Anda di halaman 1dari 26

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Pembelajaran PAI di SMP Negeri 18 Padang

Gedung SMP Negeri 18 Padang dibangun pada tahun 1979, di atas tanah

sekitar 9834 M2 yang berlokasi di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji

Kotamadya Padang, tepatnya di Jalan Balai Baru. Tanah dengan status hak milik

SMP Negeri 18 Padang ini memiliki posisi geografis yang sangat strategis karena

jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Padang. Dengan keadaan demikian per-

hubungan menuju SMP Negeri 18 Padang ini lebih mudah dan lancar.

Pengelolaan pendidikan di SMP Negeri 18 Padang dipimpin oleh seorang

kepala sebagai pembina. Dalam pelaksanaan sehari-hari, kepala sekolah dibantu

oleh wakil kepala sekolah dan majelis guru. Guru ditugaskan oleh Kapala Sekolah

untuk mengelola kegiatan dalam kelas yang meliputi pengaturan tata ruang sam-

pai pada pengaturan tempat duduk siswa. Selain guru, SMP Negeri 18 Padang ini

juga memiliki karyawan atau pegawai kantor, tata program sekolah, keuangan dan

perpustakaan.

Berdasarkan pengamatan penulis, terlihat bahwa antara Kepala Sekolah

dan wakil-wakilnya serta tenaga guru yang ada dapat menjalankan kerjasama

yang harmonis untuk memajukan SMP Negeri 18 Padang ini. Dengan modal ker-

ja keras, Kepala Sekolah selaku administrator dan supervisor serta majelis guru

yang bertugas telah mengantarkan SMP Negeri 18 ini menjadi sekolah favorit

yang sangat diminati oleh siswa tamatan Sekolah Dasar yang berlokasi dekat de-

50
2

ngan SMP Negeri 18 ini.

Sebelum penulis mengemukakan hasil penelitian tentang penerapan

strategi active learning dengan metode pemberian tugas pembelajaran PAI, lebih

dahulu penulis memaparkan identitas guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri

18 Padang sebagai berikut:

1. Dra. Dahwati Dahlan, S1 IAIN Imam Bonjol Padang

2. Dra. Arniati, S1 IAIN Imam Bonjol Padang

3. Dra Rosneli, S1 IAIN Imam Bonjol Padang

4. Fariati, BA, D III IAIN Imam Bonjol Padang

5. Khasnadi, S.Pd.I, S1 IAIN Imam Bonjol Padang

6. Fauzan, S.Pd.I, S1 IAIN Imam Bonjol Padang.

Dari keterangan di atas dapat diperoleh gambaran guru PAI di SMP ini

adalah tamatan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Umumnya mereka

telah dibekali dengan berbagai ilmu dan kompetensi baik dalam penyampaian

maupun pembuatan rancangan, pengelolaan pembelajaran dalam kelas. Keprofesi-

onalan mereka dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif termasuk menggu-

nakan strategi dan metode yang relevan tidak diragukan lagi.

Waktu wawancara dengan penulis, seorang guru PAI mengemukakan,

” Supaya pembelajaran ini berjalan secara efektif kami harus membuat suatu pe-

rencanaan seperti silabus, RPP sebelum mengajar.” (Rosneli, Wawancara, Pa-

dang, 20/4/2008). Setiap guru harus membuat suatu perencanaan sebelum

melaksanakan suatu kegiatan agar dalam penyampaian materi tidak menyimpang.


3

Bila terjadi gangguan dalam penyampaian guru akan mudah melakukan kontrol

diri.

Pendapat di atas diperkuat oleh ibu Dahwati Dahlan, juga guru PAI, ” Pe-

rencanaan yang sudah disusun sebelumnya bisa sebagai alat pengontrol dalam

pembelajaran. Dalam RPP segalanya sudah dibuat sesuai dengan bahan ajar kelas

tertentu untuk satu semester, dan itu pun akan ada pelaporannya tiap semester

kepada Kepala Sekolah.”

Pada pengamatan langsung penulis pada kelas VIII 5 terlihat pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dan siswa berjalan sesuai dengan perencanaan. Ter-

lihat bahwa guru mempunyai tingkat disiplin ilmu yang tinggi dalam penyam-

paian, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik.

Pada mata pelajaran PAI ini, Dahwati mengungkapkan bahwa waktu yang

disediakan untuk pembelajaran Pendidikan agama Islam hanya 2 jam pelajaran

dalam 1 minggu. Namun, dengan adanya otonomi daerah masalah pendidikan ini

ada yang diurus oleh Pemerintahan Daerah. Mata pelajaran PAI yang hanya 2 jam

pelajaran menjadi 3 jam seminggu. Satu jam pada pelajaran pertama digunakan

untuk membaca Alquran. Setiap pertemuan 3 orang siswa secara bergantian

membaca Alquran supaya terbiasa membaca pusaka yang ditinggalkan oleh Nabi

saw. dengan baik dan benar. Setelah itu baru dilanjutkan pada materi yang sudah

direncanakan sampai evaluasinya. (Wawancara, Padang,16/4/2008)

Awal memasuki kelas untuk mata pelajaran PAI, siswa sudah dituntut

untuk aktif membaca Alquran selama 5-10 menit sebelum belajar. Surat dan ayat

yang akan dibaca sudah disiapkan. Karena kegiatan ini diadakan secara bergiliran,
4

semua siswa dalam kelas tersebut mendapat giliran untuk membaca ayat suci

Alquran. Dalam indikator pencapaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam

siswa mampu membaca dan memahami Alquran. Dengan demikian kegiatan ini

wajib bagi siswa SMP Negeri 18 Padang untuk dijalani. Setiap siswa harus melak-

sanakan sesuai dengan gilirannya. (Observasi, 16/4/2008)

