Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang maha

pengasih lagi maha penyayang. Dzat yang telah menciptakan manusia dengan

penciptaan sebaik-baiknya, menyempurnakannya dengan akal dan

membimbingnya dengan para utusan pilihan-Nya.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah kepada manusia pilihan-

Nya, yang semua sabda dan perilakunya menjadi uswah bagi seluruh umat

manusia, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para

sahabatnya.

Dengan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

walaupun banyak sekali hambatan yang memperlambat penulis untuk

menyelesaikan karya tulis ini. Disamping itu, penulis juga meminta maaf apabila

dalam penulisan karya tulis ini terdapat kekurangan-kekurangan dan kesalahan-

kesalahan, baik karena kelalaian maupun karena kurangnya pemahaman

penulis.

Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis juga mendapat banyak

dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat dengan mudah

menghadapi hambatan-hambatan dalam pengerjaan karya tulis ini. Dengan

demikian penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua beserta seluruh keluarga yang tak henti memberi

dukungan moril maupun materil dan telah membimbing penulis menjadi

orang yang dapat berguna bagi sesama manusia.

2. Yth. Al-Ustadz Drs. H. Dedeng Rasyidin M.Ag selaku Mudirul ‘am

Pesantren Persatuan Islam 1-2 Bandung.

i
3. Yth. Al-Ustadz H. Aep Widigdo selaku Mudir Mu’allimien Pesantren

Persatuan Islam 1 Bandung.

4. Yth. Al-Ustadz Latif Awaludin M. Ag selaku pembimbing yang telah

memberi pengarahan dan bimbingan dalam pengerjaan karya tulis ini.

5. Yth. Al-Ustadz Drs. H. Ahmad Daerobby M.Ag selaku koordinator

sekaligus penguji karya tulis ini.

6. Yth. seluruh asatidz dan asatidzah Pesantren Persatuan Islam 1-2

Bandung yang dengan tulus dan ikhlas membagikan ilmunya kepada

penulis sehingga penulis menjadi orang yang berpengetahuan dan

berpendidikan.

7. Pak Lulu Marjan selaku orang yang membantu dalam pengerjaan karya

tulis ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan Pesantren Persatuan Islam 1 dan 2

Bandung angkatan 2016.

9. Seluruh sahabat-sahabat yaitu, Adnan, Akmal, Fadel, Fahmi, Fisal,

Hasan, Sejati, Upi, Vikky Akew dan seluruh kelompok 1 PKKJ 2016

yang telah banyak menghibur dan menyemangati penulis dan telah

berjuang bersama tanpa lelah dan tanpa henti agar dapat bersama

menggapai cita-cita.

10. Dan yang terakhir kepada saudari Nur Hasanah Kuswan yang telah

membantu dan menyemangati penulis dalam pengerjaan karya tulis ini.

ii
Akhir kata, semoga segala bentuk bantuan yang telah di berikan kepada

penulis dapat dibalas dengan balasan yang lebih baik dan lebih banyak oleh

Allah SWT. Teriring do’a, jazaakumullaahu khairan katsiiraa.

Bandung, 2 Mei 2016

Penulis

Angga Ardyansyah

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

D. Metode Penulisan 2

E. Sistematika Penulisan 3

BAB II : DUNIA PENJARA BAGI ORANG MUKMIN SURGA BAGI

ORANG KAFIR

A. Kualitas Hadits 4

1. Kajian Kualitas Sanad 4

2. Kajian Kualitas Matan Hadits 8

B. Makna Mufradat Hadits 10

C. Makna Hadits 11

BAB III : PENUTUPAN

A. Kesimpulan 15

B. Saran 15

TALKHIS 16

DAFTAR PUSTAKA 17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 18

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang mukmin terpenjara di dunia karena harus menahan diri dari berbagai

syahwat yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, mereka yakin bahwa

nikmat yang sejati akan mereka dapatkan apabila mereka berhasil menahan diri

dari kenikmatan dunia yang menipu. Orang mukmin juga diperintah untuk

melakukan ketaatan, baik kepada Allah SWT. maupun kepada sesama manusia.

Ketika ia meninggal dunia barulah ia lepas dari segala larangan dan aturan di

dunia, kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah SWT. janjikan.

