban tidak termotivasi untuk mengerahkan dan
mengarahkan usahanya untuk menghasilkan kinerja yang sejalan dengan strategi
perusahaan. Sebagai akibatnya, personel tidak termotivasi untuk melaksanakan strategi
perusahaan, karena secara sederhana personel diberi penghargaan atas job description
yang tidak berkaitan dengan strategi perusahaan.
5. Hampir semua ukuran kinerja keuangan tingkat tinggi (seperti return on investment,
pertumbuhan volume penjualan) hanya sedikit memberikan panduan bagi karyawan
tingkat bawah dalam aktivitas harian mereka.
Gambar 5.2 melukiskan pemaduan dua sistem (sistem manajemen strategik berbasis
Balanced Scorecard dan sistem pengelolaan kinerja personel) menjadi sistem terpadu
pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 121
Perencanaan Kinerja
yang Hendak Dicapai
Sistem Perencanaan Perusahaan
Strategik Berbasis Balanced
Scorecard
Penetapan Peran dan
Kompetensi Inti Personel
Pendesainan Penghargaan
Berbasis Kinerja
Pengukuran dan
Sistem Pengimplementasian Penilaian Kinerja
Pendistribusian
Sistem Pemantauan Penghargaan Berdasarkan
Hasil Penilaian Kinerja
Gambar 5.2 Dua Sistem (Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard dan
Sistem Pengelolaan Kinerja Personel) yang Dipadukan ke Dalam Sistem Terpadu
Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard
Pada Gambar 5.2 tersebut terlihat lima tahap sistem pengelolaan kinerja personel:
(1) perencanaan kinerja yang hendak dicapai perusahaan, (2) penetapan peran dan
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 122
kompetensi inti personel, (3) pendesainan penghargaan berbasis kinerja, (4) pengukuran
dan penilaian kinerja, dan (5) pendistribusian penghargaan berdasarkan hasil penilaian
kinerja.
1. Tahap perencanaan kinerja serta tahap penetapan peran dan kompetensi inti
diintegrasikan dengan sistem perencanaan strategik berbasis Balanced Scorecard.
Perencanaan kinerja dilaksanakan melalui sistem perencanaan strategik berbasis
Balanced Scorecard. Sistem perencanaan strategik berbasis Balanced Scorecard terdiri
dari dua tahap: (a) penyusunan company scorecard, dan (b) cascading company
scorecard ke dalam scorecard pusat-pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam
perusahaan dan ke dalam team and personal scorecard. Dua tahap dalam sistem
perencanaan strategik berbasis Balanced Scorecard tersebut menghasilkan keluaran
sebagai berikut:
a. Sistem perencanaan strategik berbasis Balanced Scorecard menghasilkan company
scorecard.
b. Cascading process merupakan proses penetapan peran pusat pertanggungjawaban
dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik perusahaan yang tercantum dalam
company scorecard. Melalui cascading process juga ditetapkan peran setiap
personel dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik pusat pertanggungjawaban
tempat personel yang bersangkutan bekerja. Di samping itu, cascading process
juga digunakan untuk menetapkan kompetensi inti personel yang diperlukan untuk
mewujudkan peran mereka masing-masing.
2. Tahap pendesainan penghargaan berbasis kinerja diintegrasikan dengan sistem
penyusunan program dan sistem penyusunan anggaran. Sistem penyusunan program
digunakan untuk mendesain penghargaan berbasis kinerja jangka panjang sedangkan
sistem penyusunan anggaran digunakan untuk mendesain penghargaan berbasis kinerja
jangka pendek.
3. Tahap pengukuran dan penilaian kinerja diintegrasikan dengan sistem
pengimplementasian. Sistem pengimplementasian digunakan untuk mengukur kinerja
yang sesungguhnya dicapai oleh pusat pertanggungjawaban dan personel. Hasil
pengukuran kinerja kemudian dinilai dengan membandingkan hasil pengukuran
kinerja tersebut dengan target yang telah ditetapkan dalam scorecard pusat
pertanggungjawaban atau personel yang bersangkutan.
