Anda di halaman 1dari 7

Diskriminasi 

adalah suatu perbuatan, praktik, atau kebijakan yang memperlakukan seseorang


atau kelompok secara berbeda dan tidak adil atas dasar karakteristik dari seseorang atau
kelompok itu.[1][2][3] Orang dapat didiskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, usia, agama atau
kepercayaan, warna kulit, disabilitas, orientasi seksual, serta kategori lainnya.[4] Diskriminasi
terjadi ketika individu atau kelompok diperlakukan dengan lebih buruk dibandingkan orang
lainnya karena faktor keanggotaan aktual atau yang dipersepsikan dalam kelompok sosial atau
kategori sosial tertentu.[4][5] Diskriminasi dapat berupa pembatasan kesempatan dan hak terhadap
anggota dari satu kelompok, yang tersedia bagi anggota kelompok lainnya.[6]
Meskipun diskriminasi telah dilarang dalam enam konvensi inti hak asasi manusia internasional,
[1]
 tradisi, kebijakan, gagasan, praktik, dan hukum yang diskriminatif tetap ada di banyak negara
dan institusi di seluruh belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan kasus diskriminasi
yang umumnya dianggap rendah. Di beberapa negara, usaha-usaha seperti pemberian kuota
tertentu telah digunakan untuk menguntungkan mereka yang diyakini sebagai korban
diskriminasi saat ini atau di masa lalu. Upaya ini disebut juga diskriminasi terbalik, dan sering
menuai kontroversi.

Pengertian[sunting | sunting sumber]
Istilah diskriminasi telah dikenal dalam bahasa Inggris to discriminate sejak awal abad ke-17.
Istilah ini berasal dari bahasa Latin discriminat,[7] berakar dari kata dis (berarti memilah atau
memisah) dan crimen (berarti dibedakan berdasarkan suatu pertimbangan baik-buruk).
Sebelum Perang Saudara Amerika pada abad ke-18, istilah "diskriminasi" hanya digunakan
dalam arti biasa "untuk membedakan".[8] Sejak Perang Saudara Amerika,
istilah discrimination berkembang sebagai kosakata bahasa Inggris untuk menjelaskan tentang
perlakuan merugikan terhadap individu yang semata-mata didasarkan pada ras mereka, yang
kemudian digeneralisir sebagai keanggotaan dalam kelompok atau kategori tertentu yang tidak
diinginkan secara sosial.[9]
Para filsuf dan ahli teori hukum mendefinisikan konsep diskriminasi secara normatif. Di bawah
pendekatan normatif ini, diskriminasi didefinisikan sebagai perlakuan, praktik atau
kebijakan yang menimbulkan kerugian terhadap seseorang atau kelompok secara tidak adil
karena karakteristik kelompok sosial yang dimiliki.[10] Tarunabh Khaitan menyatakan bahwa
diskriminasi adalah tidak adil karena perbuatan itu memperburuk kerugian kelompok sosial
tertentu secara substansial, meluas dan terjadi secara terus menerus, dan karena diskriminasi
membuat korbannya menderita kerugian karena faktor keanggotaan kelompoknya yang tidak
relevan secara normatif. Kedua ciri ini umum ditemukan pada semua tindakan diskriminasi, dan
karenanya, melegitimasi pengaturannya oleh negara. Tetapi tidak semua tindakan diskriminatif
adalah salah pada tingkat yang sama — terdapat kondisi tertentu dari pemikiran orang yang
melakukan diskriminasi yang membuatnya dapat lebih dipersalahkan.[11] Pandangan serupa juga
dinyatakan oleh Cass Sunstein, yang berargumen bahwa diskriminasi tidak dapat dibenarkan
karena melanggengkan "sistem kasta sosial" dalam masyarakat dengan membuat anggota dari
kelompok sosial tertentu menderita berbagai kerugian karena karakteristik berbasis kelompok
yang dimilikinya dan yang tidak relevan secara normatif. [12] Sedangkan Benjamin Eidelson
menambahkan bahwa diskriminasi adalah hal yang salah karena gagal memperlakukan orang
sebagai individu dengan rasa hormat. Menurutnya, memperlakukan orang sebagai individu
adalah menghormati dan tidak mencampuri pilihan-pilihan yang dibuat orang tersebut, dan tidak
membuat prediksi tentang pilihannya sehingga mengurangi peran otonomi yang dimilikinya
untuk mengambil keputusannya sendiri.[13]
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan pernyataan sikap tentang diskriminasi:
"Perilaku diskriminatif memiliki banyak bentuk, tetapi semuanya melibatkan beberapa bentuk
pengucilan atau penolakan."[14] Badan-badan internasional Dewan Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerja untuk membantu mengakhiri diskriminasi di seluruh dunia.
Di Indonesia, mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM), pengertian diskriminasi adalah: setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,
etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan sosial lainnya.[15]

