Anda di halaman 1dari 9

Karya Tulis Ilmiah Populer:

Pengertian, Karakteristik, dan Contohnya

Daftar Isi
• Pengertian Karya Tulis Ilmiah Populer
o 1.Tulisan
o 2.Ilmiah
o 3.Populer

• Karakteristik Karya Tulis Ilmiah


• Struktur Penulisan Karya Ilmiah Populer
o 1.Judul
o 2.Pendahuluan
o 3.Badan/Isi
o 4.Penutup
• Jenis-jenis Karya Ilmiah Populer
o 1.Esai
o 2.Artikel Ilmiah
o 3.Opini
• Contoh Karya Tulis Ilmiah Populer
Pengertian Karya Tulis Ilmiah Populer
Ada banyak pengertian karya tulis populer. Beberapa ahli memberikan pemikirannya
tentang definisi karya tulis tersebut.
Sebelum membahas satu per satu pengertian karya tulis ilmiah menurut para ahli, ada
baiknya kamu memahami pengertiannya secara etimologis. Jadi, karya tulis ilmiah
populer terdiri dari tiga kata yang mempunyai pengertiannya masing-masing.
yakni tulisan, ilmiah, dan populer.
1. Tulisan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, tulisan adalah hasil menulis atau
karangan dalam majalah, surat kabar, buku, atau karya tulis lainnya. Sementara itu,
berdasarkan Slamet Suseno, tulisan adalah istilah dipakai untuk menyatakan karya tulis
yang dibuat.
Misalnya, tulisan, karangan, atau pernyataan gagasan orang lain. Nah seseorang yang
menulis karya-karya tersebut dengan penulis. Mengapa disebut penulis, bukan
pengarang?
Karena orang tersebut meringkas atau merangkum, dan menggabungkan semua
informasi menjadi satu sehingga lahir karya tulis baru.
2. Ilmiah
Sementara itu, ilmiah adalah sesuatu yang bersifat ilmu atau memenuhi kaidah ilmu
pengetahuan. Karenan tulisan ditulis dengan mempertimbangkan kaidah kelimuan,
makanya disebut karya tulis ilmiah. Ciri khususnya, karya ilmiah menggunakan metode
ilmiah. Jadi topik atau isu tertentu tidak dibahas secara asal, melainkan ditulis dengan
memakai kaidah ilmiah seperti dilengkapi dengan atau yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk bahasa dan tata tulisnya pun tidak boleh
sembarangan yakni harus baku.
Selain itu, karya tulis ilmiah harus memperhatikan prinsip-prinsip keilmuan. Misalnya
objektif, empiris atau sesuai dengan fakta, logis, jelas, sistematis, konsisten, dan lugas.
Awalnya karya tulis ilmiah harus ditulis dengan berlandaskan penelitian ilmiah. Namun
seiring berkembangnya waktu, definisi tersebut pun bergeser.
Karya tulis ilmiah harus dianalisis oleh ahlinya, dalam hal ini contohnya adalah penulisan
makalah, tesis, skripsi, artikel ilmiah, disertasi, dan sebagainnya. Bila disandingkan kata
“populer”, karya tulis ilmiah pun mengalami perubahan makna. Tidak sama dengan
pengertian sebelumnya. Untuk itu, perhatikan pengertian kata “populer” dalam
penjelasan selanjutnya agar kamu menemukan definisi karya tulis ilmiah populer yang
tepat.
3. Populer
Kata “populer” mungkin tak asing selama ini. Ya, kata yang berarti disukai atau dikenal
banyak orang (umum) ini memang cukup sering kamu dengar di kehidupan sehari-hari.
Populer juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam arti lain populer adalah sesuatu yang mudah dipahami banyak orang karena
bersifat familier. Selain itu, kata “populer” identik dengan penggunaan bahasa yang
cenderung santai dan mudah dicerna. Berdasarkan pengertian ini, maka gaya bahasa
karya tulis ilmiah populer lebih santai daripada karya tulis ilmiah.
Setelah memahami tiga kata di atas, maka karya tulis ilmiah populer adalah karya
tulis yang dibuat dengan menggunakan standar atau kaidah ilmiah. Hanya saja, karya
tulis ilmiah memakai bahasa yang lebih santai dana cenderung tidak kaku. Sehingga
karya tulis ilmiah populer lebih mudah dipahami oleh pembaca. Alih-alih membosankan,
pembaca justru lebih menikmati bacaan ilmiah dengan gaya bahasa yang sederhana.
Biasanya karya tulis ini ditulis dengan cara menyadur, mengutip, dan meramu informasi
dari berbagai tulisan orang lain. Jadi karya tulis populer tidak bisa dikatakan sebagai
gagasan murni , pendapat, atau pernyataan penulis sendiri.
Namun perlu diingat, meski ditulis dengan gaya yang lebih sederhana dan ringan, tulisan
tersebut masih bersifat ilmiah, ya. Artinya tetap memperhatikan kaidah keilmuan seperti
penggunaan data yang jelas dan pencantuman sumber rujukan yang tepat pula.
Sebagai teks populer, karya tulis ilmiah ini disajikan dalam bentuk bahasa yang mudah
dimengerti oleh orang awam. Karena kelebihan tersebut, karya ilmiah populer dianggap
lebih tepat digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat ilmiah dengan cara
yang yang mudah dicerna oleh banyak orang. Sehingga pesan atau informasi yang ingin
disampaikan pun dapat ditangkap oleh pembaca dengan baik. Dengan karakteristik
tersebut, teks ini digunakan sebagai media persuasi yang bagus untuk mempengaruhi
lingkungan sekitar.

