Anda di halaman 1dari 32

ADAPTASI FISIOLOGI KEHAMILAN DAN KOMPLIKASI

AKIBAT KEGAGALAN ADAPTASI PADA KEHAMILAN


TRIMESTER 1

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Patofisiologi Kasus Kebidanan di Program Studi Profesi Bidan)

Dosen Pembimbing:
Hj. Sri Gustini, SST, M.Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Ai Rima Fitriani Amalia


Ai Siska Rosmiati
Alvya Nurainuni Pratiwi
Nopi Nurlaela
Ratna Dwi Astriani
Windi Restuti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam. Limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang berlimpah dan tiada akan pernah habis terhitung.
Sungguh, maha besar Allah karena telah meridhai tim penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang “Adaptasi Fisiologi Kehamilan dan
Komplikasi Akibat Kegagalan Adaptasi Pada Kehamilan Trimester I”. Makalah
ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi Kasus
Kebidanan dalam kegiatan pembelajaran Program Studi Profesi Bidan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. Rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya saya ucapakan kepada

1. Ketua Jurusan Kebidanan Nunung Mulyani APP, M.Kes,


2. Ketua Program Studi Profesi Dr. Meti Widiya L, SST, M.Keb, dan
3. Dosen Pembimbing Hj. Sri Gustini, SST,M.Keb

serta banyak pihak yang terkait dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami barharap semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi seluruh mahasiswa dan pembaca. Kami menyadari
bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kami menerima kritik
dan saran yang membangun.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, Juli 2023

Tim

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Maksud dan Tujuan Penulisan

D. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

B. Konsep Adaftasi Kehamilan

C. Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

CONTOH SOAL

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan dan
persalinan merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan perubahan pada
tubuh secara fisiologis maupun psikologis seorang wanita, sehingga
diperlukan beberapa penyesuaian terhadap perubahan tersebut (Nirwana,
2011).
Selama kehamilan, ibu memerlukan adaptasi dengan berbagai
perubahannya terutama pada ibu yang mengalami kehamilan pertama. Secara
fisik ibu hamil akan merasa letih, lesu dan sebagainya. Sedangkan secara
psikologis ibu hamil akan dibayangi dan dihantui rasa cemas serta takut akan
hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada dirinya sendiri maupun pada
bayinya. Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh ibu
(Nur Intan, dkk 2016).
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah. Walaupun
merupakan peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan persalinan disertai
risiko berupa komplikasi baik untuk ibu maupun bayinya. Menurut World
Health Organization (2013), sekitar 15% dari seluruh ibu hamil kehamilannya
akan bertumbuh dan berkembang menjadi komplikasi yang mengancam jiwa
ibu, hal tersebut terjadi dikarenakan ibu tidak memahami perubahan yang
terjadi pada tubuhnya selama masa kehamilannya (Nur Intan, dkk 2016).
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah
kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan penyebab terbesar
kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) merupakan indikator utama dalam pelayanan kesehatan dan salah satu

1
tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Jumlah kematian Ibu tahun
2019 berdasarkan pelaporan profil kesehatan Provinsi Jawa Barat di
kabupaten/kota sebanyak 684 kasus atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16
kasus dibandingkan tahun 2018 yaitu 700 kasus. Kematian ibu sebanyak 684
orang terjadi pada ibu hamil sebanyak 18,7% (Kemenkes RI, 2019).
Komplikasi pada ibu hamil merupakan masalah yang kompleks, karena
komplikasi kehamilan tersebut dapat menyebabkan kematian langsung ibu
hamil dansaat melahirkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut tim penulis mengangkat topik
dengan judul makalah “Adaptasi Fisiologi Kehamilan dan Komplikasi Akibat
Kegagalan Adaptasi Pada Kehamilan”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pengkajian masalah dalam makalah ini, tim penulis
membuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana adaptasi fisiologi selama kehamilan trimester I?
2. Bagaimana komplikasi yang terjadi akibat kegagalan adaptasi selama
kehamilan trimester I?
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui adaptasi fisiologi selama kehamilan.
2. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi akibat kegagalan adaptasi
selama kehamilan.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
mahasiswa mampu menjelaskan adaptasi fisiologi kehamilan dan komplikasi
akibat kegagalan adaptasi pada kehamilan trimester I.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang saling berkesinambungan


yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan
spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentuka plasenta dan
tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi dampai aterm (Manuaba,
2012).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu


terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan
ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37
minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho, 2014).

Dalam proses kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester


pertama mulai dari usia kehamilan 0-12 minggu, trimester kedua mulai dari
usia kehamilan 13-24 minggu, dan trimester tiga yaitu >24 minggu

B. Konsep Adaptasi Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Meinarno (2011) adaptasi adalah proses penyesuaian diri


terhadap lingkungan dan keadaan sekitar. Adaptasi adalah suatu
penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti
mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat
berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi.