Jenis diskriminasi[sunting | sunting sumber]


Ras dan etnis[sunting | sunting sumber]

Tanda Anti-Arab di Pantai Pattaya, Thailand

Grafiti antisemit di Lituania, yang bertuliskan Juden


raus (bahasa Jerman untuk "orang Yahudi keluar") dan Hasse (mungkin salah mengeja Hass,
bahasa Jerman untuk "kebencian")
Diskriminasi ras dan etnis membedakan individu berdasarkan perbedaan ras dan etnis yang nyata
dan dirasakan dan merujuk pada berbagai bentuk hukuman etnis.[16][17] Hal ini juga dapat merujuk
pada keyakinan bahwa kelompok manusia memiliki ciri-ciri perilaku yang berbeda sesuai
dengan penampilan fisik dan dapat dibagi berdasarkan keunggulan satu ras di atas ras yang
lainnya.[18][19][20][21] Bisa juga diartikan sebagai prasangka, diskriminasi, atau antagonisme yang
ditujukan kepada orang lain karena mereka berbeda ras atau etnis.[19][20] Varian modern dari
rasisme sering didasarkan pada persepsi sosial tentang perbedaan biologis antara masyarakat.
Pandangan-pandangan ini dapat berbentuk tindakan sosial, praktik atau kepercayaan, atau sistem
politik dengan ras-ras tertentu berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah. Supremasi ras ini
didasarkan pada sifat, kemampuan, atau kualitas yang dianggap dapat diwariskan secara turun
temurun.[19][20][22] Pandangan ini telah menjadi kebijakan resmi pemerintah di beberapa negara,
seperti Afrika Selatan selama era apartheid. Kebijakan diskriminatif terhadap etnis minoritas
termasuk juga diskriminasi berbasis ras terhadap etnis India dan Tionghoa di Malaysia.
[23]
 Setelah Perang Vietnam, banyak pengungsi Vietnam pindah ke Australia dan Amerika
Serikat, tempat mereka juga menghadapi diskriminasi.[24]
Jenis kelamin[sunting | sunting sumber]
Seksisme adalah bentuk diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atau gender seseorang.
Diskriminasi ini sering dikaitkan dengan stereotip dan peran gender[25][26] dan dapat meliputi
keyakinan bahwa satu jenis kelamin atau gender secara intrinsik lebih unggul dari jenis kelamin
yang lain.[27] Seksisme ekstrim dapat mendorong pelecehan seksual, pemerkosaan, dan bentuk-
bentuk kekerasan seksual lainnya.[28] Diskriminasi gender termasuk seksisme dan diskriminasi
terhadap orang-orang berdasarkan identitas gender mereka[29] atau gender atau perbedaan jenis
kelamin mereka.[30] Diskriminasi gender secara khusus didefinisikan dalam hal ketidaksetaraan di
tempat kerja.[30] Diskriminasi berdasarkan seks atau jenis kelamin mungkin timbul dari kebiasaan
dan norma-norma sosial atau budaya.[31]
Usia[sunting | sunting sumber]
Ageisme atau diskriminasi usia adalah diskriminasi dan stereotip berdasarkan usia seseorang.
[32]
 Pandangan ini merupakan seperangkat keyakinan, norma, dan nilai yang digunakan untuk
membenarkan diskriminasi atau subordinasi berdasarkan usia seseorang.[33] Ageisme paling
sering diarahkan pada orang tua, atau remaja dan anak-anak.[34][35]
Diskriminasi usia dalam perekrutan calon karyawan juga terdapat di Amerika Serikat. Joanna
Lahey, profesor di The Bush School of Government and Public Service di Texas A&M,
menemukan bahwa perusahaan-perusahan di sana 40% lebih mungkin untuk mewawancarai
pelamar kerja dewasa muda dibandingkan pelamar kerja yang lebih tua. [36] Di Eropa, Stijn Baert,
Jennifer Norga, Yannick Thuy dan Marieke Van Hecke, para peneliti di Universitas Ghent,
menemukan rasio yang sebanding di Belgia. Studi mereka menunjukkan bahwa diskriminasi usia
dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh kandidat yang lebih tua setelah mereka
menyelesaikan pendidikan mereka. Di Belgia, orang-orang tua hanya didiskriminasi jika mereka
tidak aktif bekerja selama bertahun-tahun atau mempunyai pekerjaan yang tidak relevan.[37]
Agama atau kepercayaan[sunting | sunting sumber]