4. Tahap pendistribusian penghargaan diintegrasikan dengan sistem pemantauan. Sistem
pemantauan digunakan untuk mendistribusikan penghargaan kepada personel, yang
berdasarkan penilaian kinerja, berhak untuk memperoleh penghargaan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 123
4Oleh karena teknologi informasi telah mengubah pekerjaan menjadi pekerjaan berbasis pengetahuan (knowledge-based
work), maka pekerja yang dominan dalam manajemen modern adalah pekerja pengetahuan (knowledge worker). Dengan
personal computer, pekerja pengetahuan dapat melakukan akses langsung ke shared database, sehingga mereka mampu
mengambil keputusan berbasis informasi (informed judgment) atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Oleh karena itu, manajemen modern menempuh pemberdayaan karyawan (employee empowerment) dan memberikan
penghargaan berbasis kinerja kepada pekerja pengetahuan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 124
5 Dalam lingkungan bisnis kompetitif terdapat banyak pesaing yang berlomba memperebutkan pilihan customer.
Keberhasilan perusahaan dalam mengerahkan dan mengarahkan perhatian, pemikiran, dan usaha seluruh personel
organisasi dalam penyediaan value bagi customer menjanjikan peningkatan daya saing perusahaan dalam memenangkan
pilihan customer.
6
Dalam lingkungan bisnis kompetitif, perusahaan hanya mampu bertahan hidup dan bertumbuh jika memiliki
keunggulan kompetitif (competitive advantage) tertentu. Persaingan tajam menuntut perusahaan untuk secara terus
menerus menemukan kembali keunggulan kompetitifnya (constant reinvention of advantage) dan membangun
kompetensi inti—kompetensi yang sulit ditandingi oleh pesaing dalam menghasilkan value bagi customer.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 125
Customer. Ke arah mana potensi modal manusia dipacu melalui sistem terpadu
pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard? Customer adalah tujuan
pekerjaan, dan customer lah yang menjadi satu-satunya alasan mengapa perusahaan
dioperasikan. Oleh karena itu, peran pusat pertanggungjawaban diarahkan ke penyediaan
value bagi customer, untuk memampukan perusahaan memenangkan pilihan customer.
Sistem terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard didesain dengan
menggunakan customer sebagai pemacunya. (customer-driven performance management
system).
Personal computer (PC). PC menimbulkan revolusi individu yang berdaya (the revolution
of empowered individuals). PC memampukan karyawan untuk akses secara langsung ke
shared database, sehingga memberdayakan karyawan untuk melakukan pengambilan
keputusan berkualitas. Oleh karena pengambilan keputusan oleh karyawan menyebabkan
karyawan ikut serta menanggung risiko, maka sistem terpadu pengelolaan kinerja personel
berbasis Balanced Scorecard ditujukan untuk memberikan penghargaan atas kinerja
karyawan.
strategi ke dalam diri setiap manajer dan karyawan. Keberhasilan pembangunan shared
mission, shared vision, shared beliefs, shared values, and shared strategy melalui sistem
terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard ini lah yang
menjanjikan kekohesivan organisasi.
Resonansi. Jika misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi berhasil diinternalisasi
ke dalam setiap diri personel organisasi maka akan dihasilkan resonansi—gaung misi, visi,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke seluruh organisasi akan menimbulkan
kekuatan luar biasa. Sistem terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced
Scorecard didesain untuk menginternalisasi misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan
strategi organisasi menjadi shared mission, shared vision, shared beliefs, shared values,
and shared strategy melalui proses penetapan peran dan kompetensi inti pusat
pertanggungjawaban dan personel. Oleh karena setiap pusat pertanggungjawaban dan
personel dituntut untuk menerjemahkan misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan
strategi perusahaan ke dalam scorecard mereka masing-masing, maka shared mission,
shared vision, shared beliefs, shared values, and shared strategy akan menghasilkan
gaung yang luar biasa kekuatannya ke seluruh organisasi.
Model Porter-Lawler
Model Porter-Lawler memberikan panduan untuk mendesain sistem terpadu pengelolaan
kinerja personel berbasis Balanced Scorecard. Gambar 5.3 melukiskan model Porter-
Lawleriii.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 127
4 8
1
Nilai Kemampuan Penghargaan
penghar- dan bakat yang dirasa
gaan pantas
6 7 9
3
Usaha Kinerja Penghargaan Kepuasan
2 5
Kemungkin- Persepsi
an kinerja akan terhadap
diberi peng- peran
hargaan
untuk menghasilkan kinerja. Jika kinerja personel tidak diberi penghargaan, maka
kemungkinan kinerja diberi penghargaan akan rendah, sehingga hal ini akan berdampak
pada rendahnya usaha personel untuk menghasilkan kinerja.
