Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP

KUALITAS GURU DI SDN 007 KONGBENG

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta Kutai

Timur Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd)

Oleh:

Nama : Abdul Hakiim An Naafi’

Nim : 19.1.12.039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA

KUTAI TIMUR

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

ABSTRAK..............................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................

PENGESAHAN......................................................................................

PERNYATAAN .....................................................................................

PERSEMBAHAN ..................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................

DAFTAR TABEL ..................................................................................

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ...............................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

B. Definisi Operasional ...............................................................

C. Perumusan Masalah .................................................................

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................

E. Sistematika Penulisan ..............................................................

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori ......................................................................

1. Supervisi Kepala Sekolah .................................................

i
a. Pengertian Supervisi Akademik .................................

b. Tujuan Supervisi Pendidikan .....................................

c. Fungsi Supervisi Pendidikan .....................................

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

e. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan

2. Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah ........................................

b. Tujuan dan Fungsi Kepala Sekolah

c. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

3. Kualitas Guru

a. Pengertian Kualitas Guru

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Guru

c. Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Kualitas Guru

B. Kajian Penelitian Yang Relevan .............................................

C. Hipotesis penelitian ...............................................................

BAB III METODE PEELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ............................................

B. Waktu Dan Tempat Penelitian ...............................................

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ................................

D. Variabel Penelitian dan Indikator ...........................................

E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................

F. Uji Instrumen Penelitian ........................................................

G. Teknik Analisis Data .............................................................

ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian ...................................................

B. Deskripsi Data dan Pengujian Hipotesis .................................

C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................

D. Ketebatasan Penelitian ...........................................................

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..............................................................................

B. Penutup .................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan masih diyakini sebagai salah satu usaha yang dilakukan pemerintah

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan

di dunia pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan

dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha yang

dilakukan manusia baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun pemerintah

melalui kegiatan pengajaran, bimbingan maupun latihan yang diberikan oleh seseorang

yang telah dewasa maupun yang mempunyai pengetahuan yang lebih untuk diberikan

kepada orang lain yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti

menjadi mengerti. 1

Permendikbud Ristek Nomor 40 tahun 2021 tentang penugasan guru sebagai kepala

sekolah, yang dimaksud kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin

pembelajaran dan mengelola satuan Pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak,

taman kanak-kanak luar biasa, sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah menengah atas,

sekolah menengah kejuruan, sekolah menengah atas luar biasa, atau sekolah Indonesia

di luar negeri. 2

Salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah dengan proses

belajar mengajar. Sekolah sebagai lembaga formal yang memberikan

1
Kasful Anwar, ‘Jaminan Mutu Dan Upaya Pengembangan Profesionalitas Guru Pada Abad Pengetahuan’,
Jurnal Pendidikan Dan Sosial Keagamaan, 2.2 (2015), h. 88–105.
2
Kemendikbudristek, ‘Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2O2T Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah’, Kemendikbud RI, 2021, h.
1–20.

1
2

pelayanan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan. Keberhasilan suatu sekolah sangat

ditentukan oleh kualitas orang-orang yang bekerja di dalamnya. Salah satu

penentu keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kinerja seorang tenaga

pendidik atau biasa disebut dengan guru. Untuk menghasilkan pendidikan

yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka dibutuhkan guru yang

kompeten. “Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya

sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.” Guru

memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang

diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru adalah orang yang terlibat

langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. 3

Peran guru dalam hal ini sangatlah penting dalam menentukan hasil

akhir dari proses belajar mengajar. Kualitas mengajar seorang guru sangat

menentukan ketercapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru

dituntut untuk meningkatkan kualitasnya dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas. Diantaranya harus mampu merencanakan

kegiatan pembelajaran, menguasai bahan ajar, mengelola dan melaksanakan

kegiatan pembelajaran secara kreatif, inovatif, dan menyenangkan agar

menarik minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Seperti yang

sudah dijelaskan di Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 73 yang berbunyi :

3
Atik Bariyah, Miftahul Jannah, and Hikmatu Ruwaida, ‘Peran Guru Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar’, Jurnal Basicedu, 7.1 (2023), h. 572–82.
3

ِ ‫َو َج َع ْل َٰنَ ُه ْم أَئِ َّمةً يَ ْهدُونَ ِبأ َ ْم ِرنَا َوأَ ْو َح ْينَا ٓ ِإلَ ْي ِه ْم فِ ْع َل ْٱل َخي َٰ َْر‬
َ ‫ت َو ِإ َق‬
‫ام‬
َ‫وا لَنَا َٰ َع ِبدِين‬ ۟ ُ‫ٱلز َك َٰوةِ ۖ َو َكان‬
َّ ‫صلَ َٰوةِ َو ِإيتَا ٓ َء‬ َّ ‫ٱل‬

73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin


yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu menyembah (QS. Al-Anbiya : 73)4

Menurut Adams, Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar

mengajar meliputi banyak hal diantaranya guru sebagai pengajar, pemimpin

kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,

supervisor, motivator dan konselor. Seorang guru juga harus mempunyai

kemampuan dalam perencanaan pembelajaran, menguasai bahan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan mampu

mengevaluasi hasil pembelajaran.