Pada 1990-an, Bhutan mengusir penduduk Hindunya atau


memaksa mereka meninggalkan negara itu untuk melestarikan budaya dan identitas Buddhis
Bhutan.
Diskriminasi agama adalah diskriminasi dengan memperlakukan orang atau kelompok secara
berbeda dan merugikan karena apa yang mereka percaya atau tidak percayai atau karena
perasaan mereka terhadap agama tertentu. Misalnya, populasi Yahudi di Jerman, dan di sebagian
besar Eropa, menjadi sasaran diskriminasi di bawah Adolf Hitler dan partai Nazi-nya antara
tahun 1933 dan 1945. Mereka dipaksa tinggal di ghetto, mengenakan tanda pengenal bintang
Daud di pakaian mereka, dan dikirim ke kamp konsentrasi dan kamp kematian di pedesaan
Jerman dan Polandia, tempat mereka disiksa dan dibunuh, semua ini dilakukan karena agama
Yahudi mereka.[38] Banyak undang-undang (yang paling menonjol Hukum Nuremberg tahun
1935) memisahkan mereka yang beragama Yahudi karena dianggap mempunyai status lebih
rendah dari populasi Kristen.
Pembatasan jenis pekerjaan juga dilakukan kepada orang-orang Yahudi oleh otoritas Kristen.
Penguasa lokal dan pejabat gereja menutup banyak profesi bagi orang-orang Yahudi yang
religius, mendorong mereka ke dalam peran marginal yang dianggap inferior secara sosial,
seperti pengumpulan pajak dan sewa dan peminjaman uang.[39] Jumlah orang Yahudi yang
diizinkan untuk tinggal di tempat yang berbeda dibatasi; mereka terkonsentrasi di ghetto dan
dilarang memiliki tanah. Di Arab Saudi, orang-orang non-Muslim tidak diperbolehkan untuk
mempraktikkan agama mereka di depan umum dan mereka tidak diperbolehkan
memasuki Mekah dan Madinah.[40][41] Selain itu, pertemuan keagamaan non-Muslim secara privat
dapat digerebek oleh polisi agama di sana.[41] Di Maladewa, pembangunan rumah-rumah ibadah
bagi orang-orang non-Muslim adalah dilarang secara hukum. Bahkan, orang-orang non-Muslim
yang menunjukkan ekspresi keagamaan mereka atau mengadakan pertemuan keagamaan dapat
dipidana hingga 5 tahun penjara.[42]
Bahasa[sunting | sunting sumber]