Jika kinerja personel diberi penghargaan maka dampaknya terhadap usaha personel
dalam menghasilkan kinerja ditentukan pula oleh apakah penghargaan dirasa pantas oleh
personel (kotak # 8). Jika penghargaan yang diberikan kepada personel dirasa pantas oleh
personel, penghargaan tersebut akan menimbulkan kepuasan (kotak #9). Kepuasan
personel atas penghargaan yang mereka terima akan meningkatkan nilai penghargaan
(kotak #1) dan pada gilirannya tingginya nilai penghargaan akan meningkatkan usaha
personel dalam menghasilkan kinerja. Sebaliknya ketidakpuasan personel atas
penghargaan yang mereka terima akan menurunkan nilai penghargaan dan pada gilirannya
rendahnya nilai penghargaan akan menurunkan usaha personel dalam menghasilkan
kinerja.
Berdasarkan model Porter-Lawler tersebut, dibedakan dengan jelas antara kinerja
(performance) dan pekerjaan, peran (role) personel. Peran personel ditentukan setelah
direncanakan secara jelas kinerja yang hendak diwujudkan oleh perusahaan. Kinerja
adalah keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah
ditetapkan sebelumnya. Peran adalah kontribusi signifikan personel dalam mewujudkan
sasaran-sasaran strategik perusahaan atau pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.
Gambar 5.4 melukiskan lima tahap sistem terpadu pengelolaan kinerja personel
berbasis Balanced Scorecard berdasarkan model Porter-Lawler.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 129
(1) Perencanaan
Kinerja yang (4) Pengukuran dan
Hendak Dicapai Panilaian Kinerja
oleh Perusahaan
4 8
Nilai 1 Kemampuan Penghargaan
Penghar- dan Bakat yang Dirasa
gaan Pantas
6 7 9
3
Usaha Kinerja Penghargaan Kepuasan
2 5
Kemungkin- Persepsi
an Kinerja akan terhadap
Diberi Peng- Peran (3) Pendesainan (5) Pendistribusian
hargaan Penghargaan Penghargaan
Berbasis Berbasis Hasil
Kinerja Penilaian Kinerja
Gambar 5.4 Tahap-tahap Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced
Scorecard Berdasarkan Model Porter-Lawler
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran strategik di empat perspektif:
keuangan (K), customer (C), proses (P), serta pembelajaran dan pertumbuhan (PP).
PERUMUSAN
STRATEGI Hasil
Trendwatching
SWOT Analysis
PERENCANAAN
STRATEGIK
K C P PP C P PP
Gambar 5.5 Penerjemahan Misi, Visi, Tujuan, Keyakinan Dasar, Nilai Dasar, dan Strategi
BALANCED ACTION
STRATEGY MAP
SCORECARD PLAN
Perspektif Perspektif
Keuangan Keuangan
Perspektif
Customer
Perspektif
Customer
Perspektif
Proses
Perspektif
Proses
Perspektif
Pembelajaran &
Pertumbuhan
Perspektif
Pembelajaran &
Pertumbuhan
Penetapan peran dan penentuan kompetensi inti untuk mewujudkan peran. Setelah
kinerja perusahaan secara keseluruhan direncanakan dalam company scorecard, langkah
selanjutnya dalam sistem terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 132
Scorecard adalah penetapan peran dan penentuan kompetensi inti untuk mewujudkan
peran.
Kinerja setiap manajer pusat pertanggungjawaban dan karyawan secara individual
dinilai berdasarkan kontribusi mereka dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik
perusahaan secara keseluruhan yang ditetapkan dalam company scorecard. Melalui
cascading process7, setiap manajer pusat pertanggungjawaban yang diberi peran sebagai
mission center bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi signifikan dalam
mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan dalam company scorecard. Di
samping itu, melalui cascading process, setiap manajer service center bertanggung jawab
untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik
mission center. Perencanaan kinerja tidak hanya terbatas pada tingkat pusat
pertanggungjawaban, namun mencakup pula perencanaan kinerja personel secara
individual yang bekerja dalam pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Melalui
cascading process, setiap personel secara individual membuat personal scorecard
berdasarkan mission center scorecard (bagi personel yang bekerja dalam mission center)
atau berdasarkan service center scorecard (bagi personel yang bekerja dalam service
center). Gambar 5.7 melukiskan proses cascading company scorecard ke mission center
scorecard, cascading mission center scorecard ke service center scorecard, dan cascading
mission center dan service center scorecard ke team and personal scorecard.
