Anda di halaman 1dari 29

NEUROLOGI

SOAL NO. 1
Ny. Rosa 65 tahun datang diantar anaknya Bpk. Andrea ke UGD RS dengan keluhan tidak sadarkan diri setelah terjatuh
dari tempat tidur 30 menit yll. Pasien sempat sadar, tetapi 10 menit kemudian pasien kembali tidak sadar. Posisi terjatuh
dengan kepala bagian kepala samping kanan terbentur terlebih dahulu pada lantai dengan ketinggian 50 cm. Keluhan
disertai dengan muntah sebanyak 3 kali, muntahan berupa makanan yang dimakan 2 jam sebelumnya. Terdapat riwayat
hipertensi sebelumnya, dengan menggunakan obat Captopril sehari tiga kali sejak 15 tahun terakhir. Tidak terdapat
riwayat alergi makanan ataupun obat.
TUGAS
1. Pemeriksaan fisik dan tatalaksana awal
2. Pemeriksaan penunjang
3. Diagnosis dan 2 diagnosis banding
4. Edukasi
PRAKTEK
Skill Lab Blok 19
Kelompok 1
Trainer: dr. Devita Diatri
Kasus: Hematoma Epidural (SKDI 2)
CEK KESADARAN Kualitatif Didapatkan pasien Ny.Rosa kesadarannya
Compos mentis sopor, GCS 7 (E2M3V2)
Normal, sadar penuh, menjawab dengan baik
Somnolen
Mengantuk, bangun dengan rangsang suara
Sopor
Mengantuk dalam, bangun dengan rangsang
nyeri
Koma ringan
Menghindar dengan rangsang nyeri, tapi tidka
bangun
Koma dalam
Tidak respon apa-apa dengan rangsang nyeri
Kuantitatif  GCS : EMV
PRIMARY SURVEY KETERANGAN
Pastikan tidak ada cedera cervical :  Curiga cedera cervical  pasang collar
 Tdk ada – Head tilt chin lifr neck (pasien riwayat jatuh dari kasur)
 Ada – Jaw Thrust  Sumbatan Airway: darah, cairan,
1. Airway fragmen gigi yang patah, dll
Look : lihat jalan napas tidak ada  Snoring (mengorok) itu karena lidah
sumbatan jatuh ke belakang.
Listen : ada suara napas, suara tambahan Assessment  Pasang OPA
(stridor, gargling, snoring) (-)  Gargling (spt berkumur) itu karena ada
Feel : hembusan napas di pipi (+) cairan
Airway Clear?  Lanjut Breathing. Assessment  Suction
 Stridor itu karena penyempitan jalan
napas
2. Breathing  Saturasi 95-100%  normal
Retraksi (-), dada tertinggal (-), jejas (-)  90-95%  nasal canule 3-4 L/min
SpO2 : 90%  <90%  NRM 8-10 L/min
RR 1 menit : 30x/min  <85%  ETT ventilator
Breathing Clear?  Circulation
3. Circulation  Jika hipotensi infus kristaloid RL/NaCl
T : 80/60 mmHg 0,9% 500 cc habis dalam 30 menit
Nadi: reguler, 110x/min, isi tegangan
cukup, kuat angkat
Circulation Clear?  Disability
4. Disability  Jika ada riwayat cedera kepala :
 GCS E2M3V2 GCS ≥ 13 ringan
 Pupil: refleks direk/indirek (+/+), GCS 9-12 sedang
anisokor diameter 2/2,5mm GCS ≤ 8 berat
 Tanda lateralisasi?  Indiaksi intubasi
5. Exposure
 Hematom ukuran 3x4 cm warna
keunguan di daerah occipital dextra.
 Memastikan apa ada trauma di lokasi
lain (-)
SECONDARY
SURVEY
1. Anamnesis MIST AMPLE/Anamnesis
a. Mechanism of injury :
Tidak sadar sejak kapan? 30 mnt yll habis
jatuh dari Kasur.
b. Injury pattern :
Jatuhnya bagaimana posisinya? Kepala
sebelah kanan jatuh duluan.
Kasur setinggi apa? sekitar setengah meter.
c. Sign
Sempat sadar? Ya, 10 menit, tidur lagi.
Muntah? Ya. 3x.
Yang keluar apa? makanan sarapan 2 jam
yll.
Sebelumnya mengeluh pusing/sakit kepala?
Tidak.
d. Treatment
Sempat diberi pertolongan? Tidak,
langsung kesini.
e. Allergy
Ada alergi makanan/obat? Tidak
f. Medication
Sedang minum obat? Ya. Hipertensi.
Apa? Captopril.
Rutin minum? Rutin.
g. Past illness
Ada darah tinggi? Ya. Sudah 15 tahun.
Kencing manis? Tidak.
Pernah stroke? Tidak.
Merokok, minum alkohol? Tidak.
h. Last meal
Tadi terakhir makan apa? Nasi goreng.
i. Environtment
Jatuh dimana? kamar tidurnya.
2. Px Stat. Generalis 1. TTV  tadi sudah, tambah suhu  TD 90/80 mmHg
2. Kepala  Nadi 110x/min
 Inspeksi: Memar, warna keunguan di  RR 30x/min
daerah occipital dextra, ukuran 4x5 cm.  Suhu 36,5 ℃
 Palpasi: massa, krepitasi (-)
3. Wajah
 Inspeksi: kelainan spt wajah asimetris,
lipatan nasolabial tdk simetris, merot,
gerak tambahan (-)
4. Mata
 Pupil: bentuk bulat, letak sentral,
simetris, refleks direk/indirek (+/+),
anisokor
 Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-)
5. Telinga
 Deformitas (-)
 Keluar darah/cairan (-)
 Benda asing (-)
6. Hidung
 Deformitas (-)
 Keluar darah/cairan (-)
 Benda asing (-)
7. Mulut
 Warna: normal, sianosis (-)
 Asimetri (merot) (-), jejas (-)
8. Leher (inspeksi, palpasi)
 Deviasi trakea (-)
 Jejas (-)
 Warna kulit? normal
 Otot bantu napas? (-)
 Pembesaran KGB (-)
 Massa? (-)
 Pembesarah klj. tiroid? (-)
9. Thoraks (inspeksi, palpasi)
 PF Jantung lengkap : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
 PF Paru lengkap : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
10. Abdomen
 PF Abdomen lengkap : inspeksi,
auskultasi, perkusi, palpasi (dbn)
11. Ekstremitas
 Deformitas, edema, trauma (-)
 Akral hangat/
 CRT <2 dtk
2. Px Stat. Lokalisata 1. Kesadaran
(Neurologis) Pasien sopor, E2M3V2 GCS 7
2. Motorik
 Trofi: normal
 Tonus: eutoni/normal
 Gerak: sulit dinilai (tdk sadar)
 Kekuatan: sulit dinilai (tdk sadar)
3. Sensorik: sulit dinilai (tdk sadar)
4. N.cranialis: sulit dinilai (tdk sadar)
5. Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk (-)
 Kernig sign (-)
 Brudzinski I (-)
 Brudzinski II (-)
 Brudzinski III (-)
 Brudzinski IV (-)
6. Refleks Fisiologis
 Biceps (+++)
 Triceps (+++)
 Radius (+++)
 Ulna (+++)
 Patella (+++)
 Achilles (+++)
7. Refleks Patologis
 Hoffman trommer (+)
 Babinski (+)
 Chaddock (+)
 Oppenheim (+)
 Gordon (+)
 Schaeffer (+)
 Gonda (+)
 Mendel bechterew (-)
 Rossolimo (-)
 Klonus (-)
PX PENUNJANG
1. Darah rutin  Singkirkan etiologi infeksi (misal
 Hb meningitis, encephalitis, dll)
 Hct  Faktor pembekuan darah
 Leukosit  Singkirkan penurunan kesadarna akibat
 Trombosit hipoglikemi atau gangguan elektrolit.

