Anda di halaman 1dari 20

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MANASIK HAJI

DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN


LEARNING TOGETHER
KELAS X IPS – 1 MAN 1
LANGKAT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam

OLEH

MULIANA SARI
Nomor Pokok :
NIRM :

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.6 Indikator Pariabel .......................................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA ........................................................... 6

2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 6

2.2 Kerangka Konseptual .................................................................................. 16

2.3 Penelitian yang Relevan .............................................................................. 17

2.4 Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 17

REFERENSI ......................................................................................................... 18

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha pewarisan ilmu yang berguna sebagai

penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk Rahma

Cahyani - Nur Richa Oktavianis memperbaiki nasib dan peradaban manusia.

Pendidikan menjadi salah satu tolak ukur dari kemajuan suatu bangsa. Oleh

karena itu optimalisasi ketercapaian tujuan pendidikan merupakan sebuah hal

yang penting.

Proses pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Di rumah,

seorang anak berada di bawah pengawasan dan pengajaran orang tua dan

masyarakat sekitar, sementara proses pendidikan yang berlangsung di sekolah,

melibatkan peran serta guru. Sebagai seorang pendidik, seorang guru diharapkan

menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Dan sebagai seorang pengajar, peran

guru dalam proses transfer of knowledge sangat dibutuhkan sehingga peserta didik

dapat memahami materi yang disampaikan.1

Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fiqih, diperoleh

informasi bahwa dari 15 peserta didik, hanya 30% yang dapat memahami materi

tata cara haji, sedangkan 70% lainnya belum sepenuhnya memahami materi

tersebut. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode konvensional dalam

mengajar sehingga peserta didik kurang tertarik dan merasa bosan; peserta didik

1
Asep suryana dan Suryadi.( 2007) Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta:

Direktoran Jenderal) h. 89

1
lebih banyak menghafal pengertian haji, ketentuan haji, hukum haji, waktu haji

dan cara melaksanakan haji.

Pelajaran fiqih merupakan bagian dari cabang ilmu pendidikan agama

Islam yang membahas tentang berbagai hukum yang menjadi penuntun bagi umat

Islam dalam menjalani kehidupan. Dengan mengoptimalkan penguasaan peserta

didik terhadap materi-materi ini, diharapkan akan terbentuk pribadi seorang

muslim yang baik dan beriman sehingga terwujudlah harapan utama sebagai

sosok insan kamil dalam kehidupan. Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas,

diperlukan metode yang inovatif dan kreatif sehingga peserta didik merasa tertarik

dalam menerima dan memahami materi pelajaran. Metode Numbered Head

Together diyakini sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan persoalan

tersebut, khususnya dalam pembelajar-an fiqih. Menurut Rahayu, Numbered Head

Together adalah suatu metode yang lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam

mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber sampai

kepada mempresentasikan hasilnya di depan kelas.2

Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together Secara

umum, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam menerapkan

strategi pembelajaran baru, tepat, kreatif, inovatif dan variatif. Bagi peserta didik,

diharapkan akan memotivasi mereka untuk mengikuti pembelajaran dengan baik

sehingga lebih mudah dalam menerima dan memahami penjelasan yang diberikan

oleh guru. Kajian ini diharapkan juga akan semakin memperkaya pengalaman

guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan variatif dalam

2
Sardiman Am. ( 2004) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta:

PT raja grafindo persada) h. 78

2
proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan mudah

memahami materi pembelajaran. Bagi penulis, kajian ini akan menambah

wawasan dan pengetahuan sehingga akan memperkaya referensi penulis dalam

menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran Fiqih.

Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together Secara

umum, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam menerapkan

strategi pembelajaran baru, tepat, kreatif, inovatif dan variatif. Bagi peserta didik,

diharapkan akan memotivasi mereka untuk mengikuti pembelajaran dengan baik

sehingga lebih mudah dalam menerima dan memahami penjelasan yang diberikan

oleh guru.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar dalam belajar Pemahaman

Manasik Haji itu lebih menarik, maka perlu upaya pembelajaran yang tepat dan

terarah, untuk itulah peneliti melakukan penelitian tindakan kelas tentang

“UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MANASIK HAJI DENGAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan berdasarkan pengamatan

di kelas X – IPS - 1 MAN 1 Langkat. Ada beberapa masalah yang dapat

penulis identifikasi. Yaitu sebagai berikut .

1. Peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran ketika guru

menerangkan pelajaran.

2. Peserta didik tidak terlibat aktif dalam pembelajaran Menasik Haji

3. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama islam

3
4. Guru tidak mengunakan media yang menarik.

5. Guru dalam mengajar monoton

6. Guru tidak melakukan variasi dalam pmilihan metode pembelajaran

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah melalui penerapan metode Numbered Head Together dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran Fiqih

materi tata cara haji di kelas X – IPS - 1 MAN 1 Langkat ?

2. Bagaimana Prosedur peningkatan pemahaman siswa terhadap materi tata

cara haji pada mata pelajaran Fiqih di kelas X – IPS - 1 MAN 1 Langkat

melalui Metode Numbered Head Together ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui keberhasilan metode Numbered Head Together dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran Fiqih

materi tata cara haji di kelas X – IPS - 1 MAN 1 Langkat.

2. Untuk mengetahui Prosedur peningkatan pemahaman siswa terhadap

materi tata cara haji pada mata pelajaran Fiqih di kelas X – IPS - 1 MAN 1

Langkat melalui Metode Numbered Head Together.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Bagi peserta didik, diharapkan nantinya dapat lebih bersemangat dan

termotivasi untuk mempelajari materi pada Pelajaran Manasik Haji , dan

peserta didik diharapkan dapat lebih mudah menerima dan memahami

materi pada mata pelajaran Piqih, serta peserta didik dapat lebih cepat

dan mudah mencapai Kompetensi Inti (KI ) dan Kompetensi Dasar (KD)

serta tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4
2. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan sekurang-kurangnya dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk

melaksanakan tugas-tugas kependidikan, baik bagi kepala sekolah maupun

bagi guru untuk menyiapkan peserta didik yang berwawasan luas dan

mempersiapkan kegiatan aktivitas belajar yang terencana dengan baik.

Dengan mengambil hasil penelitian sebagai referensi dalam melaksanakan

pelayanan pendidikan akan lebih memudahkan mencapai tujuan

pendidikan yaitu dengan output peserta didik yang berwawasan luas dan

terbiasa dengan aktivitas belajar yang baik.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

pemikiran dalam upaya menigkatkan hasil belajar siswa melalui media

audio visual pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas X – IPS – 1

MAN 1 Langkat. Dalam rangka mengembangkan usaha-usaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikan yang diselenggarakan.

4. Bagi penulis, untuk menambah wawasan peneliti mengenai penggunaan

media Learning Together dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Piqih.

1.6 Indikator Pariabel

1. Meningkatakan perhatian Peserta didik terhadap pelajaran ketika guru

menerangkan.

2. Meningkatkan keaktifan Peserta didik dalam pembelajaran

3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Piqih

4. Guru dapat mengunakan media yang menarik.

5. Guru melakukan variasi dalam pemilihan metode pembelajaran.\

5
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar”

Pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.3

Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari

dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar.

Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar

terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.

Jika dianalisis pengertian belajar dari berbagai ahli tersebut , nampaknya

memiliki pandangan yang relatif sama tentang pengertian belajar, Belajar adalah :

perubahan perilaku yang dihasilkan dari suatu proses kegiatan belajar yang

diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas. Proses tersebut

ditunjukan oleh peserta didik menjadi tahu, terampil, berbudi, dan menjadi

manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan

mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu.

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar, karena untuk sampai

pada tahap pemahaman perlu proses belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan

proses, perbuatan dan cara memahami Pemahaman adalah tingkatan kemampuan

yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta

3
Syaiful Bahri Djamarah. (2002) Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta. h. 13

6
fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas,

tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, sehingga dapat

membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur,

menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh,

memper-kirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.4

Pada ranah kognitif, memahami merupakan level yang lebih tinggi

daripada sekedar mengetahui. Definisi lain terkait pemahaman, dikemukakan oleh

Anas Sudijono sebagai “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat”. Dengan kata lain, memahami

adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi

dari ingatan dan hafalan” (Sudijono, 1996: 50). Menurut Saifuddin Azwar, dengan

memahami, berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan,

meramalkan, dan membedakan (Azwar, 1987: 62). Sedangkan menurut W. S.

