Identifikasi Karakteristik Pertanian Indonesia dan Permasalahan-Permasalahan
Pertanian yang Indonesia Hadapi Serta alasan Mengapa Hal itu Menjadi Masalah.
a) Identifikasi Karakteristik Pertanian Indonesia
Pertanian Indonesia memiliki karakteristik yaitu : Lahan usaha taninya terpencar-pencar. Lahan usaha pertanian di Indonesia kebanyakan terletak di daerah-daerah pedesaan. Sehingga lokasi antar daerah satu dengan daerah yang lainnya akan berpengaruh terhadap transportasi yang tinggi yang akan mengakibatkan harga dari produk tersebut menjadi tinggi pula. Dengan adanya daerah yang terpencar-pencar maka kesulitan dalam mengaksespun akan terganggu. Luas lahan usaha taninya sempit. Selain lahan yang terpencar-pencar, lahan usaha yang digunakan juga sempit-sempit. Hal ini karena banyak pembuakaan lahan yang digunakan untuk bisnis industri. Seperti halnya pembuatan hotel, yang mana tentunya hasil dari bisnis tersebut jauh lebih menjanjikankeuntungannya dari pada dijadikan area persawahan. Sehingga petanian kalah dengan sektor-sektor yang besar. Agroklimatnya berbeda-beda. Di Indonesia walaupun memliki 2 iklim akan tetapi dalam suatu daerah akan memiliki tingkat iklim yang berbeda-beda dalam satu waktu. Karena topografi di daerah tesebut berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu walaupun mengalami iklim yang sama tetapi tingkat cuaca pada suatu daerah itu akan berbeda-beda. Kesuburan tanah yang berbeda-beda. Dengan tingkat agroklimat yang berbeda-beda maka kesuburan tanah yang satu dengan yang lainnya juga akan berbeda-beda. Karena iklim juga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Penerapan teknologi daam bidang pertanian yang masih rendah. Teknologi yang berkembang di Indonesia tidak seperti di negara-negara maju. Perkembangan teknologi di sini masih tergantung sangat lambat sehingga juga akan berpengaruh dari tingakt produksi yang dihasilkan. Selain itu juga penerapan teknologi yang modern saat ini juga harus lebih memerhatikan topografi yang ada sehingga tidak salah dalam penerapan teknologi itu. Ketersediaan sarana produksi secara kontinue masih terbatas. Keadaan di Indonesia ini tentang tersedianya sarana produksi di suatu daerah-daerah yang membutuhkan input dalam kegiatan pertanian masih tergolong rendah karena masih ditemukan di berbagai daerah yang masih kekurangan akan sarana produksi, baik berupa pupuk, bibit, teknologi dan semua yang berkaitan dengan faktor produksi. Masyarakat Indonesia masih menggantungkan daerah lain untuk bisa mendapatkan sarana produksi secara kontinue. Efesiensi proses produksi yang dihasilkan belum efesien. Hasil dari produk pertanian sendiri belum bisa mencapai hasil yang maksimal, karena dari proses produksi sendiri belum bisa berjalan dengan efesien Tingkat kehilangan hasil produksi pada saat panen tergolong cukup tinggi (5-10%). Maksudnya ketika pada proses pemanenan seperti halnya dalamproses perontokan gabah dari batangnya, masih saja ada gabah yang tercecer di tanah sehingga tidak dapat diambil. Dengan halnya seperti itu maka hasil pertanianpun akan bekurang. Ketersediaan pasar untuk hasil produksi masih terbatas. Di dalam pasar untuk memasarkan hasil-hasil pertanian masih harus mengetahui budaya, selera, ataupun sosial dari masyarakat tersebut. Sehingga dalam pertanian untuk pemasaran terlebih dahulu memerhatikan pangsa pasar, dan budaya yang ada. Sehingga keberadaan pasar untuk usaha-usaha tani bisa terlihat lebih nyata. Kualitas dan jumlah produk bentuk yang dihasilkan beragam. Hal-hal yang berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan adalah karena kualitas bahan baku yang dipakai, SDM yang melakukan kegiatan pengolahan, modal, sarana maupun teknologi yang digunakan akan berpengaruh terhadap kualitas dan jumlah yang dihaslikan. Padahal di Indonesia terdapat beragam bahan baku yang digunakan, tingkat SDM yang berbeda dan faktor yang lainnya sehingga hasil produk yang dihaslikan pun akan beraneka ragam pula. Pada umumnya harga produk yang dihasilkan rendah. Rendahnya harga produk biasanya sering terjadi apabila saat panen raya. Karena komoditas yang dihasilkan lebih banyak sehingga harga dari produk itu akan turun. Akan tetapi apabila dalam suatu musim dengan adanya penanaman yang berbeda-beda mungkin dari harga pertanian tidak akan naik pasang surut, karena kebanyakan masyarakat Indonesia sebagian besar menanam dengan komoditas yang sama seperti padi. Pengolahan hasil produk pertanian belum memadai. Dalam pengolahan hasil pertanian tidak hanya dipengaruhi dari teknologi yang dipakai, akan tetapi juga kualitas dari komoditas yang diolah. Sehingga dapat dismpulkan bahwa pengolahan dapat berjalan dengan baik apabila teknologi yang digunakan juga memadai dan komoditas yang diolah juga bagus sehingga akan menghasilakn suatu produk yang bagus dar berkualitas serta dapat terjangkau oleh masyarakat. Sarana transportasi untuk mendistribusikan hasil pertanian belum memadai. Ketersediaan akan sarana transportasi menjadi penghalang karena jarak antara pendistribusian dengan