Anda di halaman 1dari 15

Nama : Ade TS Silaban

NPM : B1A021261
Kelas : A
BAHASA INDONESIA

1. Hakikat Karya Tulis Ilmiah Pupuler


Ada banyak pengertian karya tulis populer. Beberapa para ahli memberikan pemikirannya
tentang definisi karya tulis tersebut. Sebelum membahas satu per satu pengertian karya tulis
ilmiah menurut para ahli, ada baiknya kamu memahami pengertiannya secara etimologis. Jadi,
karya tulis ilmiah populer terdiri dari tiga kata yang mempunyai pengertiannya masing-masing.
yakni tulisan, ilmiah, dan populer.
1.Tulisan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, tulisan adalah hasil menulis atau karangan
dalam majalah, surat kabar, buku, atau karya tulis lainnya. Sementara itu, berdasarkan Slamet
Suseno, tulisan adalah istilah dipakai untuk menyatakan karya tulis yang dibuat.
Misalnya, tulisan, karangan, atau pernyataan gagasan orang lain. Nah seseorang yang menulis
karya-karya tersebut dengan penulis. Mengapa disebut penulis, bukan pengarang?
Karena orang tersebut meringkas atau merangkum, dan menggabungkan semua informasi
menjadi satu sehingga lahir karya tulis baru.
2.Ilmiah
Sementara itu, ilmiah adalah sesuatu yang bersifat ilmu atau memenuhi kaidah ilmu
pengetahuan. Karenan tulisan ditulis dengan mempertimbangkan kaidah kelimuan, makanya
disebut karya tulis ilmiah. Ciri khususnya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah. Jadi topik
atau isu tertentu tidak dibahas secara asal, melainkan ditulis dengan memakai kaidah ilmiah
seperti dilengkapi dengan atau yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk bahasa dan tata
tulisnya pun tidak boleh sembarangan yakni harus baku.
Selain itu, karya tulis ilmiah harus memperhatikan prinsip-prinsip keilmuan. Misalnya objektif,
empiris atau sesuai dengan fakta, logis, jelas, sistematis, konsisten, dan lugas. Awalnya karya
tulis ilmiah harus ditulis dengan berlandaskan penelitian ilmiah. Namun seiring berkembangnya
waktu, definisi tersebut pun bergeser.
Karya tulis ilmiah harus dianalisis oleh ahlinya, dalam hal ini contohnya adalah penulisan
makalah, tesis, skripsi, artikel ilmiah, disertasi, dan sebagainnya. Bila disandingkan kata
“populer”, karya tulis ilmiah pun mengalami perubahan makna. Tidak sama dengan pengertian
sebelumnya. Untuk itu, perhatikan pengertian kata “populer” dalam penjelasan selanjutnya agar
kamu menemukan definisi karya tulis ilmiah populer yang tepat.
3.Populer
Kata “populer” mungkin tak asing selama ini. Ya, kata yang berarti disukai atau dikenal banyak
orang (umum) ini memang cukup sering kamu dengar di kehidupan sehari-hari. Populer juga
dapat diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam arti lain
populer adalah sesuatu yang mudah dipahami banyak orang karena bersifat familier. Selain itu,
kata “populer” identik dengan penggunaan bahasa yang cenderung santai dan mudah dicerna.
Berdasarkan pengertian ini, maka gaya bahasa karya tulis ilmiah populer lebih santai daripada
karya tulis ilmiah.
Setelah memahami tiga kata di atas, maka karya tulis ilmiah populer adalah karya tulis yang
dibuat dengan menggunakan standar atau kaidah ilmiah. Hanya saja, karya tulis ilmiah memakai
bahasa yang lebih santai dana cenderung tidak kaku. Sehingga karya tulis ilmiah populer lebih
mudah dipahami oleh pembaca. Alih-alih membosankan, pembaca justru lebih menikmati bacaan
ilmiah dengan gaya bahasa yang sederhana. Biasanya karya tulis ini ditulis dengan cara
menyadur, mengutip, dan meramu informasi dari berbagai tulisan orang lain. Jadi karya tulis
populer tidak bisa dikatakan sebagai gagasan murni , pendapat, atau pernyataan penulis sendiri.
Namun perlu diingat, meski ditulis dengan gaya yang lebih sederhana dan ringan, tulisan tersebut
masih bersifat ilmiah, ya. Artinya tetap memperhatikan kaidah keilmuan seperti penggunaan data
yang jelas dan pencantuman sumber rujukan yang tepat pula.
Sebagai teks populer, karya tulis ilmiah ini disajikan dalam bentuk bahasa yang mudah
dimengerti oleh orang awam. Karena kelebihan tersebut, karya ilmiah populer dianggap lebih