Sesuai dengan pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar

No. 20 Tahun 2003 bab XI pasal 39 ayat 2 dikatakan bahwa, Guru sebagai

pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat. Setelah dijelaskan mengenai peranan, kemampuan dan

4
Gramedia, Al Quran QS Al- Anbiyat /21:73
4

tugas dari seorang guru, maka jelas bahwa profesi guru tidak bisa dilakukan

oleh sembarang orang.5

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya

masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi

ini paling mudah terkena pencemaran. Pengertian guru sebagai profesi juga

dijelaskan dalam Undang Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005,

dalam bab 1 pasal 1 disebutkan sebagai berikut, Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. 6

Berdasarkan pengertian di atas peneliti mengatakan bahwa, peran guru

sangat diperlukan dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang

berkualitas. Kualitas pengajaran ditentukan oleh guru dan siswa yang saling

berinteraksi didalam proses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus

memiliki keterampilan mengajar secara efektif dengan menciptakan

kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif di kelas, dalam kata lain

memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih demokratis. Dalam hal ini,

5
UUD RI RI No. 41, ‘Presiden Republik Indonesia’, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, 1, 2003, h. 1–5.
6
Molaba. KE, ‘Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Islam’, Jurnal Profesionalisme Guru,
147.March (2016), h. 174.
5

kualitas mengajar guru sangatlah diperlukan untuk membantu keberhasilan

setiap upaya pendidikan. Untuk membantu dan membimbing guru dalam

meningkatkan kualitas pengajarannya, maka diperlukan supervisi yang

diberikan oleh kepala sekolah.

Fungsi supervisi yang dilakukan kepala sekolah merupakan sebuah

pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru

untuk memperbaiki kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya.

supervisi adalah bentuk bimbingan, arahan dan pemberian bantuan dari

kepala sekolah untuk guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas

mengajar, dengan kata lain dikenal dengan istilah supervisi akademik.

Pernyataan yang sama juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

bahwa kepala sekolah memiliki beberapa kompetensi, diantaranya

kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi

kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Salah satu

kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi

supervisi, yang kegiatannya terdiri dari:

a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

profesionalitas guru

b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan


6

c) Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam

rangka peningkatan profesionalitas guru. 7

Supervisi akademik kepala sekolah sangat diperlukan khususnya untuk

perbaikan kinerja mengajar yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar

mengajar. Selain sebagai seorang supervisor, kepala sekolah juga berperan

sebagai seorang pemimpin, yang sangat berpengaruh dalam membantu

keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kepala sekolah sebagai ujung

tombak dalam pengelolaan pendidikan yang membawa dan menentukan

arah serta tujuan sekolah yang dipimpinnya. Dalam kepemimpinannya,

kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. 8

Kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah juga dijelaskan oleh tim

Dosen Administrasi Pendidikan, Sebagai pemimpin pendidikan, kepala

sekolah harus mampu menstikulir guru-guru untuk mengembangkan

metode dan prosedur pengajaran. Ia harus mampu membantu guru-guru

mengevaluasi program pendidikan dan hasil belajar murid, ia harus mampu

juga menilai sifat dan kemampuan guru, sehingga kepala sekolah dapat

membantu meningkatkan kemampuan guru. Kembali dijelaskan oleh Tim

Dosen Administrasi Pendidikan, bahwa “fungsi utama kepala sekolah

sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar

7
Abdul dkk Hamid, ‘Manajemen Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan Kinerja Guru’,
Jurnal Pendidikan Tambusai, 6.1 (2022), h. 53.
8
Miftahul Laili Hasanah and Muhammad Kristiawan, ‘Supervisi Akademik Dan Bagaimana
Kinerja Guru’, Tadbir : Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3.2 (2019), h. 97.
7

sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan

baik.” Seperti yang telah dijelaskan bahwa fungsi kepala sekolah adalah

menciptakan situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar yang

menyenangkan dan dapat dengan mudah dipahami oleh murid adalah situasi

yang diingiinkan oleh setiap guru.

Kepala sekolah sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas

mengajar guru. Kualitas mengajar seorang guru adalah proses seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan keprofesiannya dalam bidang

kependidikan. Hal tersebut dikarenakan kualitas mengajar guru akan terus

meningkat jika kepala sekolah rutin menjalankan kegiatan supervisi

akademik. Karena dengan supervisi akademik kepala sekolah, para guru

akan merasakan adanya pengawasan dan dilanjutkan dengan pembinaan

dari kepala sekolah apabila guru mengalami kesulitan dalam proses belajar

mengajar.9 Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada

beberapa Sekolah Dasar di SDN 007 Kongbeng, peneliti menemukan

beberapa fenomena yang terjadi, bahwa pada kenyataannya masih terdapat

guru yang tidak bersungguh-sungguh dalam pembuatan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) dan bahan ajar, yang diakui isinya sama dari

tahun ke tahun. Guru berpendapat bahwa dari tahun ke tahun, murid yang

mengikuti pembelajaran akan berbeda setiap tahunnya. Karena tidak ada

pengawasan dan teguran dari kepala sekolah, maka guru tidak memperbaiki

9
Uray Iskandar, ‘Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru’, Jurnal Visi
Ilmu Pendidikan, 10.1 (2013), 1018–27.
8

dan mengganti RPP setiap tahunnya. Dalam proses belajar mengajar guru

tidak berpedoman kepada RPP dan memilih memberikan materi pelajaran

sesuai keinginannya saja.

Dalam proses belajar mengajar beberapa guru, khususnya guru senior

masih menggunakan metode ceramah yang tidak bervariatif. Sumber belajar

hanya berdasarkan kepada buku paket/modul, hanya sesekali saja

menggunakan alat peraga karena beberapa guru mengaku bahwa masih

merasa kesulitan dalam penggunaan media pembelajaran. Selain fenomena

mengenai kualitas mengajar guru, peneliti juga menemukan fenomena

masalah terkait dengan supervisi kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan

kepala sekolah terhadap kegiatan belajar mengajar tidak dengan kunjungan

kelas melainkan dengan pemantauan diluar kelas itupun sekedar melihat

sekilas dari balik pintu atau jendela. Peneliti ingin mengetahui "Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Kualitas Guru di SDN 007

Kongbeng".
9

B. Definisi Operasional

1. Supervisi

Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik

dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang

kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar

pengawas biasa.10

supervisi pendidikan merupakan segenap bantuan yang bertujuan

untuk perbaikan pembelajaran dan pembinaan aspek pembelajaran guru.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan, (2010) menyatakan supervisi

pendidikan sama dengan bimbingan profesional yaitu segala usaha yang

memberikan kesempatan pada guru untuk meningkatkan profesional,

sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran.