Kaum nasionalis di Corsica terkadang mengecat atau rambu


lalu lintas dalam bahasa Prancis.
Keanekaragaman bahasa dilindungi dan dihormati oleh banyak negara yang menghargai
keragaman budaya. Namun, orang terkadang mengalami perlakuan berbeda karena bahasa
pilihan mereka dikaitkan dengan kelompok, kelas, atau kategori tertentu. Contoh penting
adalah sentimen Anti-Prancis di Amerika Serikat serta sentimen Anti-Quebec di Kanada yang
menargetkan orang-orang yang berbicara bahasa Prancis. Diskriminasi terjadi jika ada perlakuan
yang merugikan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berbicara atau tidak berbicara
bahasa atau bahasa tertentu. Contohnya adalah ketika ribuan penduduk asli Wayúu Kolombia
diberi nama ejekan dan tanggal lahir yang sama, oleh pejabat pemerintah dalam sebuah
kampanye untuk memberi mereka kartu identitas. Masalah ini tidak ditemukan sampai bertahun-
tahun kemudian.[43]
Contoh penting lain dari diskriminasi linguistik adalah latar belakang Gerakan Bahasa
Bengali di Pakistan, sebuah kampanye politik yang berperan penting dalam pembentukan negara
Bangladesh. Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai
bahasa nasional Pakistan dan mencap mereka yang mendukung penggunaan bahasa Bengali,
bahasa yang paling banyak digunakan di negara bagian tersebut, sebagai musuh negara.[44]
Nama[sunting | sunting sumber]
Diskriminasi berdasarkan nama seseorang juga dapat terjadi. Para peneliti menunjukkan bahwa
bentuk diskriminasi ini didasarkan pada arti nama, pengucapannya, keunikannya, afiliasi
gendernya, dan afiliasi rasnya.[45][46][47][48][49] Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa para
perekrut karyawan di dunia nyata menghabiskan rata-rata hanya enam detik untuk meninjau
setiap resume sebelum membuat keputusan awal "cocok/tidak cocok" dan bahwa nama seseorang
adalah salah satu dari enam hal yang paling mereka fokuskan.[50] Prancis telah melarang untuk
melihat nama seseorang di resume saat menyaring daftar awal kandidat yang paling memenuhi
syarat. Britania Raya, Jerman, Swedia, dan Belanda juga telah bereksperimen dengan proses
ringkasan tanpa nama.[51] Beberapa diskriminasi yang nyata dapat dijelaskan oleh faktor lain
seperti frekuensi nama.[52] Efek dari diskriminasi nama berdasarkan kelancaran nama tidak begitu
kentara, kecil dan tunduk pada norma yang berubah secara signifikan.[53]
Kebangsaan[sunting | sunting sumber]
Diskriminasi berdasarkan kebangsaan biasanya dimasukkan dalam undang-undang
ketenagakerjaan di negara-negara maju.[54] Diskriminasi ini kadang-kadang dianggap tergabung
dengan diskriminasi rasial,[55] meskipun dapat pula dipisahkan. Undang-undang yang
mengaturnya bisa beragam, seperti melarang penolakan perekrutan berdasarkan kebangsaan,
mengajukan pertanyaan tentang asal-usul, hingga larangan pemecatan, pensiun paksa,
kompensasi dan gaji, dll., berdasarkan kebangsaan.
Diskriminasi atas dasar kebangsaan dapat menunjukkan "tingkat penerimaan" dalam tim
olahraga atau kelompok kerja mengenai anggota tim baru dan karyawan yang mempunyai
kebangsaan yang berbeda dari mayoritas anggota tim.[56]
Daerah[sunting | sunting sumber]
Diskriminasi wilayah atau geografis adalah suatu bentuk diskriminasi yang didasarkan pada
wilayah tempat tinggal seseorang atau wilayah tempat seseorang dilahirkan. Ini berbeda dari
diskriminasi berdasarkaan kebangsaan karena mungkin tidak didasarkan pada batas negara atau
negara tempat tinggal korban, melainkan didasarkan pada prasangka terhadap wilayah tertentu
dari satu atau lebih negara. Contohnya termasuk diskriminasi terhadap orang Tionghoa yang
lahir di daerah pedesaan yang jauh dari kota-kota yang terletak di Tiongkok, dan diskriminasi
terhadap orang Amerika yang berasal dari wilayah selatan atau utara Amerika Serikat. Hal ini
sering disertai dengan diskriminasi yang didasarkan pada aksen, dialek, atau perbedaan budaya.
[57]

