Anda di halaman 1dari 18

Tugas

MAKALAH ALGA
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi perairan
Dosen Pengampuh:
Sitti Nursinar S.Pi, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3
RAFLIYANTO HABI (1131422005)
FADELA THAMRIN (1131422027)

ABDUL RAHMAN (1131422031)


ISKA NOPRIANA KALASIANI (1131422033)
JEINSAMEY YAMAN (1131422035)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PEAIRAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ALGA” dibuat untuk memenuhi
tugas tepat pada waktunya. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan
kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang syafaatnya
kami nantikan kelak.

Makalah ini disusun tidak hanya semata-mata untuk memenuhi


tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen, tetapi kami berharap
makalah ini nantinya dapat bermanfaat untuk kami sendiri selaku penulis,
maupun orang lain yang membaca makalah ini.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan


semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini memohon
kritik, saran, dan pesan dari semua yang membaca makalah ini, terutama
dosen mata kuliah Akuakultur yang kami harapkan sebagai bahan koreksi
untuk kami kedepannya.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah


ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................3
1.3 TUJUAN...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Pengertian Alga.......................................................................................4
2.2 Morfologi Alga..........................................................................................5
2.3 Jenis-Jenis Alga.......................................................................................7
2.4 Peranan Alga.........................................................................................11
2.5 Peranan Mikroalga.................................................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang besar. Sebagai Negara
kepulauan, Indonesia memiliki wilayah daratan dan lautan (perairan).
Indonesia mempunyai wilayah perairan laut yang lebih luas dari wilayah
daratan, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati
(biodiversity) tinggi, termasuk keanekaragaman hayati lautnya. Wilayah laut
Indonesia yang luas memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, organisme-
organisme yang ada di wilayah laut Indonesia sangat beranekaragam baik
flora maupun fauna. Menurut Nybakken (1992) mengatakan bahwa wilayah
lautan merupakan satu-satunya tempat kumpulan organisme yang sangat
besar di planet bumi. Organisme- organisme yang hidup di wilayah perairan
(lautan) sangat bervariasi.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki keanekaragaman yang


tinggi dan letak geografis yang strategis. Tingginya keanekaragaman hayati
juga dipengaruhi oleh arus laut dari Samudera Pasifik, Iklim musiman, dan
tipe habitat dan ekosistem (Dahuri 2003). Alga makro memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi di perairan Indonesia, sampai saat ini
sudah ada beberapa yang di manfaatkan menurut potensinya. Penelitian
tentang alga makro di Indonesia dilakukan pertama kali pada ekspedisi
Siboga tahun 1899-1900 yang mendeskripsi lebih dari 700 species alga
makro di perairan Indonesia (Weber-van Bosse 1928), selanjutnya ekspedisi
Denmark ke Pulau Kei tahun 1992, ekspedisi Snellius-II tahun 1984-1985 dan
program Bugenesia tahun 1980-1988. Untuk saat ini, lebih dari 1000 spesies
alga makro di Indonesia telah dilaporkan dan di dalamnya termasuk spesies

III
baru. (Hatta dan Prud’homevan Reine 1991 ; Verheij 1993 ; Atmadja et al
1996; Gerung et al 1999 ; Gerung dan Yamamoto 2001 ; Gerung 2004 ;
Gerung et al 2006 ; Kim et al 2011).

Alga laut keberadaannya di suatu perairan dipengaruhi pertama


kondisi lingkungan yaitu substrat (berpasir, berkarang atau berbatu), pH,
nutrient, suhu, salinitas, kekeruhan dan cahaya matahari. Untuk itu beberapa
spesies alga yang diujicobakan dalam budidaya kadang-kadang mati di
tempat yang baru. Kedua, alga laut memiliki siklus hidup diphasic atau
triphasic yang melibatkan fase haploid (1n) dan fase diploid (2n) dengan
kedua bentuk sama (haplodiplont isomorphic) atau kedua fase tidak sama
(haplodiplont heteromorphic). Jika fase haploid diambil dan ditanam maka
alga tersebut tidak dapat meneruskan keturunannya. Ketiga alga laut
keberadaannya sering mengalami gangguan dari ikan, bulu babi dan penyu.