 Eritrosit
 LED
2. GDS
3. Ureum, kreatinin
4. AGD
5. Elektrolit
6. CT scan kepala non kontras. Bisa lihat
potongan sagittal/ transversal  gambaran
bikonveks hiperdens.
DIAGNOSIS  Diagnosis klinis
Pasien dengan penurunan kesadaran.
 Diagnosis topis
Perdarahan di regio occipital dextra.
 Diagnosis etiologi
Trauma/ perdarahan A. meningea media/
cabangnya.
 Diagnosis kerja
Epidural hematoma ec. trauma occipital
dextra.
DIAGNOSIS  Subdural hematoma  SDH: CT scan kepala non kontras
BANDING  Subarachnoid hematoma gambaran crescentric hiperdens (bulan
sabit)
 SAH: nyeri kepala sangat hebat/ nyeri
paling hebat yang pernah dirasakan
TATALAKSANA  Jelaskan tindakan yg dilakukan pada
(sesuai perintah jika di keluarga/wali
soal ada)  ABC sampai clear
 Tirah baring, kepala ditinggikan ±30⁰
 Infus
 Pasang kateter urin
 Pasang NGT (jika perlu)
 Rujuk spesialis bedah saraf
EDUKASI 1. Jelaskan diagnosis
Pasien mengalami penurunan kesadaran
yang kemungkinan disebabkan karena
cedera pada kepala. Mungkin ada
perdarahan di kepala.
2. Jelaskan hasil px penunjang
Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan
EDH, yaitu perdarahan di dalam kepala
yang menyebabkan pasien seperti ini. Hasil
pemeriksaan lab tidak ada kelainan lain.
3. Jelaskan tindakan yang dilakukan
Pasien saat ini akan dievaluasi terlebih
dahulu. Pasien diberikan oksigen, infus,
pasang kateter urin. Pasien akan kami rujuk
ke dokter spesialis bedah saraf untuk
penanganan lebih lanjut.
4. Prognosis
Tergantung berat-ringannya cedera kepala.
Ringan tidak perlu tindakan operatif, jika
berat perlu tindakan operatif (mengambil
cairan di otak). Akan dilakukan
pemantauan kondiri pasien secara berkala.

CATATAN
a. Perhatikan jika mengarah ke fraktur basis cranii : keluar cairan lewat hidung (rinorea) atau telinga (otorea), hematon
kacamata (raccoon eye) atau hematoma retroauricular (battle’s sign)
b. Ciri khas EDH :
- Lucid interval, diawali trauma, terdapat muntah sebagai tanda peningkatan TIK
- Tanda peningakatan TIK (trias): muntah proyektil, pupil edema, penurunan kesadaran
c. Perbedaan lesi UMN dan LMN
Tanda-tanda UMN LMN
Bentuk kelumpuhan Hemiparesis, quadriparesis, Kepemahan otot tertentu sesuai
paraparesis distribusi radiks/pleksus
Atrofi Disuse athrophy (muncul Atrofi akibat denervase (muncul
belakangan, tidak terlalu jelas) lebih cepat, lebih jelas)
Fasikulasi & fibrilasi - +
Refleks fisiologis Meningkat Menurun/hilang
Refleks patologis + -
Tonus Hipertonus Hipotonus
Klonus + -