Berikut ini adalah pengertian karya tulis ilmiah populer:


Karya ilmiah populer menurut Imron adalah tulisan yang memberi wacana atas
persoalan sosial dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif. Alhasil tulisan tersebut
tidak hanya dibaca oleh kalangan akademisi, tapi juga bisa dinikmati oleh masyarakat
umum. Dalam padangan Imron, karya tulis ilmiah populer disebut juga dengan “opini”.
Artinya, pandangan ilmiah seseorang tentang suatu masalah yang bisa
dipertanggungjawabkan berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang
lebih popular agar bisa dimengerti oleh berbagai kalangan. Namun tetap berpegang pada
kaidah ilmiah, tulisan opini yang baik pun membutuhkan riset demi menguatkan
argumentasi dan menekankan gagasan penulis.

Sementara itu, menurut Sujarwo, Ilmiah populer adalah tulisan dibuat untuk
menghubungkan ilmu dan orang awam. Selama ini tulisan ilmiah seperti dalam jurnal
ditulis untuk kalangan elit saja. Padahal sejatinya, tulisan ilmiah harus memberikan
kemaslahatan untuk banyak orang Tapi bila hanya bisa dimengerti oleh kalangan tertentu
saja, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai.

Karakteristik Karya Tulis Ilmiah Populer


Berbeda dengan karya tulis ilmiah, ilmiah populer memiliki karakteristik sendiri
diantaranya sebagai berikut:
1. Karena menggunakan bahasa yang sederhana, judul teks harus informatif dan
maknanya mudah ditangkap oleh pembaca. Hal ini dilakukan agar pembaca tidak
kebingungan
2. Biasanya teks populer disajikan secara argumentatif dan deskriptif. Untuk itu,
tulisan ilmiah populer berisi deskripsi mengenai gagasan-gagasan yang ingin
disampaikan penulis dengan tampilan yang sederhana dan menarik
3. Bahasa digunakan tidak terlalu ilmiah. Sehingga informasi yang disampaikan
dapat dimengerti dengan mudah oleh masyarakat
4. Gagasan yang dituliskan dalam teks populer bersifat mudah dicerna. Sehingga
tulisan ini tidak menimbulkan pernyataan yang membuat pembaca berpikir dua
kali
5. Penjelasan yang terkandung dalam karya tulis ilmiah populer dibuat dengan
metode bercerita atau story telling. Jadi penjelasannya tidak dibuat cara langsung
pada inti permasalahannya
6. Karakteristik karya tulis ilmiah berikutnya adalah tulisan ini dibuat datau didesain
agar pembaca ikut merasakan secara langsung dan mengalami permasalahan
yang sedang dibahas
Struktur Penulisan Karya Ilmiah Populer
Untuk struktur tulisan ilmiah populer pun cukup ringkas dan padat. Lumrahnya karya
tulis ilmiah populer hanya beberapa lembar saja. Berbeda dengan karya ilmiah yang
ditulis dalam jumlah banyak. teks populer lebih sederhana yakni sekitar 3-5 halaman.
Lantaran lebih ringkas, struktur tulisannya pun hanya terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Judul
Seperti judul pada umumnya, judul teks populer harus mencerminkan isi teks. Namun ciri
khas judul teks populer adalah lebih sederhana, komunikatif dan menarik. Jadi judul ini
lebih mudah menarik perhatian dan memenatik rasa penasaran pembaca ketimbang judul
skripsi atau karya ilmiah.
2. Pendahuluan
Bagian menjelaskan dengan jelas dan padat mengenai topik yang dibahas. Penulis
menerangkan pokok dan urgensi permasalahan. Sehingga pembaca pun memahami
mengapa topik tersebut patut atau layak dibicarakan lebih dalam.
3. Badan/Isi
Sementara itu, badan atau isi mengenai pandangan dan analisis penulis tentang topik
yang dibahas. Biasanya penulis akan menambahkan beberapa argumen ahli dan data
yang mendukung. Badan atau isi teks populer tidak sedetail seperti karya tulis ilmiah. Tak
heran bila isinya pun cukup terbatas.
4. Penutup
Bagian terakhir, teks populer diakhiri dengan penutup. Isinya adalah kesimpulan penulis
atas topik yang dianalisisnya. Selain itu, penulis bisa menyelipkan saran atau solusi untuk
mengatasi permasalahan yang dikaji.