Adapun orang kafir, dunia ini ibarat surga karena dapat melakukan perbuatan

yang diharamkan oleh Allah SWT. di dunia sekalipun. Seberapa besarpun nikmat

yang ia peroleh di dunia, ketika ia meninggal dunia maka ia akan mendapatkan

siksa yang kekal abadi.

Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk menuruti

syahwat yang dilarang menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah meskipun syahwat

tersebut memiliki banyak keuntungan baginnya di dunia. Sedangkan dikatakan

dalam surga karena orang kafir merasa tidak ada halangan apapun dalam

menuruti hawa nafsunya. Dalam hal ini, banyak orang mukmin yang masih

beranggapan bahwa kata penjara dalam hadits tersebut mengandung arti bahwa

orang mukmin terkurung dalam sebuah aturan yang sangat ketat sehingga

dituntut harus mengutamakan urusan akhirat sehingga melupakan urusan dunia,

dan begitu pula sebaliknya, padahal Allah SWT. dan para Nabi-Nya

mengisyaratkan bahwa manusia harus menjalani hidup di dunia ini dengan

seimbang antara urusan dunia dan akhirat, karena tanpa mementingkan urusan

1
dunia, maka manusia akan kesulitan dalam mencapai tujuannya untuk

mendapatkan kenikmatan di akhirat kelak. Dalam hal ini pula, penulis merasa

tertarik untuk membahas hadits yang juga diangkat sebagai judul karya tulis ini,

yaitu ”Dunia Penjara Bagi Orang Mukmin, Surga Bagi Orang Kafir”.

B. Rumusan Masalah

Dengan sedikit penjelasan diatas, penulis merasa perlu membahas hadits

tersebut lebih dalam lagi dan penulis mencoba merumuskan pembahasan

tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas hadits “dunia penjara bagi orang mukmin surga bagi

orang kafir”?

2. Apa makna mufradat dari “ ‫جن‬GG‫“س‬ ,”‫ ّدنيا‬GG‫ ”ال‬dan “‫ ”ج ّنة‬dalam hadits

tersebut?

3. Apa makna hadits tersebut?

C. Tujuan Penulisan

Disamping sebagai salah satu syarat kelulusan, tujuan dari penulisan karya

tulis ini juga bertujuan untuk memperoleh manfaat dari hadits tersebut dan dapat

meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya peranan dunia sebagai

tempat untuk mencari bekal agar dapat mencapai nikmat yang kekal abadi di

akhirat kelak.

D. Metode Penulisan

2
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ini adalah

metode kepustakaan (literature study), dimana penulis menggunakan metode

pengumpulan data dari berbagai sumber.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis adalah sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Pembahasan tentang kualitas hadits, makna mufradat dan makna

keseluruhan dari hadits tersebut.

BAB III : Kesimpulan dan saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kualitas Hadits Penjara Bagi Orang Mukmin Surga Bagi Orang Kafir

1. Kajian Kualitas Sanad

Ada beberapa pokok yang merupakan obyek penting dalam meneliti, yaitu

meneliti sanad dari segi kualitas perawi dan persambungan sanadnya, meneliti

matan, kehujjahan dan pemaknaan haditsnya. Oleh karena itu akan disajikan

penjelasan tentang kualitas para periwayat dan persambungan sanad dari jalur

At-Tirmidzi.

a. At-Tirmidzi

Nama lengkapnya adalah Abu Musa Ibnu Saura As-Sulami Al-Barir At-

Tirmidzi.

1) Guru-guru Beliau

Qutaibah, Ibnu Syaid, Abu Mas’ab Ibrahim Bin Abdillah Al-Harawi

Ismail Ibnu Musa Al-Suddi Ibnu Al-Hajjaj.

2) Murid-murid Beliau

Abu Zar Muhammad Bin Ibrahim, Abu Muhammad Al-Hasan Bin

Ibrahim Al-Qotan, Abu Hamid Bin Abdillah Al-Mawardi.