Menurut Sumich (1992), struktur tubuh alga laut terdiri dari 3 bagian
utama, pertama dikenal dengan sebutan blade, yaitu struktur yang
menyerupai daun pipih yang biasanya lebar; kedua stipe, yaitu struktur yang
menyerupai batang yang lentur dan berfungsi sebagai penahan goncangan
ombak; dan ketiga holdfast, yaitu bagian yang menyerupai akar dan berfungsi
untuk melekatkan tubuhnya pada substrat. Menurut Ohba dkk (2007), alga
terdiri dari 2 kelompok yaitu makroalga dan mikroalga. Dawes (1998)
menyatakan bahwa perbedaan warna thallus dapat menggambarkan ciri dari
setiap divisi makroalga. Rohmimohtarto dan Juwana (2005) memaparkan
sebagian besar makroalga mempunyai warna indah yang disebabkan
pigmen-pigmen dari kromatofor menyerap matahari untuk fotosintesis.

IV
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Apa yang di maksud dengan alga?
 Bagaimana morfologi alga?
 Apa saja jenis-jenis alga
 Bagaimana peran alga?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui pengertian alga.
 Untuk mengetahui morfologi alga.
 Untuk mengetahui jenis-jenis alga
 Untuk mengetahui peranan alga

V
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alga
Alga merupakan salah satu sumberdayaalam hayati laut yang bernilai
ekonomisdan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang tinggi dalam
rantai makanandan tempat pemijahan biota-biota laut (Bold and Wyne,1985).
Studi alga laut di Indonesia pernah dilakukan oleh Rumpius pada tahun 1750
di perairan Ambon. Pengkajian secara intensif dilaksanakan pada ekspedisi
“Siboga” pada tahun 1899-1900 oleh WeberVan Bosse di perairan bagian
Indonesia. Studi alga laut di Indonesia pernah dilakukan oleh Rumpius pada
tahun 1750 di perairan Ambon. Pengkajian secara intensif dilaksanakan pada
ekspedisi “Siboga” pada tahun 1899-1900 oleh Weber-Van Bosse di perairan
bagian Indonesia. Ekspedisi ini berhasil mendeskripsikan 782spesies alga
makro di antaranya 196 Chlorophyta, 134 Phaeophyta dan 452 Rhodophyta
(Anggadiredja et al., 2009).

Alga makromemiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan


dalam bidang industri,makanan,obat-obatandan energi.Sehingga permintaan
untuk komoditi alga makrosemakin meningkat. Untuk memenuhi keperluan
tersebut tidak hanya bergantung pada potensi produksi alam saja,tetapi
masyarakat harus melakukan budidaya alga makro, sehingga spesies-
spesies algamakrotersebut perlu diketahui potensi dan pengembangan
produksinya sesuai dengan yang diperlukan, untuk itu pelatihan mengenal
spesies-spesiesalga laut Indonesia perludilakukan terutama dikalangan
pendidikan dan perguruan tinggi, sehingga tentunya dapat membantu
pengembangan ilmu dan pendidikan (Sulistijo,2009).

VI
2.2 Morfologi Alga

Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan


yaitu mikroalga dan makroalga (Fitton dan Helen, 2005).

2.2.1 Makroalga

Makroalga di daerah tropis khususnya wilayah Indonesia bagian timur


memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi, namun alga sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan atau tekanan ekologis yang dapat
mempengaruhi keberadaannya. Pengaruh lingkungan seperti substrat,
gerakan air, suhu, salinitas, pasang surut, cahaya, pH, nutrien dan kualitas
air akan menimbulkan kerusakan bahkan kepunahan jenis (Atmadja et al.
1996). Makroalga merupakan tanaman tingkat rendah yang tumbuh melekat
atau menancap pada substrat tertentu seperti pada karang, lumpur, pasir,
batu, dan benda keras lainnya. Selain benda mati, makroalga juga dapat
melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Pertumbuhan makroalaga yang
tergantung pada substrat mendapat pengaruh langsung dari sedimentasi
(Litaay 2014).