Jenis-jenis Karya Ilmiah Populer


Kalau karya tulis ilmiah terdiri dari skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian, maka
teks populer pun memiliki jenis atau macam-macamnya sendiri.
Beberapa jenis karya tulis ilmiah populer diantaranya adalah:
1. Esai
Esai adalah karangan prosa yang berisi topik atau masalah tertentu. DItulis dengan sudut
pandangan sang penulis, esai merupakan opini, pandangan, atau ekspresi pribadi yang
dituangkan dalam dalam bentuk tulisan. Meski begitu, esai tetap ditulis dengan argumen
yang jelas dan kuat.
2. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah pun tergolong sebagai teks populer. Isinya adalah ilmu pengetahuan yang
memaparkan fakta tertentu. Ditulis dengan metodologi yang benar tapi dengan bahasa
yang ringan.
3. Opini
Opini merupakan teks populer yang berisi pendapat, ide, pikiran penulis mengenai topik
tertentu. Umumnya teks ini bersifat tidak objektif. Namun isinya tetap mengedepankan
argumen dan data yang jelas. Contoh tulisan opini yang paling mudah ditemukan
adalah opini yang dipublikasikan di media massa.

Contoh Karya Tulis Ilmiah Populer


Contoh ini dikutip dari IDN Times. Esai ini ditulis oleh seorang pendidik bernama Budianto
Sutrisno.
Ia menulis tentang pendidikan karakter di sekolah. melalui contoh di bawah ini, kamu
bisa memahami struktur karya tulis ilmiah populer lebih dalam.
Kamu bisa mengidentifikasi bagian judul, pendahuluan, isi, dan penutup lewat contoh
berikut:

Pendidikan Karakter di Sekolah, Seperti Apa Wujudnya?


Di dalam kurikulum yang berlaku sekarang ini – Kurikulum 2013 – disebutkan adanya
pendidikan karakter. Sekelompok orang mengatakan dengan nada skeptis bahwa
pendidikan karakter itu hanya sekadar tempelan. Seperti apa wujud nyata pendidikan
karakter itu? Mari kita mencoba untuk membahasnya.
Kegagalan lembaga pendidikan
Pertanyaan mendasarnya adalah: Perlukah pendidikan karakter? Untuk menjawabnya,
mari kita lihat sejumlah keadaan di tanah air. Kita menyaksikan fenomena tawuran
sering terjadi di antara para siswa di banyak kota di Indonesia. Aksi kekerasan dan
kebrutalan semakin merajalela. Paparan pornografi dan penyalahgunaan narkoba
semakin marak. Siswa berani memukul guru, bahkan sampai guru meninggal dunia.
Dan astaga! Bocah SD jatuh ke dalam pelukan pelacur tua di Jawa Timur. Dan masih
banyak lagi.
Hal-hal yang memprihatinkan ini menandakan gagalnya institusi pendidikan di
Indonesia dalam memberikan pendidikan karakter bagi para siswa.
Sejatinya, keluarga merupakan peletak dasar utama pendidikan karakter, karena siswa
lebih banyak meluangkan waktunya dalam keluarga ketimbang di sekolah. Dengan
demikian, guru perlu bekerja sama dengan orang tua siswa, karena pendidikan di
sekolah dan di rumah itu harus sinkron satu dengan yang lain.
Tak pelak, guru dan orang tua harus menjadi suri teladan yang baik bagi setiap siswa.
Bayangkan, bila seorang guru berniat menanamkan karakter disiplin kepada siswa agar
tidak datang terlambat, misalnya, tetapi guru itu sendiri sering datang terlambat.
Bila ini terjadi, jangan berharap siswa mau memperhatikan nasihat atau masukan dari
guru yang bersangkutan, karena siswa telah kehilangan kepercayaan terhadap gurunya
sendiri. Jadi kunci utamanya adalah kepercayaan siswa terhadap guru.
Apa sih sebenarnya pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah pendidikan
yang diberikan untuk menyiapkan keterampilan siswa guna menghadapi kenyataan-
kenyataan di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Bagaimana membawa diri dalam
pergaulan, bagaimana harus berbicara santun, bagaimana harus bertoleransi kepada
orang lain, bagaimana menyikapi kenaikan harga bahan bakar, listrik, dan lain
sebagainya.
Orang tua mana yang tak menginginkan anaknya menjadi pribadi yang
berintelektualitas tinggi sekaligus memiliki perilaku yang baik dan menghormati orang
lain? Prestasi akademis sering diutamakan. Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa sukses
dalam kehidupan itu tidak selalu bergantung pada kemampuan akademis seseorang.