d. Perbedaan SH & SNH


SOAL NO. 2
Seorang laki-laki 57 tahun 2 hari sebelum masuk RS pasien merasakan kesemutan pada tangan dan kaki sebelah kiri.
TUGAS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana non farmakologi
6. Edukasi
PRAKTEK
Skill Lab Blok 19
Kelompok 1
Trainer: dr. Devita Diatri
Kasus: Stroke Iskemik (SKDI 3B). (non hemorragic)
ANAMNESIS KETERANGAN
Keluhan utama: kesemutan
1. Lokasi  tangan, kaki sebelah kiri
2. Onset  2 hari yll
3. Awal mulanya bagaimana  tiba-tiba
muncul
4. Apakah menjalar  tidak
5. Mengganggu aktivitas  ya
6. Pernah berobat sebelumnya  tidak
7. Membaik/hilang kalau apa  terus-terusan
sejak 2 hari yll
8. Tambah parah saat apa  begini terus,
sama aja
9. Gejala lain: sampai kebas? tidak
Riwayat sakit kepala, pusing? tidak
Jatuh? tidak
Mual muntah? tidak
10. Sebelumnya pernah seperti ini? tidak
11. Pernah operasi? tidak
12. Mengkonsumsi obat2an? tidak
13. Hipertensi? tidak
14. DM? tidak
15. Jantung? tidak
16. Penyakit saraf? tidak
17. Keluarga ada yang seperti ini? tidak
18. Alkohol, merokok? tidak
PEMERIKSAAN
FISIK
Informed consent
Cek kesadaran  compos mentis, GCS 15
1. Tanda Vital TD 150/88 mmHg
Nadi 90x/min
RR 20x/min
Suhu 36,7 oC
2. Px Stat. Generalis 1. Kepala
 Inspeksi: deformitas, jejas, massa? (-)
 Palpasi: massa, krepitasi? (-)
 Tanda fraktur basis cranii (-)
2. Wajah
 Inspeksi: wajah asimetris, lipatan
nasolabial tdk simetris, merot, gerak
tambahan? (-)
3. Mata
 Pupil: bentuk bulat, letak sentral,
simetris, refleks direk/indirek (+/+)
isokor diameter 2/2 mm
 Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-)
4. Telinga
 Deformitas, keluar darah/cairan
(otorea), benda asing (-)
5. Hidung
 Deformitas, keluar darah/cairan
(otorea), benda asing (-)
6. Mulut
 Warna: normal, sianosis (-)
 Asimetri (merot), jejas (-)
7. Leher (inspeksi, palpasi)
 Deviasi trakea?
 Jejas?
 Warna kulit?
 Otot bantu napas?
 Pembesaran KGB?
 Massa?
 Pembesarah klj. tiroid?
8. Thoraks (inspeksi, palpasi)
 PF Jantung lengkap : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
 PF Paru lengkap : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
9. Abdomen
 PF Abdomen lengkap : inspeksi,
auskultasi, perkusi, palpasi (dbn)
10.Ekstremitas
 Ada deformitas, edema, trauma? (-)
 Akral hangat
 CRT <2 dtk
2. Px Stat. Lokalisata
(Neurologis)
1. Motorik  C6, C7, L4, L5, S1
 Trofi: normal
 Tonus: eutoni/normal
 Gerak: bebas
 Kekuatan: 5-3-2
2. Sensorik:
a. Eksteroseptif
- Rasa nyeri
- Rasa suhu
- Rasa raba
b. Proprioseptif
- Rasa gerak
- Rasa posisi sendi
- Rasa getar
c. Diskriminatif
- Rasa gramestesia
- Rasa barognesia
- Rasa topognosia
 hipoestesi lengan, tangan, tungkai,
kaki.
3. N.cranialis:
a. N. I  tidak ada sumbatan pada hidung,
menebak bau dengan benar
b. N. II  visus baik, lapang pandang 8
arah baik
c. N. III, N. IV, N. VI  palpebra superior
tidak menutupi pupil, refleks pupil
direct indirect normal, bentuk pupil
BCR, pergerakan bola mata normal
d. N. V  gerak rahang dan sensasi wajah
baik
e. N. VII  wajah simetris, motorik wajah
baik
f. N. VIII  rinne test dan webber test
dbn
g. N. IX, N. X  palatum normal, refleks
muntah (+)
h. N. XI  M. SCM & trapezius normal
bisa melawan tahanan
i. N. XII  fasikulasi (-), kekuatan lidah
baik.
4. Refleks Fisiologis
 Biceps  kiri hiperefleks
 Triceps  kiri hiperefleks
 Radius  kiri hiperefleks
 Ulna  ulna kiri hiperefleks
 Patella  kanan +, kiri hiperefleks
 Achilles kanan +, kiri hiperefleks
5. Refleks Patologis
 Babinski  kiri (+)
 Oppenheim (-)
 Scaeffer  (-)
 Gordon  (-)
 Hoffman trommer  (-)
6. Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk (-)
 Kernig sign (-)
 Brudzinski I (-)
 Brudzinski II (-)
 Brudzinski III (-)
 Brudzinski IV (-)
7. Rangsang Radikuler  tidak perlu.
PX PENUNJANG
1. Darah rutin  Singkirkan kesemutan gejala DM.
 Hb
 Hct
 Leukosit 7000/mmk
 Trombosit 200.000/mmk
 Eritrosit 56 jt
 LED
2. GDS 197 mg/dL
3. Ureum, kreatinin, as.urat
4. Profil lipid (Chol, TG, HDL, LDL)
5. SGOT, SGPT
6. AGD, elektrolit
7. CT scan kepala non kontras. Minta lihat
potongan sagittal/ transversal  gambaran
hipodense.

