Anda di halaman 1dari 10

Makalah Hukum Perlindungan Konsumen

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG


DIRUGIKAN AKIBAT PEMBATALAN SEPIHAK TRANSAKSI JUAL
BELI OLEH PT SHOPEE INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN

Dosen Pengampu: Sri Nanang Meyske Kamba SH., MH

Oleh :
Nur Rahmawati Mahmud (1011421075)
Kls D Perdata/Sem 5

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkn kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa mneyelesaikan makalah tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Yang Dirugikan Akibat Pembatalan Sepihak Transaksi Jual Beli Oleh Pt Shopee Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa measih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Persoalan yang terjadi berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat pembatalan sepihak
transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia
B. Dasar hukum yang tepat berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat pembatalan
sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia
C. Teori yang digunakan dalam kasus kerugian konsumen akibat pembatalan sepihak
transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
D. Bentuk penyelesaian kasus kerugian konsumen akibat pembatalan sepihak transaksi jual
beli oleh PT. Shopee Indonesia

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shopee merupakan salah satu marketplace yang cukup terkenal dan digemari oleh
konsumen di Indonesia. Shopee pun memasarkan kategori barang, seperti produk
kecantikan, pakaian wanita dan pria, perlengkapan traveling, perlengkapan rumah tangga,
perlengkapan bayi, elektronik, mainan anak, dan lain sebagainya. Shopee telah
memberikan kemudahan bagi para konsumennya sehingga banyak dari konsumen
Indonesia senang untuk berbelanja di Shopee. Dimulai dari adanya layanan yang
menguntungkan bagi pihak konsumen dan menjadi bagian dari promosi yang dilakukan
oleh Shopee, seperti (pengiriman gratis) free shipping untuk biaya pengiriman barang
yang telah dipesan, serta COD (Cash On Delivery) ke lebih dari 100 kota di Indonesia,
garansi uang kembali, serta potongan harga produk.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dengan hadirnya marketplace terdapat
kelemahan yang dapat menyebabkan konsumen mengalami kerugian. Melalui internet
dapat dilakukan suatu kegiatan, yakni berupa kegiatan jual beli yang dilakukan tanpa
tatap muka antara konsumen dan pelaku usaha, serta tidak mengecualikan terjadinya
kecurangan. Kelemahan tersebut termasuk syarat dan ketentuan oleh marketplace secara
sepihak. Syarat dan ketentuan tersebut dapat dimungkinkan hanya menguntungkan
marketplace itu sendiri dengan merugikan pihak konsumen itu sendiri dan dengan begitu
pengelola situs marketplace dapat terhindar dari tanggung jawabnya sebagai pelaku usaha
dikarenakan adanya syarat dan ketentuan yang sudah tersedia di dalam situs marketplace
tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidaktelitian konsumen untuk membaca atau tidak
membaca syarat dan ketentuan pada marketplace tersebut. Pada saat transaksi online telah
dilakukan, pelaku usaha kerap melakukan kecurangan. Bentuk kecurangan yang terjadi
antara lain, ketika konsumen telah membayarkan sejumlah uang secara lunas untuk
pembelian barang, pelaku usaha tidak akan mengirimkan pesanan konsumen, dan
terkadang ketika konsumen telah membeli barang tersebut, produk yang dikirimkan
kepada konsumen tidak sesuai dengan pesanan konsumen. Pengiriman pembayaran atas
pembelian barang disebabkan oleh pelaku usaha yang mengubah daftar harga yang pada
akhirnya bermuara pada terjadinya pembatalan transaksi tanpa konfirmasi terlebih dahulu
kepada konsumen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana persoalan yang terjadi berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat
pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia?
b. Bagaimana dasar hukum yang tepat berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat
pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia?
c. Bagaimana teori yang digunakan dalam kasus kerugian konsumen akibat
pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia?
d. Bagaimana bentuk penyelesaian kasus kerugian konsumen akibat pembatalan
sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat mengambil tujuan dari
penulisan sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui persoalan yang terjadi berdasarkan kasus kerugian konsumen
akibat pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
b. Dapat mengetahui dasar hukum yang tepat berdasarkan kasus kerugian konsumen
akibat pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
c. Dapat mengetahui teori yang digunakan dalam kasus kerugian konsumen akibat
pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
d. Dapat mengetahui bentuk penyelesaian kasus kerugian konsumen akibat
pembatalan sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persoalan yang terjadi berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat pembatalan
sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia
Seperti yang dikutip melalui Detik News pada tanggal 2 Oktober 2018, bahwa terdapat
konsumen Indonesia yang telah melakukan transaksi online melalui Shopee, akan tetapi
mengalami kerugian akibat pembatalan secara sepihak oleh Shopee. Bermula dari adanya seorang
konsumen Indonesia yang bernama Ibu Maya sejak tanggal 5 September 2018, Maya melakukan
pembelian suatu barang di Shopee dengan nomor pesanan (18090520298JQ30). Harga dikurangi
dengan voucher senilai Rp 100.000,- (seratus ribu Rupiah) yang Ibu Maya gunakan. Satu minggu
kemudian, Ibu Maya mengingatkan penjual untuk melakukan pengiriman sebelum batas waktu
pengiriman pada tanggal 20 September 2018. Namun status pesanan tetap dalam pengemasan,
padahal sudah melebihi batas waktu yang ada. Ibu Maya pun sempat menghubungi Shopee
mengenai status pesanannya dan apa yang akan terjadi dengan voucher tersebut bila membatalkan
pesanan, diinformasikan bahwa voucher tidak akan kembali. Ibu Maya kembali menghubungi
penjual untuk mengirimkan pesanan, tetapi sampai tanggal 26 September 2018, pesanan tetap
belum dikirimkan dan setelah dicek, ternyata pihak Shopee membatalkan pesanan secara sepihak.
Tetapi voucher yang digunakan untuk pembayaran sebelumnya, tidak dapat dikembalikan.
Shopee berdalih bahwa voucher tidak dapat dikembalikan setelah pembatalan, padahal di dalam
ketentuan telah tertulis bahwa voucher dapat digunakan kembali setelah pembatalan yang
dilakukan oleh Shopee atau penjual disaat pembatalan tanggal voucher dikategorikan masih valid
atau sah.
Pada kasus ini, pihak Shopee selaku marketplace telah melakukan pembatalan secara
sepihak terhadap konsumen yang dimana konsumen itu sendiri memiliki hak serta kewajiban.
Hak yang dimiliki oleh konsumen sesuai pada Pasal 4 angka (5) dan (8) UUPK telah dilanggar
oleh pihak Shopee yang dalam Pasal tersebut menyatakan, bahwa: Hak untuk mendapatkan
advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
serta hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