Bermacam pendapat
Ada pihak yang menyatakan bahwa pendidikan karakter itu adalah membuat siswa
melakukan apa yang diperintahkan oleh guru. Hal semacam ini membawa kita kepada
pembebanan suatu sanksi dan sistem ’hadiah dan hukuman’ yang hanya berdaya guna
untuk sementara saja. Pemberian ’hadiah dan hukuman’ tak memberikan dampak yang
menolok bagi perubahan karakter dalam jangka panjang
Di samping itu, sistem ini hanya membuat siswa menjadi pengekor gurunya dan tidak
terlatih untuk mengeksplorasi pengalaman hidup lebih jauh. Eksplorasi memungkinkan
siswa mengalami sendiri berbagai tantangan dan kesulitan yang membentuk mereka
menjadi pribadi yang tekun, tangguh, dan mandiri. Dan setiap siswa itu adalah pribadi
yang unik. Karenanya, janganlah kita mencoba membuatnya menjadi copy cat guru.
Tugas guru – seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara – adalah tut wuri
handayani (dari belakang ikut memberikan dorongan dan arahan). Guru perlu menekan
atau mengurangi ego-nya dalam mempraktikkan pendidikan karakter. Guru dan siswa
perlu sama-sama mengasah keterampilan dalam mengembangkan karakter yang baik.
Berdasarkan studi Dr. Marvin Berkowitz – seorang pakar pendidikan karakter dari
University of Missouri, St. Lois – ternyata pendidikan karakter memiliki pengaruh besar
terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi. Pada kelas-kelas tertentu
terdapat penurunan drastis perilaku negatif siswa yang menghambat keberhasilan
akademis. Hal ini muncul, karena salah satu tujuan pendidikan karakter adalah untuk
mengembangkan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai dan aturan yang ada.
Bila siswa berintegritas, maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri untuk
menghadapi hambatan dalam belajar.

Wujud Nyata
Jika ditanya tentang apa dan bagaimana wujud pendidikan karakter itu, maka penulis
selalu merujuk pada pendidikan karakter di sejumlah SD di Jepang.
Setiap jam makan siang, para siswa sudah berbaris rapi di ruang makan, lalu
memberikan hormat kepada juru masak. Seusai makan, mereka membersihkan sendiri
seluruh peralatan makan mereka, lalu mengepel lantai. Ya, mengepel lantai secara
beregu. Sebuah contoh nyata bagaimana pendidikan karakter sudah ditanamkan sejak
usia dini. Benar-benar melatih siswa untuk berdisiplin, mandiri, dan mengerti tanggung
jawab.
Pendidikan karakter itu mencakup ranah pengetahuan (cognitive), perasaan (affective),
sikap (attitude), dan tindakan (action). Harus mampu memberikan ’asupan’ bukan
hanya bagi raga, tetapi sekaligus juga bagi jiwa berupa moralitas untuk menentukan
sikap baik-buruk atau benar-salah. Pengembangan dan implementasi pendidikan
karakter harus dilakukan dengan mengacu kepada grand design tersebut.
Itu sebabnya dalam pelajaran Agama, misalnya, jangan hanya ditekankan aspek
berdoa dan ibadah saja, melainkan juga bagaimana menerapkan secara nyata ajaran
agama dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat yang majemuk.
Pesan dalam story telling, menurut hemat penulis, merupakan salah satu cara ampuh
untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada para siswa. Para siswa dapat secara
bergantian membawakan story telling dalam acara di dalam kelas maupun acara-acara
penting yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, misalnya HUT sekolah dan
peringatan hari raya tertentu. Di sini pesan pentingnya tidaklah secara masif
diindoktrinasikan kepada para siswa, namun nilai-nilai moral yang baik dapat tertanam
ke dalam hati dan pikiran mereka secara ’lembut’. Inilah yang disebut sebagai
pendekatan soft-selling dalam komunikasi pemasaran. Lembut itu kuat.
Martin Luther King mengatakan bahwa kecerdasan plus karakter… itu adalah tujuan
akhir pendidikan yang sebenarnya (Intelligence plus character… that is the goal of true
education).

Jika tokoh besar kaliber dunia – yang memiliki rekam jejak karakter positif – telah
mengatakan betapa pentingnya peran pendidikan karakter, masihkah kita ragu-ragu
untuk menerapkannya?
Tantangan – terutama bagi para guru – memang berat. Akan tetapi, janganlah
pendidikan karakter membuat kita keder dalam menerapkannya di tengah zaman yang
penuh dengan gejolak negatif.
Pendidikan karakter merupakan kunci membangun peradaban bangsa yang
memanusiakan manusia.

Anda mungkin juga menyukai