Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan produk hukum, tetapi
proses pembahasannya cenderung berbeda dengan produk hukum atau kebijakan lainnya.
Beberapa pertemuan cenderung bersifat tertutup. Keadaan ini sangat rentan terhadap potensi
penyalahgunaan wewenang oleh para penyelenggara negara. Jika produk hukum lainnya hampir
selalu melibatkan masyarakat dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan publik,
namun untuk RUU APBN, hampir tidak pernah dilakukan RDPU. Sekalipun RDPU dilakukan,
hanya jika diminta oleh publik dan bersifat formal tanpa jaminan usulan dibahas pada pertemuan
tertutup pembahasan RUU APBN.
Dalam pembahasan RUU APBN di tingkat Komisi-Komisi DPR RI, yang dibahas adalah
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) mitra komisi terkait. Proses ini
juga tidak melibatkan publik. Hal yang paling optimal dilakukan Komisi-Komisi di DPR selama
ini hanyalah dengan melakukan pembahasan RKA-KL secara terbuka agar publik bisa melihat
proses pembahasan tersebut. Namun, proses keputusan apakah rapat itu akan dilangsungkan
terbuka atau tertutup baru bisa diambil ketika rapat sudah dibuka oleh pimpinan rapat.
Pimpinan rapat akan meminta kesepakatan peserta rapat dari pemerintah dan anggota
Komisi apakah rapat terbuka atau tertutup. Jadi, publik hanya bisa mengetahui jadwal rapat DPR
pada website DPR RI tanpa bisa mengetahui jauh-jauh hari apakah rapat yang akan diadakan itu
terbuka atau tertutup. Hal inilah yang memperkecil peluang bagi publik untuk dapat mengikuti
rapat kerja Komisi DPR RI dengan Kementerian/Lembaga sebagai peninjau.
Memang tidak semua rapat kerja dapat dilangsungkan secara terbuka, karena ada
pembahasan yang digolongkan Komisi sebagai rahasia negara, seperti pembahasan pembelian
alat utama sistem persenjataan (alutsista), beserta jumlah dan jenisnya yang tidak bisa diakses
oleh publik. Pembahasan RAPBN dari Komisi kemudian dilanjutkan di Badan Anggaran
(Banggar DPR). Proses pembahasan di Banggar diamanatkan hanya sebagai proses sinkronisasi
dari pembahasan di Komisi-Komisi, bisa dikatakan tidak pernah terbuka dan risalah rapat pun
tidak bisa diakses publik.
Menjadi teramat penting untuk mengatasi masalah ini, mengingat peruntukan APBN
yang dibahas adalah untuk kemakmuran rakyat, namun rakyat/publik sendiri tidak punya akses
terhadap informasi seputar RUU APBN dan tidak dapat menggunakan hak partisipasinya. Isu ini
juga sangat penting, apalagi di tengah banyaknya kritik terhadap kinerja DPR. DPR terus
mendapat kritik karena dalam sejumlah kebijakan terkait penggunaan dana APBN cenderung
tertutup untuk menginformasikannya ke publik.
Setiap tahunnya negara membuat anggaran belanja. Anggaran adalah suatu rencana yang
mengatur tentang berapa besar dana yang ada atau akan diterima yang dapat digunakan dan
menjadi dasar dalam penggunaan dana itu sendiri. Setiap tahun pemerintah mengalokasikan
seluruh pendapatan negara ke dalam pos-pos belanja dalam bentuk Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga, SKPD, dan entitas pemerintahan lainnya.
Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa RUU
APBN diambil keputusan oleh DPR dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan).
APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, pemerintah pusat dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Studi awal tentang akses informasi publik dalam pembahasan RUU APBN di DPR,
dengan studi kasus pada pembahasan RUU APBN terkait isu perbatasan, yang dilakukan oleh
The Indonesian Institute menemukan beberapa persoalan sebagai berikut :
Asumsi dasar ekonomi makro APBN 2023 berdasarkan kesepakatan panja A yaitu
pertumbuhan ekonomi tetap 5,3% (year-on-year/yoy), inflasi berubah semula 3,3% menjadi
3,6% yoy, nilai tukar dari Rp14.750/US$ menjadi Rp14.800/US$, suku bunga SUN 10 tahun
tetap 7,9%, harga minyak mentah Indonesia tetap US$90/barel, lifting minyak tetap 660 ribu
barel/hari, dan lifting gas dari semula 1,05 juta menjadi 1,1 juta barel setara minyak/hari.
