Anda di halaman 1dari 1

Mengenal Al-Muhasibi: Sang Sufi yang Gemar Melakukan Introspeksi

Memiliki nama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits Al-Muhasibi. Ia lahir di Bashrah dan besar di
Baghdad (165-243 H / 781-837 M). Al-Muhasibi hidup di masa kejayaan Islam. Ia tumbuh dan
berkembang di Baghdad yang kala itu sebagai ibu kota dan menjadi pusat kemajuan peradaban
Islam.
Al-Muhasibi dikenal sebagai seorang ulama yang menguasai banyak bidang seperti fikih, ilmu
kalam, hadis, dan tasawuf (ilmu jiwa). Ia memberikan tekanan besar pada ajaran muhasabah
yaitu peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya)
diri sendiri; wawas diri. Ia juga meneguhkan ajaran-ajaran moral dan akhlak luhur, memadukan
syariat dan tarekat yang berdasarkan pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan akal.
Sufi kelahiran Basrah ini digelari “Al-Muhasibi” (pemeriksa, pengintrospeksi) karena
kebiasaannya memeriksa dan mengawasi dirinya sendiri agar terhindar dari setiap dosa dan
kesalahan sekecil apa pun, yang selalu membuatnya berlaku warak dan taat kepada Allah dan
rasul-Nya.
Menurut catatan Imam al-Qusyairi dalam Ar-Risalah menyebutkan, “Karena Al-Muhasibi
memiliki sifat yang sangat hati-hati dan penuh perhitungan atas dirinya itu, ia mandapatkan
anugerah dari Allah berupa perlindungan khusus. Apabila ia memegang barang yang syubhat
(apa lagi haram) jari-jemarinya langsung bergetar dan seketika itu seakan-akan tak berfungsi.
Bila ia memakan barang yang haram, tenggorokkannya tak mampu menelannya.”
Al-Muhasibi merupakan ulama sufi yang cukup produktif, di antara karya-karyanya ialah: Ar-
Ri’ayah li Huquq Allah (Memelihara Hak-Hak Allah) yang disebut-sebut sebagai literatur sufi
penting karena sistematika dan isinya banyak mengilhami para sufi setelahnya seperti Abu
Thalib Al-Makki dalam menusun Quth Al-Qulub dan Imam Al-Ghazali dalam menyusun Ihya’.
Karya Al-Muhasibi yang lain adalah Adab Al-Nufus, Fahm Al-Shalah, Al-Washaya dll.

Anda mungkin juga menyukai