Anda di halaman 1dari 3

Tugas.

1
Opened: Monday, 24 April 2023, 12:00 AM
Due: Sunday, 7 May 2023, 3:00 PM

Nama : Syahdu Winda


NIM : 044784501

Contoh Kasus

Perusahaan A merupakan PT. e-commerce atau Electronic commerce yang segala aktivitas jual
beli dilakukan melalui media elektronik. PT. A melakukan sebuah inovasi dengan memberikan
pelayanan yang berbeda dari situs-situs jual beli online yang ada sebelumnya. Selain itu PT.A
juga memberikan jaminan bahwa barang pasti akan dikirim atau jaminan uang kembali jika
barang tidak sesuai dengan pesanan. Dalam kasus yang terjadi antara konsumen dengan Pelaku
Usaha (PT. A), konsumen yang bernama B membeli 1 unit TV Samsung berukuran 64 ins, 3 unit
Laptop dengan merek Lenovo. Saat pembayaran sudah dilakukan ternyata situs laman
pembelian ditutup. Lalu secara sepihak, pihak PT. A melakukan tindakan refund menggunakan
voucher yang hanya bisa dipakai di PT. A lagi. Akhirnya timbullah sengketa antara kedua belah
pihak.

Pertanyaan

1. Terkait kasus di atas menurut pandangan anda, apakah dapat disebut sebagai bagian
dari hukum perlindungan konsumen?

2. Berikan pandangan anda, mengenai prinsip-prinsip konsumen yang terdapat kaitannya


dengan kasus tersebut?

3. Berikan analisis hukum anda, selain konsumen apakah pelaku usaha dalam hal ini
Perusahaan (PT. A) juga punya hak untuk mendapatkan perlindungan hukum?

Jawaban:
1. Menurut Nasution (2011, hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan
masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) konsumen antara
penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan definisi
hukum perlindungan konsumen ini dapat dilihat bahwa titik berat hukum perlindungan
konsumen adalah perlindungan hukum kepada konsumen. Maka dalam contoh kasus di
atas terkait terjadinya sengketa antara Konsumen B dan PT. A dapat disebut sebagai
bagian dari hukum perlindungan konsumen karena sengketa yang terjadi adalah dalam
rangka menegakkan hukum perlindungan konsumen. Konsumen B merasa haknya untuk
mendapatkan barang yang sesuai dan tepat waktu dengan sejumlah uang yang sudah
dibayarkan tidak ditepati oleh PT. A sehingga terjadi sengketa yang harus diselesaikan
kedua belah pihak agar konsumen B tidak dirugikan oleh PT. A.

2. Prinsip-prinsip konsumen:
a. Let the buyer beware
Pembeli harus berhati-hati. Prinsip ini lahir karena pemahaman bahwa
kedudukan pelaku usaha dan konsumen adalah seimbang sehingga tidak perlu
ada proteksi kepada konsumen.
b. The due care theory
Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasarkan
produk. Dalam hal ini untuk mempersalahkan pelaku usaha, konsumen harus
membuktikan pelaku usaha melanggar prinsip kehati-hatian.
c. The privity of contract
Kontrak hanya berlaku bagi para pihak yang membuat. Konsumen dan pelaku
usaha tidak dapat disalahkan atas hal-hal di luar yang diperjanjikan.
d. Kontrak bukan merupakan syarat
Hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen tidak harus berdasarkan
atas adanya kontrak/perjanjian.

Merujuk kepada kasus di atas maka dapat kita lihat bahwa penerapan prinsip
konsumen adalah sebagai berikut:
1. Prinsip let the buyer be aware. Dalam hal prinsip ini maka konsumen B
harus berhati-hati saat melakukan transaksi di PT. A. Dalam prinsip ini, PT.
A dibebaskan dari kewajiban untuk memberitahu kepada konsumen
tentang segala hal yang menyangkut barang yang hendak
diperjualbelikan. Apabila konsumen B memutuskan untuk membeli suatu
produk, maka ia harus menerima produk itu apa adanya.
2. Prinsip the due theory. Dalam prinsip ini, PT. A mempunyai kewajiban
untuk berhati-hati dalam memasarkan barang. Sepanjang PT. A
berhati-hati dengan barang yang dipasarkan maka ia tidak dapat
disalahkan sehingga Konsumen B yang harus membuktikan bahwa PT. A
melakukan kesalahan berupa tidak memenuhi kesepakatan jual beli
bahwa tersedia sejumlah barang (1 unit TV Samsung berukuran 64 ins, 3
unit Laptop dengan merek Lenovo) atas sejumlah uang yang telah
dibayarkan (bukan menggantinya/me-refund sepihak dengan voucher
yang hanya dapat dibelanjakan di PT. A tersebut).
3. Kontrak bukan merupakan syarat. Dalam kasus di atas, prinsipnya terjadi
transaksi jual beli antara PT. A dan Konsumen B dimana dalam jual beli
terjadi pertukaran barang dan uang sesuai kesepakatan meskipun tidak
ada kontrak tertulisnya atau hubungan kontraktual di antara keduanya.
Dalam kasus sengketa PT. A dan Konsumen B terjadi pelanggaran jual beli
dimana PT. A tidak memberikan barang (berupa 1 unit TV Samsung
berukuran 64 ins, 3 unit Laptop dengan merek Lenovo) kepada Konsumen
B setelah Konsumen B membayar sejumlah uang. PT. A malah me-refund
dengan voucher yang hanya dapat dibelanjakan pada PT. A tersebut.

3. Berdasarkan Pasal 6 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan


bahwa salah satu hak dari pelaku usaha adalah hak untuk melakukan pembelaan diri
sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. Dalam kasus di atas
dimana terjadi sengketa antara Konsumen B dan PT. A maka PT. A mempunyai hak untuk
mendapatkan perlindungan hukum berupa pembelaan diri secara sepatutnya dalam
rangka penyelesaian sengketa tersebut. Di samping itu pelaku usaha (PT. A) juga berhak
untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen B tidak diakibatkan pada barang/jasa yang diperdagangkan.

Sumber:
1. Modul 1, 2 dan 3 HKUM4312: Hukum Perlindungan Konsumen
2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. https://jdih.banyuwangikab.go.id/dokumen/jurnal_makalah_hukum/10599-28953-1-SM
.pdf
4. https://text-id.123dok.com/document/wq2nn96jq-prinsip-kontrak-bukan-merupakan-sy
arat.html

Anda mungkin juga menyukai