Sedangkan untuk berbagai target pembangunan, semuanya masih sama seperti yang
disampaikan oleh Presiden dan disepakati oleh Banggar DPR. Tingkat kemiskinan 7,5-8,5%,
tingkat pengangguran 5,3-6,0%, gini ratio 0,375-0,378, indeks pembangunan manusia 73,31-
73,49, nilai tukar petani 105-107, dan nilai tukar nelayan 107-108.
Untuk itu Postur Sementara APBN 2023 sebagai berikut. Pendapatan negara menjadi
Rp2.463 triliun atau naik Rp19,4 triliun dari RAPBN, terdiri atas penerimaan perpajakan
Rp2.021,2 triliun diman penerimaan pajak mencapai Rp1.718 triliun dan pendapatan kepabeanan
cukai Rp303,2 triliun, serta PNBP Rp441,4 triliun.
Kenaikan pendapatan negara sebesar Rp19,4 triliun dialokasikan untuk belanja negara
menjadi Rp3.061,2 triliun dari RAPBN Rp3.041,7 triliun. Belanja negara ini terdiri dari belanja
pemerintah pusat yaitu belanja Kementerian/Lembaga tetap di Rp993,2 triliun dan belanja non
K/L naik Rp16,4 triliun menjadi Rp1.253,3 triliun, serta transfer ke daerah yang juga naik Rp3
triliun menjadi Rp814,7 triliun. Kenaikan belanja non K/L diperuntukkan bagi subsidi energi
yang naik Rp1,3 triliun menjadi Rp212 triliun, cadangan anggaran pendidikan naik Rp3,8 triliun
menjadi Rp63,5 triliun, dan tambahan belanja non pendidikan menjadi Rp11,2 triliun yang
selanjutnya akan dibahas pada panja belanja.
Dengan memanfaatkan tambahan belanja tersebut, defisit APBN 2023 tetap dijaga pada
Rp598,2 triliun. Namun Menkeu mengatakan, persentase defisit terhadap PDB berubah karena
nilai estimasi volume ekonomi Indonesia tahun depan mencapai Rp21.037,9 triliun. Selain itu,
keseimbangan primer tetap sama Rp156,8 triliun dan pembiayaan anggaran pun sama di Rp598,2
triliun.
Belanja Negara dalam RAPBN 2023 direncanakan sebesar Rp3.041,7 triliun yang
meliputi, belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.230,0 triliun serta transfer ke daerah Rp811,7
triliun,” ujar Presiden dalam Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU APBN Tahun
Anggaran 2023, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan,
Jakarta Pusat, Selasa (16/08/2022).
APBN 2023 berisi mengenai penerimaan negara yang ditargetkan mencapai Rp2.463
triliun dan belanja sebesar Rp3.061,2 triliun. Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat
sebesar Rp2.246,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp814,7 triliun.
Pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak Rp1.718 triliun, penerimaan kepabeanan
dan cukai sebesar Rp303,2 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp441,4
triliun.
Asumsi dasar makro 2023 yang ditetapkan dalam RUU APBN 2023 yaitu pertumbuhan
ekonomi 5,3 persen, laju inflasi 3,6 persen, nilai tukar rupiah Rp14.800 perdolar AS, tingkat
bunga SUN 10 tahun 7,90 persen, harga minyak mentah Indonesia (ICP): US$90 per barrel,
lifting minyak bumi 660 ribu barel perhari, dan lifting gas bumi 1.100 ribu barel setara minyak
per-hari.
Sasaran dan indikator pembangunan 2023 yaitu tingkat pengangguran terbuka: 5,3-6
persen, tingkat kemiskinan 7,5-8,5 persen, rasio gini 0,375-0,378, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) 73,31-73,49, Nilai Tukar Petani (NTP) 105-107, dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) 107-
108.