Ditinjau dari karakteristik siswa secara individual mereka memiliki karak-

teristik yang berbeda dalam hal kemampuan siap, gaya belajar, perkembangan

moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, sosial budaya dan

sebagainya.Tentang ini Rosneli mengatakan “Untuk mengembangkan kemam-

puan yang dimiliki siswa tersebut maka kami (guru) memakai metode yang sesuai

dengan tujuan, materi, dan kemampuan siswa yang akan menerima pelajaran ter-

sebut”. (Wawancara, Padang, 23/4/2008)

Dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif serta pencapaian tujuan

yang direncanakan, Arniati menyatakan, ” Supaya pembelajaran ini berjalan se-

cara efektif maka kami harus membuat suatu peren-canaan seperti kalender

pendidikan, program tahunan dan semester, silabus, RPP sebelum melaksanakan

proses belajar mengajar”. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru

harus membuat perencanaan agar dalam penyampaian materi tidak mudah

menyimpang. Bila terjadi gangguan dalam penyampaian guru akan dipandu oleh

perencanaan itu. (Wawancara, Padang, 16/4/2008)

Senada dengan pendapat di atas, guru PAI yang lain Dahwati Dahlan

mengemukakan,

“Perencanaan yang sudah direncanakan sebelumnya bisa sebagai alat


pengontrol dalam pembelajaran yang mana dalam RPP itu sudah buat
5

sesuai dengan kelas berapa yang akan di ajar dan pelaporan pada kepala
sekolah bahan-bahan apa saja yang akan disajikan selama satu semester
ini pada siswa”. (wawancara, Padang, 16/4/2008),

Hal ini juga penulis lihat ketika melaksanakan pengamatan langsung pada

kelas VIII 5. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di sini sudah

berjalan sesuai dengan perencanaan yang sudah direncanakan dan masing-masing

guru dalam penyampaian ilmu pengetahuan mempunyai tingkat kedisiplinan ilmu

yang tinggi sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik.

Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi, Pendidikan Agama Islam

menuntut adanya fakta, hukum atau dalil, prinsip dan keimanan yang menyajikan

kebenaran Alquran sebagai pedoman hidup manusia. Setiap guru PAI dituntut

untuk menanamkan nilai-nilai yang tercantum dalam Alquran serta hukum yang

terdapat di dalamnya.

Pada mata pelajaran PAI ini, Dahwati mengungkapkan bahwa waktu yang

disediakan untuk pembelajaran Pendidikan agama Islam hanya 2 jam pelajaran

dalam 1 kali pertemuan. Namun, dengan adanya otonomi daerah yang mana

masalah pendidikan ini ada yang diurus oleh Peme-rintahan Daerah, mata

pelajaran PAI yang hanya 2 jam pelajaran menjadi 3 jam seminggu. Satu jam

pelajaran digunakan untuk membaca Alquran secara bergi-liran. Pada pertemuan

itu 3 orang siswa membaca Alquran. Ini dilakukan supaya setiap siswa terbiasa

membaca pusaka yang ditinggalkan oleh Nabi saw. dengan baik dan benar.

Setelah itu baru dilanjutkan pada materi yang sudah direncanakan sampai

evaluasinya. (wawancara, Padang, 16/4/2008)


6

Awal memasuki kelas siswa sudah dituntut untuk aktif dengan membaca

Alquran selama 5-10 menit sebelum belajar. Untuk kegiatan itu semua yang di-

perlukan sudah disiapkan. Semua siswa dalam kelas tersebut mendapat giliran

untuk membaca Alquran. Dalam indikator pencapaian pembelajaran Pendidikan

Agama Islam siswa mampu membaca dan memahami Alquran. Kegiatan ini me-

rupakan kewajiban bagi siswa SMP Negeri 18 Padang dalam mendalami pusaka

yang ditinggalkan Nabi Muhammad saw. (Observasi, Padang,16/4/2008)

Ditinjau dari karakteristik siswa secara individual mereka memiliki

karakteristik yang berbeda. Dalam kemampuan siap, gaya belajar, perkembangan

moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, sosial budaya dan

sebagainya.Tentang ini Rosneli mengatakan, ”Untuk mengembangkan kemam-

puan yang dimiliki siswa tersebut maka kami (guru) me-makai metode sesuai

yang dengan tujuan, materi, serta kemampuan siswa yang akan menerima

pelajaran tersebut”. (wawancara, Padang, 23/4/2008)

Sehubungan dengan sumber belajar yang tersedia, ada lembaga pendi-

dikan yang memiliki sumber belajar manusia (dalam hal ini guru PAI) yang

memenuhi standar professional. Dan juga sarana dan prasarana yang memadai,

misalnya musala tempat salat sekaligus tempat berwuduk. Guru yang profesional

mampu mengarahkan, membimbing siswa dalam pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan siswa belajar PAI serta gemar melakukan perintah agama tanpa

paksaan. Sikap demikian merupakan pencapaian tujuan berupa psikomotor, artinya

siswa belajar dengan berbuat.


7

B. Penerapan Metode Pemberian Tugas pada Pembelajaran PAI

Pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa pada

waktu yang telah ditentukan. Interaksi ini sebagai upaya pembelajaran siswa da-

lam belajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang komplit.

Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih

efektif dan efisien. Pembelajaran PAI yang dilaksanakan secara klasikal artinya

seorang guru dalam kelas menghadapi sejumlah besar siswa. Contoh 30-40 orang

dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula, bahkan

metodenya pun satu metode yang sama untuk seluruh anak.

Mengenai intelegensi siswa,dikatakan Fariati seorang guru PAI bahwa,

”Dalam kelas siswa yang kami (guru) ajar atau hadapi ada 40-47 orang.

Keseluruhan harus bisa diaktifkan dalam menerima materi yang disajikan. Ini

tidak mudah bagi kami dalam menyajikan bahan pelajaran. Siswa yang berada

dalam lokal tersebut mempunyai kemampuan (obiliy), kesiapan dalam

kemampuan (maturity) yang berbeda. Maka dari itu, kami memakai strategi dan

metode yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, kriteria siswa”. (wawancara,

Padang, 21/4/ 2008)

Selain itu Arniati juga mengatakan, ”Untuk menghadapi siswa berskala

besar kami (guru) juga sangat berat namun dari itu siswa bisa belajar dari buku

paket yang diwajibkan pada siswa untuk memiliki”. Dengan demikian siswa bisa

membaca, memahami materi yang akan maupun yang sudah dipelajari dengan

belajar sendiri atau berkelompok asalkan siswa mampu menerapkan pembelajaran

aktif. Dalam pembelajaran aktif tidak saja mendengar, juga melihat, serta
8

melakukan sendiri tugas yang diperintahkan guru sebelumnya. Kegiatan seperti

itu merupakan suatu kegiatan pembelajaran aktif, siswa mencari tahu sendiri yang

akan ia pelajari dalam kelas nanti. (wawancara, Padang,16/4/2008)

” Walaupun setiap mereka memiliki buku panduan, namun kepada mereka


juga diberikan tugas menyalin (mencatat) ke buku catatan yang telah di-
sediakan. Sewaktu-waktu catatan tersebut akan diperiksa oleh guru yang
bersangkutan dan diberi paraf, menandakan sudah diperiksa. Apabila tu-
gas belum lengkap disarankan untuk melengkapinya. Hasil catatan tadi
dimasukkan ke dalam penilaian keaktifan siswa dalam belajar Pendidikan
Agama Islam.(Rosneli, wawancara, Padang, 23/4/2008)
” Selain itu pada kegiatan pembelajaran siswa, supaya terwujud Actice
Learning kami (guru) menyuruh siswa membaca materi dalam buku yang
mereka miliki lalu didengarkan oleh seluruh siswa lokal itu. Jika
diperlukan pendalaman guru mengadakan pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa. Siswa yang merasa mampu mengacukan tangan. Setelah
dipersilakan lalu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik dan
benar. Ini merupakan satu pembelajaran aktif yang dilakukan guru PAI
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (terencana).
(Khasnadi, wawancara, Padang, 21/4/2008)

Sebagai tambahan Dahwati mengemukakan,

”Pada pembelajaran kadang-kadang kami (guru) mengajukan pertanyaan


sebagai pretest pada siswa tentang materi yang sudah dipelajari minggu
lalu, kesempatan ini diberikan kepada semua siswa dan ada juga
pertanyaan ini ditujukan pada siswa yang ditunjuk langsung untuk
menjawabnya. (wawancara, Padang, 16/4/ 2008)

Pendapat ini juga dipertegas oleh Silviana seorang siswa SMP Negeri 18

Padang, ”Saya sering ditanyai tentang materi yang sudah disajikan ibu minggu

lalu. Saya sering mampu untuk menjawab pertanyaan ibu dengan benar”.

Dengan kegiatan seperti itu, suasana kelas menjadi aktif dan siswa pun

merasa senang serta bergairah berada di dalam kelas. Kepada mereka diberikan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Kehadiran mereka di kelas tidak

hanya mendengarkan ceramah atau penyampaian materi dari guru. Disela-sela

ceramah guru mereka juga mengajukan pendapatnya terhadap materi yang disa-
9

jikan. Cara seperti itu akan memperkuat pemahaman mereka pada materi yang

sedang dibahas hari itu, pembelajaran yang didapat siswa dengan melakukan

sendiri akan tahan lama diingatan siswa.

Begitu bagus program dan tenaga pengajar yang ditempatkan di sekolah

tersebut profesional, namun masih ada juga para siswa yang kurang senang

mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini. Dalam pengamatan penulis

pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ada beberapa orang siswa yang

sering keluar atau minta izin. Kadang-kadang alasan mereka memang mendesak,

tetapi sebaliknya dan ada juga beberapa orang siswa yang sering meribut,

mengobrol di belakang dan berjalan-jalan untuk meminjam sesuatu pada teman di

sebelahnya tanpa minta izin. Jadinya pembelajaran saat itu sangat kacau dan

terganggu. Akibatnya materi yang disampaikan guru tidak sesuai dengan waktu

yang tersedia dan guru pun jadi terlambat keluar dari kelas. Dari segi siswa tentu

kualitas pemahaman materi akan rendah. Akhirnya hasil belajar yang telah diren-

canakan sebelumnya kurang memuaskan serta tujuan belum tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran aktif baik dari segi guru maupun dari

siswa, suatu kegiatan yang dilakukan guru selain penggunaan metode pemberian

tugas guru juga menggunakan metode-metode mengajar lainnya seperti tanya

jawab, ceramah. Pemberian tugas itu ada yang diberikan secara perorangan ada

juga yang diberikan secara kelompok. Selain membelajarkan siswa sekaligus juga

memantau hasil belajar siswa, penilaian tugas ini dapat membantu nilai siswa

pada akhir semester.( Rosneli, wawancara, Padang, 23/4/2008)