DIAGNOSIS  Diagnosis klinis


Parestesia manus sinistra & pedis sinistra.
 Diagnosis topis
Lokasi di sistem karotis/sistem
vertebrobasiler.  HEMIFER CEREBRI
DEX/SIN
 Diagnosis etiologi
Infark (aterotrombotik/ kardioembolik/
lacunar)
 Diagnosis kerja
Stroke iskemik.
DIAGNOSIS  Stroke hemoragik
BANDING  Infeksi intracranial (meningitis,
encephalitis)
TATALAKSANA Non farmakologi
 Rawat inap
 Infus
 Rujuk spesialis saraf
 Udah gaya hidup
EDUKASI
1. Jelaskan diagnosis
Pasien mengalami stroke akibat
penyumbatan pembuluh darah di otak
sehingga muncul gejala seperti kesemutan.
2. Jelaskan hasil px penunjang
Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan
tidak ada perdarahan di otak, namun ada
bagian otak yang kekurangan suplai
oksigen sehingga fungsinya menjadi
terganggu.
3. Jelaskan tindakan yang dilakukan
Pasien saat ini akan di rawat inap dan
dirujuk ke dokter spesialis saraf untuk
ditangani lebih lanjut.
4. Prognosis
Tergantung tingkat keparahan pasien. Akan
dievaluasi oleh dokter lebih lanjut,
sementara ini pasien butuh perawatan.
SOAL NO. 3
Seorang laki-laki berusia 18 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 2 jam yang lalu, 1
minggu yang lalu pasien mengeluhkan rasa kebas pada kedua tungkai, kemudia menjalar ke kedua lengan dan berlanjut
kelemahan keempat anggota geraknya, 2 minggu yang lalu pasien menderita batuk dan demam, BAK dan BAB dalam
batas normal, kejang (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pelo (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, tekanan darah 100/60 mmHg, HR 110 x/menit, RR 30 x/menit,
suhu 36,6 derajat celcius, saturasi oksigen 89%.
TUGAS
1. Tatalaksana awal
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana
6. Edukasi
PRAKTEK
Skill Lab Blok 19
Kelompok 1
Trainer: dr. Devita Diatri
Kasus: Guillain Barre Syndrome (SKDI 3B)
CEK KESADARAN Kualitatif
Somnolen
Kuantitatif  GCS 14 (E3M6V5)
PRIMARY SURVEY KETERANGAN
Pastikan tidak ada cedera cervical :
1. Airway
Look: sumbatan jalan napas (-)
Listen: ada suara tambahan (stridor,
gargling, snoring) (-)
Feel : hembusan napas (+)
Airway Clear?  Lanjut Breathing.
2. Breathing  Saturasi 95-100%  normal
Retraksi (-), dada tertinggal (-)  90-95%  nasal canule 3-4 L/min
SpO2: 89%  <90%  NRM 8-10 L/min
RR 1 menit? 30x/min  <85%  ETT ventilator
Breathing Clear?  Circulation
3. Circulation  Infus kristaloid NaCl 0,9% 500 cc habis
TD: 100/60 mmHg dalam 30 mnt
Nadi: reguler, frekuensi 110x/min
Circulation Clear?  Disability
4. Disability
 GCS E3M6V5
 Pupil: refleks direk/indirek (+/+), isokor
diameter 2/2 mm
 Lateralisasi (-)
5. Exposure
 Tidak ada trauma di bagian tubuh lain
SECONDARY
SURVEY
1. Anamnesis Keluhan utama: sesak, tungkai & tangan
kebas  berubah jadi kelemahan
MIST AMPLE/Anamnesis
a. Lokasi
Kaki kanan kiri, tangan kanan kiri.
b. Onset
Kebas 1 minggu yll, sekarang jadi lemas
tangan kakinya. Sesak 2 sejak 2 jam yll.
c. Kronologi
Awalnya kebas kebas di kaki, lama-lama
kebasnya ke tangan juga. Lama-lama jadi
lemas kaki & tangannya. 2 jam yll tiba-tiba
mulai sesak.
d. Kualitas
 Rasa kebas seperti apa? seperti pakai
kaus kaki/sarung tangan.
 Sampai mengganggu aktivitas? ya. sulit
aktivitas karena lemas tangan &
kakinya.
e. Kuantitas
Muncul pada saat tertentu/menetap?
menetap.
f. Faktor memperberat & memperingan
 Menghilang/ merasa baikan saat apa?
menetap.
 Merasa semakin berat saat? tdk ada.
g. Gejala lain
 Kelelahan habis aktivitas? –
 Mual, muntah? –
 Nyeri punggung & tungkai? –
 Berkurang kemampuan meraba? ya.
 Kejang? –
 Sakit kepala? –
 Bicara pelo/bentuk wajah tdk simetris?