Makroalga merupakan alga yang berukuran besar, dari beberapa


centimeter sampai bermeter-meter. Makroalga berdasarkan morfologinya
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar,
batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang
mirip, walaupun sebenarnya berbeda. (Palallo,2012), menyatakan bahwa
tubuh makroalga umumnya disebut “thallus”. Thallusmerupakan tubuh
vegetatif alga yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun
sebagaimana yang ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi. Thallus makroalga umunya terdiri atas “blade” yang memiliki bentuk
seperti daun, “stipe” (bagian yang menyerupai batang) dan “holdfast” yang
merupakan bagian thallus yang serupa dengan akar. Pada beberapa jenis

VII
makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan “blade” melekat langsung pada
“holdfast”.
Makroalga memiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan
dalam bidang industri, makanan, obat- obatan dan energi. Sehingga
permintaan untuk komoditi makroalga semakin meningkat. Untuk memenuhi
keperluan tersebut tidak hanya bergantung pada potensi produksi alam saja,
tetapi masyarakat harus melakukan budidaya makroalga, sehingga spesies-
spesies alga makro tersebut perlu diketahui potensi dan pengembangan
produksinya sesuai dengan yang diperlukan (Marnix et al., 2011). 

Makroalga atau lebih dikenal dengan seaweed mempunyai fungsi dari


segi biologis, ekologis maupun ekonomis. Secara ekologi, komunitas
makroalga mempunyai peranan dan manfaat terhadap lingkungan sekitarnya
yaitu sebagai tempat perlindungan bagi spesies-spesies ikan tertentu
(nursery grounds), tempat pemijahan (spawning grounds), sebagai tempat
mencari makanan alami ikan-ikan dan hewan herbivor (feeding grounds)
(Bold dan Wynne 1985).

2.2.2 Mikroalga

Mikroalga merupakan organisme autotroph yang tumbuh melalui


proses fotosintesis. Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan mengubah
energi matahari menjadi energi kimia dengan mudah. Mikroalga dapat
tumbuh dimana saja, baik di ekosistem perairan maupun di ekosistem darat
(Chisti, 2007). Mikroalga merupakan organisme autotroph yang tumbuh
melalui proses fotosintesis. Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan
mengubah energi matahari menjadi energi kimia dengan mudah. Mikroalga
dapat tumbuh dimana saja, baik di ekosistem perairan maupun di ekosistem
darat (Chisti, 2007). Mikroalga merupakan organisme autotroph yang tumbuh
melalui proses fotosintesis.

VIII
Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan mengubah energi
matahari menjadi energi kimia dengan mudah. Mikroalga dapat tumbuh
dimana saja, baik di ekosistem perairan maupun di ekosistem darat (Chisti,
2007). Akumulasi minyak dalam mikroalga mempunyai kecenderungan untuk
meningkat jika organisme tersebut mengalami tekanan. Selain itu, kandungan
minyak yang terdapat di dalamnya sangat bervariasi tergantung dari kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya mikroalga tersebut (Kawaroe dkk., 2010).
Pengambilan minyak dari mikroalga merupakan langkah yang menentukan
dalam upaya peningkatan hasil minyak nabati yang dapat diperoleh dari
mikroalga, sehingga perlu suatu upaya untuk memaksimalkan minyak yang
dapat terambil dalam suatu proses ekstraksi (Purwanti, 2014).

2.3 Jenis-Jenis Alga


Dalam teksonomi, para ahli menggolongkan alga ke dalam lima kelas,
berdasarkan pigmentasinya atau warnanya yaitu:

2.3.1Chlorophyta (alga hijau)

Chlorophyta (alga hijau) merupakan kelompok terbesar dari vegetasi


alga, Chlorophyta sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta
mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan
karotin dan xantofil, bersifat kosmopolit, terutama hidup di perairan yang
cahayanya cukup seperti di kolam, danau, genangan air hujan, pada air
mengalir (sungai dan selokan). Chlorophyta ditemukan pula pada lingkungan
semi akuatik yaitu pada batuan, tanah lembab, dan kulit batang pohon yang
lembab) (Siregar, 2011). Chlorophyta merupakan produsen utama dalam
ekosistem perairan karena sebagian besar fitoplankton (bersel satu dan
motil) merupakan anggota Chlorophyta yang memiliki pigmen klorofil
sehingga efektif untuk melakukan fotosintesis. Susunan tubuh Chlorophyta
bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa
uniselular dan motil (Chlamydomonas), uniselular dan non motil (Chlorella),

IX
sel senobium (Volvox), koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen
(bercabang: Oedogonium, tidak bercabang: Pithoptora) (Sulisetijono, 2009).