tempat tujuan sangat jauh sehingga dengan sifat hasil pertanian yang mudah rusak dan tidak tahan lama akan menjadi masalah. Untuk perlu adanya inovasi terbaru dalam pembuatan sarana transportasi yang lebih baik, mungkin dengan pembuatan tol di berbagai daerah. Tingkat pendidikan pelaku utama (petani) masih tergolong rendah. Kebanyakan petani Indonesia memiliki pendidikan yang rendah. Mereka hanya mengandalkan ilmu pertaniannya bersumber dari nenek moyang mereka. Sehingga tingkat inovasinya menjadi rendah. Dan sifat patron cliennya masih melekat kuat. Pada masyarakat pertanian di Indonesia pada umumnya masih terikat pada patron clien. Patron clien merupakan karakteristik petani dari zaman dahulu hingga sekarang yang tidak pernah berubah. Maksud dari patron clien disini adalah apabila seseorang yang telah berhasil dalam melakukan suatu penelitian maka masyarakat akan mengikuti seseorang tersebut sampai kapanpun. Sehingga tidak ada inovasi yang ditimbulkan, malahan petani dapat saja berfikiran yang sebaliknya, yaitu bermaksud baik akan tetapi tidak berhasil dalam melakukannya. Petani pada umumnya memiliki posisi tawarnya lemah. Lemahnya posisi tawarnya petani disebabkan karena kurangnya akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Sehingga petani kesulitan untuk menjual hasil produksinya karena tidak memiliki jalur pemasaran sendiri. Akibatnya petani menggunakan sistem tebang jual dengan prosentase tertentu hasil produksi menjadi milik tengkulak Petani pada umumnya hanya bisa menerima price taker. Artinya bahwa petani hanya bisa menerima harga yang telah ditentukan oleh para produsen dan keseluruhan para pembeli. Sehingga para petani tidak bisa menentukan harga produknya sendiri. Hal inilah yang dapat menimbulkan kerugian pada petani karena petani tidak bisa untuk menentukan nasibnya sendiri untuk hasil produksinya. Keinginan untuk berprestasi dari petani tergolong rendah karena masih berfikir tradisional. Hal ini dapat terjadi karena fikiran para petani masih terikat pada patron clien. Sebagai contonya, petani telah diajari dengan sistem pertanian legowo 2-1, 3-1 atau 4-1 dengan jarak tanam tertentu. Pada saat itu petani telah mendapatkan hasil panen maksimal dibanding dengan panen-panen yang telah dilakukan dulunya. Sehingga mereka berfikiran bahwa sawah yang ditanami dengan jarak tanam yang senggang saja bisa panen banyak, apalagi jika ditanam lebih banyak lagi. Hal inilah karena inovasi yang salah karena rendahnya pendidikan menyebabkan jatuhnya nilai panen pada saat itu. b) Permasalahan-Permasalahn Pertanian Indonesia Dilihat dari karakteristik pertanian di Indonesia yang seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa keadaan pertanian di Indonesia belum bisa untuk berjalan secara maksimal sehingga menimbulkan Masalah pertama adalah permodalan, kedua lahan makin sulit, ketiga teknologi pertanian modern, keempat persoalan pupuk, dan kelima soal pemasarannya. c) Alasan Permasalahan di Atas Menjadi Masalah Utama pada Sektor Pertanian Indonesia Permodalan dimana hal ini di sebabkan oleh kurang maksimalnya kredit usaha rakyat dalam mengelolah pertanian selain itu perbankan tidak mau menyalurkan kredit karena petani tidak punya agunan, penghasilan yang tidak tetap dan tidak adanya sertifikat kepemilikan tanah yang bisa di jadikan jaminan kreditan sehingga petani sulit mendapatkan modal, Lahan makin sulit disebabkan lahan usaha taninya terpencar-pencar. Lahan usaha pertanian di Indonesia kebanyakan terletak di daerah-daerah pedesaan. Dengan adanya daerah yang terpencar-pencar maka kesulitan dalam mengaksespun akan terganggu. Selain lahan yang terpencar-pencar, lahan usaha yang digunakan juga sempit-sempit. Hal ini karena banyak pembuakaan lahan yang digunakan untuk bisnis industri. Seperti halnya pembuatan hotel, yang mana tentunya hasil dari bisnis tersebut jauh lebih menjanjikankeuntungannya dari pada dijadikan area persawahan. Sehingga petanian kalah dengan sektor-sektor yang besar, Teknologi pertanian modern diindonesia teknologi pertaniannya masih di banyak menggunakan teknologi konvensional karena banyaknya lahan pertanian yang terdapat di daerah-daerah pertanian, Persoalan pupuk disebabkan oleh kurang tersalurnya pupuk subsidi yang menyebabkan kelangkaan pupuk subsidi dikalangan petani, dan Soal pemasarannya disebabkan oleh lokasi antar daerah satu dengan daerah yang lainnya akan berpengaruh terhadap transportasi yang tinggi yang akan mengakibatkan harga dari produk tersebut menjadi tinggi pula. Dengan adanya daerah yang terpencar-pencar maka kesulitan dalam mengaksespun akan terganggu. Selain itu Sarana transportasi untuk mendistribusikan hasil pertanian belum memadai. Ketersediaan akan sarana transportasi menjadi penghalang karena jarak antara pendistribusian dengan tempat tujuan\ sangat jauh sehingga dengan sifat hasil pertanian yang mudah rusak dan tidak tahan lama akan menjadi masalah. Untuk perlu adanya inovasi terbaru dalam pembuatan sarana transportasi yang lebih baik, mungkin dengan pembuatan tol di berbagai daerah.