7 Cascading adalah proses penyusunan scorecard di setiap jenjang organisasi oleh manajer jenjang organisasi yang
bersangkutan, dengan menggunakan scorecard jenjang organisasi yang lebih tinggi sebagai basis. Dengan demikian
proses cascading ditentukan oleh desain struktur organisasi yang dipakai oleh organisasi dalam running the business.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 133
Company Scorecard
(1)
(2)
(3)
Service Center Scorecard
(4)
Personal Scorecard
8Alternatif lain dalam penyusunan service center scorecard adalah melalui perundingan antara service center dengan
mission center untuk menentukan tingkat layanan yang disediakan oleh service center bagi mission center. Hasil
perundingan ini dituangkan dalam service-level agreements (SLAs). Lihat Niven, 2003; 212.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 134
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
COMPANY S U T I S U T I S U T I S U T I
SCORECARD
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
MISSION S U T I S U T I S U T I S U I
T
CENTER
SCORECARD
PEMBELAJARAN &
KEUANGAN CUSTOMER PROSES PERTUMBUHAN
SERVICE S U T I S U T I S U T I S U T I
CENTER
SCORECARD
9
Gambar ini hanya bersifat deskriptif, bukan preskriptif. Proses cascading company scorecard dilukiskan di gambar
tersebut dengan cascading sasaran strategik, ukuran, target, dan inisiatif strategik perspektif tertentu (keuangan
misalnya) dalam company scorecard ke sasaran strategik, ukuran, target, dan inisiatif strategik di perspektif yang sama
(keuangan) di dalam mission center scorecard. Dalam kenyataannya, sasaran strategik di perspektif customer dalam
company scorecard dapat di cascade ke sasaran strategik di perspektif proses atau perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dalam mission center scorecard, tergantung kontribusi signifikan yang dapat diberikan oleh mission center
yang bersangkutan.
10 Kata signifikan di sini mengandung arti bahwa kontribusi yang diberikan oleh suatu mission center dalam pencapaian
sasaran strategik perusahaan harus berasal dari bakat dan kemampuan personel mission center tersebut, yang sesuai
dengan tuntutan peran mission center yang bersangkutan dalam memenuhi kebutuhan customer. Mission center hanya
dapat memberikan kontribusi signifikan bila personelnya memiliki kompetensi inti dalam mewujudkan peran mereka.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 135
berikan dalam mewujudkan sasaran strategik yang ditetapkan dalam company scorecard.”
Kontribusi signifikan yang harus diberikan oleh pusat pertanggungjawaban merupakan
misi pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, karena misi menjawab empat
pertanyaan mendasar berikut ini:
1. Kebutuhan apa yang dipenuhi oleh pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan?
2. Siapa customer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan?
3. Dalam bisnis apa pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan beroperasi?
4. Apa yang terbaik harus dilakukan oleh pusat pertanggungjawaban tersebut untuk dapat
memberikan kontribusi signifikan dalam perwujudan sasaran strategik perusahaan?
Dengan demikian, dalam pengelolaan kinerja, proses cascading company scorecard
ini mempunyai dua sasaran:
1. Terumuskannya peran pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran strategik
perusahaan (jawaban atas pertanyaan ke satu sampai ketiga)
2. Terumuskannya kompetensi inti pusat pertanggungjawaban yang diperlukan untuk
melaksanakan peran mereka (jawaban atas pertanyaan keempat)
Melalui cascading process, peran (yang merupakan pekerjaan atau job description)
personel ditetapkan sejalan dengan sasaran strategik perusahaan atau pusat
pertanggungjawaban sementara itu sasaran strategik merupakan penerjemahan misi, visi,
tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan. Dengan demikian, melalui
cascading process ini, job description setiap personel ditetapkan sejalan dengan misi, visi,
tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan. Jika misalnya strategi
perusahaan berubah, maka peran personel juga mengalami perubahan. Di dalam
lingkungan bergolak dan kompetitif, peran atau job description personel yang ditetapkan
melalui cascading process, memampukan setiap pusat pertanggungjawaban dan personel
melakukan continuous alignment terhadap perubahan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar,
nilai dasar, dan strategi perusahaan.
Gambar 5.9 melukiskan personal scorecard yang dihasilkan dari cascading process
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 136
PERSONAL SCORECARD
UKURAN TARGET
SASARAN INISIATIF
PERSPEKTIF UKURAN
STRATEGIK BOBOT THRESHOLD MIDPOINT STRETCH STRATEGIK
HASIL
KEUANGAN
CUSTOMER
PROSES
PEMBELAJARAN
DAN
PERTUMBUHAN
competence base aspect, (3) technical competence base aspect, dan (4) core value base
aspect. Kinerja yang dihasilkan melalui pencapaian sasaran strategik di dalam scorecard
termasuk kinerja dalam achievement base aspect.