Rismawan (2015) menyatakan supervisi kepala sekolah adalah bentuk

layanan, bimbingan, bantuan dan pengawasan yang dilakukan oleh

kepala sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar. 11

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah seorang tenaga pengajar yang diberikan

amanah atau diangkat menjadi seorang pemimpin di sekolah dengan

cara yang formal, dan memiliki tugas memberdayakan dan memberikan

contoh dalam konteks memimpin semua warga yang ada di sekolah,

10
nur Aedi, ‘Metode Dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan’, Metode Dan
Teknik Supervisi, volume 49 (2008), 69–73
11
Ariyadi Raberi, Happy Fitria, and Yessi Fitriani, ‘Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan
Peran Komite Sekolah Terhadap Kinerja Guru’, Jurnal Al-Qiyam, 1.1 (2020), 11–20.
10

agar dapat meningkatkan mutu sekolah yang dipimpinnya. Kepala

sekolah dituntut agar selalu menjadi seorang figur yang dapat menjadi

penengah, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah serta dapat

menjadikan dirinya sebagai sumber informasi bagi warga sekolah yang

dipimpinnya12

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan komponen yang sangat

penting, karena kepala sekolah berperan dalam sistem pengelolaan

sekolah, mengarahkan dari input, proses dan output pendidikan di

sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi

sekolah denngan seluruh substansinya, disamping itu kepala sekolah

bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya yang ada agar mereka

mampu menjalankan tugas-tugas sesuai dengan tugas dan fungsi

masing-masing. 13

3. Kualitas guru

Guru adalah sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia

pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor yang sangat dominan

dalam menentukan kualitas peserta didiknya. Dalam Undang-undang

Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1

disebutkan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

12
Mohamad Muspawi, ‘Strategi Menjadi Kepala Sekolah Profesional’, Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20.2 (2020), 402.
13
Siti Julaiha, ‘Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah’, Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian
Pendidikan Dan Pembelajaran, 6.3 (2019), 51–62.
11

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 14

Sebagai seorang profesional, guru mempunyai tugas sebagai

pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru bertugas menyampaikan

segala bentuk ilmu atau materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh

kurikulum. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut

mempersiapkan langkah-langkah yang tidak mudah. Langkahlangkah

tersebut berupa perencanaan (planning), pelaksanaan (organizing), dan

penilaian (evaluating). Adapun sebagai pendidik, seorang guru bertugas

sebagai pemelihara (konservator), penerus (transmitor), serta

penerjemah (transformator) sistem-sistem nilai yang merupakan sumber

norma kedewasaan dan aturan yang berlaku di masyarakat. Kalau

sekarang ada pembenahan, mulai dari sistem perekrutan tenaga

kependidikan, besaran gaji yang layak untuk guru, pengembangan dan

pembangunan fasilitas sekolah, bantuan untuk siswa, bea siswa, sampai

pada penyediaan buku berkualitas nasional, dapat kita terjemahkan

sebagai niat baik pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. 15

14
Adi Wahyudi, Partono Thomas, and Rediana Setiyani, ‘Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi
Kerja, Dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru’, Economic Education Analysis Journal,
1.2 (2019), h. 1–8.
15
Nanat Fatah Natsir, ‘Peningkatan Kualitas Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam’,
Educationist, 1.1 (2007), 21–22.
12

C. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini ialah, apakah ada pengaruh supervisi kepala

sekolah terhadap peningkatan kualitas guru di SDN 007 Kongbeng?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

supervisi kepala sekolah terhadap peningkatan kualitas guru di SD

Negeri 007 Kongbeng.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Memberikan implikasi bahwa setiap peningkatan supervisi

oleh kepala sekolah berdampak dengan peningkatan kualitas guru.

b. Manfaat praktis

1) Sekolah

Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajar agar

dapat memberikan motivasi yang lebih baik kepada siswa/siswi.

2) Guru

Meningkatnya pengetahuan dan kinerja seorang guru

sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran.


13

3) Siswa

Mendapatkan waktu belajar yang maksimal dan pengetahuan

yang lebih pada saat pembelajaran berlangsung.

E. Sistematikan Penulisan

Untuk menentukan pembahasan, maka proposal ini disusun secara

sistematis dan teratur. Mulai dari pendahuluan sampai kepada penutup,

kesimpulan dan terdiri dari bab dan sub-sub yang saling berkaitan.

Bab I, pendahuluan membahas tentang Latar Belakang Masalah, Definisi

Operasional, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Dan Sistematika Penulisan.

Bab II, landasan teori membahas tentang Deskripsi Teori, Kajian Penelitian

Yang Relevan,Dan Hipotesis Penelitian.

Bab III,metodologi penelitian dengan sub judul yang membahas Jenis Dan

Pendekatan Penelitian, Waktu Dan Tempat Penelitian, Populasi,

Sampel, Dan Teknik Sampling, Variabel Penelitian Dan Indikator,

Teknik Pengumpulan Data, Dan Teknik Analisis Data.

Bab IV,Deskripsi Data Hasil Penelitian, Gambaran Objek Penelitian,

Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian, Dan

Keterbatasan Penelitian.

Bab V, Penutup Yang Berisikan Kesimpulan Dan Saran-Saran.


14

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Supervisi Kepala Sekolah

a. Pengertian Supervisi Akademik

supervisi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris terdiri

dari dua akar kata, yaitu ‘’super’’ yang artinya diatas, dan ‘’vision’’

mempunyai arti ‘’melihat’’, maka secara keseluruhan supervisi di

artikan sebagai melihat dari atas’’, dengan pengertian itulah maka

supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas

dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan diatas atau

lebih tinggi dari guru, untuk melihat dan mengawasi pekerjaan guru.