2.3.2  Phaeophyta (Alga Perang / Coklat)

Phaeophyta memiliki klorofil a dan c serta pigmen tambahan


fukoxantin atau karoten. Habitatnya ada di air laut, bentuk tubuhnya berupa
lembaran atau benang. Dinding sel terdiri dari selulosa atau semi selulosa di
bagian dalam, sedangkan di bagian luar terdiri dari pektin asam alginat.
Ukuran tubuhnya bervariasi. Phaeophyta merupakan thalus yang komplek,
karena ada struktur yamg menyerupai rizoid yang berfungsi melekatkan
thalus dan substratnya, batang dan daun. Pada ketiak daun terdapat
gelembung- gelembung udara yang berfungsi untuk mengapung dan alat
reproduksi generatif jantan maupun betina.

Alga coklat dengan morfologi tubuh berwarna coklat kekuningan.


Sargassum memiliki pigmen dominan yaitu klorofil a dan fucoxantin yang
memberikan warna coklat (Merdekawati et al., 2009). Selain itu warna coklat
pada alga jenis Sargassum juga disebabkan karena adanya klorofil c,
betakaroten dan xantofil lainnya (Irawan et al., 2017). Pada Sargassum
holdfast, stipe dan bladder merupakan analogi dari akar, batang dan daun
dari tanaman tingkat tinggi. Holdfast memiliki fungsi sebagai pelekat badan
Sargassum pada substrat yang keras seperti batu maupun karang mati yang
menjadikan Sargassum tidak terbawa oleh arus laut, stipe memiliki fungsi
untuk menegakkan badan Sargassum, sedangkan bladder memiliki fungsi
untuk mengapung dipermukaan air dan membantu dalam proses fotosintesis
(Susila et al., 2019).

Sargassum sp. dapat tumbuh setinggi 25 cm dengan panjang thallus 1


– 1,5 cm (Febriawan, 2020). Sargassum sp. memiliki bentuk batang utama
yang berbentuk bulat dengan permukaan yang agak kasar, bentuk daunnya

X
melebar, pinggir daun bergerigi dan berombak dengan ujung yang
melengkung atau meruncing. Sedangkan holdfast yang menjadi bagian
thallus Sargassum yang digunakan untuk melekatkan thallus pada substart
yang berbentuk cakram (Triastrinurmiatiningsih et al., 2011). Sargassum sp.
dapat hidup pada batu kerikil ataupun pasir di daerah intertidal dan sering
ditemukan di pantai karena terhempas ombak (Febriawan, 2020).
Pertumbuhan Sargassum sp. menyerupai rumput yang berumpun dan juga
memiliki gelembung udara yang soliter berbentuk bulat dan berfungsi untuk
menopang percabangan thallus di permukaan air untuk mendapatkan
intesitas cahaya.

2.3.3  Rhodophyta (Alga Merah)

Alga merah memiliki klorofil a dan b serta pigmen dominan fikoeritrin.


Umumnya alga merah hidup di air laut, air payau maupun air tawar. Struktur
tubuhnya berbentuk benang atau lembran, bereproduksi dengan 2 cara yaitu
dengan aseksual dan seksual. Dengan cara aseksual yaitu dengan
membentuk spora haploid dari thalus diploid, selanjutnya spora akan tumbuh
menjadi alga jantan atau betina yang haploid atau dengan fragmentasi.

Alga merah mampu memanfaatkan akar dan batang mangrove


sebagai substrat. Menurut West et.al., (2013), hutan mangrove merupakan
salah satu habitat yang ditempati oleh alga. Alga dapat menempel pada akar
dan batang mangrove atau pada bendabenda lainnya. alga merah mampu
hidup di kawasan hutan mangrove dengan cara menempel pada akar atau
batang sebagai substrat. Alga merah yang ditemukan pada kawasan
ekosistem hutan mangrove Teluk Ekas sebanyak 14 spsies.