Kasta[sunting | sunting sumber]
Menurut UNICEF dan Human Rights Watch, diskriminasi kasta berdampak kepada sekitar 250
juta orang di seluruh dunia dan terutama terjadi di beberapa negara di benua Asia (India, Sri
Lanka, Bangladesh, Pakistan, Nepal, Jepang) dan Afrika.[58][59] Hingga 2011, terdapat 200
juta orang Dalit atau Kasta Terdaftar (sebelumnya dikenal sebagai "tak tersentuh") di India.[60]
Disabilitas[sunting | sunting sumber]
Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas yang berpihak pada mereka yang bukan
penyandang disabilitas disebut ableisme. Diskriminasi disabilitas memperlakukan individu non-
disabilitas sebagai standar 'kehidupan normal', menghasilkan tempat dan layanan publik dan
pribadi, pengaturan pendidikan, dan layanan sosial yang dibangun untuk melayani orang-orang
'normal', dengan demikian mengecualikan mereka yang memiliki disabilitas tertentu. Penelitian
telah menunjukkan bahwa penyandang disabilitas tidak hanya membutuhkan pekerjaan agar
mereka dapat mencari nafkah tetapi mereka juga membutuhkan pekerjaan untuk
mempertahankan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Pekerjaan memenuhi sejumlah
kebutuhan dasar individu seperti tujuan kolektif, kontak sosial, status, dan aktivitas.
[61]
 Penyandang disabilitas sering ditemukan terisolasi secara sosial dan pekerjaan adalah salah
satu cara untuk mengurangi keterasingannya.
Orientasi seksual[sunting | sunting sumber]

Aksi demonstrasi kelompok sayap kanan di


Rzeszów, Polandia yang bersikap diskriminatif terhadap kelompok minoritas LGBT.
Seperti kebanyakan kelompok minoritas, kelompok homoseksual dan biseksual rentan terhadap
prasangka dan diskriminasi dari kelompok mayoritas. Mereka dapat menjadi target kebencian
karena seksualitas mereka; istilah untuk kebencian yang didasarkan orientasi seksual seseorang
disebut homofobia. Banyak orang yang terus memiliki prasangka negatif terhadap mereka yang
memiliki orientasi non-heteroseksual dan akan mendiskriminasi orang yang memiliki orientasi
homoseksual atau biseksual atau yang dianggap memilikinya. Orang-orang dengan orientasi
seksual yang tidak umum lainnya juga mengalami diskriminasi. Satu studi menunjukkan sampel
heteroseksual lebih berprasangka buruk terhadap orang aseksual dibandingkan terhadap orang
homoseksual atau biseksual.[62]
Diskriminasi dalam pekerjaan yang didasarkan pada orientasi seksual berbeda-beda di banyak
negara. Mengungkap orientasi seksual lesbian (dengan cara menyebutkan pertunangan dalam
organisasi pelangi atau dengan menyebutkan nama pasangan seseorang) menurunkan
kesempatan kerja di Siprus dan Yunani, tetapi secara keseluruhan tidak memiliki efek negatif
di Swedia dan Belgia.[63][64][65][66] Di Belgia, bahkan terdapat efek positif dari pengungkapan
orientasi seksual lesbian bagi wanita di masa reproduktif mereka.
Diskriminasi terbalik[sunting | sunting sumber]
Mahasiswa memprotes kuota rasial di Brasil: "Quer uma
vaga? Passe no vestibular!" ("Apakah Anda ingin tempat [di universitas]? Ikuti ujian masuk!")
Diskriminasi terbalik adalah bentuk diskriminasi terhadap anggota kelompok dominan atau
mayoritas, yang ditujukan untuk menguntungkan anggota minoritas atau kelompok yang secara
historis kurang beruntung.
Bentuk diskriminasi ini dilakukan untuk memperbaiki ketidaksetaraan sosial di mana kelompok
minoritas memiliki lebih sedikit akses ke hak-hak istimewa yang dinikmati oleh kelompok
mayoritas. Diskriminasi terbalik dapat didefinisikan sebagai perlakuan yang tidak setara terhadap
anggota kelompok mayoritas yang dihasilkan dari kebijakan preferensial, seperti dalam
penerimaan perguruan tinggi atau pekerjaan, yang dimaksudkan untuk memperbaiki diskriminasi
terhadap minoritas yang sebelumnya terjadi.[67]
Konseptualisasi tindakan afirmatif sebagai diskriminasi terbalik menjadi populer di awal hingga
pertengahan 1970-an, dengan tindakan itu dimaksudkan untuk memperbaiki dampak
diskriminasi masa lalu baik di pemerintahan maupun di dunia bisnis.[68]

Anda mungkin juga menyukai