Pengertian ini menunjukkan bahwa supervisi adalah proses

bantuan, bimbingan, dan pembinaan supervisor kepada guru yang

memperbaiki proses pembelajaran. Rumusan ini mengisyaratkan

bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar

mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an

environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan

ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. 16

16
Larasati, “Proses Dan Teknik Supervisi Pendidikan,” Jurnal Artikel 1, no. 1 (2019): 1–11.
15

Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup

seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, hal ini

desebabkan karena konsep inspeksi lebih menekankan pada

kekuasaan dan bersifat cenderung otoriter. Adapun supervisi lebih

menekankan kepada persahabatan dan kekeluargaan yang dilandasi

oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara

guru, karena bersifat demokratis.

Secara akademik merupakan serangkaian kegiatan yang

menitik beratkan pada kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengawas terhadap masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pengertiannya lebih menekankan pada pengawaas murni dalam arti

control kegiatan dari seorang atasan terhadap bawahannya, agar

melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. 17

Sasaran pengawas bagi setiap pengawas sekolah/madrasah

untuk sekolah menegah pertama / madrasah Tsanawiyah, paling

sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan atau 40 (Empat Puluh) guru mata

pelajaran/kelompok mata pelajaran. Menurut Peraturan Mentri

Pendayagunaan Aparat Negara dan Reformasi Birokrasi No. 21

Tahun 2010, kegiatan pengawasan/supervisi adalah kegiatan

17
Dana Rasmita, “Upaya Meningkatan Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Proses
Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Di Sd Negeri 017 Pasir Emas,” JURNAL PAJAR
(Pendidikan Dan Pengajaran) 3, no. 3 (2019), https://doi.org/10.33578/pjr.v3i3.7189.
16

pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan,

melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan

program dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan profesional

guru. Kegiatan pengawasan akademik atau manajerial, meliputi

penyusunan program pelaksanaan program; evaluasi hasil

pelaksanaan program membimbing dan melatih professional guru;

melaksanakan tugas pengawasan khusus. 18

Program supervisi kepala sekolah berprinsip kepada proses

pembinaan guru yang menyediakan motivasi yang kaya bagi

pertumbuhan kemampuan profesionalnya dalam mengajar. Ia

menjadi bagian yang integral dalam usaha penigkatan mutu sekolah

dan mutu pembelajaran, pendapat dukungan semua pihak disertai

dana fasilitasnya. Bukan sebuah kegiatan suplemen atau tambahan.

Program supervisi yang berisi kegiatan untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru dalam hal :

1) Kemampuan menjabarkan kurikulum kedalam program catur

wulan.

2) Kemampuan menyusun perencanaan mengajar atau satuan

pelajaran.

3) Kemampuan melaksanakan belajar mengajar dengan baik.

4) Kemampuan menilai proses dan hasil belajar.

18
Larasati, “Proses Dan Teknik Supervisi Pendidikan.”
17

5) Kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan

teerus menerus.

6) Kemampuan mengembangkan/memanfaatkan lingkungan

sebagai sember dan media mengajaran.

7) Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami

kesulitan dalam belajar.

8) Kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya secara

efisien untuk menyelesaikan program-program murid.

9) Kemampuan memberikan pelajaran dengan mempehatikan

perbedaan individual diantara para siswa.

10) Kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar dan ekstra

kurikuler serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan

pembelajaran siswa.19

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan adalah pencapaian tujuan

pendidikan yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan guru.

Supervisi pendidikan perlu memperhatikan beberapa faktor yang

sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan

kegiatan supervisi yang bersifat efektif. Tujuan supervisi pendidikan

menurut Ametembun (2007) adalah (1) membina guru untuk lebih

memahami tujuan pendidikan; (2) melatih kesanggupan guru untuk

19
Applied Mathematics, “Supervisi Kepala Sekolah,”
https://digilib.iainkendari.ac.id/691/3/BAB%20II.pdf, (2016), h. 1–23.
18

mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang

efektif; (3) membantu guru untuk mengadakan diagnosis; (4)

meningkatkan kesadaran terhadap tata kerja demokratis; (5)

memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu kerjanya

secara maksimal; (6) membantu mempopulerkan sekolah ke

masyarakat; (7) membantu guru untuk lebih dapat memanfaatkan

pengalamannya sendiri; (8) mengembangkan persatuan antar guru;

dan (9) membantu guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya

dalam kontak tujuan perkembangan peserta didik. 20

Tujuan supervisi pendidikan adalah meningkatkan

kemampuan profesional dan teknis bagi guru, Kepala Sekolah, dan

personal sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih

berkualitas, dan yang utama supervisi pendidikan atas dasar kerja

sama, partisipasi, dan kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan

kepatuhan, dengan demikian akan timbul kesadaran, inisiatif, dan

kreatif personal sekolah. Mulyasa (2006) berpendapat bahwa

supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah

sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern

diperlukan supervisor khusus yang lebih independen dan dapat

meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan

tugas. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilaksanakan secara

20
Muhammad Kristiawan et al., Supervisi Pendidikan, 2019, www.cvalfabeta.com.
19

efektif antara lain dengan cara kunjungan kelas, diskusi kelompok,

pembinaan individual, dan simulasi pembelajaran. 21

c. Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus

mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu

membantu perkembangan individu para siswa. Fungsi tambahan

ialah membantu siswa dalam membina guru-guru agar dapat bekerja

dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat

dalam rangka menyesuaikan diri dengan masyarakat serta

mempelopori kemajuan masyarakat.

