Mata kuliah : Legislasi Finansial Hari/tanggal : Senin, 20 Desember 2021
Nama : Mualim Waktu : 10.40 s/d 14.20 NIM : 18103070058 Ruang : FSH 305 No. Absen : 37 Bentuk UAS : Classroom Online Dosen Penguji : Drs. H. Syafaul Muadawam, MA. Tanda tangan : MM
1. Berdasarkan Pasal 15 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara menyatakan bahwa: “Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN”. Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi : a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN; b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal; c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja; d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 27 Ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. 2. Ddaaa 3. Daasasasa 4. Pengambilan keputusan dalam rapat DPR pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, apabila tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak Setiap rapat DPR dapat mengambil keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota rapat (kuorum), apabila tidak tercapai, rapat ditunda sebanyak-banyaknya 2 kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih dari 24 jam. Setelah 2 kali penundaan kuorum belum juga tercapai, cara penyelesaiannya diserahkan kepada Bamus (apabila terjadi dalam rapat Alat Kelengkapan DPR), atau kepada Bamun dengan memperhatikan pendapat Pimpinan Fraksi (apabila terjadi dalam rapat Bamus). Keputusan Berdasarkan Mufakat Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat, dilakukan setelah kepada anggota rapat yang hadir diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta saran, dan dipandang cukup untuk diterima oleh rapat sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan. Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang telah mencapai kuorum dan disetujui oleh semua yang hadir. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian anggota rapat yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain. Pengambilan keputusan secara terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan dan dilakukan secara tertutup apabila menyangkut orang atau masalah lain yang dianggap perlu. Pemberian suara secara tertutup dilakukan dengan cara tertulis, tanpa mencantumkan nama, tanda tangan, fraksi pemberi suara atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan, atau dapat juga dilakukan dengan cara lain yang tetap menjamin sifat kerahasiaan. Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam rapat yang telah mencapai kuorum dan disetujui oleh lebih separuh jumlah anggota yang hadir. Proses pengambilan keputusan tentang Pengesahan Legislasi Keuangan Pusat Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang- Undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-Undang. Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya. Proses pengambilan keputusan tentang Pengesahan Legislasi Keuangan Daerah Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah. Untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya. 5. Proses perencanaan program legislasi pada Penyelenggaran dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah diperlukan atau di khususkan untuk Penguatan Program Khusus oleh pemerintah dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengajukan rancangan undang- undang (RUU) diluar Prolegnas, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyusunan Program Legislasi Nasional : Pasal 32 (1) Dalam keadaan tertentu, DPR, DPD, atau Presiden dapat mengajukan rancangan undang-undang di luar Prolegnas mencakup : a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam; dan b. Keadaan tertentu lainnya yang memastkan adanya urgensi nasional atas suatu rancangan undang-undang yang dapat disetujui bersama oleh Badan Legislasi dan Menteri. Frasa “Keadaan tertentu” dalam Pasal a quo menjadi dasar legitimasi terkait program legislasi yang bersifat “khusus” termasuk mengenai persoalan yan telah disebutkan diatas. Komposisi proses perencanaan program legislasi dilakukan secara terencana, terpadu, dan sistematis dengan memerhatikan dan mempertimbangkan politik hukum nasional. Dalam melaksanakan fungsi legislasi, pemerintah harus memperhatikan dan mengakomodir aspirasi masyarakat. Dalam hal Presiden mengusulkan rancangan undang-undang di luar Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Menteri meminta kepada Badan Legislasi untuk mengadakan rapat untuk membicarakan usulan rancangan undang-undang di luar Prolegnas. Setelah itu Badan Legislasi mengadakan rapat kerja dengan menteri untuk membahas alasan mengenai urgensi RUU dan mengambil keputusan atas usulan RUU terkait. Dalam hal Badan Legislasi dan Menteri memutuskan meyetujui usulan RUU, Badan Legislasi melaporkan usulan RUU di luar Prolegnas dalam rapat paripurna untuk ditetapkan.