Ada tujuh langkah untuk menyusun sistem penghargaan berdasarkan berbagai aspek
kinerja tersebut:
1. Menetapkan aspek kinerja yang hendak diberi penghargaan
2. Menetapkan bobot (weight) untuk setiap aspek kinerja yang hendak diberi
penghargaan.
3. Menetapkan bobot rinci untuk setiap aspek kinerja di core competence base aspect,
technical competence base aspect, dan core value base aspect.
4. Menetapkan bobot rinci untuk setiap perspektif dalam kinerja achievement base
aspect.
5. Menetapkan bobot untuk setiap komponen di setiap perspektif dalam kinerja
achievement base aspect.
6. Menetapkan performance grade
7. Menetapkan penghargaan atas pencapaian setiap performance grade.
Menetapkan aspek kinerja yang hendak diberi penghargaan. Ada berbagai aspek
kinerja yang dapat diberi penghargaan. Sebagai contoh, berikut ini disajikan empat aspek
kinerja yang dapat diberi penghargaan:
a. achievement base aspect;
b. core competence base aspect;
c. technical competence base aspect;
d. core value base aspect.
Menetapkan bobot (weight) untuk setiap aspek kinerja yang hendak diberi
penghargaan. Untuk setiap aspek kinerja perlu diberi bobot untuk mengerahkan dan
mengarahkan usaha personel dalam menghasilkan aspek kinerja yang hendak diberi
penghargaan. Sebagai contoh, empat aspek kinerja tersebut diberi bobot sebagaimana
dilukiskan pada Gambar 5.10.
Ada dua tujuan yang hendak dicapai melalui pendesainan sistem penghargaan
berbasis kinerja ini: (1) meningkatnya kepastian bagi personel bahwa kinerja mereka akan
diberi penghargaan, dan (2) meningkatnya kepuasan personel terhadap penghargaan
sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai penghargaan bagi personel. Kepastian
suatu kinerja diberi penghargaan dan tingginya nilai penghargaan bagi personel inilah
yang menjadi pemacu usaha personel dalam menggunakan kompetensi inti melalui peran
mereka untuk menghasilkan kinerja.
Menetapkan bobot rinci untuk setiap aspek kinerja di core competence base aspect,
technical competence base aspect, dan core value base aspect. Bobot rinci untuk setiap
aspek kinerja di core competence base aspect, technical competence base aspect, dan core
value base aspect disajikan pada Gambar 5.11.
BOBOT BOBOT
ASPEK DAN KOMPONEN KINERJA KOMPONEN SETIAP ASPEK
Gambar 5.11 Penentuan Bobot Rinci untuk Setiap Komponen dan Setiap Aspek Kinerja
Menetapkan bobot rinci untuk setiap perspektif dalam kinerja achievement base
aspect. Contoh penetapan bobot di achievement base aspect disajikan pada Gambar 5.12.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 139
TARGET
SASARAN UKURAN
PERSKETIF STRATEGIK BOBOT HASIL THRESHOLD MIDPOINT STRETCH
KEUANGAN KEUANGAN
(Bobot 15%) Meningkatnya 55% Persentase Naik 5% Naik 10% Naik 15%
Pendapatan Kenaikan
Pendapatan
Penjualan
Berkurangnya Biaya 45% Persentase Sama dengan Anggaran Anggaran
Penurunan Anggaran <1% <2%
Biaya dari
yang
Dianggarkan
CUSTOMER CUSTOMER
(Bobot 25%) Kesetiaan Customer 40% Persentase 10% 15% 20%
Customer
Retention Rate
Keeratan Hubungan 60% Indeks 20 30 50
dengan Customer Hubungan
PROSES PROSES
(Bobot 40%) Cost Effectiveness 50% Cycle 60% 65% 70%
Effectiveness
Produktivitas 50% Pelaksanaan 25 40 45
Audit Pabrik
PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
& PERTUMBUHAN & PERTUMBUHAN
(Bobot 25%) Meningkatnya 55% Persentase 80% 90% 100%
Keterampilan Program
Karyawan Pengembangan
Pribadi yang
Dapat
Diselesaikan
Meningkatnya 45% Indeks 75 80 85
Komitmen Komitmen
Karyawan Karyawan
Gambar 5.12 Contoh Penentuan Bobot Setiap Perspektif dan Setiap Komponen Perspektif
dalam Personal Scorecard
“Berkurangnya Biaya” dihitung sebagai berikut: 45% x 15% = 6,75%. Begitu juga
perhitungan bobot untuk sasaran strategik “Kesetiaan Customer” dihitung sebagai berikut:
40% x 25% = 10%. Perhitungan bobot untuk sasaran strategik “Kesetiaan Customer”
dihitung sebagai berikut: 60% x 25% = 15%.