10

Sebelum menerapkan metode pemberian tugas guru haruus merumuskan

tujuan khusus dari yang akan diharapkan dalam tugas itu sendiri. Sesudah

direncanakan tugas tersebut dibawa kedalam lokal untuk diberitahukan pada siswa

bahwa ada tugas yang akan dikerjakan siswa selama beberapa hari ini, tugas

tersebut dikomunikasikan antara guru dan siswa, guru memberikan penjelasan-

penjelasan yang sejelas-jelasnya agar siswa mengerti dan paham terhadap tugas

yang akan dikerjakannya itu sesudah itu apabila kurang paham siswa boleh

menanyakan apa yang dirasa kurang paham. Supaya dalam mengerjakan tugas

tersebut siswa tidak kesulitan seperti pengamatan yang penulis lakukan di kelas

VIII , pemberian tugas dari Bapak Khasnadi.

“Masing-masing membuat latihan di buku isi 18, barang siapa yang tidak
menyelesaikan tugas nilai Pendidikan Agama Islam tidak diberikan kepa-
da wali kelas. Pembuatan tugas selama satu minggu dan dikumpul sebe-
lum ujian. Tata cara pembuatan tugas diberitahukan (dijelaskan) dan
didiskusikan bersama-sama siswa. Kalau ada yang tidak mengerti (paham)
bisa menanyakan langsung pada guru yang bersangkutan”.( Observasi,,
Padang, 21/4/2008)

Dari tugas yang diberikan pada siswa diharapkan adanya perubahan pola

fikir dan pemahaman, adapun tugas-tugas yang biasa diberikan oleh guru PAI di

SMP 18 Padang ini ada berupa tugas tulisan; membuat Resume (mencatat kembali

materi yang ada di dalam buku cetak kedalam buku catatan masing-masing lalu

dikumpulkan sebelum melaksanakan MID semester, siapa yang belum lengkap

catatannya diharapkan melengkapinya kembali).

Ada juga pemberian tugas tulisan ini membuat tulisan arab seperti do’a

sebelum belajar, membuat tulisan ayat kursi di atas kertas karton seindah mung-

kin. Ini diberikan merupakan sebuah pembe-lajaran dengan indikator tujuan siswa
11

mampu menulis ayat atau tulisan arab dengan baik dan benar,serta mampu

menampilkan keterampilannya dalam menulis bahasa arab dan juga bisa mereka

ulang atau hafal. Setelah itu hasil tugas yang dibuat siswa tersebut digantungkan

di ruang kelas mereka masing-masing supaya mereka bisa menerapkan sehari-hari

terhadap bacaan yang telah dibuatnya. Selain menulis tulisan arab diatas karton

ada juga tugas berupa; menulis gambar gerakan salat, tatcara wu’duk, serta

do’anya. Dan ada juga tugas berupa menempelkan gambar dari koran atau

majalah lalu ditempalkan di atas kertas HVS lalu diberi komentar dan masih

banyak lagi tugas yang menarik yang bisa dikerjakan siswa dan bermamfaat.

Pemberian tugas pada siswa merupakan bentuk pengaktifan kepahaman

siswa dalam PBM sekaligus mengambil nilai harian perorangan atau kelompok.

Tugas perorangan yang diserahkan pada kelas VII, berupa membaca teks dalam

buku pokok, mencari bacaan allif lam syamsiah dan alif qamariah dalam Alquran,

menghafal Asma’ul Husna dan lain sebagainya tergantung pada materi yang disa-

jikan. Tugas kelompok diberikan sesuai dengan materi misalnya, membuat gam-

bar orang yang sedang berwuduk atau menyalin doa berwuduk pada kertas karton.

Ini diberikan kepada siswa agar siswa mengetahui dan memahami yang dipelajari.

Kelas VIII dan IX juga diserahi tugas perorangan dan kelompok

Apabila seluruh tugas dilaksanakan siswa maka siswa akan menyenangi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena mereka sudah membahasnya dan

membacanya sebelum disajikan guru. Dengan kegiatan itu siswa mempunyai

pemahaman yang lebih kuat. Siswa bisa membicarakan atau menanyakan kepada

guru untuk mendapatkan data yang kuat tentang menjalankan ibadah sehari-hari.
12

Suasana kelas tidak sunyi senyap.Tanggapan demi tanggapan siswa menghidup-

kan suasana kelas. Siswa yang aktif mengajukan aspirasi dan dipecahkan bersama

guru dan siswa lain. Dengan penugasan membaca di rumah terciptalah suasana

kelas yang aktif dan kreatif.

Untuk menciptakan pembelajaran aktif, siswa ditugaskan melihat feno-

mena yang terjadi di lingkungan mereka. Setelah itu disuruh menceritakannya di

dalam kelas. Dengan cara itu guru sudah melatih siswa bisa melihat atau mem-

baca kondisi lingkungan tempat tinggal dengan materi yang sudah dipelajari. Pada

pembelajaran wudu’ dan salat kepada siswa diajarkan cara berwudu’ yang benar

dan salat yang benar menurut syari’at yang sudah dipelajari. Jadi pada saat siswa

bewudu tidak asal berwuduk tapi sesuai dengan tuntunan syari’at Islam dan siswa

terbiasa melaksanakan salat.

Pemberian tugas belajar pada siswa menjadikan siswa mengerjakannya.