Winkel, yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini

dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang

disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti mendeskripsikan rumus

matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang

kecenderungan yang nampak dari data tertentu.

Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama,

yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan,

4
Eveline Siregar. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. (Bogor: Ghalia

Indonesia) h 6

7
membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan,

menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh,

menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut

menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam

dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami

sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa

menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan

pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi

juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang

dipelajari.5

Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan peserta didik sampai pada

tahapan “pemahaman” antara lain; 1) faktor internal, yakni faktor jasmaniah,

faktor psikologis, faktor pematangan fisik atau psikis, faktor pengalaman, dan

faktor intelegensia, 2) faktor eksternal, yakni faktor sosial, faktor budaya, faktor

lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual, faktor pendidikan, dan faktor

pekerjaan.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman siswa antara lain; memperbaiki proses pembelajaran, mengadakan

bimbingan belajar, menumbuhkan semangat belajar, memberikan umpan balik

dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, melakukan remedial, dan

menerapkan metode pembelajaran yang variatif.

5
Ibid .h 7

8
2.12 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang

kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam

himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.6

Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas,

mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang

belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. menjelaskan

bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu

menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di

antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya

terhadap suatu objek.7

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain

kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain

6
Dimyati dan Mudjiono. ( 2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.h. 3
7
Nana Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. h. 22

9
psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana,

2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara

lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem

lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir

seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan

masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional

dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku

terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti

informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi

untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan

melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai

pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut

Wahidmurni, dkk. instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non

tes. Selanjutnya, menurut Hamalik memberikan gambaran bahwa hasil belajar

yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah

belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan

sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.8

8
Oemar Hamalik. ( 2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. h. 155

10
2.1.3 Tata Cara Haji

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke-lima, yang diisyaratkan atau

diwajibkan kepada umat Islam pada tahun ke-10 Hijriyah. Pengertian haji bila

ditinjau dari segi bahasa ialah al-Qoshdu artinya menyengaja, maksud dan tujuan.

Menurut istilah syara’, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah

Al-Mukarroma dengan maksud beribadah dengan cara-cara yang telah ditentukan

oleh syariat Islam. Ibadah haji dilakukan semata-mata untuk mengharap ridlo

Allah SWT.9

Melaksanakan ibadah haji hukumnya wajib bagi umat Islam yang mampu,

sekali seumur hidup. Ketetapan tersebut merujuk kepada firman Allah SWT.

Dalam Surah Ali-Imran ayat 97.

ً ‫س ِب‬
‫يًل ۚ َو َم ْن َكفَ َر‬ َ ‫ع ِإلَ ْي ِه‬
َ ‫طا‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْال َب ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬ ِ ‫ِيم ۖ َو َم ْن دَ َخلَهُ َكانَ ِآمنًا ۗ َو ِ هّلِلِ َعلَى النه‬
َ ‫ِفي ِه آ َياتٌ َب ِينَاتٌ َمقَا ُم ِإب َْراه‬

َ‫ي َع ِن ْال َعالَ ِمين‬ ‫فَإ ِ هن ه‬


ٌّ ِ‫َّللاَ َغن‬

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;

Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan

haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup

mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),

maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta

alam” (QS. Ali Imran: 97).

Pengertian kata “sanggup” pada ayat di atas, dimaksudkan bagi orang yang

sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani

dan Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together perjalananpun

aman. Melakukan ibadah haji yang kedua dan seterusnya hukumnya sunnah.

Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari. (2005). Panduan Aqidah Lengkap, (Bogor:
9

Pustaka Ibnu Katsir, h. 55

11
Beberapa ketentuan terkait ibadah haji dibedakan menjadi syarat wajib

haji, rukun haji, wajib haji, dan sunnah haji. Syarat wajib haji terdiri dari: 1)

beragama Islam, 2) baligh atau dewasa, 3) berakal sehat, 4) merdeka atau tidak

berstatus sebagai budak, dan 5) mampu. Adapun rukun haji terdiri dari: 1) niat

ihram haji, 2) wuquf di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, 3) thawaf

Ifadah, 4) sa’i (lari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah tujuh kali), 5) tahallul