PEMBAHASAN
Tantangan Gejolak Ekonomi Dirasakan Sejak Awal Pembahasan RUU APBN 2023
“Tantangan gejolak ekonomi dunia sungguh sangat nyata dan kita dapat lihat dan kita
rasakan bahkan pada proses pembahasan RAPBN 2023 kali ini. Sejak pemerintah dan dewan
membahas kerangka ekonomi makro dan pokok pokok kebijakan fiskal dari mulai bulan April
hingga pengambilan keputusan hari ini, kita menyaksikan seluruh indikator indikator ekonomi
yang menjadi dasar penyusunan RAPBN 2023 terus bergerak sangat dinamis bahkan cenderung
bergejolak dengan volatilitas yang tinggi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat
menyampaikan pendapat akhir pemerintah pada rapat tersebut.
Sri Mulyani mengatakan, dalam satu bulan terakhir beberapa indikator bergerak luar
biasa sangat cepat. Contohnya, CPO saat ini mengalami penurunan dari yang sebelumnya naik
luar biasa tajam.
Selain itu, dari sisi mata uang beberapa negara mengalami penurunan dengan volatilitas
yang tinggi.
Sri Mulyani menyebut, selama periode 2022 nilai tukar beberapa mata uang terhadap
dolar Amerika mengalami koreksi yang sangat tajam. Yen Jepang mengalami depresiasi hingga
25,8%, Renminbi RRT terdepresiasi 12,9%, Lira Turki terdepresiasi 38,6%, Ringgit Malaysia
terdepresiasi 10,7%, Bath Thailand 14,1%, sedangkan Peso Filipina terdepresiasi 15,7%.
“Dalam periode yang sama, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 6,1%, jauh
lebih rendah dari berbagai mata uang yang kami sebutkan tadi,” jelas Sri Mulyani.
Sementara itu, indikator inflasi juga menunjukkan adanya gejolak pada perekonomian.
Disampaikan Sri Mulyani inflasi negara maju yang sebelumnya selalu berada pada single digit
atau bahkan sangat rendah mendekati nol persen, sekarang melonjak mencapai double digit.
“Inflasi yang sangat tinggi ini mendorong respons kebijakan moneter terutama di
Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa di mana dengan sangat agresif bank sentral negara-negara
tersebut menaikkan suku bunga yang menyebabkan gejolak di sektor keuangan dan terjadinya
arus modal keluar atau capital outflow dari negara negara emerging di seluruh dunia,” jelas Sri
Mulyani.
Capital outflow dari negara emerging mencapai US$9,9 billion atau setara Rp148,1
triliun year to date. Bahkan The Fed turut menaikkan suku bunga acuan sejak awal tahun
mencapai 300 basis poin lebih tinggi. Kenaikan suku bunga di berbagai negara terutama di
negara maju akan menyebabkan kenaikan cost of fund dan pengetatan likuiditas yang harus
diwaspadai secara sangat hati-hati oleh Indonesia.
KESIMPULAN
Belanja Negara dalam RAPBN 2023 direncanakan sebesar Rp3.041,7 triliun yang
meliputi, belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.230,0 triliun serta transfer ke daerah Rp811,7
triliun,” ujar Presiden dalam Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU APBN Tahun
Anggaran 2023, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan,
Jakarta Pusat.
APBN 2023 berisi mengenai penerimaan negara yang ditargetkan mencapai Rp2.463
triliun dan belanja sebesar Rp3.061,2 triliun. Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat
sebesar Rp2.246,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp814,7 triliun.
Ekonomi global saat ini tidak untuk membuat kita khawatir dan gentar. Namun untuk
memberikan sense bahwa gejolak perekonomian tahun ini maupun tahun depan yang akan kita
hadapi bersama harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan hati hati dan prudent. APBN 2023
yang baru saja disetujui tentu terus diharapkan menjadi instrumen yang handal dan efektif di
dalam menjaga perekonomian Indonesia. Namun APBN kita jelas akan terus diuji dengan
berbagai gejolak yang tidak mudah dan belum mereda,
DAFTAR PUSTAKA
http://bengkulu.antaranews.com/berita/876/keengganan-rp20-miliar-dan-korupsi-partai.
https://www.dpr.go.id/tentang/penetapan-apbn
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Menkeu-Sampaikan-
Postur-Sementara-RUUAPBN-2023
https://www.kominfo.go.id/content/detail/43730/kepala-negara-sampaikan-rincian-rapbn-
2023/0/berita