Apabila telah dikerjakan maka pembelajaran aktif akan terwujud yang dimaksud

sesuai dengan yang diharapkan menurut tujuan akan tercapai. Siswa sebagai

manusia biasa akan bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai

dengan tujuan yang diharapkan sebagai insan kamil. Jadi ketepatan metode

pemberian tugas merupakan satu usaha untuk mengaktifkan siswa dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

C. Efektifitas Metode Pemberian Tugas pada Pembelajaran PAI

Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara siswa dengan

lingkungan sekolah, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
13

Dalam hal ini, sekolah diberi kebebasan memilih metode pembelajaran yang efek-

tif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik

guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran serta guru dalam mem-

bimbing siswa untuk menjadi manusia yang paripurna. Peran guru PAI dalam

pelaksanaan pendidikan Islam yang sudah direncanakan dapat tercapai bila guru

mampu membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang cakap.Tanpa bim-

bingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan diri-

nya. Jadi bagaimana pun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat

siswa belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

1.Waktu Pemberian Tugas

Pemberian tugas dalam proses pembelajaran PAI dibedakan dalam 2 ben-

tuk. Pertama, kalau materi pelajaran ini sulit maka pemberian tugas dilaksanakan

saat-saat tertentu saja. Artinya disediakan waktu khusus, baik di awal, di tengah

atau di akhir pelajaran. Kedua, kalau materi pelajaran itu mudah, biasanya pembe-

rian tugas dilaksanakan pada akhir pelajaran.

Adapun perbedaan waktu pemberian tugas di awal pelajaran dan di akhir

pelajaran didasari oleh pertimbangan-pertimbangan dan adanya tujuan yang di

inginkan. Dalam hal ini Khasnadi mengemukakan,

”Diberikan penugasan di awal pelajaran atau di saat tertentu bertujuan supa-


ya kami (guru) dapat membimbing siswa dalam mengerjakan tugas yang
membutuhkan penjelasan yang lebih tegas dan terperinci. Biasanya kami
(guru) memberikan tugas di awal pelajaran berbentuk latihan dan menyim-
pulkan materi dan diberikan penugasan di akhir pelajaran karena materi
14

pelajaran atau bentuk tugas itu mudah untuk dipahami siswa. Biasanya tugas
ini berupa PR.” (Wawancara, Padang, 21/4/2008)

Selanjutnya Dahwati menyatakan bahwa tugas yang diberikan itu untuk

dikerjakan di rumah. Kalau dikerjakan di dalam kelas waktu pembelajaran

terpakai. Hal ini tidak mungkin dilakukan mengigat waktu untuk tatap muka yang

sedikit sedangkan resitasinya dilaksanakan di dalam kelas. (wawancara, Padang,

16/4/2008)

Menurut Fauzan metode pemberian tugas belajar dan risitasi ini dilakukan di

dalam kelas kalau materinya sedikit dan masih ada waktu untuk mengerjakan. Di

rumah apabila materinya panjang dan sulit. Jenis ini membutuhkan waktu yang

lama untuk memahaminya seperti; sejarah Nabi, maka siswa ditugaskan untuk

mencari buku referensi yang lain. Hal seperti ini memakan waktu yang banyak

sehingga tugas ini dilaksanakan di rumah. (wawancara, Padang, 23/4/2008)

Rosniati menyatakan bahwa tugas yang diberikan itu untuk dikerjakan di

rumah. Dahwati Dahlan menambahkan bahwa kadang-kadang tugas yang

diberikan itu untuk dikerjakan dalam kelas dan kadang-kadang di rumah. (Padang,

21/4/2008)

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode

pemberian tugas ada kalanya menuntut untuk diselesaikan dalam kelas dan ada

pula untuk dikerjakan di rumah (PR). Pelaksanaannya ada individual (perorangan)

dan ada kelompok (beregu). Cara ini dilakukan oleh Dahwati Dahlan, Arniati,

Rosneli Fariati, Kasnadi dan Fauzan. (Padang, 21/4/2008)

Arniati menyatakan bahwa penyelesaian tugas yang diberikan dengan

metode pemberian tugas tidak harus dalam kelas, bisa juga di rumah. Penjelasan
15

yang diberikan kepada siswa dengan pemberian tugas menurut Fariati, ada untuk

individual ada juga untuk kelompok. (Padang, 16/4/2008)

Waktu pemberian tugas tidaklah begitu dipersoalkan, karena tidak ada wak-

tu yang dianggap paling tepat baik di awal, tengah atau pun di akhir pelajaran.

Bisa saja guru memberikan tugas di saat-saat ”psikologis” artinya saat mengha-

dapi suatu masalah yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut. Tetapi yang pa-

ling penting adalah tersedianya waktu luang, sehingga pemberian tugas tidak

tergesa-gesa, jelas dan dapat dipahami siswa.

Metode tugas pembelajaran PAI ada yang dilaksanakan di kelas (sekolah)

dan ada di rumah. Jika persoalannya tugas itu mudah dan memungkinkan siswa

untuk mengerjakannya di kelas maka guru memberikan tugas dalam kelas setelah

penyajian materi pelajaran pada pertemuan itu sebagai evaluasi setelah belajar

dan jika permasalahan tugas itu sulit maka tugas tersebut diberikan di rumah

setelah itu diadakan resitasinya di kelas bersama guru dan siswa dalam nen-

ciptakan pembelajaran aktif dan rasa amanah yang diserahkan pada siswa untuk

dipertanggungjawabkan. Tugas diberikan pada siswa berupa perorangan (indi-

vidual) dan kelompok (beregu).