Alga merah (Rhodophyta) yang ditemukan memiliki berbagai


karakteristik yang berbeda. Diantara karakteristik terebut adalah bentuk talus
seperti daun (blade) dan ada juga yang silindris. Beberapa spesies

XI
menunjukkan adanya stolon dan Holdfast. Jenis Holdfast semua spesies alga
merah yang ditemukan berbentuk serabut. Bentuk percabangan juga memiliki
perbedaan pada spesies yang ditemukan. Ada yang memiliki bentuk dikotom,
semidikotom, pinnate, pinnate alternate, monopodial, hingga ada bentuk
percabangan yang tidak teratur.

2.3.4  Chryzophyta ( Alga Keemasan)

Chryzophyta memiliki klorofil a dan c serta pigmen dominant karoten.


Habitatnya ada di air tawar, air laut, dan tempat yang basah, struktur
tubuhnya terdiri atas satu sel atau banyak sel. Bereproduksi dengan 2 cara
yaitu dengan cara aseksual dan seksual. Dengan aseksual yaitu dengan cara
membelah diri dan membentuk zoospora atau aplanospora, sedangkan
seksual dengan cara konjugasi dan oogami (Agung dkk, 2000).
2.3.5 Cyanophyta (Alga Biru)
Alga Cyanophyta, alga hijau-biru berbeda dengan alga yang
lainnya. Alga ini memiliki pigmen yang terlokalisasi di kromatophora tertentu
yaitu bagian peripheral protoplast dan termasuk ke dalam klorophil α, karotin
dan xantophylls. Alga ini juga mempunyai pigmen biru yaitu c-phycocyanin
dan pigmen merah yaitu c- phycoerythrin. Keunikan Lain dari
cyanophyta adalah nukleus yang primitif, badan pusat dan tidak ada
membrane nukleolus dan nukleolus. Habitatnya biasanya di air tawar,
bebatuan yang basah atau tanah basah. Ada juga tumbuh di air panas
dengan suhu 850C. Pada air panas dengan karakteristik air dengan kalsium
dan komponen senyawa magnesium, khususnya bikarbonat
terlarut, alga hijau biru menyebabkan presipitasi (endapan) garam kalsium
dan magnesium dalam membentuk karbonat yang tidak larut. Jumlah
karbonat yang terendepkan itu juga memungkinkan material tersimpan
dengan ketebalan 2-4 mm selama seminggu berjalan. Pada teras dasar air
itu membentuk warna yang cemerlang oleh lapisan alga (Smith, 1955).

XII
2.4 Peranan Alga
2.4.2 Peran alga bagi perairan

Alga memiliki peranan yang penting. Fungsi ekologisnya sebagai


produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan, sehingga
alga dijadikan skala ukuran kesuburan pada ekosistem perairan. Oleh sebab
itu, ketersediaan alga diperairan sangat menentukan stabilitas ekosistem
perairan

Alga juga umumya digunakan sebagai bahan baku pembuatan


polisakarida, funori, sumber mineral, bahan pakan ternak, dan sebagainya
Dalam ekosistem perairan keberadaan alga merupakan bagian utama dari
rantai makanan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi
pada alga. Pasalnya, fotosintesis merupakan sumber oksigen terhadap
lingkungan perairan di sekitarnya dan memberikan keuntungan secara
langsung terhadap organisme lain yang hidup di dalam air. Proses
fotosintesis dapat berlangsung dalam ekosistem perairan karena adannya
sinar Matahari.Sebagaimana diketahui bahwa semua energi berasal dari
Matahari dan energi dapat diubah menjadi makanan oleh tumbuhan hijau
(Erdina, 2010).

2.5 Peranan Mikroalga


2.5.1 Peran mikroalga bagi perairan

Pemanfaatan makroalga secara tradisional terutama sebagai bahan


pangan, misalnya ada yang dimakan mentah seperti lalap, di buat sayur,
acar, dan juga sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri sebagai komoditi
ekspor baru berkembang pesat, pemanfaatan ini terutama didasarkan atas
kandungan kimia yang terdapat dalam makroalga terutama algin, agra-agar,
dan carrageenin. Di Indonesia, agar-agar dalam industri makanan sebagai

XIII
“thickener” dan “stabilizer”. Dalam industri farmasi dan penelitian
mikrobiologi, agar-agar digunakan untuk kultur bakteri (Nontji, 2007).