h. RPD
 Riwayat asma? –
 Riwayat penyakit jantung? –
 Darah tinggi? –
 Kencing manis? –
 Pernah gangguan saraf? –
 Riwayat stroke? –
 Ada obat tertentu yang diminum? –
 Pernah batuk/pilek/demam sebelum ini?
ya, 2 minggu yll.
i. RPK
 Keluarga ada yang pernah seperti ini? –
 Ada riwayat autoimun? tdk tahu
 Riwayat stroke/penyakit saraf? –
 Darah tinggi? ada
j. Sosek
 Merokok, minum alkohol? Tidak
 Pekerjaan? mahasiswa.
2. Px Stat. Generalis 1. TTV  tadi sudah, tambah suhu  TD 100/60 mmHg
2. Kepala  Nadi 110x/min
 Inspeksi: dbn  RR 30x/min
 Palpasi: dbn  Suhu 36,6 ℃
3. Wajah
 Inspeksi: kelainan spt wajah asimetris,
lipatan nasolabial tdk simetris, merot,
gerak tambahan (–)
4. Mata
 Pupil: bentuk bulat, letak sentral,
simetris, refleks direk/indirek (+/+),
isokor diameter 2/2 mm
 Konjungtiva anemis (-)
 Sklera ikterik (-)
5. Telinga
 Deformitas, darah/cairan (-)
6. Hidung
 Deformitas, darah/cairan (-)
7. Mulut
 Warna: normal, sianosis (-), kering (-)
 Asimetri (-)
 Jejas (-)
8. Leher (inspeksi, palpasi)
 Warna kulit normal
 Deviasi trakea, jejas pembesaran KGB,
pembesaran tiroid, massa (-)
 Otot bantu napas (+)
9. Thoraks (inspeksi, palpasi)
 PF Jantung lengkap: inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
 PF Paru lengkap: inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (dbn)
10. Abdomen
 PF Abdomen lengkap: inspeksi,
auskultasi, perkusi, palpasi (dbn)
11. Ekstremitas
 Deformitas, edema, trauma (-)
 Akral hangat
 CRT <2 dtk
2. Px Stat. Lokalisata
(Neurologis)
1. Kesadaran
Pasien somnnolen, E3M6V5 GCS 14
2. Motorik
 Trofi: normal
 Tonus: hipotoni
 Gerak: terbatas dext & sin
 Kekuatan: 3-3-2, 3-3-2
3. Refleks Fisiologis
 Biceps (+) menurun dext & sin
 Triceps (+) menurun dext & sin
 Radius tdk ada data
 Ulna tdk ada data
 Patella (+) menurun dext & sin
 Achilles (+) menurun dext & sin
4. Refleks Patologis
(-) semua
5. Sensorik
 Eksteroseptif
- Rasa nyeri  hipoestesi
- Rasa suhu  hipoestesi
- Rasa raba  hipoestesi
6. N.cranialis: dbn
(sebetulnya bisa ada kelemahan N. VII, VI,
III, V, IX, X)
7. Rangsang Meningeal: dbn
8. Pemeriksaan radikuler: dbn
PX PENUNJANG
(kalau diminta) 1. Darah rutin
 Hb
 Hct
 Leukosit
 Trombosit
 Eritrosit
 LED
2. LCS
Disosiasi sitoalbumin. Fase akut terjadi
peningkatan protein LCS > 0,55 g/L, tanpa
peningkatan sel < 10 limfosit/mmk,
antibody glikolipid, antibody GMI
3. CT scan/MRI untuk eksklusikan myelopati
4. EMG
DIAGNOSIS  Diagnosis klinis
Pasien dyspnea dengan tetraparesis dan
hipoestesi (gloves & stocking)
 Diagnosis topis
LMN (radiks neuron)
 Diagnosis etiologi
Autoimun/infeksi
 Diagnosis kerja
Suspect Sindrom Guillain Barre.
DIAGNOSIS  Myasthenia gravis
BANDING  Paralisis periodik
 Polineuropati (terutama karena defisit
metabolik)
 Tetraparesis penyebab lain
 Hipokalemi
TATALAKSANA  Jelaskan tindakan yg dilakukan pada
keluarga/wali
 ABC sampai clear (oksigenasi, infus)
 Rujuk spesialis bedah saraf
 SGB tidak ada drug of choice
 IVIg (immunoglobulin intravena)
400mg/kgBB selama 5 hari
 Kortikosteroid.
EDUKASI 1. Jelaskan diagnosis
Pasien mengalami sesak dan kelemahan
anggota gerak kemungkinan disebabkan
karena autoimun atau infeksi sebelumnya,
mengarah kepada sindrom guillain barre.
2. Jelaskan tindakan yang dilakukan
Pasien saat ini akan dievaluasi terlebih
dahulu. Pasien diberikan oksigen, infus.
Pasien akan kami rujuk ke dokter spesialis
saraf untuk penanganan lebih lanjut.
3. Prognosis
Tergantung tingkat keparahan. Akan
dilakukan pemantauan kondiri pasien
secara berkala. Jika gangguan pernapasan
memburuk, rawat ICU.
BLOK 19 2020
KELOMPOK 7
Trainer : dr.Devita
MIASTENIA GRAVIS
ANAMNESIS Perkenalan
Identitas pasien : Ibu X, 44 th, pekerjaan administrasi di perusahaan
Keluhan utama : lemah anggota gerak
Sudah 1 tahun yang laluh
Kronologis : Awal mulanya 1 tahun yang lalu tidak bisa melakukan aktivitas
berat, pekerjaan banyak kaki dan tangan semakin lemah, 3 bulan ini terasa
mengaggu
Kualitas : rasa lemahnya seperti apa? Apakah dari kaki seperti memakai kaos
kaki lalu menjalar kelengan seperti memakai sarung tangan?
Kuantitas : awalnya hilang timbul lalu menetap 3 bulan ini, mengganggu
aktivitas
Faktor memperberat : jika beraktivitas dikantor merasa tambah lemah
Faktor memperingan : kalau istirahat sakitnya berkurang
Keluhan lain : sudah 3 bulan ini suara lama-lama mulai serak, kelopak mata
sulit dibuka (ptosis) disertai penglihatan ganda (dipoplia), bahu dan leher terasa
berat dan cepat lelah
RPD : pernah sakit seperti ini, pernah dibawa ke dokter/ diobati ke tukang pijit
saraf, ada riwayat darah tinggi, kencing manis, kepala terbentur, kejang, stroke
RPS : apakah merokok, minum akohol, kopi, suka berolahraga
RPK : dikeluarga tdk ada sakit seperti ini, darah tinggim kencing manis
RP Sosek : datang kesini dg asuransi, dilingkungan kerja apakah bersih,
dilingkungan rumah apakah bersih, padat penduduk, dekat dengan TPA
DD terdekat Sidrom Guillain Barre : dari bawah ke atas kelemahannya (apakah
lemahnya dari kaki seperti memakai kaos kaki, lalu ke atas ke tangan) onset
adanya infeksi terlebih dahulu
Sedangkan Miastenia Gravis onset autoimun