tepat digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat ilmiah dengan cara yang yang
mudah dicerna oleh banyak orang. Sehingga pesan atau informasi yang ingin disampaikan pun
dapat ditangkap oleh pembaca dengan baik. Dengan karakteristik tersebut, teks ini digunakan
sebagai media persuasi yang bagus untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.
Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
1. Berbeda dengan karya tulis ilmiah, ilmiah populer memiliki karakteristik sendiri
diantaranya sebagai berikut:
2. Karena menggunakan bahasa yang sederhana, judul teks harus informatif dan maknanya
mudah ditangkap oleh pembaca. Hal ini dilakukan agar pembaca tidak kebingungan
3. Biasanya teks populer disajikan secara argumentatif dan deskriptif. Untuk itu, tulisan
ilmiah populer berisi deskripsi mengenai gagasan-gagasan yang ingin disampaikan
penulis dengan tampilan yang sederhana dan menarik
4. Bahasa digunakan tidak terlalu ilmiah. Sehingga informasi yang disampaikan dapat
dimengerti dengan mudah oleh masyarakat
5. Gagasan yang dituliskan dalam teks populer bersifat mudah dicerna. Sehingga tulisan ini
tidak menimbulkan pernyataan yang membuat pembaca berpikir dua kali
6. Penjelasan yang terkandung dalam karya tulis ilmia populer dibuat dengan metode
bercerita atau story telling. Jadi penjelasannya tidak dibuat cara langsung pada inti
permasalahannya
7. Karakteristik karya tulis ilmiah berikutnya adalah tulisan ini dibuat datau didesain agar
pembaca ikut merasakan secara langsung dan mengalami permasalahan yang sedang
dibahas
Struktur Penulisan Karya Ilmiah Populer
Untuk struktur tulisan ilmiah populer pun cukup ringkas dan padat. Lumrahnya karya tulis ilmiah
populer hanya beberapa lembar saja. Berbeda dengan karya ilmiah yang ditulis dalam jumlah
banyak. teks populer lebih sederhana yakni sekitar 3-5 halaman.
Lantaran lebih ringkas, struktur tulisannya pun hanya terdiri dari 4 bagian yaitu:
1.Judul
Seperti judul pada umumnya, judul teks populer harus mencerminkan isi teks. Namun ciri khas
judul teks populer adalah lebih sederhana, komunikatif dan menarik. Jadi judul ini lebih mudah
menarik perhatian dan memenatik rasa penasaran pembaca ketimbang judul skripsi atau karya
ilmiah.
2.Pendahuluan
Bagian menjelaskan dengan jelas dan padat mengenai topik yang dibahas. Penulis menerangkan
pokok dan urgensi permasalahan. Sehingga pembaca pun memahami mengapa topik tersebut
patut atau layak dibicarakan lebih dalam.
3.Badan/Isi
Sementara itu, badan atau isi mengenai pandangan dan analisis penulis tentang topik yang
dibahas. Biasanya penulis akan menambahkan beberapa argumen ahli dan data yang mendukung.
Badan atau isi teks populer tidak sedetail seperti karya tulis ilmiah. Tak heran bila isinya pun
cukup terbatas.
4.Penutup
Bagian terakhir, teks populer diakhiri dengan penutup. Isinya adalah kesimpulan penulis atas
topik yang dianalisisnya. Selain itu, penulis bisa menyelipkan saran atau solusi untuk mengatasi
permasalahan yang dikaji.
Jenis-jenis Karya Ilmiah Populer
Kalau karya tulis ilmiah terdiri dari skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian, maka teks
populer pun memiliki jenis atau macam-macamnya sendiri. Beberapa jenis karya tulis ilmiah
populer diantaranya adalah:
1.Esai
Esai adalah karangan prosa yang berisi topik atau masalah tertentu. DItulis dengan sudut
pandangan sang penulis, esai merupakan opini, pandangan, atau ekspresi pribadi yang
dituangkan dalam dalam bentuk tulisan. Meski begitu, esai tetap ditulis dengan argumen yang
jelas dan kuat.
2.Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah pun tergolong sebagai teks populer. Isinya adalah ilmu pengetahuan yang
memaparkan fakta tertentu. Ditulis dengan metodologi yang benar tapi dengan bahasa yang
ringan.
3.Opini
Opini merupakan teks populer yang berisi pendapat, ide, pikiran penulis mengenai topik tertentu.
Umumnya teks ini bersifat tidak objektif. Namun isinya tetap mengedepankan argumen dan data
yang jelas. Contoh tulisan opini yang paling mudah ditemukan adalah opini yang dipublikasikan
di media massa.

