Anda di halaman 1dari 5

tidak dapat menghasilkan eritropoeitin (produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan

suplai O2 ke jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang kronis juga dapat
mengalami pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi.karena kegagalan ginjal untuk
membuang limbah metabolik sehingga terjadiasidosis metabolik.

3 ) Dada

Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum didapatkan kelainan

4) Abdomen Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan


dapatdiperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan konsentrasi keras, pada
klien juga bisa diperoleh adanya nyeri ketok di sudut costovertebra,keadaan ini terjadi
karena adanya regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.

5) Kulit Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi pucat,lembab.
Hal ini terjadi karena ginjal mengalami gangguan sehingga produksieritropoeitin menurun
dan suplai O2 ke jaringan juga menurun

6) Genetalia dan Rektum Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya
massa jika hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga dapat diperoleh adanya
pembesaran prostat jika keadaan tersebut disebabkan oleh BPH.

7) Ekstremitas Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan ektremitas.


Namun jika hidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal, maka dapat mengakibatkan
gejala gagal ginjal seperti terdapat odem pada extremitas,keletihan, dan kelemahan .

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3. Gangguan pola eliminasi urin b/d sedikit urin yang dikeluar

C. Rencana Asuhan Kepaeraawatan


Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018) :

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1.08238)
Penyebab tindakan keparawatan
 Agen Pencedera fisiologis (mis. selama 3x24 jam Observasi
Inflamasi, iskemia, neoplasma) diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Agen pencedaera kimiawi menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(missal terbakar, bahan kimia, hasil: nyeri
iritan) Tingkat Nyeri (L.08066)  Identifikasi skala nyeri
 Agen pencedera fisik (mis.  Keluhan nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal
Abses, amputasi, terbakar, menurun  Identifikasi faktor yang memperberat
terpotong, mengangkat berat,  Meringis menurun dan memperingan nyeri
prosedur operasi, trauma,
Latihan fisik berlebihan)  Gelisah menurun  Identifikasi pengetahuan dan
 Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh budaya
 Frekuensi nadi terhadap respon nyeri
membaik  Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping pemberian
analgetic.

Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
relaksasi nafas dalam)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi (I.09326)


(D.0074) keperawatan x 24 jam
Penyebab : diharapkan status Observasi
 Gejala penyakit kenyamanan meningkat  Identifikasi penurunan tingkat energi,
 Kurang pengendalian dengan kriteria hasil: kelemahan konsentrasi, atau gejala lain
situasional/lingkungan yang mengganggu kemampuan kognitif
Status Kenyamanan
 Ketidakadekuatan sumber daya  Identifikasi Teknik relaksasi yang
Meningkat (L.08064) pernah efektif digunakan
(mis: dukungan finansial, sosial,
dan pengetahuan)  Keluhan tidak nyaman  Identifikasi harga, kemampuan, dan
menurun penggunaan Teknik sebelumnya
 Privasinya kurang  Gelisah menurun  Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
 Gangguan stimulus lingkungan tekanan darah, dan suhu sebelum dan
 Efek samping terapi (mis: sesudah Latihan
medikasi, radiasi, kemoterapi)  Pantau respons terhadap terapi relaksasi
 Gangguan kondisi kehamilan
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang yang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
Tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia (misalnya:
musik, pengobatan, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan rasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering berulang atau melatih
Teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi (mis: dalam napas, peregangan,
atau mesin terbimbing)

Gangguan Pola Eliminasi Urine Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)
(D.0040) keperawatan x 24 jam
Penyebab diharapkan Eliminasi Observasi
 Penurunan kapasitas kandung urine membaik dengan  Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
kemih inkontinensia urin
kriteria hasil:
 Iritasi kandung kemih  Identifikasi faktor yang menyebabkan
Eliminasi Urin retensi atau inkontinensia urin
 Penurunan kemampuan
Membaik (L.04034)  Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi,
menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih konsistensi, aroma, volume, dan warna)
 Efek tindakan medis dan
diagnostik (mis. operasi ginjal, Terapeutik
operasi saluran kemih, anestesi,  Catat waktu-waktu dan haluaran
dan obat-obatan) berkemih
 Kelemahan otot pelvis  Batasi asupan cairan, jika perlu
 Ketidakmampuan mengakses  Ambil sampel urin tengah (midstream)
toilet (mis. imobilisasi) atau kultur
 Hambatan lingkungan
 Ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan
eliminasi Edukasi
 Outlet kandung kemih tidak  Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
lengkap (mis. anomali saluran berkemih
kemih kongenital)  Ajarkan mengukur asupan cairan dan
 Imaturitas (pada anak usia < 3 haluaran urin
tahun)  Ajarkan mengambil spesimen urin
midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-
otot panggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan. Implementasi
merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang telah disusun dengan
maksud agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Implementasi
keperawatan terhadap pasien diberikan secara urut sesuai dengan prioritas masalah
yang sudah dibuat dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk didalamnya
nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan keperawatan (Basri, 2020).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi menilai respons pasien meliputi subjektif, objektif, assesment
dan planning (Basri, 2020). Adapun indikator evaluasi yang diharapkan dari diagnosis
keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang tertera dalam standar luaran keperawatan
Indonesia, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Anggun Wahyu Ramadhani, Anggun. Asuhan Keperawatan pada pasien


ChronicKidneyDisease(CKD)dengan tindakan pembatasan kebutuhan cairan.

Diss.UniverstitasKusumaHusadaSurkarta,2021.

Black, Joyce M., and Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing:Elimination, Renal and
Urinary Systems Disorders. Elsevier HealthSciences,2021.

Frayoga, Frayoga, And Nurhayati Nurhayati."Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan


Kandung Kemih Pasca Pembedahan dengan Anastesi Spinal."Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik13.2 (2018):226-233.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.

Zamzami, Zuhirman. 2018. “Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran Kencing DiRSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, Indonesia.” Jurnal Kesehatan Melayu1(2):60.

Zulfa Choirul Cahya Fadilah, Zulfa. Asuhan Keperawatan pada pasien Hidronefrosis dengan
Pemenuhan Kebutuhan Fisiologi. Diss. Universitas Kusuma Husada Surakarta, 2021

Anda mungkin juga menyukai