Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERADILAN TATA USAHA NEGARA

“PEMERIKSAAN PTUN DAN ALASAN PENGAJUAN GUGATAN”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

Mardiono Paputungan (1011421001)


Abdul Karim Adam (1011421261)
Aldin Karim (1011421260)
Havid Putra Awal Tolinggilo (1011421004)
Sri Rahayu Ningsih Pongolingo (1011421254)
Nur Rahmawati Mahmud (1011421075)
Dwi Hasrianty Ruchban (1011421161)
Miladyah Ashafa Sheyla Mandang (1011421072)
Srinorindra Rahayu Budiiswanti (1011418085)
Dosen pengampuh : Nurvazria Achir,S.H.,M.H.

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS HUKUM
2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemeriksaan PTUN dan alasan pengajuan
gugatan” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum acara PTUN. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana pemeriksaan dalam ptun dan apa alasan
dilakukannya pengajuan gugatan dalam ptun bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nuvazria achir, S.H.,M.H. selaku Dosen Pengajar
Mata Kuliah Hukum acara PTUN. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar hukum dan pengertian pemeriksaan dalam perdilan tata usaha negara
B. Penerapan pemeriksaan persiapan daam peradilan tata usaha negara
C. Alur pemeriksaan perkara peradilan tata usaha negara
D. Alasan pengajuan gugatan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan tata usaha negara merupakan salah satu lingkungan peradilan di bawah
mahkamah agung yang menyelesaikan sengketa antara seorang atau badan hukum
perdata akibat dikeluarkannya keputusan badan atau penjabat tata usaha negara. Objek
gugatan dalam peradilan tata usaha negara adalah keputusan tata usaha negara yang telah
dikeluarkan oleh badan atau penjabat tata usaha negara.
Penyelesaian sengketa tata usaha negara dalam peradilan tata usaha negara dimulai
dengan didaftarkan gugatan ke pengadilan tata usaha negara pada tempat tergugat
berkedudukan. Dalam proses pemeriksaan dalam peradilan tata usaha negara dilakukan
dalam dua proses pemeriksaan yaitu sebelum pemeriksaan pokok perkara yang
mencangkup rapat permusyawaratan dan pemeriksaan persiapan serta pemeriksaan pokok
perkara.
Dalam pemeriksaan persiapan tersebut hakim dapat melakukan musyawarah dalam
sidang tertutup untuk umum,tidak harus diruang sidang,bahkan dapat pula dilakukan
diruang kerja hakim tanpa memakai toga.
Sebagai sarana control sosial dalam masyarakat, hukum yang bersifat dinamis sangatlah
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan keadilan dalam masyarakat. Selain itu
hukum juga harus sealu mengikuti perkembangan zaman dan tidak boleh beriorientasi
pada masa lampau. Dalam melaksanakan fungsi keadilan dari pengadilan tata usaha
negara harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara umum,tujuan dari peradilan tata usaha negara ini sendiri adalah untuk
memberikan pelayanan apabila terdapat suatu benturan kepentigan,perselisihan atau
sengketa yang terjadi antara badan atau penjabat tata usaha negara dengan masyarakat.
Peradilan tata usaha negara ini diatur berdasarkan undang-undang No.5 tahun 1986
tentang peradilan tata usaha negara.namun undang-undang no 5 tahun 1986 diubah
sebanyak dua kali yaitu perubahan pertama oleh undang-undang no 9 tahun 2004 dan
perubahan kedua oleh undang-undang nomor 51 tahun 2009.undang-undang PTUN ini
sendiri mempunyai dua opsi penyelesaian perkara bidang sengketa tata usaha negara,
yaitu melalui upaya administrasi yang penyelesaiannya masih dalam ranah administrasi
pemerintah itu sendiri melalui gugatan kepengadilan tata usaha negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum dan pengertian pemeriksaan dalam peradilan tata usaha negara?
2. Bagaimana penerapan pemeriksaan persiapan daam peradilan tata usaha negara?
3. Bagaimana alur pemeriksaan perkara peradilan tata usaha negara?
4. Apa alasan pengajuan gugatan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar hukum dan pengertian pemeriksaan dalam perdilan tata usaha negara
Pemeriksaan persiapan diatur dalam pasal 63 undang-undang nomor 5 tahun1986
yang menyatakan sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib
mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas. Dalam
pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud tersebut, hakim wajib :
1. Memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya
dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari.
2. Dapat meminta penjelasan kepada badan atay penjabat tata usaha negara yang
bersangkutan.
3. Apabila dalam jangka waktu 30 hari penggugat belum menyempurnakan
gugatan,maka hakim menyatakan dengan putusan bahwa gugatan tidak dapat
diterima.
4. Terhadap putusannya tidak dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan
gugatan baru.