Fungsi supervisi pendidikan itu memang tidak sederhana,

dan ini sangat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang juga

tidak sederhana. Dengan demikian, seorang supervisor yang

berorientasi pada tujuan, tidak ada pilihan lain kecuali

memfungsikan diri sesuai dengan inti pokoknya supervisi. 22

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Seorang supervisor harus memahami prinsip-prinsip atau

azas supervisi pendidikan untuk dapat di gunakan sebagai landasan

melaksanakan supervisi demi untuk mencapai kesuksesan. Berbagai

permasalahan yang di ketemukan di lapangan dalam pelaksanaan

21
Tia Agustina Nasution, “Peran Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Di Indonesia,” Phys. Rev. E 4 (2019): 24.

22
Henni Sukmawati et al., “Fungsi Supervisi Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam
3 (2017): 143–49.
20

supervisi ialah bagaimana mengubah mindset yang bersifat otokrat

dan korektif menjadi sikap yang kreatif dan konstruktif, yaitu suatu

sikap menciptakan suasana aman dan nyaman dan di terima sebagai

subjek yang berdiri sendiri dan dapat mengembangkan diri, untuk

itu supervisi harus dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip

pada konteks tersebut, “Sahertian Dalam Risnawati mengemukan

prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi Pendidikan.

Supervisi di laksanakan secara berencana, teratur dan

berkelanjutan. Jadi supervisi harus di rencanakan terlebih dahulu,

dan supervisi yang dilakukan berdasarkan data dan fakta apa adanya

melalui observasi atau pengamatan. Supervisi hendaknya

menggunakan instrumen atau angket atau pedoman observasi. 23

e. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan

1) Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan

supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai

masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini

hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang

memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang

dikelompokkan sebagai teknik individual adalah sebagai

berikut:

23
Rasmita, “Upaya Meningkatan Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Melalui Supervisi Akademik Di Sd Negeri 017 Pasir Emas.”
21

a) Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh

kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam

rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar

sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam

rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah

semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi

kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. 24

b) Observasi kelas

Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan

melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala

yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi

yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya

adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin

mengenai aspek-aspek 13 dalam situasi belajar

mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru

dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar.25

c) Pertemuan individual

24
Jurnal Ilmiah, Ilmu Pendidikan, and Volume Xiii, “Supervisi Pendidikan Untuk
Pengembangan Profesionalitas Guru Berkelanjutan" Oleh: Ahmad Sabandi Universitas Negeri
Padang” XIII, no. 2 (2013): 1–9.
25
Larasati, “Proses Dan Teknik Supervisi Pendidikan.”
22

Pertemuan individual adalah satu pertemuan,

percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina

atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha

meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya

adalah, memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan

guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi,

mengembangkan hal mengajar yang lebih baik,

memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada

diri guru, dan menghilangkan atau menghindari segala

prasangka yang bukan-bukan. 26

d) Kunjungan antar kelas

Kunjungan antar kelas dapat juga digolongkan

sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari

yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam

lingkungan sekolah itu sendiri. Adanya kunjungan

antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru

dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses

pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar

kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi

26
Endang Endra, Daru Kartikawati, and Siti Rochmiyati, “Supervisi Akademik Dengan
Teknik Pertemuan Individual Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun RPP” 6
(2023): 4709–15.
23

pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya

harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. 27

e) Menilai diri sendiri

Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual

dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri

merupakan satu teknik pengembangan profesional guru.

Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara

obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan

memberikan kesempatan kepada guru mempelajari

metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid.

Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan

kemampuan profesionalnya. Nilai diri sendiri merupakan

tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur

kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-

muridnya, juga menilai dirinya sendiri. 28

27
Jurnal Ilmiah, Ilmu Pendidikan, and Volume Xiii, “Supervisi Pendidikan Untuk
Pengembangan Profesionalitas Guru Berkelanjutan" Oleh: Ahmad Sabandi Universitas Negeri
Padang” XIII, no. 2 (2013): 1–9.
28
Muryantinah Mulyo Handayani et al., “Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri Diri Dan Harga
Diri,” no. 2 (1998): 47–55.
24

2. Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi

tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan

proses belajar mengajar atau tempat dimana menjadi interaksi antara

guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. 29

kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan

sebagai kepala sekolah. Standar Kepala Sekolah/Madrasah menurut

permendiknas No. 13 Tahun 2007 disebutkan bahwa untuk diangkat

sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar

kualifikasi dan kompetensi. Untuk standar kualifikasi meliputi

kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah

yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun,

pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, dan pangkat

serendahrendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasih

khusus yaitu berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki

sertifikat kepala sekolah.30

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan

yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagaimana yang di kemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP tahun

29
Rais Hidayat, Vicihayu Dyah M, and Himmatul Ulya, “Kompetensi Kepala Sekolah Abad
21: Sebuah Tinjauan Teoretis,” Jurnal Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah 4, no. 1 (2019): h.
62.
30
Novrian Satria Perdana, “Implementasi Manjemen Profesi Pengawas Sekolah,” Jurnal
Pendidikan Tambusai 2, no. 15 (2018), h. 1212-1213
25

1990 bahwa ‘’kepala sekolah bertanggungjawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan lainnya dan mendayagunakan

serta pemeliharaan sarana dan prasarana. 31

b. Tujuan dan Fungsi Kepala Sekolah

1) Fungsi kepala sekolah

Fungsi khusus kepala sekolah/madrasah sebagai manajer

adalah untuk melaksanakan kegiatan (1) perencanaan; (2)

pengorganisasian; (3) pengarahan (leading); (4) pengelolaan:

perubahan dan pengembangan, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah/madrasah

dengan masyarakat, peserta didik, pengembangan kurikulum,

keuangan, administrasi, unit layanan khusus, sistem informasi;

(5) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi; (6) penciptaan

budaya dan iklim sekolah/madrasah; (7) pengambilan keputusan

dan pemecahan masalah; (8) pengkoordinasian dan penyerasian;

(9) pendelegasian; (10) perundingan (negosiasi); (11)

pelaksanaan pemantauan, pengevaluasian, dan pelaporan. 32

c. Peran Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai disturbance

hander, ia menangani sesuatu yang menganggu sekolah/madrasah

karena tidak satupun organisasi yang berjalan mulus di setiap waktu.