3) Pernyataan Kritikus Tentang Dirinya :

 Ibnu Hibban : Tsiqoh

 Abu Ya’la Al-Kholily : Tsiqoh

4
 Al-Hakim : Al-Hafidz, Wara’ Zuhud

 Al-Abbas Al-Mahbubiy : Al-Hafidz

b. Qutaibah

Nama lengkapnya adalah Qutaibah Ibnu Syaid Ibnu Jamil Ibnu Tharifi

Ibnu Andimah Al-Syaqoriyyu (Abu Raja’) Al-Balkhiyyu Al-Baddawiyyu.

1) Guru-guru Beliau

Malik, Laits, Bahar Bin Mansur, Abdul Warits Bin Said Hammad

Bin Zaid, Abdullah Bin Zaid Bin Aslam, Abdul Al-Aziz Bin

Muhammad, Mu’awiyah Bin Umar Al-Dahniyyi, Ismail Bin Ulyah.

2) Murid-murid Beliau

Nuaim Bin Hammid, At-Tirmidzi, Ibnu Majah Biwasa Thoti Ahmad

Bin Hanbal, Muhammad Bin Abdullah Bin Numair, Yahya Bin

Muin.

3) Pernyataan Kritikus Tentang Dirinya

 Ibnu Muin : Tsiqoh

 Abu Hari : Tsiqoh

 An-Nasa’I : Tsiqoh, Suduq

 Al-Hakim : Tsiqoh Makmun

c. Abdul Al-Aziz Bin Muhammad

Nama lengkapnya adalah Abdu Al-Aziz Bin Muhammad Bin Ubaid Bin

Abi Al-Darawardiyyu.

1) Guru-guru Beliau

5
Zaid Bin Aslam, Hisyam Bin Urwah, Umar Bin Abi Umar, Ja’far As-

Shadiq, Harits Bin Fidail Robia, Shofwan Bin Salim, Abdul Wahid

Bin Hamzah, Al-‘Ala Bin Abdul Rohman.

2) Murid-murid Beliau

Ibnu Mahqi, Ibnu Ishaq, Qonabi, Basyir Bin Al-Hakim, Harun Bin

Ma’ruf, Abu Marwan Al-Utsmani, Qutaibah, Ali Bin Hajar.

3) Peryataan Kritikus Tentang Dirinya

 Ibnu Mu’in : Laisa bihi ba’tsun

 An-Nasa’I : Laisa bi quwah

 Ahmad Bin Abi Maryam : Tsiqotun Hujjatun

 Ibnu Abi Khaitsima : Laisa bihi ba’tsun

 Abu Zar’ah : Syaiul hifdzi

d. Al-‘Ala Bin Abdu Ar-Rahman

Nama lengkapnya adalah Al-‘Ala Bin Abdu Ar-Rahman Bin Ya’qub Al-

Huroqiyyu.

1) Guru-guru Beliau

Anas Bin Malik, Sali Bin Abdullah Bin Umar, Abbas Bin Suhal Bin

Sa’du As-Saidi, Abdullah Bin Umarubnul Khatob, Abdul Al-

Rohman Bin Ya’qub, Ikrimah Maula Ibnu Abbas.

2) Murid-murid Beliau

Ismail Bin Ja’far Bin Abi Katsir, Ismail Bin JAkariyu Hasan Bin Al-

Huri, Hafesbi Maisaroh Al-Shon’ani, Zuhait Bin Muhammad At-

Taimi, Sa’ad Bin Muhammad Ad-Darawardiyyu.

6
3) Peryataan Kritikus Tentang Dirinya

 Abdullah Ahmad Bin Hanbal : Tsiqoh

 Abdu Hatim : Tsiqoh

 Yahya Bin Mu’in : Laisa Haditusuhu Bin Hujjatin

e. Abihi

Nama lengkapnya adalah Abdul Ar-Rahman Bin Ya’qub Al-Juhaini

Maula Al-Huroqot.

1) Guru-guru Beliau

Abi Hurairah, Abi Said, Ibnu Abbas, Ibnu Umar Hanii Maula Ali

2) Murid-murid Beliau

Ibnuhu Al-‘Ala, Saum Bin Abu Nadzar, Muhammad Bin Ibrahim At-

Taimi, Muhammad Bin Ajlam Muhammad Bin Umar Bin Ilqomah,

Umar Bin Hafesh Bin Dzakwan.