2. Kegunaan Karya Tulis Ilmiah Populer


Manfaat karya ilmiah dapat kita kelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat untuk masyarakat luas
dan manfaat untuk penulis sendiri. Sesuai dengan fungsinya, untuk masyarakat luas, karya ilmiah
dapat dimanfaatkan sebagai rujukan (reference), sumber perluasan wawasan, serta sumber
informasi perkembangan ilmu dan teknologi. Khusus bagi penulis, penulisan karya ilmiah
mempunyai manfaat yang sangat besar. Si Kumbang, yang dikutip oleh Zainal Arifin (1993)
menyebutkan enam manfaat sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena ia harus membaca berbagai
rujukan sebelum menulis.
2. Memberikan kesempatan berlatih mengintegrasikan hasil bacaan dengan gagasan sendiri,
kemudian mengembangkannya menjadi pemikiran yang lebih matang.
3. Mengakrabkan penulis dengan kegiatan perpustakaan, seperti menggunakan katalog dalam
mencari buku yang diperlukan.
4. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta dan data secara
jelas dan sistematis.
5. Memberikan kepuasan intelektual, yaitu satu kepuasan yang berkaitan dengan kemampuan
untuk menyajikan satu khazanah pengetahuan.
6. Menyumbang perluasan cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat

3. Syarat Karya Tulis Ilmiah Pupuler


Berikut syarat karya ilmiah yang harus dipenuhi.
1. Komunikatif
Karya ilmiah yang baik memiliki sifat komunikatif. Hal ini bisa terlihat dari bahasa yang
digunakan. Agar mudah dipahami oleh orang lain, gunakan bahasa efektif dengan tetap
mematuhi kaidah penulisan ilmiah.
2. Bersifat denotatif
Membuat karya ilmiah tidak sama dengan membuat karya jenis fiksi ataupun nonfiksi. Dalam
penyusunan karya ilmiah harus menggunakan kata yang bersifat denotative. Hal ini untuk
mempermudah pembaca dalam memahami isi karya ilmiah yang ditulis.
3. Bernalar
Ketika kamu mulai menyusun karya ilmiah, sebaiknya tidak menggunakan perasaan yang dapat
menyentuh hati pembaca. Karya ilmiah disusun dengan logika dan nalar sebagai salah satu syarat
karya ilmiah. Hal ini akan membantu pembaca menangkap makna dari karya ilmiah yang sudah
dibuat.
4. Landasan teori kuat
Karya ilmiah yang memenuhi syarat harus yang memiliki landasan teori. Karya ilmiah tidak
dibuat dengan asal dan tanpa teori yang mendasarinya. Selain itu, hasil dari penelitian atau
pengamatan juga harus dikorelasikan dengan teori yang sudah ada.
5. Tulisan relevan dengan ilmu tertentu
Selain landasan teorinya yang kuat, karya ilmiah juga harus relevan dengan ilmu tertentu. Kamu
harus mengkaitkan dengan ilmu yang dipelajari dengan sumber yang terpercaya. Jadi, pastikan
referensi yang kamu gunakan valid ya?
6. Bertanggung jawab
Karya ilmiah yang sudah kamu buat haruslah bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu, dalam
proses pembuatannya gunakan kaidah penelitian yang sistematis dan menggunakan metodologi
penelitian yang tepat.

4. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Populer


1. Pendahuluan
Bagian ini menguraikan hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan memberikan acuan
terhadap permasalahan yang dibahas, misalnya menonjolkan hal-hal kontroversial atau belum
tuntas dalam permbahasan permasalahan terkait dalam artikel-artikel atau naskah lain yang telah
dipublikasikan.
2. Inti atau Isi
Isi bagian ini sangat bervariasi, berisi kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan
pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan. Kupasan yang argumentatif,
analitik, dan kritis serta sistematika yang runtut dan logis serta berciri komparatif dan menjauhi
sifat tertutup dan instruktif. Isi bagian ini jangan terlalu panjang dan menjadi bersifat enumeratif
seperti halnya diktat atau laporan.
3. Penutup
Penutup biasanya berisi tentang kesimpulan atau penegasan penulis atas masalah yang dibahas
pada bagian sebelumnya atau menampilkan segala yang telah dibahas terdahulu secara ringkas.
Tulisan ilmiah yang tersaji dengan menggunakan bahasa dan forum yang lebih populer disebut
dengan tulisan ilmiah populer, seperti tulisan yang dimuat di surat kabar.
Perlu ditekankan bahwa sebagai sebuah titian yang menjembatani dunia ilmiah dengan
masyarakat umum, tulisan ilmiah populer memiliki peran penting dalam misi pencerdasan
kehidupan umat. Standar kecanggihan sebuah tulisan ilmiah populer tidaklah terletak pada
bahasa ilmiah yang membingungkan. Justeru ia menemukan nilainya di pemilihan bahasa yang
mampu dicerna orang banyak. Di situlah ia menemukan hakikat populer yang melekat di ujung
namanya.

Contoh karya tulis mengenai Hukum yang Berjudul : PENEGAKAN HUKUM TINDAK
PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada perkembangan teknologi yang semakin canggih, masyarakat dihadapkan dengan
informasi yang sangat membantu meringankan pekerjaan manusia. Dengan kecanggihan pada
era modern sekarang ini penegak hukum dituntut untuk cermat danpintar dalam menangani kasus
termasuk juga kejahatan di dunia maya.
Dengan adanya kebebasan dan kemudahan, masyarakat sering lupa bahwa dalam
berekspresi dan menyampaikan pendapat harus menjaga perilaku dan etika dalam berinteraksi
melalui media sosial terutama media elektronik, sehingga memicu perbuatan-perbuatan yang
melawan hukum seperti pencemaran nama baik, penipuan,penistaan dan lain sebagainya.
Dilihat dari KUHP pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaanatau penistaan
terhadap seseorang. Hak atas kebebasan berpendapat melalui media apapun adalah hak yang
bersifat universal dan fundamental. pernyataan pendapat seseorang di media dapat dikenakan
tindak pidana, dalam hal ini ketentuan di dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang ITE
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 tahun 2008 Pasal 27 ayat
(3) dinyatakan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau dapat diaksesnya InformasiElektronik dan/atau Dokumen elektronik
yang memiliki muatan pencemaran namabaik” dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 19
tahun 2016 pasal 27 ayat (3)yang menyatakan “ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuan
pencemaran nama baik dan/atau fitnah yang diatur dalam KUHP” Pasal tersebut hanya ada
mendistribusikan tidak adanya mentransmisikan.
Ada satu kasus dimana seseorang melakukan penghinaan melalui media sosial, melalui
pesan pribadi (tidak dapat diakses orang banyak) namun pelaku tidak dapat dijerat pasal 27 ayat
(3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tahun Nomor 11 tahun 2008, terdapat
kata menstransmisikan dimana arti transmisi adalah menyebarkan satu orang ke orang lain.
Sehingga terdapat keraguan dalam penegakan hukum dalam pencemaran nama baik melalui
media sosial.
Untuk menyelesaikan penelitian ini, penyusun menggunakan penelitian hukum normatif
dan hukum empiris. Pada penelitian ini penyusun mengkaji peraturan yangada dalam Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, KUHP dan data yang ditemukan dilapangan
penelitian mengenai penghinaan atau pencemaran nama baik. Sehubungan dengan jenis
penelitian yang digunakan, yaitu penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan komparatif.
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan bahan yang
digunakan adalah dengan cara mengkaji kerangka normatif dengan menggunakan bahan hukum
yang membahas tentang tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial khususnya
dalam KUHP dan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dikumpulkan
bahan hukum lain melalui studi literatur yakni perpustakaan, e-jurnal, dan internet. Analisis
bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penafsiran-
penafsiran hukum, yaitu penafsiran tata bahasa atau gramatikal (grammaticale interpretative),
penafsiran sistematis, penafsiran Ekstensif (extensieve interpretative), penafsiran autentik,
penafsiran futuristik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial
2. Bagaimana Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial

C. Tujuan Penilitian
1. Dapat mengetahui Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial
2. Dapat mengetahui Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media
Sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial


Pencemaran nama baik melalui media sosial merupakan tindak pidana apabila menuduh
dengan cara membuat pernyataan salah satu pihak merasa dirugikan yang berakibat tercermanya
dan ternodanya nama baik, oleh karena itu perbuatan kejahatan menghina dapat berakibat
tuntutan pidana di pihak yang merasa dihina dan harus dibuktikan kebenarannya dalam proses
penyidikan dan penyelidikan pihak Kepolisian.
Dalam KUHP pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaan/penistaan terhadap
seseorang pernyataan hal ini terdapat dalam Buku I KUHP khususnya pada pasal 310 ayat (1)
Barang siapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia
melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum
karena menista, dengan hukuman penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. (2) Kalau hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang
disiarkan, dipertunjukan pada umum atau ditempelkan, maka yang berbuat dihukum karena
menista dengan tulisandengan hukuman penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Tidak termasuk menista atau menista
dengan tulisan, jika ternyata bahwa si pembuat melakukan hal itu untuk kepentingan umum atau
lantaran terpaksa perlu untuk mempertahankan dirinya sendiri.
Dan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 27 ayat (3) setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan pencemaran nama baik.
B. Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial
Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini adalah Polisi. Akan tetapi ketentuan yang mengenai
tugas dan kewenangan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan instansi Kepolisian. Sistem peradilan dalam menyelesaikan perkara tindak
pidana pencemaran nama baik melalui media sosial yaitu sebagai berikut:
a. Adanya laporan atau pengaduan pencemaran nama baik melalui media sosial. Penghinaan atau
pencemaran nama baik dapat diproses secara hukum, oleh karenanya sebagai delik aduan maka
yang boleh melaporkan tentang adanya dugaan pencemaran nama baik hanyalah orang yang
menjadi “korban” secara langsung,
b. Adanya dugaan peristiwa pidana yang telah terjadi. Unsur yang dikategorikan sebagai
pencemaran nama baik harus dipenuhi adalah:
1) Adanya hal atau keadaan yang tidak benar yang dikomunikasikan lewat internet.
2) Hal atau keadaan tersebut mengenai diri seseorang atau suatu badan.
3) Hal atau keadaan tersebut dipublikasikan kepada orang lain.
4) Publikasi tersebut mengakibatkan kerugian bagi seseorang yang menjadi objek.
c. Adanya dugaan peristiwa pidana yang telah terjadi, Tempos delicty atau waktu kejadian untuk
menerangkan waktu peristiwa pidana itu terjadi, dengan adanya waktu pidana tersebut akan
memberikan pemahaman kapan peristiwa pidana itu terjadi.
d. Tempat atau lokasi terjadinya tindak pidana pencemaran nama baik.
Lembaga Penyidik tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial telah
berjalan semenjak di sahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang-Undang
nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Penyidikan suatu istilah yang dimaksudkan dengan pengertian opsporing (Belanda) dan
investigation (Inggris) atau penyiasatan atau siasat (Malaysia), Oleh karena itu Polri adalah
lembaga memiliki wewenag untuk menyidik suatu tindak pidana sesuai dengan Pasal 1 angka 2
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Pembuktian merupakan tahapan yang memegang peranan dalam proses di penyelidikan
karena menentukan dapat atau tidak dilanjutkannya suatu perkara pidana. Di dalam pemuktian
tindak pidana pencemaran nama baik yang menjadi barang bukti adalah barang yang digunakan
oleh tersangka dalam melakukan tindak pidana seperti akun, email dan passwordnya, handphone,
memori handphone, nomor handphone yang digunakan dan komputer, Keterangan saksi,
Keterangan ahli, Surat, Petunjuk dan Keterangan terdakwa.
Penangkapan sejajar dengan arrest, sedangkan penahanan dengan detention jangka waktu
penangkapan tidak lama dalam hal tertangkap tangan, penangkapan hanya berlangsung antara
ditangkapnya tersangka sampai ke Pos Polisi terdekat. bahwa terdapat perubahan pada proses
penahanan terhadap tersangka tindak pidana pencemaran nama baik yakni, tidak dapat dilakukan
penahanan pada tindak pidana pencemaran nama baik tidak diadakan penangkapan ataupun
penahanan dikarenakan pidana penjara yang diberikan dibawah 5 tahun.
Dalam pasal 43 ayat (3) yaitu Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem
elektronik yang terkait dengan dugaan tindak pidana harus dilakukan atas izin ketua Pengadilan