PEMERIKSAAN KU : tampak sakit sedang


FISIK Kesadaran : compos mentis
TTV : TD 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,60C
Pemeriksaan Generalisata
Kepala : mesosefal?
Mata : refleks pupil (+), konjunctiva anemis(-), sklera ikterik? Ptosis (+)
Hidung : deformitas, secret : dbn
Mulut : disatria/disfagia (suruh hitung 1-100 lama lama suara hilang
bertahap), nyeri telan?
Telinga : deformitas, sumbatan, secret : dbn
Leher : KGB, tiroid : dbn
Thorax paru : dbn
Thorax jantung : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas superior et inferior dextra sinistra : dbn
CRT < 2 detik  normal

Pemeriksaan Lokalisata
1. NEUROLOGIS
Kesadaran : nilai ctGCS 15 dengan E4M6V5
Motorik
-Gerakan : ekstremitas superior et inferior dextra sinistra bebas tidak terbatas
-Kekuatan : ekstremitas superior et inferior dextra sinistra : 555, 555
-Tonus : ekstremitas superior et inferior dextra sinistra : eutoni
-Trofi : ekstremitas superior et inferior dextra sinistra : eutrofi
Sensorik
-eksteroseptif, propioseptif, diskriminatif : dbn
Nervus Craniales
N. I (olfactorius)
-periksa lubang hidung (bebas atau tersumbat) : bebas
-mengenali aroma cengkeh, kopi, teh dan vanili pada kedua lubang secara
bergantian : dbn
N. II (opticus)
-membaca kartu Snellen : normal 6/6
-periksa lapang pandang dengan konfrontasi dari 8 arah
-periksa discus opticus dengan oftalmoscop : jingga (+), edema papill (-), atrofi
optic (-)
N. III (occulomotorius), N.IV (trochlearis), dan N.VI (abduscens)
-kelopak mata menutupi pupil (+)
-periksa pupil bulat central reguler
-periksa refleks pupil direct dan indirect pada mata kanan dan kiri : (+)
-pasien diminta untuk mengikuti gerak jadi ke 6 arah membentuk huruf H :
gerakan kanan kiri ods tidak bisa mengikuti
-Akomodasi : konfrontasi tidak baik
N. V (trigeminus)
-minta pasien merapatkan gigi (greget) kemudian rileks dan raba pada temporal
dan masseter : (+) berkontraksi
-periksa bagian sensorik saraf trigeminal di tiga titik
- nyeri dengan tusuk gigi/ujung palu refleks : masih terasa
- raba halus dengan gumpalan kapas : masih terasa
- refleks kornea dengan gumpalan kapas (+)
N. VII (fascialis)
inspeksi wajah pasien
- asimetris ?
- mulut sesisi moncong?
- medatarnya lipatan nasolabial satu sisi
- turunnya salah satu sisi kelopak mata
- tic’s?
pasien diminta untuk menggerakkan
- mengangkat alis dan dahi
- tutup mata rapat-rapat
- tunjukkan gigi, senyum mencucurkan bibir, dan menggembungkan pipi
N. VIII (vestibulocochlearis)
-tes bisik tutup telinga yg tidak diperiksa jarak 1-2 feet (3 m), nada tinggi : nasi
susi, nada rendah : ibu bapak : dbn
-periksa weber/lateralisasi dengan garputala (kanan atau kiri) : dbn
-tes rinne AC>BC : dbn
N. IX (glossopharingeus) dan N. X (vagus)
-minta pasien menguap (palatum terangkat? uvula di tengah?)
-refleks muntah dengan tongue spatel (konstriksi otot faring? rasa muntah?)
N. XI (accesorius)
-menahan bahu pasien dan minta untuk dilawan (kekuatan? kontraksi otot
trapezius?)
-tahan kepala pasien dan minta pasien untuk menoleh kea rah tahanan
(kontraksi scm? Dapat melawan?)
N. XII (hipoglossus)
-minta pasien membuka mulut (lidah fasikulasi?)
-minta pasien julurkan lidah (asimetris? deviasi? atrofi?)
Abnormal pada N.III, N.IV, N,VI

2. FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


Refleks Fisiologis
- biceps (normal : fleksi)
- triceps (normal : ekstensi)
- pergelangan
- patellae
- achilles
Refleks Patologis
- Babinski (digores pada telapak kaki dari tumit melalui lateral sampe basis ibu
jari + : abduksi jari-jari kaki diikuti fleksi2 jari-jari lainnya)
3. PF TAMBAHAN MIASTENIA GRAVIS
Test wetenberg/simpson test : memandang objek di atas bidang antara kedua
bola mata > 30 detik, lama-kelamaan akan terjadi ptosis (tes positif).
Test pita suara : penderita disuruh menghitung 1-100, maka suara akan
menghilang secara bertahap (tes positif).