3
Adaptasi memiliki dua arti yaitu adaptasi pertama disebut penyesuaian
diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk),
sedangkan kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allop artinya
yang lain, statis artinya bentuk). Jadi adaptasi dalam arti “pasif” yaitu
kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Sedangkan dalam arti “aktif”
yaitu pribadi mempengaruhi lingkungan.

Dengan demikian adaptasi dapat diartikan suatu proses untuk


menyesuaikan diri dari keadaan sebelumnya ke keadaan yang baru yang
dalam hal ini membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru. Begitu pula bagi ibu hamil juga membutuhkan
adaptasi dalam masa kehamilannya, terutama bagi ibu primigravida yang
sebelumnya belum pernah memiliki pengalaman hamil.

2. Adaptasi Fisiologi Selama Kehamilan

Kejadian fertilisasi dan konsepsi menyebabkan perubahan terhadap


tubuh ibu selama kehamilan. Perubahan ini terjadi guna mendukung
perkembangan janin, persiapan seorang ibu pada saat bayi telah lahir dan
mempertahankan kesehatan ibu sepanjang periode childbearing (hamil,
melahirkan dan nifas). Perubahan tersebut membuat ibu merasa tidak
nyaman serta dapat mempengaruhi aktifitas ibu sehari-hari. Kondisi
tersebut terkadang membutuhkan beberapa bantuan dan informasi guna
membantu ibu untuk menerima keadaannya. Dengan demikian ibu dapat
menjadi lebih sehat, lebih tenang dengan kondisinya saat ini dan
diharapkan kehamilannya dapat bertahan hingga aterm. Berikut gambaran
perubahan sistem organ yang terjadi selama kehamilan :

4
a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan


melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat
70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat
mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram
(Prawirohardjo, 2008).

2) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan


folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative
minimal (Prawirohardjo, 2008).

3) Tuba Falopi

Selama kehamilan otot-otot yang meliputi tuba mengalami


hipertropi dan epitelium mukosa tuba menjadi gepeng.pad tuba
falopi terjadi peningkata estrogen dan progesteron yang
menyebabkan rambut silia

5
menjadi lebih aktif sehingga mampu menghantarkan sel zigot
menuju kavum uteri dalam waktu yang tepat. Faktor lain yang
dapat menggerakkan silia (rambut getar) adalah kalori yang
dirubah menjadi energi yang dihasilkan dari metabolisme sel
(Manurung, 2011).

4) Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia


terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2008).

b. Sistem Kardiovaskuler

1) Cardiac Output

Cardiac output maternal meningkat sekitar 30 sampai 50% selama


kehamilan. cardiac output mencapai kadar maksimum selama
trimester pertama atau kedua kehamilan dan tetap tinggi sampai
persalinan. Cardia posisi output tergantung pada posisi ibu. Jika ibu
posisi telentang, uterus yang membesar menekan vena cava
inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga
menurunkan cardiac output. Pengaruh ini lebih besar pada saat
kehamilan aterm. Antara 1 sampai 10 persen ibu hamil mengalami
supine hypotension syendrome/ sindrom hipotensi pada saat
berbaring telentang dan mengalami penurunan tekanan darah
disertai gejala – gejalan seperti pusing, pening, mual dan rasa akan
pingsan (Indrayani, 2011).

6
2) Tekanan Darah

Penurunan tehanan vaskular prefier selama kehamilan terutama


disebabkan karena relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh
hormon progesteron. Penurunan dalam peripheral vascular
resistance, mengakibatkan penurunan darah delama trimester
pertama kehamilan. tekanan sistolik turun sekitar 5 sampai 10
mmHg dan distolik 10 sampai 15 mmHg. Setelah usia kehamilan
24 minggu, tekanan darah sedikit demi sedikit naik dan kembali
kepada tekanan darah sebelum hamil pada saat aterm (Indrayani,
2011).

3) Volume dan Komposisi Darah

Volume drah meningkat sekitar 1.500 ml (nilai normal : 85% - 9%


berat badan). Peningkatan terdiri atas 1.000 ml plasma ditambah
450 ml sel darah merah (SDM). Peningkatan volume mulai terjadi
pada sekitar minggu ke-10 sampai ke-12, mencapai puncak sekitar
30%- 50% di atas volume tidak hamil pada minggu ke-20 sampai
ke-26. Peningkatan volume merupakan mekanisme protektif.
Keadaan ini sangat penting untuk :

a) Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran


uterus

b) Hidrasi jaringan janin fan ibu yang adekuat saat ibu berdiri
atau telentang

c) Cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama


proses melahirkan dan puerperium.