2.Bentuk Tugas dan Cara Melaksanakan

Bentuk tugas yang diberikan kepada siswa bisa berupa lisan, tulisan dan

perbuatan. Lebih lanjut Dahwati Dahlan, menjelaskan bahwa tugas berupa praktek

seperti; praktek salat yang benar, wuduk dan sabagainya membutuhkan waktu

yang tidak sedikit.Tugas berupa tulisan biasanya meringkas materi dalam buku
16

catatan. Ada pula menulis dalil huruf Arab di karton dengan tulisan yang indah.

Sedangkan tugas berbentuk lisan membaca materi pelajaran yang akan dipelajari

di rumah. Seminggu setelah itu siswa dsisuruh untuk menjelaskan secara lisan

tentang materi yang telah dipahaminya dan bisa juga siswa ditugaskan untuk

menghafal ayat yang telah ditentukan sebelumnya.

Agar tugas yang diberikan pada siswa dapat dipahami dan dikerjakan

dengan baik, guru perlu memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan tugas

yang akan dikerjakan. Dari wawancara penulis dengan Rosneli dapat diketahui

bahwa dalam memberikan tugas yang akan dikerjakan oleh siswa tidak selalu

diberikan penjelasan kepada siswa, karena pada umumnya tugas yang diberikan

kepada siswa tentang materi yang sudah selesai dipelajari. (wawancara, Padang,

23/4/2008)

Lebih lanjut, Arniati mengungkapkan bahwa waktu yang tersedia tidak

cukup, maka tidak semua tugas diberikan penjelasannya. Memang masih ada

siswa yang tidak mengindahkan tugas yang telah diberikan seperti menghafal

ayat. Untuk tugas hafalan itu siswa sudah disuruh menghafal minimal seminggu

sebelum pertemuan untuk menagih hafalan ayat. (wawancara, Padang, 16/4/2008)

Tentang hal itu Fauzan menyatakan bahwa setiap tugas yang diberikan

kepada siswa terlebih dahulu diberikan penjelasannya sehingga siswa mengerti

dan mengerjakan tugas yang diberikan. Walaupun cara itu sudah dilakukan tapi

masih ada siswa yang tidak bisa mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.

(wawancara, Padang, 23/4/2008)


17

Dari hasil observasi yang penulis lakukan terlihat bahwa guru memberikan

penjelasan tentang tugas kepada siswa. Mulanya guru merumuskan tujuan dari

pada tugas yang akan diberikan pada siswa lalu menginformasikan tugas ini ke

dalam kelas untuk didengarkan siswa. Sesudah itu menjelaskan bentuk tugas yang

akan dikerjakan oleh siswa dan bagaimana bentuk tugas yang akan dikerjakan

siswa, di mana akan dikerjakan tugas tersebut dan kapan dikumpulkan. Selan-

jutnya guru memberikan penjelasan bahwa pada pertemuan selanjutnya guru akan

memeriksa tugas yang diberikan sebagai pertanggungjawaban siswa. Kemudian

guru memberikan batas waktu mengerjakan tugas tersebut.

Dari yang teramati tidak semua guru menjelaskan tugas yang akan

dikerjakan oleh siswa. Mereka mengandalkan perintah yang ada dalam buku.

Siswa tidak diberi tahu batas waktu untuk mengerjakan tugas. Akibatnya masih

ada siswa yang tidak mengerjakan tugas sampai batas waktu yang ditentukan.

Bahkan ada siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Akibatnya pelajaran

yang diberikan pada saat itu kurang/tidak diperhatikan siswa.

3.Kesesuaian Materi dengan Tugas yang Diberikan

Mengenai kesesuaian tugas yang diberikan dan hubungannya dengan materi

pelajaran sebelumnya Rosneli menjelaskan bahwa dalam mengerjakan tugas siswa

disuruh membaca pelajaran untuk minggu depan. Pada pertemuan lanjutan siswa

disuruh mempersentasikan di depan kelas atau berdiri saja dekat bangku. Siswa
18

yang lain mendengarkan sambil berusaha memahami apa yang disajikan oleh

temannya. (wawancara, Padang, 23/4/2008)

Fauzan mengemukakan bahwa kadang-kadang tugas yang diberikan

kepada siswa berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini akan

menjadikan siswa lebih memahami pelajaran yang sudah dipelajarinya dan lebih

siap untuk menerima pelajaran selanjutnya. (wawancara, Padang, 23/4/2008)

Tentang kesesuaian dengan materi yang diajarkan Fariati menyatakan

bahwa tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan.

Adakalanya pemberian tugas itu merupakan pengembangan indikator. Umumnya

tugas yang diberikan sesuai dengan materi yang diajarkan dan sesuai pula dengan

kemampuan siswa. (wawancara, Padang, 21/4/ 2008)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan

tugas kepada siswa, guru Pendidikan Agama Islam berusaha menyesuaikan materi

yang diajarkan dengan kemampuan siswa.Adakalanya tugas itu berhubungan pula

dengan materi yang sudah dipelajari dan ada dalam LKS. Dan adakalanya tugas

yang diberikan pada siswa berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

Untuk hal ini siswa disuruh membaca materi yang akan dipelajari selanjutnya, dan

ada juga siswa disuruh mencari bahan dari koran dan majalah lalu dijadikan

kliping. Pemberian tugas seperti itu bertujuan agar siswa siap menerima pelajaran

selanjutnya yang akan diberikan guru.