3) Peryataan Kritikus Tentang Dirinya

 Al-Annasai : Laisa bihi ba’tsun

 Al-Ajli : Tsiqoh

 Ibnu Hibban : Tsiqoh

f. Abi Hurairah

Nama lengkapnya adalah Abdul Rohman Bin Sokhor.

1) Guru-guru Beliau

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Ubay Bin Ka’ab

Bin Qois, Said Bin Malik Bin Sanan Bin Ubaid, Abdullah Bin Salam

Bin Al-Harits, Umar Bin Al-Khatab Bin Naufal.

2) Murid-murid Beliau

7
Abu Ja’far, Abu Ar-Robi’I, Abu Said Bin Al-Ma’li, Abu Shaleh, Abu

Maryam, Anas Bin Hakim, Uwes Bin Khalid, Hamid Bin Abdu Ar-

Rahman, Dzakwan, Abbas Bin Abdullah, Abdullah Bin Al-Hamis,

Abu Ar-Rahman Bin ya’qub, hamid Bin Abdu Ar-Rahman Bin ‘Auf

Rofi’i Bin Mahrom.

3) Peryataan Kritikus Tentang Dirinya

Abu Hurairah tidak perlu diragukan lagi keadilannya karena beliau

adalah seorang sahabat Nabi. Dan dalam konteks ini dapat

dipercaya bahwa hadits “penjara bagi orang mukmin surga bagi

orang kafir” adalah ucapan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa

Sallam.

2. Kajian Kualitas Matan Hadits

Setelah penelitian kualitas sanad hadits, maka juga perlu melakukan

penelitian terhadap matannya. Namun sebelum penelitian terhadap matan

dilakukan, berikut ini dikemukakan kutipan hadits dalam kitab sunan At-Tirmidzi

beserta matan hadits pendukungnya untuk mempermudah dalam mengetahui

perbedaan lafadz antara hadits satu dengan hadits yang lainnya.

1. Matan Hadits dari Imam Tirmidzi

‫ قال ابو‬،‫ال ّدنيا سجن مؤمن و ج ّنة الكافر و فى الباب عن عبد هللا بن عمر‬

.‫ هدا حديث حسن صحيح‬:‫عسى‬

2. Matan Hadits dari Ibnu Majah

G.‫ال ّدنيا سجن مؤمن و ج ّنة الكافر‬

3. Matan Hadits dari Imam Muslim

8
G.‫ال ّدنيا سجن مؤمن و ج ّنة الكافر‬

4. Matan Hadits dari Imam Ahmad

G.‫ال ّدنيا سجن مؤمن و ج ّنة الكافر‬

Dari berbagai macam matan hadits dalam keseluruhan periwayat

tersebut, tidak ada satupun perbedaan lafadz pada matan hadits di atas, justru

satu sama lain saling melengkapi dan memperjelas makna antara satu dengan

yang lain.

Selain itu tidak dijumpai indikasi pertentangan substansi matan hadits

dengan Al-Qur’an ataupun hadits yang lain, bahkan dijelaskan dalam Al-Qur’an

dan hadits :

‫ من تحتها األنهار‬G‫إنّ هللا يدخل الذين آمنوا وعملوا الصالحات ج ّنات تجري‬

.‫ مثوى لّهم‬G‫والذين كفروا يتم ّتعون ويأكلون كما تأكل األنعام وال ّنار‬

Artinya :

Sesungguhnya Allah SWT. memasukkan orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal shaleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka

makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal

mereka. (Q. S. Muhammad : 12)

‫ منهم زهرة الحياة ال ّدنيا لنفتنهم فيه‬G‫وال تم ّدنّ عينيك إلى ما م ّتعنا به أزواجا‬

.‫ورزق ربّك خير وأبقى‬

Artinya :

9
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami

berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia

untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik

dan lebih kekal. (Q. S. Thaha : 131)

.‫ من ال ّدنيا‬G‫وابتغ فيما آتاك هللا ال ّدار اآلخرة وال تنس نصيبك‬

Artinya :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah SWT. kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

(kenikmatan) duniawi. (Al-Qoshosh : 77)

.‫حق ح ّقه‬
ّ ‫إنّ لربّك عليك ح ّقا ولنفسك عليك ح ّقا وألهلك عليك ح ّقا فأعط ك ّل ذي‬

Artinya :

Sesungguhnya bagimu ada hak Tuhanmu, bagimu ada hak keluargamu.