7
Walaupun volume darah meningkat, tetapi nilai hemoglobin normal
(12-16 g/dl di dalam darah) dan nilai normal hematokrit (37%-
47%) menurun secara drastis. Kondisi ini disebut anemia fisiologis.
Penurunan terlihat jelas pada trimester ke-2 saat terjadi ekspansi
volume darah yang cepat. Apabila nilai hemoglobin turun sampai
10 g/dl atau lebih atau bila hematokrit turun sampai 35% atau lebih,
maka wanita dalam keadaan anemi (Indrayani, 2011).

c. Sistem Pernafasan

Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan


menyediakan kebutuhan ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu
meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen dan kerangka iga


berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena rahim
membesar, panjang paru-paru berkurang. Tinggi diafragma bergeser 4
cm selama masa hamil. dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring
pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernafasan dada
menggantikan pernafasan perut.

Peningkatan vaskularisasi yang merupakan respon terhadap


peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernapasan atas.
Karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hyperemia di
hidung, faringm laring, trakea, dan bronkus. Kongesti di dalam
jaringan traktus

8
respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi yang umum
terlihat selama hidung berdarah (epistaksis), perubahan suara, dan
respon peradangan menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan
bagian atas yang ringan sekalipun.

Wanita hamil bernafas lebih dalam (meningkatkan volume tidal,


volume gas beergerak masuk atau keluar traktus respiratorius pada
setiap terikan nafas). Karena volume tidal meningkat maka PO2
meningkat dan PCO2 menurun. Keadaan ini memberikan keuntungan
bagi janin sehingga benyak oksigen yang ditransfer melalui plasenta
ke sirkulasi ibu. Progesteron dan oksigen diduga menyebabkan
peningkatan sensitivitas pusat pernafasan terhadap karbondioksida
(Indrayani, 2011).

d. Sistem Perkemihan

Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya


bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada
wanita yang tidak hamil. Filtrasi glomelurus meningkat sekitar 69%
selama kehamilan peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi
sampai aterm dan akan kembali normal pada 20 minggu post partum.

Pada kehamilan ureter membesar untuk menampung bayaknya


pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena peristaltic
ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang
membesar dan terjadi perputaran ke kanan disebabkan karena terdapat
kolon dan sigmoid di sebelah kiri.

Kandung kemih atau blass pada masa kehamilan tertekan oleh uterus
karena posisi blass berada di depan uterus sehingga akan
meningkatkan

9
frekuensi buang air kecil. Terutama pada trimester I, trimester II
tekanan uterrus terhadap blass berkurang. Karena uterus sudah mulai
keluar dari rongga panggul dan pada trimester III sering terjadi
rangsangan kembali karena bagian terendah janin turun ke rongga
panggul. Selain itu vaskularisasi pada blass menyebabkan tonus otot
turun. Terjadinya hemodilusi juga menyebabkan metabolisme air
meningkat sehingga pembentukan urine bertambah dan kapasitas blass
sampai 1.500 ml (Indrayani, 2011).

e. Sistem Persyarafan

Menurut Indrayani (2011) perubahan fisiologis spesifik akibat


kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan
neuromuskular. Gejala – gejala tersebut antara lain :

1) Kompresi syaraf panggul atau statis vaskular

Akibat dari pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan


sensori di tungkai bawah.

2) Lodisus doesolumbar

Dapat mengakibatkan nyeri akibat tarikan pada syaraf atau


kompresi akar syaraf.

3) Edema pada syaraf perifer

Dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome selama trimester III


kehamilan. Edema menekan syaraf median di bawah ligamentum
karpalis pergelangan tangan. Syindrom ini ditandai oleh
parastesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar akibat gangguan
pada sistem syaraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar
ke siku. Tangan yang dominan yang paling banyak yang biasanya
terkena.

10
4) Akroestesia (Rasa baal dan gatal di tangan)

Akibat dari posisi bahu yang membungkuk dirasakan oleh


beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan
tarikan pada segmen fleksus brakialis.

5) Nyeri kepala

Akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas dan
tidak pasti tentang kehamilannya. Dan dapat juga dihubungkan
dengan gangguan penglihatan seperti kesalahan refleksi, sinusitis
atau migrain.

6) Nyeri kepala ringan

Rasa ingin pingsan dan bahkan sering terjadi pada awal


kehamilan. ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural atau
hipoglikemia mungkin merupakan keadaan yang menyebabkan
gejala ini.

7) Hipokalsemia

Dapat menimbulkan masalah Neuromuskular seperti kram otot


atau tetani. Adanya tekanan pada syaraf menyebabkan kaki
menjadi oedema. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
tekanan vena dibagian yang lebih rendah dari uterus akibat
sumbatan parsial venakava oleh uterus yang hamil. Penurunan
tekanan osmotik koloid intertisial yang ditimbulkan oleh
kehamilan normal juga cenderung menimbulkan oedema pada
akhir kehamilan.