B. Dasar hukum yang tepat berdasarkan kasus kerugian konsumen akibat pembatalan
sepihak transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). bentuk perlindungan hukum kepada konsumen Shopee sesuai
dengan uraian diatas mencakup hal-hal, sebagai berikut :
a. Hak Konsumen untuk Mengoptimalkan Pelayanan: Dalam Pasal 1 angka
(2) UUPK menyatakan bahwa konsumen adalah: “Setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, dan orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Konsumen selaku pengguna barang
dan/atau jasa mempunyai hak dan kewajiban. Agar masyarakat dapat
bertindak sebagai konsumen independen utama, penting untuk memahami
berbagai hak konsumen. Hak konsumen untuk mengoptimalkan layanan
yang didapatkan merupakan salah satunya. Konsumen pun berhak
memberikan saran maupun kritik demi mendapatkan pelayanan yang lebih
baik dari sebelumnya. PT Shopee Indonesia selaku penyedia jasa
memberikan fasilitas layanan untuk para konsumen Shopee untuk
memberikan keluhan maupun saran melalui call center 1500702 atau
melalui email di support@shopee.co.id.
b. Konsumen Berhak untuk Menuntut Ganti Rugi: Pemberian perlindungan
terhadap konsumen Shopee, jika penerimaan barang dan/atau jasa tidak
sesuai dengan kesepakatan atau memenuhi persyaratan, maka pihak
Shopee berkewajiban untuk bertanggung jawab menggantikan atau
mengembalikan produk, serta ganti rugi yang diberikan sesuai dalam Pasal
19 UUPK. Kompensasi dapat berupa: Pengembalian uang terhadap barang
dan/atau jasa yang setara; atau perawatan medis dan/atau kompensasi yang
diberikan sesuai dengan hukum yang berlaku.
c. Hak Konsumen untuk Mengadukan Permasalahan: Dalam Pasal 4 UUPK
diatur mengenai hak-hak konsumen. Pengaduan terhadap hak konsumen
yang dilanggar dapat dilakukan melalui kepada lembaga yang berwenang.
Bantuan dapat diperoleh melalui Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat (LPKSM) atau langsung dapat menyelesaikan
masalahnya melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
C. Teori yang digunakan dalam kasus kerugian konsumen akibat pembatalan sepihak
transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia.
Asas kepastian hukum, mengamantkan agar baik pelaku usaha maupun menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelengaraan perlindungan konsumen serta
Negara menjamin kepastian hukumnya.