Maka berikanlah haknya masing-masing kepada yang berhak.

Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat diketahui bahwa hadits Imam

Tirmidzi tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits yang lain, bahkan

keduanya saling mendukung untuk memperjelas makna dari hadits tersebut.

B. Makna Mufradat Dari “‫“سجن‬ ,”‫ ”ال ّدنيا‬Dan “‫”ج ّن ُة‬

Kehidupan dunia dengan segala kenikmatan


1. ‫ال ّدنيا‬ yang ada di dalamnya.

Penjara, terbelenggu atau tercegah. Tempat yang di


2. ‫سجن‬ dalamnya seseorang terbelenggu dari kebebasannya

10
Kebun atau surga. Tempat menyenangkan karena

3. ‫جنّة‬ tidak ada yang terlarang dan tidak ada tuntutan yang
harus dilaksankan.

C. Makna Hadits

Dunia adalah penjara bagi orang mukmin surga bagi orang kafir. Sepintas

hadits tersebut dipahami bahwa dunia ini milik orang-orang kafir dan surga bagi

mereka, sementara orang-orang yang beriman tidak perlu memiliki atau

menguasai dunia ini layaknya orang yang berada dalam penjara dan hidup

dalam keadaan miskin.

Banyak terjadi kesalahpahaman dalam memahami hadits di atas sehingga

mengakibatkan kemunduran bagi umat Islam dalam segala urusan duniawi. Di

dunia orang mukmin itu terhalang untuk menikmati sesuatu yang haram bahkan

yang makruh, ia diwajibkan melakukan keataatan. Akan tetapi setelah meninggal

orang mukmin akan lepas dari segala larangan dan perintah Allah SWT. di dunia

dan akan mendapatkan kenikmatan abadi yang telah Allah SWT. janjikan.

Adapun orang kafir, kenikmatan itu ia dapatkan di dunia, jika ia meninggal maka

ia akan mendapatkan siksa yang abadi di akhirat.

Munawi berkata : Karena orang Mukmin terhalang untuk memenuhi

syahwatnya seperti di penjara. Sedangkan orang kafir sebaliknya, merasa bahwa

ia sudah berada di surga. Dan ia berkata : seperti penjara bagi orang mukmin

yang di akhirat nanti dijanjikan kenikmatan yang abadi. Dan surga bagi orang

kafir yang di akhirat nanti dijanjikan siksa yang amat pedih. Islam seolah-olah

tidak mementingkan persoalan dunia, karena menurut umat Islam dunia

11
terhalang oleh kesenangan yang haram, namun setelah meninggal mereka tidak

akan terhalang lagi dalam melakukan perbuatan apapun.

Seperti firman Allah SWT. dalam surat Muhammad ayat 12 yang

menjelaskan bahwa ada perbedaan yang sangat menonjol antara orang yang

beriman dan beramal shaleh dengan orang kafir,. Orang-orang mukmin berbakti

dan melakukan amal shaleh untuk kepentingan diri sendiri dan tentunya untuk

kepentingan orang disekitarnya juga. Menjaga hati dan menghiasinya dengan

iman dan menggunakan anggota tubuhnya untuk amalan-amalan yang baik dan

bermanfaat, sedangkan pandangan dan aktifitas orang kafir hanya mengarah

kepada hal-hal yang bersifat materil yang hanya meperhatikan sisi jasmaninya

saja, khususnya demi memenuhi kebutuhan syahwatnya saja selama di dunia.

Seorang yang beriman akan merasa terpenjara di dunia karena ingin

menggapai kebahagiaan yang kekal di akhirat. Dunia ini terlalu terbatas seperti

terkurung dalam sebuah sel dimana sel tersebut jauh dari dunia luar dan tidak

dapat merasakan kebebasan mutlak. Ada aturan agama maupun pemerintah

yang wajib dipatuhi serta ada moral dan etika.