TARGET
SASARAN
STRATEGIK BOBOT UKURAN HASIL THRESHOLD MIDPOINT STRETCH
KEUANGAN
Meningkatnya Persentase
Pendapatan Kenaikan
8,25% Pendapatan Naik 5% Naik 10% Naik 15%
Penjualan
Persentase
Berkurangnya Biaya Penurunan Biaya
dari yang Sama dengan
6,75% Dianggarkan Anggaran Anggaran <1% Anggaran <2%
CUSTOMER
Kesetiaan Customer 10,00% Persentase
Customer Retention
Rate 10% 15% 20%
Keeratan Hubungan
dengan Customer 15,00% Indeks Hubungan 20 30 50
PROSES
Cost Effectiveness 20,00% Cycle Effectiveness 60% 65% 70%
Produktivitas 20,00% Pelaksanaan Audit
Pabrik 25 40 45
PEMBELAJARAN &
PERTUMBUHAN
Meningkatnya Persentase Program
Keterampilan Pengembangan
Karyawan 13,75% Pribadi yang Dapat 80% 90% 100%
Diselesaikan
Meningkatnya Indeks Komitmen
Komitmen Karyawan 11,25% Karyawan 75 80 85
Gambar 5.14 Perhitungan Bobot Setiap Sasaran Strategik dalam Achievement Base Aspect
Gambar 5.14 Perhitungan Performance Grade untuk Setiap Komponen Kinerja dalam
Achievement Base Aspect
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 142
PERFORMANCE
GRADE MAKNA PENGHARGAAN
1,0 – 1,9 Cukup 2 x gaji setahun
2,0 – 2,9 Baik 3 x gaji setahun
3,0 – 3,9 Baik sekali 4 x gaji setahun
4,0 – 5,0 Luar biasa 5 x gaji setahun
Gambar 5.15 Performance Grade dan Penghargaaan yang Bersangkutan
Pengukuran Kinerja
Misalkan karyawan Morietnez Azra M. dalam contoh tersebut menghasilkan kinerja dalam
achievement base aspect sebagaimana dicantumkan pada Gambar 5.16 (Lihat kolom
achievement).
TARGET
SASARAN UKURAN THRES- MID- ACHIEVE-
STRATEGIK BOBOT HASIL HOLD POINT STRETCH MENT REMARK
KEUANGAN
Meningkatnya 8,25% Persentase Naik 5% Naik 10% Naik 15% Meningkat 7%
Pendapatan Kenaikan
Pendapatan
Penjualan
Berkurangnya 6,75% Persentase Anggaran Anggar- Anggaran Di bawah Karena
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 145
Misalkan kinerja di tiga aspek kinerja lain karyawan Morietnez Azra M. disajikan
sebagai berikut:
1. Pencapaian kinerja di core competence aspect
i. People management 4,25
ii. Marketing management 4,50
Gambar 5.17 Perhitungan Performance Grade untuk Setiap Komponen Kinerja pada
Setiap Aspek Kinerja (Achievement Base, Core Competence Base, Technical Competence
Base, dan Core Value Base) dan Perhitungan Score dan Weighted Score
tersebut? Untuk menghitung performance grade, basis yang dipakai adalah target:
sama dengan anggaran (threshold), lebih kecil 1% dari anggaran (midpoint), dan
lebih kecil 2% dari anggaran (stretch). Jika personel berhasil menekan biayanya
sama dengan yang dianggarkan, ia akan mendapatkan performance grade 1 dan
jika ia berhasil menurunkan biaya 2 % di bawah anggaran ia akan mendapatkan
performance grade 5. Dengan demikian, kisar target adalah 2% atau (2% dikurangi
0%) dan kisar performance grade adalah 4 atau (5 dikurangi 1). Jadi setiap
peningkatan target 1% penurunan biaya di bawah anggaran akan mendapatkan
performance grade 2,0 atau (4 ÷ 2%). Jika personel dapat mempertahankan biaya
sama dengan jumlah yang dianggarkan, ia akan memperoleh performance grade 1.