XIV
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki
organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan seperti
akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga pernah digolongkan
pula sebagai tumbuhan bertalu. Sangat banyak jenis alga di alam ini,
salah satunya adalah jenis fitoplankton.

Alga juga memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga
dapat melakukan fotosintesis. Selain itu, alga juga memiliki pigmen
lain yang dominan. Berdasarkan dominansi pigmennya, alga dapat
dibedakan menjadi alga cokelat, alga merah, alga keemasan, diatom,
dan alga hijau.

3.2 Saran
Manusia harus menjaga lingkungan, misalnya memiliki kesadaran
untuk tidak membuang sampah sembarangan di laut, karena akan
menghambat pertumbuhan berbagai jenis kekayaan yang ada di laut.

XV
DAFTAR PUSTAKA
Afridayanti, A., Purnama, A. A., & Mubarrak, J. Kualitas Perairan Anak
Sungai Ngaso Di Kabupaten Rokan Hulu Berdasarkan Bioindikator
Alga (Doctoral dissertation, Universitas Pasir Pengaraian).
Alawiah, T. (2022). Karakteristik Morfologi dan Substrat Sargassum sp. pada
Daerah Intertidal di Pulau Laelae, Kota Makassar= Morphological and
Substrate Characteristics and of Sargassum sp. in the Interti-dal Area
of Laelae Island, Makassar City (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Barqi, W. S. (2014). Pengambilan minyak mikroalga chlorella sp. dengan
metode microwave assisted extraction. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 3(1), 34-41.
Diansyah, S., Kusumawati, I., & Hardinata, F. (2018). Inventarisasi Jenis-
Jenis Makroalga Di Pantai Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Perikanan Tropis, 5(1), 93-103.
Dwimayasanti, R., & Kurnianto, D. (2018). Komunitas Makroalga di Perairan
Tayando-Tam, Maluku Tenggara. OLDI (Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia), 3(1), 39-48.
Fauziah, S. M., & Laily, A. N. (2015). Identifikasi mikroalga dari divisi
chlorophyta di waduk sumber air jaya dusun krebet Kecamatan
Bululawang Kabupaten Malang. Bioedukasi: Jurnal Pendidikan Biologi,
8(1), 20-22.
Ghazali, M., Rahmawati, R., Astuti, S. P., & Sukiman, S. (2018). Jenis Alga
Merah (Rhodophyta) Pada Ekosistem Hutan Mangrove Di Dusun
Ekas, Kabupaten Lombok Timur. Fish Scientiae, 8(1), 1-13.
Langoy, M. L., Saroyo, S., Dapas, F. N., Katili, D. Y., & Hamsir, S. B. (2011).
Deskripsi alga makro di taman wisata alam Batuputih, Kota Bitung.
Jurnal ilmiah SAINS, 11(2), 219-224.
Lestari, I. (2016). POLA ASOSIASI ANTARA KOMUNITAS LAMUN DENGAN
ALGA DI PANTAI SINDANGKERTA KECAMATAN CIPATUJAH,
KABUPATEN TASIKMALAYA (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Munawar, A. (2013). DEGRADASI NITRAT LIMBAH DOMISTIK DENGAN
ALGA HIJAU (Chlorella sp).
Nikmah, U. (2020). Mengenal Rumput Laut. Alprin.

XVI
Tuiyo, R. (2013). Identifikasi Alga Coklat (Sargassum sp.) di Provinsi
Gorontalo. The NIKe Journal, 1(3).
WIDIASTUTI, N. F. (2016). KORELASI ANTARA KOMUNITAS LAMUN
DENGAN ALGADI PANTAI SINDANG KERTA KECAMATAN
CIPATUJAH, KABUPATEN TASIK MALAYA (Doctoral dissertation,
FKIP UNPAS)
Widiyanti, N. L. P. M. (2015). Pengaruh garam dapur dan cupri sulphat
terhadap pertumbuhan alga cyanophyta yang diisolasi dari batu bata
bangunan pura di desa tejakula buleleng. JST (Jurnal Sains Dan
Teknologi), 4(2).

XVII

Anda mungkin juga menyukai