negeri setempat.
Berdasarkan wawancara dengan Penyidik cyber Ditreskrimsus Polda NTB
penggeledahan dilakukan apabila unsur tindak pidana pencemaran nama baik terpenuhi
sedangkan penyitaan dilakukan dengan mengambil data dan alat yang digunakan.
Setelah berkas dinyatakan P21 (Pemberitahuan bahwa hasil penyidikan sudah lengkap)
oleh pihak Kejaksaan maka wewenang untuk melakukan penyidikan sudah diserahkan ke
Kejaksaan. Dalam tahap ini berakhir pula tugas Kepolisian. Namun apabila pihak Kejaksaan
berkas perkara menyatakan P19 (Pengembalian Berkas Perkara untuk dilengkapi). Hal ini
dikarenakan kurangnya barang bukti dan kelengkapan lain yang membuat berkas tidak
memenuhi unsur tindak pidana pencemaran nama baik, Sehingga penyidik harus mengumpulkan
bukti yang lain atau mengirimkan SP3 (Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan) kepada
pihak pelapor, hal ini tercantum pada Pasal 109 ayat (2).
Apabila serangkaian tindakan penyelidkan dan penyidikan telah dinyatakan lengkap oleh
jaksa penuntut umum, atau dikenal dengan perkara telah dinyatakan P.21, yang berarti berkas
perkara sudah lengkap kemudian tugas penyidik berikutnya adalah menyerahkan berkas perkara
dan sekaligus tersangkanya kepada jaksa penuntut umum, setelah ada pernyataan penyerahan
perkara dan tersangkanya atau yang dikenal pula dengan sebutan penyerahan berkas perkara
tahap dua, maka tugas Polri selaku penyidik telah selesai. Tugas selanjutnya terhadap perkara itu
sepenuhnya berada pada kewenangan jaksa penuntut umum, yaitu menyiapkan surat dakwaan
Selanjutnya Majelis Hakim mempersilahkan Jaksa Penuntut Umum untuk membacakan
surat dakwaan, sesuai Pasal 143 KUHAP menentukan syarat surat dakwaan yang berisi:
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah dibuatnya hari sidang, pada minggu
berikutnya memeriksa para saksi-saksi, adalah orang yang pertama kali mengetahui secara
langsung tindak pidana pencemaran nama baik tersebut.
Apabila barang bukti telah dinyatakan lengkap dan saksi-saksi sudah ditanyakan maka
proses selanjutnya adalah pemeriksaan terdakwa, rangkaian ini menandai akan selesainya proses
persidangan untuk menentukan salah atau tidaknya, berat ringannya putusan hakim walaupun
dalam tindak pidana pencemaran nama baik terdakwa tidak ditahan namun agar tegaknya hukum
maka proses persidangan tetap akan dijalani sesuai dengan Undang-Undang dan Kitab Hukum
Acara Pidana.
Mengenai putusan yakni berdasarkan Pasal 1 butir 11 KUHAP putusan pengadilan adalah
pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka untuk umum yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, maka penyusun
simpulkan yaitu: 1. Dapat diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan
pencemaran nama baik sudah diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Nomor 11 tahun 2008
berikut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dalam penjelasan pasal 27
ayat (3), namun terdapat pertentangaan hukum antara pasal materiil dengan penafsiran
autentik dimana dalam penjelasan pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 menyatakan hanya sesuai dengan pasal pencemaran nama baik atau penghinaan dan
pada KUHP artinya penghinaan itu harus diketahui oleh lebih dari satu orang sedangkan
dalam pasal materiil ada unsur mentransmisikan yakni dikirimkan kepada satu pihak.
2. Namun penyidik mengalami kendala dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran
nama baik melalui pesan pribadi yaitu pada pasal pokok salah satu unsur
(mentransmisikan yang menurut penjelasan pasal 27 ayat (1) mentransmisikan adalah
mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ditujukan kepada
satu pihak lain melalui sistem elektronik sedanagkan, dalam penjelasan pasal 27 ayat (3)
harus sesuai dengan Undang-Undang pencemaran nama baik sesuai dengan KUHP yakni
harus didepan umum, sehingga terdapat keraguan penyidik untuk menjerat pelaku
kejahatan.
B. Saran
1. Peran Pemerintah untuk segera merevisi Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik utamanya pasal 27 ayat (3) mengingat terdapat perbedaan antara pasal pokok
dengan penjelasan.
2. Pelatihan guna meningkatkan kemampuan penyidik tindak pidana cyber crime dan
mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan
penyidik tindak pidana cyber crime.
3. Masyarakat sebagai pengguna teknologi harus pintar dalam menggunakan sosial media,
agar dalam mengungkapkan pendapat atau mengomentari setiap hal yang ada di media
sosial tetap mempedomani norma-norma yang berlaku agartidak sampai terjerat hukum.

Anda mungkin juga menyukai