Jika personel dapat menurunkan biaya 1% di bawah anggaran, ia akan memperoleh
performance grade 3 atau [1 + {2,0 x (1% - 0%)}]. Jika personel dapat
menurunkan biaya 2% di bawah anggaran, ia akan memperoleh performance grade
5 atau [1 + {2 x (2% - 0%)}]. Dengan demikian. oleh karena dalam contoh tersebut
personel dapat menurunkan biaya 1,5% di bawah anggaran, maka ia mendapatkan
performance grade 4,0 atau [1 + {2,0 x (1,5% - 0%)].
c. Sasaran strategik “kesetiaan customer” dicapai oleh personel dengan peningkatan
customer retention 15%. Berapakah performance grade untuk pencapaian
tersebut? Untuk menghitung score, basis yang dipakai adalah target: peningkatan
customer retention 10% (threshold), peningkatan customer retention 15%
(midpoint), dan peningkatan customer retention 20% (stretch). Jika personel
berhasil meningkatkan customer retention 10%, ia akan mendapatkan performance
grade 1 dan jika ia berhasil meningkatkan customer retention 20%, ia akan
mendapatkan performance grade 5. Dengan demikian, kisar target adalah 10%
atau (20% dikurangi 10%) dan kisar performance grade adalah 4 atau (5 dikurangi
1). Jadi setiap peningkatan target 1% customer retention personel akan
mendapatkan score 0,40 atau (4 ÷ 10). Jika personel dapat meningkatkan customer
retention 5%, ia akan memperoleh performance grade 1. Jika personel
meningkatkan customer retention 15%, ia akan memperoleh performance grade 3
atau [1 + {0,40 x (15% - 10%)}]. Jika personel dapat meningkatkan customer
retention 20%, ia akan memperoleh performance grade 5 atau [1 + {0,40 x (20% -
10%)}]. Dengan demikian, oleh karena dalam contoh ini personel dapat
meningkatkan customer retention 15%, maka ia mendapatkan performance grade
3,0 atau [1 + {0,40 x (15% - 10%)].
d. Sasaran strategik “keeratan hubungan dengan customer” dicapai oleh personel
pada indeks 35. Berapakah performance grade untuk pencapaian tersebut? Untuk
menghitung performance grade, basis yang dipakai adalah target: indeks keeratan
hubungan 20 (threshold), indeks keeratan hubungan 30 (midpoint), dan indeks
keeratan hubungan 50 (stretch). Jika personel berhasil mencapai indeks keeratan
hubungan 30, ia akan mendapatkan performance grade 1 dan jika ia berhasil
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 149
contoh tersebut, personel dapat mencapai indeks komitmen 84, maka ia akan
mendapatkan performance grade 4,6 atau [1 + {0,40 x (84 – 75)].
2. Perhitungan score untuk setiap komponen kinerja di setiap aspek kinerja. Score
dihitung dengan mengalikan bobot (lihat Gambar 5.17 kolom bobot) dengan
performance grade. Perhitungan yang telah dilakukan dalam Gambar 5.17 disajikan
kembali di Gambar 5.18 berikut ini:
(3) X (4)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERFORMANCE
BOBOT GRADE SCORE
3. Setelah penentuan setiap komponen kinerja di setiap aspek kinerja (achievement base,
core competence base, technical competence base, core value base) selesai
dilaksanakan, langkah berikutnya adalah menjumlah score setiap aspek kinerja (lihat
Gambar 5.17 kolom ke-5 pada angka yang dicetak tebal). Jumlah score setiap aspek
kinerja adalah:
a. Total score achievement base adalah 3,3960
b. Total score core competence base adalah 4,3500
c. Total score technical competence base adalah 4,6250
d. Total score core value base adalah 4,5000
4. Setelah total score setiap aspek kinerja dihitung, kemudian dihitung weighted score
sebagaimana disajikan pada Gambar 5.18.
TOTAL WEIGHTED
ASPEK KINERJA SCORE BOBOT SCORE
Achievement base 3,396 60% 2,0376
Core competence base 4,350 10% 0,4350
Technical competence base 4,625 15% 0,4625
Core value 4,500 15% 0,6750
Total 100% 3,5201
Gambar 5.18 Penentuan Weighted Score
5. Berdasarkan performance grade yang disusun berikut ini, kinerja personel yang
berhasil mencapai weighted score 3,5201 (lihat Gambar 13 Perhitungan Score Setiap
Aspek Kinerja (Achievement Base, Core Competence Base, Technical Competence
Base, dan Core Values) dikategorikan dalam performance grade tertentu. Performance
grade ditetapkan dengan kisar nilai dari 1 sampai dengan 5 berikut ini:
1,0 – 1,9 cukup
2,0 – 2,9 baik
3,0 – 3,9 baik sekali
4,0 – 5,0 luar biasa
Oleh karena personel yang diukur kinerjanya dan diberi score dalam Gambar 15
dapat menghasilkan total performance score 3,5201, maka personel tersebut mencapai
performance grade “kinerja baik sekali.” Berbasis hasil penilaian kinerja sebagaimana
diuraikan di atas, kemudian ditentukan penghargaan yang dapat diberikan kepada
personel yang bersangkutan berdasarkan sistem penghargaan kinerja personel yang
telah ditetapkan sebagaimana dilukiskan pada Gambar 5.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 153
PERFORMANCE
GRADE MAKNA PENGHARGAAN
1,0 – 1,9 Cukup 2 x gaji setahun
2,0 – 2,9 Baik 3 x gaji setahun
3,0 – 3,9 Baik sekali 4 x gaji setahun
4,0 – 5,0 Luar biasa 5 x gaji setahun
Gambar 18 Performance Grade dan Penghargaaan yang Bersangkutan
RANGKUMAN
Pengukuran kinerja digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas personel dalam
memanfaatkan sumber daya organisasi untuk mewujudkan visi melalui misi organisasi.