Maksud disediakannya acara pemeriksaan persiapan adalah guna mengimbangi dan


mengatasi kesulitan penggugat memperoleh informasi atau data yang berada dalam
kekuasaan badan/penjabat tata usaha negara. Hal ini diperlukan mengingat kedudukan
antara penggugat dengan badan atau/penjabat tata usaha negara berada pada posisi yang
tidak seimbang. Yakni dengan cara memberikan kesempatan kepada hakim untuk
meminta penjelasan kepada badan/penjabat tata usaha negara yang digugat, bahkan
penjabat tata usaha negara lainnya yang dipandang perlu ataupun mendengar keterangan
siapa saja yang dianggap perlu oleh hakim, juga mengumpulkan surat-surat yang
dianggap perlu oleh hakim.

Segi positif adanya acara pemeriksaan persiapan ini akan menimbulkan keyakinan
awal bagi penggugat, bahwa setidak-tidaknya dari segi kewenangan absolute dan
kewenangan relative serta syarat-syarat gugatan diyakini telah terpenuhi, sehingga
gugatan tidak perlu diragukan dan dikhawatirkan kemungkinan dieksepsi oleh tergugat.
Meskipun demikian majelis hakim masih diberikan kewenangan untuk menyatakan
gugatan tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard) baik seluruhnya maupun
sebagian, kendati gugatan telah lolos dari dismissal proses.

B. Penerapan pemeriksaan persiapan dalam peradilan tata usaha negara


Sebelum dilakukannya pemeriksaan persiapan, surat gugatan yang masuk akan
dilakukan penelitian administratif oleh paniterah, wakil panitera atau panitera muda
penganti untuk mengetahui dipenuhinya syarat-syarat dari surat gugatan tersebut yaitu
dilihat dari segi formalnya saja.
Kepada hakim diberi kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan persiapan sebelum
memeriksa pokok sengketa. Wewenang hakim ini untuk mengimbangi dan mengatasi
kesulitan seseorang sebagai penggugat dalam mendapatkan informasi atau data yang
diperlukan dari badan/penjabat tata usaha negara. Mengingat pengguat dan
badan/penjabat tata usaha negara kedudukannya tidak sama.

Dalam melakukan pemeriksaan setempat tidak perlu dilaksanakan oleh majelis


hakim yang lengkap, cukup oleh seorang hakim anggota yang khusus ditugaskan untuk
melakukan pemeriksaan setempat yang dituangkan dalam bentuk penetapan.

