APENDISITIS AKUT
Oleh :
ANGKATAN II
2021
1
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Fi
No.CM : 085668
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal MRS : 29 September 2021
Tanggal KRS : 31 September 2021
ANAMNESIS
Nyeri perut kanan bawah sejak tadi 1 hari yang lalu, nyeri terus
menerus. Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien tidak bisa BAB. Nyeri juga
tidak dipengaruhi dengan makanan. Disertai demam sejak kemarin, terus
menerus. Mual dan muntah disangkal, nafsu makan menurun sejak 2 hari
ini. Riwayat trauma di daerah perut disangkal, BAK normal. Riwayat
menstruasi rutin, pasien mengaku ± 1 minggu yang lalu baru saja
menstruasi, nyeri berlebih saat menstruasi disangkal, siklus
menstruasinya juga rutin.
2
Riwayat Pengobatan : Disangkal
Status Generalis
3
pembesaran KGB, tak tampak adanya
pembesaran tyroid.
Thorax
Perkusi : Timpani +
4
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+) McBurney,
Rovsing Sign (-), Psoas Sign (+),
Obturator (+), Defans muscular (-)
INITIAL DIAGNOSA
Akut Abdomen
DIAGNOSIS BANDING
- Appendicitis Akut
- Kista Ovarium
- Endometriosis
PLANNING DIAGNOSIS
- Darah lengkap
- BOF
- USG Abdomen
- GDA
- BT/ CT
- Swab Antigen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP (29 September 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah lengkap
Leukosit 11.85 Ribu/uL 3,80 – 10,6
Basophil 0,2 % 0–1
Neutrophil 77.1 % 39,3 – 73,7
Limfosit 13.9 % 25 – 40
Eosinophil 2,0 % 2–4
5
Monosit 5,0 % 2–8
Eritrosit 4,99 Juta/ uL 4,40 – 5,90
Haemoglobin 12.1 g/dL 13,2 – 17,3
Hematokrit 40,1 % 40 – 52
Indeks eritrosit
MCV 73.3 fL 80 – 100
MCH 23.6 Pg 26,0 – 34,0
MCHC 33,3 % 32 – 36
RDW-CV 12,9 % 11,5 – 14,5
Trombosit 339 Ribu/uL 150 – 440
KESAN :
Leukositosis dengan shift to the left curiga suatu infeksi akut
6
Pemeriksaan USG Abdomen
7
Kesimpulan :
- Hepar/ Gall Bladder/ Pancreas/ Lien/ Ren D-S/ Vesica Urinaria/ Uterus
dan Adnexa D-S dalam batas Normal
- Tak tampak Appendic Edematous Antececal, Kemungkinan adanya
appendicitis Retrocecal atau ileittis terminal belum dapat disingkirkan
DIAGNOSIS KERJA
Appendicitis Akut
TINDAKAN
8
FOLLOW UP
A Appendicitis Akut
P - Appendiectomy
- Inf RL 16 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram
9
- Tab Paracetamol 3x 500 mg k/p nyeri
Tanggal S Mual +
30-10-
2021 O KU : Tampak Baik, GCS 456 (CM)
TD 130/100 mmHg
RR 22 x/menit
N 88 x/menit
S 36,4◦C
P - KRS
- Cefixim 2x 100 mg
- Asam Mefenamat 3x 500 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Apendiks, disebut juga apendiks vermiformis pada manusia merupakan
struktur tubular yang rudimenter dan tanpa fungsi yang jelas dengan panjang
bervariasi rata-rata antara 6-10 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8 cm. Apendiks
mempunyai otot serta terdapat jaringan limfoid pada dindingnya. Letak
apendiks sekitar satu inci (2,5 cm) di bawah junctura ileocaecalis dan melekat
pada permukaan posteromedial caecum. Hampir seluruh permukaan apendiks
dikelilingi oleh peritoneum, dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang
merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinyu disepanjang apendiks dan
berakhir di ujung apendiks.
11
asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli
berjalan ke vena mesenterik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal.
Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus limfatik
ileocoli. Persarafan parasimpatis apendiks merupakan cabang dari nervus
vagus Yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan
persarafan simpatis dari pleksus mesenterik superior yang berasal dari nervus
vertebra thorakalis sepuluh. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
bermula di sekitar umbilikus.
12
Lapisan terluar dari mukosa adalah muskularis mukosa, yang merupakan
lapisan fibromuskular yang kurang berkembang pada apendiks.
Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa,
merupakan lapisan muskularis eksterna dari apendiks. Lapisan ini terpisah
menjadi 2 bagian, yakni lapisan sirkular di dalam dan lapisan longitudinal di
sebelah luar. Pada lapisan ini sering terlihat degenerasi granular sitoplasmik
eosinofilik terutama pada lapisan sirkular. Di antara dua lapisan otot ini
terdapat pleksus myenterik atau pleksus Auerbach, yang serupa secara
morfologi dan fungsi dengan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Sebagai
tambahan, pembuluh limfatik dan pembuluh darah juga terdapat pada lapisan
ini. Lapisan terluar dari apendiks adalah lapisan serosa, Diantara lapisan
serosa dan muskularis eksterna terdapat regio subserosal, yang terdiri dari
jaringan penyambung longgar, pembuluh darah, limfe, dan saraf. Lapisan
serosa sendiri merupakan selapis sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat
pada lapisan tipis jaringan fibrosa.
13
Gambar 2. Histologi appendiks verniformis.
14
E. APENDISITIS
1.1 Definisi
1.2 Epidemiologi
15
Satu orang dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam
hidupnya. Insidens tertingginya terdapat pada laki-laki usia 10-14 tahun, dan
wanita yang berusia 15-19. Laki-laki lebih banyak menderita apendisitis
daripada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun. Apendisitis ini
jarang terjadi pada bayi dan anak-anak dibawah 2 tahun.
1.3 Etiologi
1.4 Patofisiologi
16
Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan adanya
kontinuitas aliran sekresi cairan dan mukus dari mukosa dan stagnasi dari
material tersebut. Konsekuensinya, terjadi iskemia dinding apendiks, yang
menyebabkan hilangnya keutuhan epitel dan invasi bakteri ke dinding
apendiks. Bakteri intestinal yang ada di dalam apendiks bermultiplikasi, hal
ini menyebabkan rekruitmen dari leukosit, pembentukan pus dan tekanan
intraluminal yang tinggi. Dalam 24-36 jam, kondisi ini dapat semakin parah
karena trombosis dari arteri maupun vena apendiks menyebabkan perforasi
dan gangren apendiks.
17
- Nyeri, pertama pada epigastrium,kemudian secara bertahap berpindah
ke region umbilical, dan akhirnya setelah 1-12 jam menyebar ke
kuadran kanan bawah atau ke titik McBurney. Nyeri bersifat viseral,
berasal dari kontraksi appendiceal atau distensi dari lumen. Biasaanya
disertai dengan adanya rasa ingin defekasi atau flatus. Nyeri biasanya
ringan, biasanya berkisar selama 4-6 jam. Selama inflamasi menyebar
di permukaan parietal peritonel, nyeri menjadi somatic, berlokasi di
kuadran kanan bawah. Gejala ini ditemukan pada 80% kasus.
Biasanya pasien berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta
mengangkat lututnya untuk mengurangi pergerakan dan menghindari
nyeri yang semakin parah.
- Anoreksia sering terjadi. Mual dan muntah terjadi pada 50-60% kasus,
tetapi muntah biasanya self-limited.
- Abdominal tenderness, khususnya pada regio apendiks. Sebanyak
96% terdapat pada kuadran kanan bawah akan tetapi ini merupakan
gejala nonspesifik. Nyeri pada kuadran kiri bawah ditemukan pada
pasien dengan situs inversus atau yang memiliki apendiks panjang.
Gejala ini tidak ditemukan apabila terdapat apendiks retrosekal atau
apendiks pelvis, dimana pada pemeriksaan fisiknya ditemukan
tenderness pada panggul atau rectal atau pelvis. Kekakuan dan
tenderness dapat menjadi tanda adanya perforasi dan peritonitis
terlokasir atau difus
18
dilepaskan (Blumberg sign)
• Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti
bernafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
- Suhu dan nadi sedikit lebih tinggi pada awal penyakit. Suhu yang
lebih tinggi mengindikasikan adanya komplikasi seperti perforasi
maupun abses.
- Nyeri pada palpasi titik McBurney (dua pertiga jarak dari umbilicus
ke spina iliaca anterior) ditemukan bila lokasi apendiks terletak di
anterior. Jika lokasi apendiks pada pelvis, pemeriksaan fisik abdomen
sedikit ditemukan kelainan, dan hanya pemeriksaan rectal toucher
ditemukan gejala significant.
- Tahanan otot dinding perut dan rebound tenderness mencerminkan
tahap perkembangan penyakit karena berhubungan dengan iritasi
peritoneum.
- Beberapa tanda, jika ada dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis appendicitis diantaranya adalah (table 1) :
19
Positif jika terdapat
nyeri tekan pada
McBurney's point.