31
eny Wahyu Suryanti And Universitas Wisnuwardhana Malang, “Pengembangan Profesional
Pemimpin Pendidikan,” Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, (2016), h. 60
32
Hidayat, Dyah M, and Ulya, “Kompetensi Kepala Sekolah Abad 21: Sebuah Tinjauan
Teoretis.”
26

Ia juga berperan sebagai pengelola perubahan dan pengembangan,

pencipta budaya dan iklim sekolah/madrasah Setiap organisasi

memiliki masalahnya masing-masing. Untuk mengatasi berbagai

masalah yang muncul di sekolah/madrasah, kadang-kadang kepala

sekolah/madrasah menggunakan keputusan yang tidak populer

(kontroversial) yaitu keputusan yang tidak diharapkan oleh berbagai

pihak terutama pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, dan

orang tua peserta didik. Untuk mengatasi masalah-masalah yang

sulit, kepala sekolah/madrasah harus mampu berpikir secara analisis

dan konseptual. 33

d. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Kepala sekolah menjadi kunci utama dan merupakan salah

satu factor strategi yang paling penting dalam mengembangkan

sekolah yang bermutu tersebut, terutama dalam perannya sebagai

nahkoda yang menentukan arah dan tujuan yang akan dicapai oleh

sekolah itu sendiri kualitas pelayanan juga menjadi lebih baik.

Dengan demikian, kualitas pelaynan dapat didefinisikan seberapa

jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas

layanan yang mereka terima. Untuk itu pula penting mengetahui

factor dimensi pokok kualitas pelayanan yaitu penampilan fisik. Hal

ini sesuai dengan penampilan fisik peralatan, penampilan personalia

33
Uray Iskandar, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru,” Jurnal
Visi Ilmu Pendidikan 10, no. 1 (2013): 1018–27.
27

dan komunikasi yang dapat diandalkan merupakan bukti nyata

pelaynan administrasi yang diberikan. Bentuk kepemimpinan atau

menjadi pemimpin senantiasa penuh dengan tantangan dan kejutan,

meskipun beberapa pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa

susah payah.34

Memotivasi internal dari diri kepala sekolah juga merupakan

kunci terwujudnya kinerja guru yang baik, tanpa adanya motivasi

dan kesadaran internal dari kepala sekolah , serta semangat untuk

mengabdi, yang akan melahirkan visi sekolah maupun kemampuan

konseptual yang jelas dari kepala sekolah.

3. Kualitas Guru

a. Pengertian Kualitas Guru

Kualitas guru adalah bagian mendasar dari pengajaran yang

berkualitas, dan secara signifikan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

seperti konteks pengajaran. Seorang guru yang cakap mungkin gagal

untuk menawarkan pengajaran berkualitas tinggi ketika dia tidak

memiliki bahan ajar yang memadai, alat atau dukungan dalam bentuk

umpan balik. Dengan demikian, kualitas guru yang kuat dapat

meningkatkan kemungkinan pengajaran yang efektif, tetapi itu bukan

jaminan untuk hasil yang lebih tinggi. 35

34
Irwanto dan Romas, “Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Olahraga,” Profesionalisme
Tenaga Profesi Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan 1, no. 2 (2019): 220–28.
35
Nanat Fatah Natsir, “Peningkatan Kualitas Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam,”
Educationist 1, no. 1 (2007): 21–22.
28

Kualitas guru dapat menentukan bagaimana pembelajaran akan

berlangsung dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai bahwa

dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1 guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah. Menjadi guru memerlukan keahlian

khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang

pendidikan. guru perlu memiliki keahlian dalam mengajarkan bidangnya

kepada peserta didik untuk meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga

untuk meningkatkan mutu pembelajaran tidak cukup dengan memiliki

keahlian dalam menyampaikan materi namun guru harus mampu

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai media

untukpenyampaian materi agar tercapai pembelajaran yang efektif dan

efisien.

b. Faktor yang mempengaruhi Kualitas Guru

1) melakukan supervisi yang dilakukan oleh supervisor sebagai

bentuk umpan balik dan meningkatkan kedisiplinan;

2) penyediaan fasilitas yang memadai untuk menunjang proses

pembelajaran;

3) mengadakan rapat antar kepala sekolah dengan para guru sebagai

wujud umpan balik dan dukungan;


29

4) melakukan penataran, seminar, pelatihan untuk pengembangan

diri;

5) mengadakan kunjungan antar sekolah untuk mengetahui

pengalaman dan pengetahuan dari guruguru yang berada di

sekolah lain, dan

6) melakukan penelitian yang berkaitan dengan bidang

pendidikan. 36

c. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas guru

1) Kurang pedulinya pemerintah akan nasib para guru. Kurang

pedulinya pemerintah akan nasib guru memang sangat

mempengaruhi kualitas dan kinerja guru. Ini di karenakan

bilamana pemerintah tidak peduli akan nasib kehidupan para

guru, maka kondisi ekonomi para gurupun juga akan tidak

stabil. Dan ini juga akan berdampak pada kualitas guru itu

sendiri.

2) Banyaknya guru yang kurang mengenal tentang teknologi, ini

memungkinkan para guru untuk sulit berpikir lebih maju,

pasalnya teknologi ini sangat penting dalam menunjang karir

seorang guru.