Dengan kata lain, kuasai dunia dan segala kemewahannya ini sebagai

jembatan untuk bekal akhirat nanti, bukan dunia menguasai kita sehingga

melalaikan dalam segala urusan, dan untuk menguasai dunia itu perlu aturan-

aturan, tidak bebas tanpa memperdulikan halal haram serta syubhatnya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkan keterikatan itu seperti

penjara yang penuh dengan aturan-aturan dan penderitaan. Oleh sebab itu Nabi

sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : mencari yang halal adalah jihad,

sebaliknya orang yang mendapatkan harta tanpa ada keterikatan dengan norma

12
agama dan aturan-aturan, maka dunia ini surga bagi mereka sebagaimana

layaknya surga tidak ada larangan di dalamnya.

Kandungan redaksi hadits tersebut mengajarkan umat Islam bagaimana

menyikapi dunia ini dengan berzuhud. Zuhud sendiri menurut bahasa adalah :

‫ترك الميل إلى الشيء‬

“menghindarkan diri dari kecenderungan atau ketergantungan terhadap

sesuatu”.

Sedangkan menurut istilah :

‫ هو ترك راحة ال ّدنيا طلبا لراحة اآلخرة‬: ‫بغض ال ّدنيا و االعراض عنه و قيل‬

.‫ هو ان يخلو قلبك ممّا خلت منه يدك‬: ‫و قيل‬

“benci kepada (kesenangan dunia) dan berpaling darinya. Dan dikatakan pula :

zuhud adalah meninggalkan kesenangan duniawi demi mencari kesenangan

akhirat. Dan dikatakan pula :zuhud adalah jika hati engkau merasa bebas dari

apa yang tidak tercapai dengan tangan engkau”.

Zuhud dalam pengertian di atas ini menggambarkan sifat yang ekstrim,

sehingga seolah-olah manusia harus anti terhadap segala kesenangan duniawi.

Kesenangan akhirat saja yang harus dikejar atau tidak usah ada semangat lagi

jika kehilangan sesuatu, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. tanpa ada

ikhtiar. Islam tidak mengajarkan zuhud seperti definisi di atas. Oleh sebab itu ada

penjelasan lain definisi zuhud berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam yang diriwayatkan oleh Abu Dzar yang intinya menjelaskan bahwa “zuhud

dalam urusan dunia itu bukan artinya harus mengharamkan yang halal dan

menyia-nyiakan bagian dari dunia ini, akan tetapi zuhud yang sebenarnya adalah

bahwa apa yang ada pada Allahlah yang lebih diyakini dan lebih dipercayai

13
daripada apa yang ada pada tangan engkau sendiri dan engkau suka akan

pahala yang kekal dari musibah yang engkau alami”. Kesimpulan dari sabda

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tadi adalah bahwa zuhud

merupakan suatu sikap mental atau suatu akhlak yang baik dimana hati terlepas

dari kecenderungan penghambaan terhadap dunia dan keterikatan kepadanya

serta memilih pahala dari Allah SWT. ketika datang musibah dengan melakukan

kesabaran yang prima.

Adapula yang dimaksud zuhud di dunia ialah mengeluarkan dunia dari hati,

tetapi bukan memisahkan dunia dari diri kita dengan disertai kebergantungan hati

padanya. Dengan demikian esensi sikap zuhud itu berpindahnya keinginan dari

suatu hal kepada apa yang lebih baik darinya. Sehingga sikap zuhud terhadap

urusan dunia akan meberikan kenyamanan pada hati dan jiwa raga. Sebaliknya,

keinginan kuat terhadapnya akan melahirkan kegundahan dan kesedihan,

karena cinta berlebih kepada dunia adalah pokok segala kesalahan. Malah imam

Al-Ghazali mengutarakan di dalam Munhajjul-Abidin (2008 : 08) bahwa

sesungguhnya dunia ini adalah musuh Allah SWT, sedang kamu orang yang

mencintainya, padahal barang siapa mencintai seseorang niscaya ia akan ikut

membenci musuh kekasihnya.