(memotong rambut paling sedikit tiga helai), 6) tertib (yang dahulu didahulukan

dan yang akhir di akhirkan). Selain memenuhi rukun haji, beberapa hal berikut

juga wajib dilakukan, yakni: 1) ihram dari miqat (pakaian ihram laki-laki dua

helai kain putih tidak berjahit, sedangkan untuk kaum wanita adalah yang

menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan), 2) bermalam di

Muzdalifah (pada malam Idul Adha), 3) bermalam di Mina pada malam tasyrik

(tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah), 4) melontar jumroh (tanggal 10 Dzulhijjah;

jumroh aqobah, tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah; jumroh ula, wusta dan aqobah) dan

5) meninggalkan semua larangan ihram.10

Adapun hal-hal yang sunnah dilakukan ketika melaksanakan ibadah haji

adalah sebagai berikut: 1) mendahulukan haji daripada umroh (haji ifrad), 2)

membaca bacaan talbiyah yang dimulai sejak ihram sampai melontar jumroh, 3)

membaca sholawat dan berdo’a sesudah bacaan talbiyah, 4) thawaf qudum, yaitu

thawaf yang berupa penghormatan awal kepada baitullah ketika pertama datang di

Makkah, 5) menunaikan shalat sunnah dua rakaat sesudah thawaf qudum, 6)

membaca do’a ketika melakukan thawaf, dan 7) masuk ke Baitullah (Hijr Ismail).

Sementara beberapa hal berikut termasuk ke dalam larangan haji, yakni: 1)

10
Ibid .h 57

12
memotong kuku, 2) memakai wangi-wangian, 3) mencabut atau mecukur rambut,

4) bersenang-senang dengan syahwat (mubasyaroh), 5) bersetubuh, 6) membunuh

binatang buruan, dan 7) menikah (menikahkan dan meminang). Adapun bacaan

Kalimat Talbiyah yang di baca ketika thawaf, adalah sebagai berikut:

َ‫لَبهيْكَ اللّٰ ُه هم لَبهيْكَ لَبهيْكَ َالََش َِريْكَ لَكَ َلبهيْكَ ا هِن ْال ََح ْمَدَ َوالنِ ْع َمةَ لَكَ َو ْال ُم ْلكَ َالََش َِريْكَ لَك‬

Setiap muslim yang mengerjakan ibadah haji dapat memilih di antara tiga tata

cara pelaksanaan haji yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, yakni haji ifrad,

haji tamatt’, dan haji qiran. Haji Ifrad yaitu mendahulukan ibadah haji kemudian

baru mengerjakan ibadah umroh. Cara ini tidak dikenakan denda, namun jika

jamaah haji memilih haji Tamattu’, yaitu mendahulukan ibadah umroh kemudian

baru mengerjakan ibadah haji, maka mereka wajib membayar dam menyembelih

seekor kambing. Yang ketiga adalah haji qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan

umroh dikerjakan secara bersamaan.11 Cara ini wajib membayar dam yaitu

menyembelih seekor kambing. Pelaksanaan ibadah haji telah ditentukan pada

bulan Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijjah. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW

yang artinya: “Dari Ibu Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda, bulan-bulan haji

itu adalah Syawal, Dzulqaidah dan 10 hari bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhori).

2.1.4 Metode Numbered Head Together

Pada umumnya, jika seorang guru ingin mengetahui pemahaman siswa

pada saat pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Kemudian

guru menunjuk salah seorang dari beberapa siswa (yang telah mengangkat

tangannya ketika guru memberikan pertanyaan) untuk menjawabnya. Jika

11
Yusuf Qhardawi, Prof. Dr (1993). konsep ibadah dalam
islam. Subarabaya. CENTRAL MEDIA. h. 91-93.

13
jawabannya kurang tepat maka siswa lain mempunyai peluang untuk menjawab

pertanyaan tersebut.

Cara demikian banyak kelemahannya, diantaranya adalah jika guru

memberikan pertanyaan, semua siswa akan berebut untuk menjawab pertanyaan

dengan mengangkat tangan, karena rata-rata siswa menginginkan perhatian guru.

Sayangnya, dalam kondisi ini guru hanya mampu melayani satu siswa saja. Untuk

menghindari hal seperti itu terjadi, guru menerapkan metode Numbered Head

Together. Metode ini dikenalkan pertama kali oleh Spencer Kagan pada tahun

1993.