Melalui pengukuran kinerja dan pemberian penghargaan berbasis kinerja seluruh sumber
daya organisasi dikerahkan dan diarahkan untuk mewujudkan visi organisasi.
Cara pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional cocok diterapkan dalam
lingkungan bisnis yang di dalamnya produser memegang kendali bisnis dan kompetisi
tidak tajam. Dalam lingkungan seperti itu, manajemen menetapkan peran pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan menurut kontribusinya dalam mewujudkan kinerja
keuangan. Oleh karena itu, pusat pertanggungjawaban dalam manajemen tradisional
ditetapkan sebagai pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba, atau pusat investasi dan
ditetapkan ukuran kinerjanya masing-masing dengan menggunakan kinerja keuangan
(pendapatan, biaya, laba, atau ROI). Di samping itu, peran manajer ditetapkan berdasarkan
job description yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga peran manajer tidak berkaitan
dengan strategi organisasi.
Lingkungan bisnis bergolak dan kompetitif menuntut perubahan radikal dalam
pengelolaan kinerja personel. Dalam lingkungan yang di dalamnya customer memegang
kendali bisnis dan pilihan mereka diperebutkan oleh banyak produser, perusahaan dituntut
untuk mendesain customer driven performance management system. Sistem pengelolaan
kinerja personel seperti ini disebut Balanced Scorecard based integrated performance
management system yang menjanjikan penggalangan dan pengarahan seluruh sumber daya
organisasi untuk memenangkan pilihan customer. Dalam sistem terpadu pengelolaan
kinerja personel ini, pusat pertanggungjawaban dalam organisasi ditetapkan peran mereka
ke dalam mission center atau service center. Baik mission center maupun service center
diukur kinerjanya dengan ukuran kinerja komprehensif yang mencakup empat perspektif;
keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengelolaan kinerja
dimulai dari penyusunan company scorecard dengan cara penerjemahan misi, visi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan. Kemudian setiap pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi beserta personel yang bekerja di
dalamnya ditetapkan peran mereka dalam mewujudkan sasaran strategik yang tercantum
dalam company scorecard melalui cascading process. Selanjutnya, disusun sistem
penghargaan berbasis kinerja (performance-based reward) untuk meningkatkan usaha
(effort) personel dalam menghasilkan kinerja melalui: (a) penegasan bahwa kinerja
personel akan diberi penghargaan, dan (b) kepantasan penghargaan yang diberikan oleh
perusahaan bagi personel.
Sistem terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard dapat
diterapkan secara efektif di semua tipe organisasi: organisasi bisnis, organisasi nirlaba, dan
organisasi sektor publik.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 158
END NOTES
i
Anthony Robert N., Vijay Govindarajan, 2003. Management Control Systems. Eleventh
Edition. Boston: McGraw-Hill/Irwin. p. 151; Morse, Wayne J., James R. Davis, and Al
L. Hartgraves, 2003. Management Accounting: A Strategic Approach. Third Edition.
Mason: South-Western. p. 521-523; Zairul Hoque, 2003. Strategic Management
Accounting. Rollinsford: Spiro Press USA. pp. 143-144; Young, David W., 2003.
Management Accounting in Health Care Organizations, San Francisco: Jossey-Bass.
pp 244-247.
ii
Niven, Paul R., 2002. Balanced Scorecard Step by Step: Maximizing Performance and
Maintaining Results. New York: John Wiley & Sons, Inc. p.117.
iii
Porter, Lyman W. dan Edward E. Lawler, 1968. Managerial Attitude and Performance.
Homewood: Richard D. Irwin, Inc. p. 17.