PEMERIKSAAN Laboratorium : Anti striated muscle (anti-SM) antibody (+), Anti-muscle-


PENUNJANG specific kinase (MuSK) antibodies (+), Anti-asetilkolin reseptor antibodi (+),
Elektrodiagnostik : EMG (elektromiografi) utk menilai sensorik otot pasien
Gambaran Radiologi : CT Scan tampak thymoma (suatu massa pada bagian
anterior mediastinum)
Darah Lengkap : LED, hb, trombosit, leukostit, eosinophil, basophil, limfosit,
monosit
BEBBS/LIMO
GDS : missal ada hipoglikemia
Tensilon test : disuntikkan 2 mg tensilon secara intravena selama 15 detik, bila
dalam 30 detik tidak terdapat reaksi maka disuntikkan lagi sebanyak 8-9 mg
tensilon secara intravena. Segera setelah tensilon disuntikkan kita harus
memperhatikan otot-otot yang lemah seperti misalnya kelopak mata yang
memperlihatkan adanya ptosis. Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh
Miastenia gravis, maka ptosis itu akan segera lenyap.
Uji prostigmin : disuntikkan 3 cc atau 1,5 mg prostigmin methylsulfat secara
intramuskular (bila perlu, diberikan pula atropin 0,8 mg). Bila kelemahan itu
benar disebabkan oleh Miastenia gravis maka gejala-gejala seperti misalnya
ptosis, strabismus atau kelemahan lain tidak lama kemudian akan lenyap

DIAGNOSIS Diagnosis Kerja : Mistenia gravis


Diagnosis Banding : sindrom guillen barre

Diagnosis Klinis : paralisis N.III, IV dan VI dekstra et sinistra


Diagnosis Tropis : LMN (Lower Motor Neuron)
Diagnosis Etiologi : idiopatik (autoimun)
SKDI : 3B (dx dan tx kegawatdauratan cth ada sesak nafas)

Jika ada kegawatdaruratan(sesak, penuruna kesadaran) lakukan : ABCD


pasang ET (Endotracheal Tube)
TATALAKSANA NON FARMAKOTERAPI
Konsultasi kepada spesialis saraf agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.

FARMAKOTERAPI
- Acetylcholine inhibitor: piridostigmin bromida (mestinon) 30-120 mg/3-4
jam/oral. Dosis parenteral 3-6 mg/4-6 jam/ iv tiap hari akan membantu pasien
untuk mengunyah, menelan, dan beberapa aktivitas sehari-hari.
- Kortikosteroid: diberikan prednison dimulai dengan dosis rawal 10-20 mg,
dinaikkan bertahap (5-10 mg/minggu) 1x sehari selang sehari, maksimal 120
mg/6 jam/oral, kemudian diturunkan sampai dosis minimal efektif.

- Azatioprin
obat imunosupresif, diberikan dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari/oral selama 8
minggu pertama. Setiap minggu harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap
dan fungsi hati. Sesudah itu pemeriksaan laboratorium dikerjakan setiap bulan
sekali. Pemberian prednisolon bersama-sama dengan azatioprin sangat
dianjurkan

- Plasma Exchange (PE)


terapi jangka pendek

- Intravenous Immunoglobulin (IVIG)


Dosis standar IVIG adalah 400 mg/kgbb/hari pada 5 hari pertama, dilanjutkan
1 gram/kgbb/hari selama 2 hari

- Timektomi
dianjurkan pada pasien umur 10-55 tahun dengan Miastenia gravis
generalisata. Timektomi diindikasi pada terapi awal pasien dengan keterlibatan
ekstremitas bawah dan bulbar

EDUKASI  Diagnosis adalah Miastenia gravis, adalah penyakit yang


menyerang hubungan antara sistem saraf (nervus) dan sistem otot
(muskulus). Penyakit miastenis gravis ditandai dengan kelemahan
dan kelelahan pada beberapa atau seluruh otot, di mana kelemahan
tersebut diperburuk dengan aktivitas terus menerus atau aktivitas
yang dilakukan berulang-ulang.
 Kegawatan pada miastenia gravis: Penderita Miastenia yang sudah
parah, kerusakan dapat berdampak pada paru-paru dan
melemahkan otot-otot pernapasan sehingga diperlukan ventilator
untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi penderita dapat
bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalam paru-
paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dan
kemampuan membersihkan saluran pernapasan. Kematian
umumnya terjadi karena kegagalan pernapasan dan infeksi yang
ditimbulkan
 Edukasi pada pasien Miastenia gravis harus dirujuk ke spesialis
saraf untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut

Prognosis :
Pada Miastenia gravis Ocular, dimana kelemahan pada mata menetap lebih
dari 2 tahun, hanya 10-20% yang berkembang menjadi Miastenia gravis
generalisata. Bisa Kembali normal 80%.
Seorang Laki laki 38 tahun datang ke IGD RS oleh keluarganya tidak sadar sejak 15 menit yang lalu.dan
sebelumnya kejang.
a. Lakukan anamnesis
b. Lakukan px fisik
c. Lakukan px penunjang
d. Diagnosis dan DD
e. Farmakoterapi
f. Edukasi
BLOK 19 2020
KELOMPOK 7
Trainer : dr.Devita