3) Gaji yang rendah, ini nampaknya juga akan menghambat

peningkatan kualitas pada guru, karena penghasilan atau gaji

36
program Studi Pgsd And Universitas Karimun, “Faktor-Faktor Penghambat Guru Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarakan Kurikulum 2013 Di SDN 002 TEBING” 3, no. 2 (2022):
66–76.
30

yang rendah, itu akan mempengaruhi dan mengganggu

konsentrasi para guru saat mengajar.

4) Banyaknya masalah pribadi yang mendera para guru37

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

TABEL 1

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1 Luky Arum Pengaruh Penelitian ini Skripsi ini

Lawuningtyas Kompetensi sama-sama mambahas

Kepribadian membahas tentang

Sosial Kepala tentang kinerja menjelaskan

Sekolah Dasa pendidik pengaruh

Negeri di kompetensi

Kecamatan kepribadian

Pulung dan

Kabupaten kompetensi

Ponorogo sosial kepala

Tahun sekolah secara

Pelajaran parsial dan

2017/2018 simultan.

Sedangkan

skripsi peneliti

menjelaskan

tentang

pengaruh

supervisi

37
Ayu Dwi, Kesuma Putri, and Nani Imaniyati, “Pengembangan Profesi Guru Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru” 2, no. 2 (2017): 202–11.
31

terhadap

kualitas

mengajar guru

2 Nunung Pengaruh Penelitian Skripsi ini

Ristiana Kompensasi, tersebut sama- menjelaskan

Lingkungan sama membahas tentang kinerja

Kerja dan tentang kinerja Guru Tidak

Motivasi Kerja pendidik Tetap di

Terhadap tingkat SD/MI

Kinerja Guru sedangkan

Tidak Tetap peneliti

(GTT) Studi menjelaskan

pada SD/MI tentang

Kabupaten kualitas dari

Kudus seorang guru

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang dari” dan

thesis yang berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan suatu pendapat atau

kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya Hipotesis

merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan


38
suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala

38
badan Pusat Statistik, “Bahan Ajar Fsa Angkatan Ke-21 Tahun 2020 Pengujian
Hipotesis,” 2020.
32

Spekulasi bisa menjadi jawaban singkat untuk pertanyaan tentang

masalah, sampai ditunjukkan melalui informasi yang dikumpulkan.

Pertanyaan tentang apakah ada pengaruh supervisi terhadap peningkatan

kualitas guru adalah terdapat “Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap

peningkatan kualitas pendidik di SDN 007 Kombeng”

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu

jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif dan

induktif. Pendekatan ini bersumber pemikiran dan pemahaman ahli

berdasarkan pengalaman para peneliti, kemudian berkembang menjadi

permasalahan dan usulan solusi untuk mendapatkan rasional (bukti) atau

penilaian berupa dukungan data empiris di lapangan.39

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2023 sampai dengan

Agustus 2023. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 007 Kongbeng, Desa

39
Dokumen Internal et al., “Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup,” Kmedia.Co.Id, no. 1
(2014): 45–59, https://kmedia.co.id/wp-content/uploads/2021/07/Transformasi-Sekolah-Tinggi-
Agama-Islam-Negeri-STAIN_Zulkarnain-Ahmad-Syukri-Maisah.pdf.
33

Kombeng Indah Kec, Kongbeng, Kab, Kutai timur Provinsi Kalimantan

Timur.

C. Data Dan Sumber Data

1. Populasi

Populasi adalah subjek pertanyaan tentang perkembangan guru

dalam mengajar. Jika seseorang ingin melihat semua komponen yang

ada di dalam area penelitian, maka penelitian tersebut dapat menjadi

pertimbangan masyarakat. Penduduk dalam pembahasan ini adalah

guru-guru SDN 007 Kongbeng.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi penelitian atau yang mewakili

atau bagian dari karakteristik umum populasi utama. Sampel dianggap

independen (terputus) jika sampel dipisahkan secara tegas, artinya

anggota sampel yang satu bukan merupakan anggota sampel yang lain. 40

3. Teknik Sampling

Secara umum ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu:

sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel

tidak acak atau non-random sampling/non-probability sampling 41

40
Syifa S. Mukrimaa et al., “Metode Penelitian Kuantitatif,” Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar 6, no. August (2016): 128.
41
Wijanti Dian, “Metode Penelitian Metode Penelitian,” Metode Penelitian Kualitatif, no. 17
(2017): 43, http://repository.unpas.ac.id/30547/5/BAB III.pdf.
34

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel.

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis, ditentukan variabel

dan indikator penelitian yang memudahkan penentuan jenis dan sumber

data yang akan digunakan. Nana Sudjana dan Ibrahim mengatakan:

“Variabel adalah karakteristik atau karakteristik individu, benda dan

peristiwa yang nilainya dapat berubah. Karakteristik tersebut

memungkinkan dilakukannya pengukuran secara kuantitatif maupun

kualitatif. 42 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X)

dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah faktor stimulus atau

input, yaitu faktor yang dipilih peneliti untuk melihat bagaimana

hubungan yang muncul dari objek yang diteliti. Variabel dependen

adalah faktor yang diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh

variabel independen.43 Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat,

maka dirumuskan variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

a. Variable Bebas (X) Variable bebas dalam penelitian ini yaitu

supervisi kepala sekolah yang meliputi :

1) Kepala sekolah.

b. Variable terikat (Y) Variable terikat dalam penelitian ini yaitu

kualitas guru meliputi :

1) Guru.