Allah SWT. seringkali memperingati dalam Al-Qur’an dengan firman-firman-

Nya, begitu juga para Rasul menyuruh kita berhati-hati dalam menyikapi dan

menghadapi kehidupan dunia ini. Orang-orang yang tidak berhati-hati dan

hatinya cenderung mengejar keduniawian sehingga melupakan urusan

keakhiratannya, orang seperti itu adalah orang yang dihinggapi penyakit “hubbud

dunya”. Sifat hubbud dunya ini sangat tercela dan dilarang. Ulama mengatakan :

“yang dimaksud hubbud dunya adalah kecenderungan (hati) kepada dunia

14
sehingga menghalanginya, menyibukannya dan melalaikannya dari urusan

keakhiratannya”. Hubbud dunya ini suatu sifat yang akan melemahkan dan

menghancurkan umat Islam sehingga mengendurkan perjuangan terhadap

agamanya dan menjadikan manusia menjadi budak-budak harta yang lupa akan

akhirat dan sangat hina di sisi Allah SWT. di dunia dan akhirat. Dan hubbud

dunya adalah salah satu perilaku atau sikap yang bertentangan dengan hadits

“dunia penjara bagi orang mukmin surga bagi orang kafir”.

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Apabila terjadi kesalah pahaman dalam memaknai hadits ini maka

akan terjadi kemunduran bagi umat Islam, khususnya dalam urusan

duniawi seperti urusan politik, ekonomi, teknologi, bahkan moral,

etika dan sebagainya.

2. Secara prinsipil, ajaran Islam mengharuskan umatnya untuk meraih

kebaikan atau kebahagiaan dunia dan akhirat. Terutama, karena

dunia ini diciptakan oleh Allah SWT sebagai sarana atau media untuk

meraih kebahagiaan di akhirat.

3. Secara tidak langsung hadits ini mengarahkan kita kepada sikap

zuhud, dimana setiap umat Islam harus meninggalkan apa yang tidak

berguna bagi dirinya maupun orang lain. Seperti dalam surat Al-

Qoshosh : 77 yang memerintahkan agar mencari kebahagiaan

akhirat tanpa melupakan kenikmatan duniawi.

B. Saran

15
Dengan mengetahui makna hadits ini, penulis berharap agar seluruh umat

Islam harus bisa menjaga diri dari sikap hubbud dunya atau harus bisa merasa

“terpenjara” di dunia ini agar tidak menyalahi aturan-aturan atau batasan-batasan

yang telah Allah tentukan.

‫تلخيص‬

‫ ّدنيا‬G‫ و لكن للعيش في ال‬.‫ال ّدنيا هي مكان الّتي يعيش فيه ال ّناس و جميع اإلمدادات إلى اآلخرة‬

.‫ الّذي ال يتر ّدد في ال ّتصرف‬G‫البشر لديه كثير من ال ّنضام‬

16
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Muslich Shabir, MA. 2004. Terjemah Riyadush Shalihin. Semarang: PT.

Karya Toha Putra.

Bustami dan Salam, M. Isa H.A. 2004. Metodologi kritik hadits. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Bustami. 2004. Metodologi kritik hadits. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

http://m.kompasiana.com/danangkw/hakikat-kehidupan-

dunia_5511698da33311ff48ba7d4a

http://kawan-pa.blogspot.ae/2012/04/dunia-itu-penjara-orang-mukmin-dan.html?

m=1

https://muslim.or.id/22682-dunia-bagai-bunga-yang-dipetik-kemudian-layu.html

http://pernikmuslim.com/blog/blog/menyikapi-hidup-di-dunia.html

http://elakbersedih.blogspot.ae/2011/02/040-hakikat-dunia-yang-

sebenarnya.html?m=1

http://m.suara-islam.com/mobile/detail/7684/Dunia-Ini-Permainan-Belaka

https://almanhaj.or.id/3400-hakikat-dunia.html

https://rumaysho.com/11513-dunia-itu-penjara-bagi-orang-mukmin.html

17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Angga Ardyansyah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 30 Nopember 1996

Alamat : Jl. Linggawastu Dalam no. 285/25 RT 06 RW 16

Pendidikan : Taman Kanak-Kanak Al-Ikhwan Bandung (2001-2003)

Sekolah Dasar Yakeswa Bandung (2003-2009)

Tajhiziyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung

(2009-2010)

Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung

(2010-2013)

Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung

(2013-2016)

Nama Orang Tua : - Ayah : Edi Junaedi

- Ibu : Lala Komala Sari

Alamat Orang Tua : Jl. Linggawastu Dalam no. 285/25 RT 06 RW 16

18

Anda mungkin juga menyukai