20
Bloomberg’s sign)
21
1.7 Diagnosis
22
Pemeriksaan Leukositosis 2
Laboratorium
Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10
Interpretasi :
1-4 : Sangat mungkin bukan appendisitis
5-7 : Sangat mungkin appendisitis
8-10 : Pasti appendisitis
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
23
C-reactive protein (CRP) adalah reaktan fase akut yang
disintesis oleh hati sebagai respons terhadap infeksi atau peradangan
dan meningkat dengan cepat dalam 12 jam pertama. Namun, tidak
memiliki spesifisitas dan tidak dapat digunakan untuk membedakan
antara situs infeksi. Kadar CRP lebih besar dari 1 mg / dL umumnya
dilaporkan pada pasien appendisitis, tetapi kadar CRP yang sangat
tinggi pada pasien dengan appendisitis menunjukkan evolusi gangren
penyakit, terutama jika dikaitkan dengan leukositosis dan neutrofilia.
Namun, normalisasi CRP terjadi 12 jam setelah timbulnya gejala.
Beberapa studi prospektif menunjukkan bahwa, pada orang dewasa
yang memiliki gejala lebih dari 24 jam, kadar CRP normal memiliki
nilai prediksi negatif 97-100% untuk appendicitis.
Urine Lengkap
24
pada apendiks. Oleh karena itu, penurunan tersebut bisa menjadi tanda
peringatan awal perforasi apendiks.
Radiografi
Ultrasonografi
25
apendiks vermiformis / hilangnya lapisan normal (target sign); (2)
penebalan dinding apendiks vermiformis; (3) hilangnya
kompresibilitas dari apendiks vermiformis ; (4) peningkatan
ekogenitas lemak sekitar (5) adanya penimbunan cairan.
26
Gambar 6. CT scan menampilkan appendiks yang diperbesar dengan dinding
menebal, yang tidak terisi agen kontras, terletak berdekatan dengan otot psoas kanan.
27
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan
nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
• Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut
bagian bawah perut lebih difus.
• Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang
tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim
dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.
• Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba
massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau
colok rektal.
• Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di
tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat
itu karena tidak ada jalan keluar.
• Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke
inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering
ditemukan.
• Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di
perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau
lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi
usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan
mukokel apendiks.
28
1.10 Penatalaksanaan
29
- Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum ataupun regional.
Kemudian dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah perut
kanan bawah.
- Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan
otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya,
berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis internus,
m. transverses abdominis, sampai akhirnya tampak peritoneum.
- Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi. Sekum
beserta apendiks diluksasi keluar.
- Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks secara biasa,
dari puncak kearah basis (Semua perdarahan dirawat)
- Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis
apendiks kemudian dijahit dengan catgut
- Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan tersebut. Kemudian
Puntung apendiks diolesi betadine
- Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul
tersebut. Mesoapendiks diikat dengan sutra.
- Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat
didalamnya, semua perdarahan dirawat. Lalu sekum dikembalikan ke
abdomen.
- Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan
didekatkan untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit
jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.
30
1/3 lateral garis yang
menghubungkan spina liaka
anterior superior kanan dan
mbilicus.
Rutherford Morisson’s
incision (insisi suprainguinal)
31
1.10.2 Antibiotic pada apendisitis digunakan sebagai:
- Preoperative, antibiotik broad spectrum intravena diindikasikan untuk
mengurangi kejadian infeksi pasca pembedahan.
- Post operatif, antibiotic diteruskan selama 24 jam pada pasien tanpa
komplikasi apendisitis.
o Antibiotic diteruskan sampai 5-7 hari post operatif untuk kasus
apendisitis ruptur atau dengan abses.
o Antibiotic diteruskan sampai hari 7-10 hari pada kasus apendisitis
rupture dengan peritonitis diffuse.
1.11 Komplikasi
32
masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu
masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran
ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai
dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada
tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan,
lekosit dan netrofil normal.
o Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan
komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur
intra-abdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti:
infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula
tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium
apendiks.
1.12 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of Surgery.
9thEd. USA: McGrawHill Companies. 2010.
33
Dumas RP, Subramanian M, Hodgman E, et al. Laparoscopic appendectomy: a
report on 1164 operations at a single-institution, safety-net hospital. Am
Surg. 2018 Jun 1. 84(6):1110-6.
Howell JM, Eddy OL, Lukens TW, Thiessen ME, Weingart SD, Decker WW.
Clinical policy: Critical issues in the evaluation and management of
emergency department patients with suspected appendicitis. Ann Emerg
Med. 2010 Jan. 55(1):71-116.
Loftus TJ, Raymond SL, Sarosi GA Jr, et al. Predicting appendiceal tumors
among patients with appendicitis. J Trauma Acute Care Surg. 2017 Apr.
82(4):771-5.
Poletti PA, Botsikas D, Becker M, et al. Suspicion of appendicitis in pregnant
women: emergency evaluation by sonography and low-dose CT with oral
contrast. Eur Radiol. 2018 Jun 15.
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,
2015,hlm.639-645.
34