Daftar Isi
• Pengertian Karya Tulis Ilmiah Populer
o 1.Tulisan
o 2.Ilmiah
o 3.Populer
Sementara itu, menurut Sujarwo, Ilmiah populer adalah tulisan dibuat untuk
menghubungkan ilmu dan orang awam. Selama ini tulisan ilmiah seperti dalam jurnal
ditulis untuk kalangan elit saja. Padahal sejatinya, tulisan ilmiah harus memberikan
kemaslahatan untuk banyak orang Tapi bila hanya bisa dimengerti oleh kalangan tertentu
saja, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai.
Bermacam pendapat
Ada pihak yang menyatakan bahwa pendidikan karakter itu adalah membuat siswa
melakukan apa yang diperintahkan oleh guru. Hal semacam ini membawa kita kepada
pembebanan suatu sanksi dan sistem ’hadiah dan hukuman’ yang hanya berdaya guna
untuk sementara saja. Pemberian ’hadiah dan hukuman’ tak memberikan dampak yang
menolok bagi perubahan karakter dalam jangka panjang
Di samping itu, sistem ini hanya membuat siswa menjadi pengekor gurunya dan tidak
terlatih untuk mengeksplorasi pengalaman hidup lebih jauh. Eksplorasi memungkinkan
siswa mengalami sendiri berbagai tantangan dan kesulitan yang membentuk mereka
menjadi pribadi yang tekun, tangguh, dan mandiri. Dan setiap siswa itu adalah pribadi
yang unik. Karenanya, janganlah kita mencoba membuatnya menjadi copy cat guru.
Tugas guru – seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara – adalah tut wuri
handayani (dari belakang ikut memberikan dorongan dan arahan). Guru perlu menekan
atau mengurangi ego-nya dalam mempraktikkan pendidikan karakter. Guru dan siswa
perlu sama-sama mengasah keterampilan dalam mengembangkan karakter yang baik.
Berdasarkan studi Dr. Marvin Berkowitz – seorang pakar pendidikan karakter dari
University of Missouri, St. Lois – ternyata pendidikan karakter memiliki pengaruh besar
terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi. Pada kelas-kelas tertentu
terdapat penurunan drastis perilaku negatif siswa yang menghambat keberhasilan
akademis. Hal ini muncul, karena salah satu tujuan pendidikan karakter adalah untuk
mengembangkan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai dan aturan yang ada.
Bila siswa berintegritas, maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri untuk
menghadapi hambatan dalam belajar.
Wujud Nyata
Jika ditanya tentang apa dan bagaimana wujud pendidikan karakter itu, maka penulis
selalu merujuk pada pendidikan karakter di sejumlah SD di Jepang.
Setiap jam makan siang, para siswa sudah berbaris rapi di ruang makan, lalu
memberikan hormat kepada juru masak. Seusai makan, mereka membersihkan sendiri
seluruh peralatan makan mereka, lalu mengepel lantai. Ya, mengepel lantai secara
beregu. Sebuah contoh nyata bagaimana pendidikan karakter sudah ditanamkan sejak
usia dini. Benar-benar melatih siswa untuk berdisiplin, mandiri, dan mengerti tanggung
jawab.
Pendidikan karakter itu mencakup ranah pengetahuan (cognitive), perasaan (affective),
sikap (attitude), dan tindakan (action). Harus mampu memberikan ’asupan’ bukan
hanya bagi raga, tetapi sekaligus juga bagi jiwa berupa moralitas untuk menentukan
sikap baik-buruk atau benar-salah. Pengembangan dan implementasi pendidikan
karakter harus dilakukan dengan mengacu kepada grand design tersebut.
Itu sebabnya dalam pelajaran Agama, misalnya, jangan hanya ditekankan aspek
berdoa dan ibadah saja, melainkan juga bagaimana menerapkan secara nyata ajaran
agama dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat yang majemuk.
Pesan dalam story telling, menurut hemat penulis, merupakan salah satu cara ampuh
untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada para siswa. Para siswa dapat secara
bergantian membawakan story telling dalam acara di dalam kelas maupun acara-acara
penting yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, misalnya HUT sekolah dan
peringatan hari raya tertentu. Di sini pesan pentingnya tidaklah secara masif
diindoktrinasikan kepada para siswa, namun nilai-nilai moral yang baik dapat tertanam
ke dalam hati dan pikiran mereka secara ’lembut’. Inilah yang disebut sebagai
pendekatan soft-selling dalam komunikasi pemasaran. Lembut itu kuat.
Martin Luther King mengatakan bahwa kecerdasan plus karakter… itu adalah tujuan
akhir pendidikan yang sebenarnya (Intelligence plus character… that is the goal of true
education).
Jika tokoh besar kaliber dunia – yang memiliki rekam jejak karakter positif – telah
mengatakan betapa pentingnya peran pendidikan karakter, masihkah kita ragu-ragu
untuk menerapkannya?
Tantangan – terutama bagi para guru – memang berat. Akan tetapi, janganlah
pendidikan karakter membuat kita keder dalam menerapkannya di tengah zaman yang
penuh dengan gejolak negatif.
Pendidikan karakter merupakan kunci membangun peradaban bangsa yang
memanusiakan manusia.