Ketepatgunaan metode ini terdapat pada cara memberikan tugas sesuai

dengan materi yang diajarkan. Ketentuan pembuatan tugas diberitahukan pada

siswa dan juga batas waktu pembuatan tugas. Ini semua harus dibicarakan atau
19

dikomunikasikan dulu bersama siswa, termasuk pemberian sanksi terhadap yang

tidak menyelesaikan tepat waktu. Diberikan dorongan agar mereka mengerjakan

tugas yang diperintahkan dengan baik serta bisa dipertanggungjawabkan.

Tugas yang baik serta bisa dipertanggungjawabkan itu artinya murni hasil

kerja siswa itu sendiri tanpa campur tangan orang lain (bukan dibuatkan oleh

orang lain) dan diserahkan pada waktu yang sudah ditentukan. Dalam pengamatan

penulis di kelas VIII , pemberian tugas dari Bapak Khasnadi.

“Masing-masing membuat latihan di buku isi 18, barang siapa yang tidak
menyelesaikan tugas nilai Pendidikan Agama Islam tidak diberikan kepa-
da wali kelas. Pembuatan tugas selama satu minggu dan dikumpul sebe-
lum ujian. Tata cara pembuatan tugas diberitahukan (dijelaskan) dan
didiskusikan bersama-sama siswa. Kalau ada yang tidak mengerti (paham)
bisa menanyakan langsung pada guru yang bersangkutan”.( wawancara,
Padang, 21/4/2008)

Seiring dengan itu penuturan siswa kelas VIII dalam mengerjakan tugas

“Semua tugas yang diberikan dikerjakan, apabila tidak mengerjakan tugas maka

disuruh membuat di luar kelas”. Di sini tampak bagaimana pentingnya tugas

dalam pembelajaran dan melatih sikap rasa tanggung jawab siswa terhadap yang

telah diperintahkan serta melihat pengaplikasian terhadap amanah yang diberikan.

D. Evaluasi dan Resitasi dalam Pembelajaran PAI dengan Metode Pem-

berian Tugas

Evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai sesuatu. Evaluasi

diarahkan untuk menilai penerapan metode pemberian tugas dalam mengaktifkan

siswa. Proses belajar yang telah dilakukan apakah mencapai tujuan. Apakah dalam

proses pembelajaran itu ditemui kendala dan bagaimana kerjasama setiap


20

komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran.

Dengan evaluasi hendaknya bisa mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan

oleh siswa dan bagaimana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah

diberikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi atau penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk

mengetahui, memahami, dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan guru mengadakan evaluasi adalah untuk

memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki PBM.

Evaluasi juga dapat menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-

masing siswa, menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat.

Tingkat kemampuan lainnya yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menge-

nal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hasil evaluasi itu

dapat digunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan tersebut.

Dalam menentukan evaluasi untuk perbaikan proses pembelajaran, guru

PAI melakukan penilaian jangka pendek (Formatif). Sedangkan untuk mengetahui

hasil belajar siswa guru PAI melakukan penilaian jangka panjang (Sumatif).

Adapun evaluasi formatif yang dilakukan setelah satu pokok bahasan

selesai dipelajari atau dilakukan pada proses pembelajaran. Apabila hasil penilaian

siswa masih rendah, maka perlu dilakukan remedial. Hasil evaluasi sumatif

digunakan oleh guru PAI pada akhir semester. Evaluasi ini berguna untuk

memperoleh informasi tentang keberhasilan siswa dalam belajar pada orang tua.

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran perlu

diadakan usaha dan tindakan untuk menilai hasil belajar siswa. Penilaian hasil
21

belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam penguasaan materi pela-

jaran yang diberikan baik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (tingkah laku),

dan Psikomotor (keterampilan).

Dalam wawancara penulis dengan Rosneli, beliau menyatakan bahwa beliau

memeriksa setiap tugas yang diberikan kepada siswa. Tujuannya adalah untuk

memberi angka yang tepat, sebagai hasil belajar siswa dan memberikan umpan

balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pengajaran. Tujuan

khusus dari tugas ini adalah untuk melatih keterampilan siswa, membiasakan

mengisi waktu luang serta menumbuhkan sifat amanah dan bertanggungjawab.

(wawancara, Padang, 23/4/2008)

Lebih lanjut Fariati menjelaskan bahwa seluruh tugas yang dikerjakan siswa

dievaluasi, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Berdasarkan data itu kemudian

dapat diadakan perbaikan bagi siswa tersebut. (wawancara, Padang, 21/4/2008)

Bentuk penilaian yang diadakan tergantung pada bentuk tugas yang dibe-

rikan. Khasnad mengatakan bahwa penilaian yang dilakukan terhadap tugas yang

sudah dikerjakan siswa tergantung kepada bentuk tugas. Kalau tugas hafalan

seperti hafalan ayat maka aspek yang dinilai adalah ketepatan dalam membaca

ayat skor maksimum 20. Kalau tugasnya berupa tulisan juga diberi nilai dengan

skor 20. Apabila mengerjakan tugas yang dianggap penting berupa mengerjakan

LKS semua siswa memilikinya skor 20. Ketepatan memahami materi skornya 40.

Jadi tugas yang diberikan pada siswa memiliki nilai. Masing-masing nilai itu
22

untuk mempertimbangkan cara belajar siswa selama pembelajaran. (wawancara,

Padang, 21/4/2008)

E. Kendala-kendala yang dihadapi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran PAI

dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas

Keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada pengaruh

komponen-komponen belajar. Dalam melaksanakan pembelajaran PAI, metode

pemberian tugas merupakan satu komponen pembelajaran yang dapat menunjang

terlaksananya pembelajaran sesuai dengan tujuan yang sudah terencana dengan

baik. Metode pemberian tugas dapat memberikan pemahaman pada siswa, apa

tujuan tugas yang diberikan guru pada siswa dan apa manfaat tugas itu untuk

siswa pada saat mengerjakan tugas maupun sesudah mengerjakan tugas.