42
Resa, “METODE PENELITIAN A . Model Penelitian” 3, no. 1978 (2018): 84–140,
https://kmedia.co.id/wp-content/uploads/2021/07/Transformasi-Sekolah-Tinggi-Agama-Islam-
Negeri-STAIN_Zulkarnain-Ahmad-Syukri-Maisah.pdf.
43
Winarno, Metodologi Penelitian (Malang: Universitas Negeri Malang, 2013).
35

2. Indikator Penelitian

Indikator penelitian dilakukan untuk menjelaskan tahapan atau

jalannya penelitian dengan menggunakan kerangka penelitian sebagai

tahapan dari keseluruhan kegiatan penelitian. Penelitian ini

menggambarkan indikator penelitian secara umum. indikator

penelitiannya digambarkan sebagai berikut :

TABEL 2

Variabel Indikator No Item

1. Supervisi Kepala 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

Kepala Sekolah

Sekolah

2. Kualitas guru Guru 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

E. Teknik Pengumpulan Data

Dari prespektif sumber data, sumber data primer dan sumber data

sekunder dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Data primer adalah

informasi yang didapat langsung dari subjek, dengan menggunakan alat

ukur atau pengumpulan data secara langsung sebagai sumber informasi

yang dicari tentang subjek.44 Selain itu, sesuai dengan metode teknik

pengumpulan data dapat dilakukan menggunakan angket (Kuesioner).

44
Ade Heryana, “Data Dan Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif,” 2018.
36

1. Kuisioner (angket)

Kuesioner merupakan alat pengumpul data primer dengan metode

survey untuk memilih opini responden. Kuesioner dapat didistributor

kepada responden dengan cara : penelitian langsung, dikirim lewat pos

dan dikirim melalui media komunikasi sosial seperti email,wa, dll.

Peneliti menggunakan skala likert.45 Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan presepsi orang atau kelompok tentang

kejadian atau gejala sosial. dimana dalam angket terdapat beberapa

pertanyaan dan setiap pertanyaan memiliki 5 tingkatan.

TABEL 3

Jawaban Skor Nilai

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Tidak Pernah 1

Angket yang peneliti gunakan memuat 2 Variabel X dan Y, Variabel

X “supervisi kepala sekolah” sedangkan Variabel Y “peningkatan

kualitas guru”. Setiap point pertanyaan dalam angket disusun

45
Wijaya Handry, “Fakultas Bisnis Universitas Buddhi Dharma Tangerang 2020,” Skripsi, 2022.
37

berdasarkan setiap variabel. Indicator tersebut disajikan dalam bentuk

point pertanyaan angket (kuesioner).

F. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas adalah istilah yang menggambarkan kemampuan sebuah

instrumen untuk mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas

berkaitan dengan ketepatan penggunaan indikator untuk menjelaskan

arti konsep yang sedang diteliti. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada

setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Uji validitas menggunakan

teknik korelasi product moment dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋 )(∑ 𝑌)
𝑟=
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )((𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 )2 ))

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment

n : Jumlah sampel

∑x : Jumlah skor perbutir

∑y : Jumlah skor seluruh butir

∑x² : Jumlah skor kuadrat perbutir


38

∑y² : Jumlah skor kuadrat seluruh butir46

2. Reliabilitas (keandalan)

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam

bentuk suatu kusioner.Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan pengukuran ulang terhadap

gejala dan alat ukur yang sama. Yang dimaksud dengan reliablitas

adalah menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrumen tersebut sudah baik. Uji realibilitas instrumen

penelitian ini akan menggunakan reliability analysis dengan teknik

Alpha Cronbach, dengan rumus:

46
Sugeng, Metode Penelitian Pendidikan Matematika, Metode Penelitian Pendidikan
Matematika, 2014.
39

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = ( )( 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡

Keterangan:

𝑟11 : Reliabilitas instrument

𝑘 : Banyaknya butir soal

∑ σ2𝑏 : Jumlah varian bulir

σ2𝑡 : Varian total47

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Pendeskripsian data dilakukan melalui analisis deskriptif terhadap

variabel-variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel

terikat. Statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan atau

memberikan gambaran tentang objek penelitian dengan menggunakan

data sampel atau populasi.

kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis statistik deskriptif

digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai variable

Kompetensi Personalia (X).

2. Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis)

Teknik analisis akhir (pengujian hipotesis) penelitian ini

menggunakan beberapa metode analisis yaitu uji signifikansi korelasi

47
Jennifer Olivia and Sylvie Nurfebiaraning, “Pengaruh Video Advertising Tokopedia Versi ‘
Jadikan Ramadan Kesempatan Terbaik ’ Terhadap Respon Afektif,” Jurnal Lontar 7, no. 1 (2019):
16–24.
40

product-moment (hitung t-test). Hal tersebut digunakan untuk penelitian

ini untuk mendeskripsikan pengaruh supervisi kepala sekolah terdap

peningkatan kualitas pendidik. Product moment correlation adalah

metode untuk menemukan korelasi antara dua variabel yang sering

digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, oleh

karena itu teknik ini dikenal dengan teknik korelasi Pearson. Dikatakan

product moment correlation karena koefisien korelasinya diperoleh

dengan cara mencari hasil perkalian dari momen-momen variabel yang

dikorelasikan (product of the moment).

𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟=
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )((𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2))

Keterangan:

𝑟11 : Reliabilitas instrument

𝑘 : Banyaknya butir soal

∑ σ2𝑏 : Jumlah varian bulir

σ2𝑡 : Varian total48

Teknik ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti

variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat

kontinu, sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati

48
Didik Lembaga and Kabupaten Bogor, “As- Syar ’ I : Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga
As- Syar ’ I : Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga” 3, no. 2021 (2022): 194–201.
41

homogen, dan regresinya merupakan regresi linier. Adapun lambang

yang digunakan adalah "r" dan angka indeksnya dengan huruf kecil dari

huruf-huruf yang 29 digunakan dalam variable-variabel. Misal ,

variabel x dan variabel Y, maka angka indeks korelasinya diberi

lambang rxy.

Anda mungkin juga menyukai