MENINGOENCEPHALITIS
ANAMNESIS 1. Datang kesini dengan keluhan apa
2. Awal mulanya bagaimana>> nyeri kepala dan demam sudah 2
minggu sempat kejang sekitar 15 menit
3. Kejagnya sehari brp kali>> hanya sekali langsung tidak sadar
4. Kejangnya bagaimana>> matanya melotot, sempat muntah saat
kejang
5. Semakin kejang saat apa? Kejangnya berkurang saat apa?
6. Keluhan lain? Seperti nyeri kepala?
7. Sebelumnya pernah kaya gini? Blm
8. Sebelumnya pernah diobatin? Pernah harus minum obat rutin, tp
saya dan suami tdk minum obat rutin
9. Obatnya dihabiskan hingga 6 bulan tida?
10. Ada riwayat trauma kepala seperti jatuh? Jatuh tidak ada?
Pasien riwayat batuk berdahak 3 bulan tidak diobati
11. Sakit pada otak/ saraf? Tidak ada
12. Di keluarga ada yg sakit seperti ini? Tidak ada, tapi batuk 3
bulan berdahak
13. Tinggalnya serumah atau berbeda dengan saudara yg batuk?
14. Kondisi tempat tinggal? Pemukiman kumuh, rumah tanpa
ventilasi udara, lantai semen, dan berdinding kayu, rumah
lembab dan terdapat tumpukan barang bekas.
PEMERIKSAAN KU: koma,
FISIK Airway: tidak ada sumbatan nafas  clear
Breathing: RR 30x/menit, tidak ada retraksi, SpO2 98%  clear
Circulation: cek TD, nadi  clear
Disability: GCS E1V1M1,
Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg; N: 110x/menit; R:30x/menit; t:41 OC

1. Generalisata :

 Kepala (apakah mesosefal?)


 Mata (apakah konjungtiva anemis /tidak, skleranya ikterik?
Reflex pupil)
 Hidung (deformitas-,sumbatan -)
 Telinga (deformitas-,serumen-,secret-)
 Leher palpasi ,pembesaran KGB –, TIROID -
 Thorax paru dan cardio DBN
 Abdomen DBN
 Ekstremitas (CRT 2 detik norma, akral hangat, sianosis-,edem-)
2. Status lokalisata (Neurologis)
 Kesadaran kualitatis :koma, kuantitatif : E1M1V1 GCS 3
 Motoric : gerakan :sulit di nilai, tonus: eutoni, trofi:eutrofi,
kekuatan: sulit di nilai
 Sensorik : tidak dapat di nilai karena tidak sadar
 Nervus cranialis : sulit di nilai
 Rangsang meningeal:
a. Kaku kuduk : tahanan +
b. Kernig sign : tahanan +
c. Brudzinsky 1: fleksi sendi lutut +
d. Brudzinsky 2 : nyeri/tahanan kontralateral +
e. Brudzinsky 3 : tidak ada data
f. Brudzinsky 4 : fleksi sendi lutut-
 Reflex fisiologis min atas 2 bawah 2
a. Biceps : fleksi +
b. Triceps : ekstensi +
c. Radius
d. Ulna
e. Patella : ekstensi +
f. Tendo Achilles: plantar fleksi +
 Reflex patologis
a. Hoffman thrommer: fleksi jari tangan +
b. Babinsky : fleksi ibu jari dan adduksi jari lain +
c. Chaddock : fleksi ibu jari dan adduksi jari lain +
d. Oppenheim : fleksi ibu jari dan adduksi jari lain +
e. Gordon : fleksi ibu jari dan adduksi jari lain +
f. Mendell bachterew :-
g. Rossolimo :-
PEMERIKSAAN 1. Darah rutin
PENUNJANG Hb :13,2 g/dL
Hmt :40,5%
AL : 18.900/mmk
AT :280.000/mmk
AE :4,9 x 106/mmk
LED :24mm/jam

Neutrofil: 69%
Limfosit:21%
Monosit:6%
Eosinofil:3%
Basofil:1%

2. Pemeriksaan X-Foto Thorax PA: kesan TB paru aktif


3. Pemeriksaan CT scan Kepala : pada otak terdapat massa nodular,
kesan tuberculoma dan hydrocephalus
4. Pemeriksaan Kultur darahbelum ada hasil
5. Pemeriksaan LCS belum ada hasil

DIAGNOSIS Diagnosis dan DD


1. Dx: Meningoencephalitis et causa infeksi
microbacteriumtuberculosa
2. Dx neuro :
a. Dx kerja: penurunan kesadaran et cause
Meningoencephalitis
b. Dx klinis : pasien dengan penurunan kesadaran
c. Dx etiologis : infeksi TB
d. Dx topis : kelainan pada selaput meningen dan parenkim
otak/encephalon
TATALAKSANA Obat TBC
Farmakoterapi R/Streptomicin inj. 1g vial No.VII
S imm
R/Dexamethason inj. 5mg/5ml vial No.VII
S imm
R/Rifampisin mg 600 tab No.XXVIII
S 1 dd tab 1 pc
R/ Isoniazid mg 300 tab No.XXVIII
S 1 dd tab 1 pc
R/Pirazinamid mg 500 tab No.LVI
S 1 dd tab II pc
R/ Etambutol mg 500 tab No.LVI
S 1 dd tab II pc
R/ Piridoxin mg 500 tab No. XXVIII
S 1 dd tab 1 pc

EDUKASI Edukasi tentang definisi penyakit


Edukasi tentang keadaan sekarang
Edukasi tatalaksana
Edukasi prognosis
1. Disini suami ibu kesadarannya paling rendah yaitu koma
dikarenakan menderita meningoencephalitis dikarenakan terdapat
infeksi bakteri tuberculosis, ha itu terjadi karena awalnya bakteri
tersebut berada pada paru lalu karena ibu tidak meminum obat
dengan teratur sehingga menular ke otak
2. Disini prognosisnya dubia ad malam (buruk)

Anda mungkin juga menyukai