Untuk melaksanakan metode pemberian tugas pada pembelajaran PAI, guru

ataupun siswa juga menghadapi kendala-kendala. ”Adapun kendala yang biasa

kami (guru) rasakan dalam melaksanakan metode pemberian tugas, siswa diserahi

tugas kemudian pada waktu yang sudah disepakati harus dikumpulkan semua

tugas yang telah diberikan. Namun, masih ada siswa yang belum melaksanakan

tugas yang diberikan dengan tepat waktu, kadang siswa mengerjakan tugas

tersebut dalam kelas dan ada juga yang tidak mengumpulkan”.( Rosneli,

wawancara, 23/4/2008)

Lebih lanjut Khasnadi mengemukakan ”Dalam memberikan tugas kami

(guru) memberikan penjelasan pada siswa, lalu memberi tahu kapan tugas itu

harus dikumpul. Tapi dari hasil yang selama ini kami (guru) temui tugas yang
23

telah kami (guru) berikan ada yang belum melaksanakan tepat waktu lantaran

lupa, ada yang melaksanakan dalam kelas. Jika mereka mengerjakan tugas dalam

kelas ini sangat menganggu proses pembelajaran yang sedang disajikan pada

pertemuan berikutnya. Siswa kurang siap untuk belajar pada materi baru”.

(wawancara, Padang, 21/4/2008)

Kendala yang ditemui seperti mengerjakan tugas dalam kelas tersebut dapat

meyebabkan tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan efektif dan efisien.

Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan

guru. Yang diungkapkan oleh siswa ”Dalam mengerjakan tugas yang diberikan

guru tersebut kadang kami (siswa) harus melaksanakan semua tugas dari seluruh

mata pelajaran yang kami (siswa) ambil sedangkan waktu untuk mengerjakan

sedikit dan seluruh tugas yang diberikan guru itu harus kami kerjakan semua

kadang kami letih untuk mengerjakan tugas, maka kami kerjakan tugas itu dalam

kelas”.

Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu merencanakan suatu

pembelajaran dan mampu pula dalam menanggulangi hambatan-hambatan yang

muncul pada pembelajaran berlangsung seperti dalam melaksanakan metode

pemberian tugas yang dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran PAI. Dalam

menanggulangi kendala yang muncul seperti ada siswa yang mengerjakan tugas

dalam kelas yang nantinya dapat menganggu jalannya pembelajaran, dan siswa

pun siap dalam menghadapi pembelajaran dengan materi baru dengan baik serta

terciptanya suasana Pembelajaran aktif. Maka guru harus bisa mencari waktu yang

tepat untuk siswa dapat mengerjakan tugas, supaya nilai tugas harian siswa masuk
24

(ada) dan materi yang disajikan bisa diterima dengan baik oleh siswa dengan rasa

senang dan bermanfaat bagi siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Karena, mereka sudah terbiasa menjalankan tugas-tugas yang diberikan guru,

supaya telah dewasa nanti mereka terbiasa menerima tugas dan menyelesaikan

dengan baik.

Dengan kenyaman yang dirasakan siswa akan menambah gairah siswa

untuk belajar PAI dan ilmu yang diberikan tahan lama, tujuan pengajaran yang

diharapkan akan tercapai. Misalnya, tujuan dari segi kognitif, afektif, dan spiko-

motor akan tercapai dengan efektif.


25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan hasil

penelitian tentang penerapan metode pemberian tugas dalam proses belajar

mengajar PAI di SMP Negeri 18 Padang.

1. dilihat dari latar belakang kondisi pembelajaran PAI sudah memiliki sarana dan

prasarana berupa mushalla tempat beribadah dan ruang tempat belajar PAI

dalam menerapkan metode pemberian tugas.

2. Penerapan metode pemberian tugas yang selalu menjadi pertimbangan oleh

guru, antara lain merumuskan tujuan yang hendak dicapai dari tugas, waktu

pemberian tugas ini bisa di kelas dan bisa di luar kelas atau di rumah (PR),

bentuk tugas yang diberikan dan cara mengerjakan serta kesesuaian materi

dengan tugas yang diberikan.

3. Adapun bentuk penilaian yang diberikan dalam menerapkan metode penugasan

pada pembelajaran PAI, yaitu formatif dan sumatif. Masing-masing tugas

memiliki bobot sebagai penilaian harian dan pelaporan terhadap hasil kerja

siswa per semester.


26

B. Saran-saran

Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap Pendidikan Agama Islam

di SMP Negeri 18 Padang, penulis menyarankan yang berikut.

1. Hendaknya guru PAI mampu menerapkan metode pemberian tugas pada mata

pelajaran PAI di SMP Negeri sesuai dengan teori..

2. Dalam penerapan metode pemberian tugas diharapkan guru PAI bisa

memperhatikan rambu-rambu dalam penugasan. Seperti, memberikan penje-

lasan kepada siswa terhadap tugas yang akan dikerjakan, menyediakan waktu

yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas agar terciptanya pembela-

jaran aktif pada pembelajaran PAI secara efektif dan efisien.

3. Dalam evaluasi yang diberikan guru PAI bisa sebagai pendorong siswa untuk

lebih giat belajar dalam meningkatkan kualitas belajar PAI.

Anda mungkin juga menyukai