D. Bentuk penyelesaian kasus kerugian konsumen akibat pembatalan sepihak


transaksi jual beli oleh PT. Shopee Indonesia
Perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen Shopee terlihat dari
adanya regulasi yang mengatur tentang perlindungan hak konsumen dan pemberian
kompensasi, berdasarkan perlindungan hukum yang diberikan UUPK kepada konsumen
Shopee. Klaim dapat diajukan apabila konsumen mengalami kerugian sesuai UUPK,
sehingga memberikan kepastian hukum kepada konsumen. Pemerintah serta masyarakat
pun memiliki peran yang sangat penting dalam perlindungan konsumen melalui fungsi
pengawasan. Pengawasan tersebut dapat terlihat dari terbentuknya LPKSM sebagai
wadah untuk secara bersama-sama memperjuangkan, memberikan nasihat, menyebarkan
informasi, dan membantu konsumen dalam memperjuangkan hak-haknya. Konsumen
yang merasa dirugikan juga dapat melaporkan kerugiannya kepada YLKI dan BPSK atau
melalui jalur litigasi. Pengawasan terhadap situs e-commerce pun dilakukan guna
menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi.
Shopee bertanggung jawab atas konsumen yang mengalami kerugian telah diatur
sepenuhnya melalui syarat dan ketentuan penggunaan layanan yang dapat diakses pada
situs belanja Shopee. Bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah melalui penyediaan
sarana pelaporan konsumen mengenai kerugiankerugian yang dialami konsumen,
pemblokiran konten-konten negatif, pemberian garansi Shopee, pengembalian dana
kepada konsumen, menindaklanjuti akun-akun palsu pelaku usaha, serta perlindungan
terhadap data-data pribadi dan kartu kredit konsumen. Shopee bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian konsumen yang terjadi akibat kegagalan pada sistem portal website.
Bentuk penggantian kerugian yang diberikan dapat berupa pengembalian dana maupun
penggantian terhadap barang rusak. Walaupun demikian, Shopee juga memiliki batasan-
batasan dalam bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persoalan yang terjadi bahwa terdapat konsumen Indonesia yang telah melakukan
transaksi online melalui Shopee, akan tetapi mengalami kerugian akibat pembatalan secara
sepihak oleh Shopee, berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). bentuk perlindungan hukum kepada konsumen Shopee sesuai dengan uraian
diatas mencakup, Asas kepastian hukum, mengamantkan agar baik pelaku usaha maupun
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelengaraan perlindungan konsumen serta
Negara menjamin kepastian hukumnya. Konsumen yang merasa dirugikan juga dapat
melaporkan kerugiannya kepada YLKI dan BPSK atau melalui jalur litigasi. Pengawasan
terhadap situs e-commerce pun dilakukan guna menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam
bertransaksi. Shopee bertanggung jawab atas konsumen yang mengalami kerugian telah diatur
sepenuhnya melalui syarat dan ketentuan penggunaan layanan yang dapat diakses pada situs
belanja Shopee. Bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah melalui penyediaan sarana
pelaporan konsumen mengenai kerugiankerugian yang dialami konsumen, pemblokiran konten-
konten negatif, pemberian garansi Shopee, pengembalian dana kepada konsumen,
menindaklanjuti akun-akun palsu pelaku usaha, serta perlindungan terhadap data-data pribadi
dan kartu kredit konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, AZ. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit Media, 2002.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang UndangUndang
Perlindungan Konsumen.
Shopee, Konsumen. “Kebijakan Toko Online Shopee.co.id yang Merugikan Konsumen.”
http://www.kompasiana.com. Diakses tanggal 16 Juli 2023

Anda mungkin juga menyukai