C. Alur pemeriksaan perkara


Tahapan –tahapan penanganan perkara dipersidangan
A. Pemeriksaan pendahuluan
1. Pemeriksaan administrasi dikepaniteraan
2. Dismissal prosedur oleh ketua PTUN atau rapat permusyawaratan (pasal 62 UU
No.5/1986)
3. Pemeriksaan persiapan (pasal 63 UU No.5/1986)
B. Pemeriksaan persidangan
 Pembacaan gugatan (pasal 74 ayat 1 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang
memuat jawabannya oleh hakim ketua sidang, dan jika tidak ada surat jawaban ,
pihak tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya.
 Pembacaan jawaban (pasal 74 ayat 1 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang
memuat jawabannya oleh hakim ketua sidang, dan jika tidak ada surat jawaban ,
pihak tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya.
 Replik (pasal 75 ayat 1 undang-undang 1986)
Penggugat dapat mengubah alasan yang mendasari gugatan hanya sampai dengan
replik asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan tegugat ,
dan hal tersebut harus disaksikan oleh hakim.
 Duplik (pasal 75 ayat 2 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
Tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari jawabannya hanya sampai
dengan duplik, asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan
penggugat dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan saksama oleh hakim.
 Pembuktian (pasal 100 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
Yang dapat dijadikan alat bukti dalam persidangan adalah sebabgai berikut :
1. Surat atau tulisan
2. Keterangan ahli
3. Keterangan saksi
4. Pengakuan para pihak
5. Pengetahuan hakim
 Kesimpulan (pasal 97 ayat 1 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
 Putusan (pasal 108 undang-undang nomor 5 tahun 1986)
C. Pembacaan putusan (pasal 108 UU No.5/1986
Pembacaan putusan (pasal 108 undang-undang nomor 1 tahun 1986)
1. Putusan pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
2. Apabila salah satu pihak atau kedua bela pihak tidak sempat hadir pada
waktu putusan pengadilan diuxcapkan,atas perintah hakim ketua sidang
salinan putusan itu disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan.
3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana maksud dalam dalam ayat 1
berakibat putusan pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum.

D. Alasan pengajuan gugatan


Berdasarkan undang-undang nomor 51 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas
undang-undang nomor 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara, bahwa
PTUN bertugas dan berwenang memeriksa,memutus,dan menyelesaikan sengketa tata
usaha negara ditingkat pertama.

Gugatan sengketa yang akan diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha harus
berbentuk tertulis karena hal itulah yang akan menjadi pondasi bagi pengadilan dan
para pihak itu sendiri dalam pemeriksaan terhadap sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan. Di mana isi dari tuntutan gugatan Tata Usaha Negara itu sendiri telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu hanya terdiri
dari tuntutan pokok yang bermaksud agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
merugikan dirinya dianggap batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi dan/atau rehabilitasi. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengajukan
Gugatan dalam Pengadilan Tata Usaha yang telah diatur pada Pasal 52 ayat (1) UU
PTUN. Selain itu, alasan atau dasar gugatan ditunjukkan pada Pasal 53 ayat (2) UU
PTUN, yang berbunyi :
” Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah :
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat tersebut bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat tersebut bertentangan dengan asas
– asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).”
3. Badan atau pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disediakannya acara pemeriksaan persiapan adalah guna mengimbangi dan mengatasi
kesulitan penggugat memperoleh informasi atau data yang berada dalam kekuasaan
badan/penjabat tata usaha negara. Hal ini diperlukan mengingat kedudukan antara penggugat
dengan badan atau/penjabat tata usaha negara berada pada posisi yang tidak seimbang. Yakni
dengan cara memberikan kesempatan kepada hakim untuk meminta penjelasan kepada
badan/penjabat tata usaha negara yang digugat, bahkan penjabat tata usaha negara lainnya yang
dipandang perlu ataupun mendengar keterangan siapa saja yang dianggap perlu oleh hakim, juga
mengumpulkan surat-surat yang dianggap perlu oleh hakim.

Alasan atau dasar gugatan ditunjukkan pada Pasal 53 ayat (2) UU PTUN, yang berbunyi : ”
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah:
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat tersebut bertentangan dengan asas – asas umum
pemerintahan yang baik (AAUPB).”
3. Badan atau pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Website :

Syafri Ajis Murdanil, https://osf.io/uc2t3/download , diakses pada 3 Mei 2023 pukul 21.47.

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, https://ptun-jakarta.go.id/?page_id=975 , diakses pada 4


Mei pukul 9.30

Wahyu Adi Putra Sihombing, https://osf.io/preprints/srea9/ , diakses pada 2 Mei pukul 11.42

Putu Ratna Surya Pratiwi,


https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/19139/12637/ , diakses
pada 2 Mei pukul 10.12

Anda mungkin juga menyukai