Metode Numbered Head Together adalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki

agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Menurut Kagan, metode Numbered Head Together secara tidak

langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan

cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif

dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah penerapan metode Numbered Head Together

adalah sebagai berikut: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan

menjawab dengan tiga langkah yakni pembentukan kelompok, diskusi masalah,

dan bertukar jawaban antar kelompok.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah

sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut

adalah sebagai berikut: (1) persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan

14
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang sesuai dengan metode Numbered Head Together, (2)

pembentukan kelompok. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-6 orang siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-6 dan

diberi nama kelompok yang berbeda, (3) tiap kelompok harus memiliki buku

paket atau buku panduan untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS

atau masalah yang diberikan oleh guru, (4) diskusi masalah. Secara berkelompok,

setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa

setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, (5) memanggil nomor anggota. Pada

tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan dan Pembelajaran PAI melalui Metode

Numbered Head Together menyiapkan jawaban untuk disampaikan pada

kelompok lain, (6) menyampaikan kesimpulan. Guru memberikan kesimpulan

atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

disajikan.

Penerapan Metode Numbered Head Together merujuk pada konsep

Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

suatu pelajaran sehingga keseluruhan siswa memahami materi yang dibahas.

Kelebihan metode ini adalah terbentuknya interaksi antara siswa melalui diskusi

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. melalui kegiatan ini, siswa yang

pandai maupun siswa yang kurang pandai, sama-sama memeroleh manfaat

melalui aktivitas belajar kooperatif. Melalui kegiatan ini, seluruh siswa

memeroleh kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan

15
kemampuan yang mereka miliki. Di sisi lain, metode ini memiliki kelemahan,

yakni siswa yang pandai cenderung mendominasi proses diskusi sehingga dapat

menimbulkan sikap minder dan pasif bagi siswa dengan kemampuan yang lemah.

Disamping itu, untuk mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok,

memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda sehingga membutuhkan

waktu khusus.

2.2 Kerangka Konseptual

Hasil belajar adalah tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran

di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan

secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut

dengan proses belajar.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor

eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan media pembelajaran yang

tepat, yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan, sebaliknya hasil belajar

yang diinginkan juga menjadi perhatian yang serius dalam memilih media

pembelajaran yang tepat.

Tujuan pendidikan sangat menunjang peningkatan keimanan dan

ketaqwaan siswa kepada Allah SWT serta dapat memberikan pengetahuan sekitar

pendidikan agama Islam kearah yang lebih baik. Oleh karna itu meningkatkan

hasill belajar pendidikan akidah akhlak sangatlah penting bagi siswa. dan

16
penggunaan media pembelajaran yang tepat mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan pola tersebut di atas, maka hubungan media Pembelajaran

Learning Together dengan hasil belajar merupakan hubungan kualitas. Artinya

hasil belajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan media pembelajaran yang tepat,

yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan, sebaliknya hasil belajar yang

diinginkan juga menjadi perhatian yang serius dalam memilih media pembelajaran

yang tepat.

2.3 Penelitian yang Relevan

1. Muhammad Rudi ( 2015 ) Upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui

Penggunaan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran PAI Kelas Vii A Di

Smp 3 Tanjung Pura .

2. Reza Budiarti ( 2014) Uapaya peningkatan hasil pembelajaran dengan

menggunakan metode jigsaw pada pembelajaran fiqih dikelas IX di MTS

Swasta Miftahul Jannah Pantai Cermin.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas berikut ini adalah diduga

dengan penggunaan media Pembelajaran Learning Together dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada pelajaran Haji dikelas X – IPS – 1 MAN 1 Langkat.

17
REFERENSI

Suryana Asep dan Suryadi. Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Direktoran Jenderal

Am. Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

raja grafindo persada.

Djamarah. Syaiful Bahri (2002) Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.

Siregar. Eveline (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Sudjana. Nana (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).

Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Hamalik. Oemar (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

al-Atsari. Abdullah bin ‘Abdil Hamid (2005). Panduan Aqidah Lengkap, Bogor:

Pustaka Ibnu Katsir.

Qhardawi, Yusuf (1993). konsep ibadah dalam islam. Subarabaya. CENTRAL

MEDIA.

18

Anda mungkin juga menyukai