11
f. Sistem Pencernaan

Peningkatan hormonal pada awal kehamilan berdampak terhadap


perubahan sistem pencernaan. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil
antara lain : mual muntah, sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih
banyak, motilitas lebih rileks, distensi vaskuler pada daerah gusi
(epulsi). Peningkatan frekuensi mual dan muntah yang dialami oleh
ibu hamil berpengaruh terhadap menurunnya cairan elektrolit di dalam
tubuh. Namun perubahan tersebut tidak selalu dialami oleh ibu hamil.
Beberapa refenrensi menyatakan bahwa ibu primi gravida, usia remaja
dan kehamilan yang tidak diinginkan beresiko ibu mengalami
hiperemesis. Kesiapan psikologi menghadai perubahan fisik selama
hamil membuat ibu lebih tenang menghadapi kehamilan. ibu akan
lebih sering mengeluarkan air ludah yang bersifat asam. Sehingga
nafsu makan ibu akan berkurang. Kondisi ini lebih sering dialami
pada saat trimester pertama.

Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual tetapi


juga konstipasi. Ibu akan lebih sering melakukan mengedan. Tindakan
tersebut menyebabkan ibu mengalami haemoroid. Untuk mencegah
terjadinya haemoroid maka ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat, minum cairan yang banyak. Jika kondisi ini
berlanjut maka lambung akan mengalami penurunan asam lambung
dan perlambatan pengosongan lambung, yang menyebabkan
kembung. Meningkatnya volume darah membuat semua vaskuler
mengalami distensi termasuk pembuluh darah yang ada di gusi. Gusi
akan mengalami pembengkakan dan berwarna merah. Kesalahan
memilih sikat gigi dan tehnik melakukan sikat gigi membuat gusi
berdarah. Hal ini membuat ibu takut untuk melakukan sikat gigi,
sehingga memicu terjadinya karies selama kehamilan akibat tingkat
keasaman saliva yang tinggi. Karies beresiko memicu terjadinya
kelahiran premature akibat terjadinya kontraksi (Manurung, 2011).

12
g. Sistem Muskuloskeletal

Kebutuhan kalsium meningkat 33% tetapi tidak diambil dari gigi.


Sendi pelvik sedikit dapat bergerak untuk mengkompensasi
pembesaran janin, bahu tertarik kebelakang dan lumbal lebih
lengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan
nyeri punggung. Terjadinya kram otot tungkai dan kaki tidak
diketahui penyebabnya, mungkin berhubungan dengan metabolisme
kalsium dan fosfor, kurangnya drainase sisa metabolisme otot atau
postur yang tidak seimbang (Manurung, 2011).

C. Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I

1. Anemia Kehamilan

Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar


hemoglon < 11 gr/dL pada trimester 1 dan 3, atau jika kadar hemoglobin <
10,5 gr/dL pada trimester 2. Tingkatan anemia, Anemia ringan : 9-10
gr/dL, Anemia sedang : 7-8 gr/dL dan Anemia berat : < 7 gr/dL. Dengan
gejala seperti pucat, mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat
terlihat pada tubuh yang malnutrisi. Jika hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin tidak akurat, hal ini mungkin akibat dari kadar LED darah
yang cepat ataupun spesimen yang tidak tercampur dengan baik.

2. Hiperemesis Gravidarum (HEG)

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang


berlebihan pada awal kehamilan, mual dan muntah yang dirasakan oleh
ibu hamil berlangsung sejak usia kehamilan 9-10 minggu dan hanya
sebagian kecil yang berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 minggu
(Ogunyemi, 2017). Sekitar 80% terjadi mual dan muntah pada kehamilan,
mual dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai
dengan9-10 minggu kehamilan, puncaknya pada 11-13 minggu, dan

13
berakhir pada 12-14 minggu, dalam 1- 10% dari kehamilan, gejala dapat
berlanjut setelah 20-22 minggu (Ogunyemi, 2017).

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan


muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton –
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume
cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida air kemih turun. Selain itu jug adapt menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.

Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat


terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma
Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai
diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Rorrong dkk, 2021).

Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut


hiperemesis gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika
keluhan mual muntah tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu
dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

14
a. Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
menurun, lidah mengering dan mata cekung.

b. Tingkat II. Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit
lebih menurun, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat
badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan
dalam kencing.

c. Tingkat III. Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran


menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi
akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.

3. Abortus

Abortus atau keguguran merupakan hasil konsepsi yang keluar


terjadi saat usia kehamilan kurang dari 20 minggu serta berat janin kurang
dari 500 gram. Penyebab terjadinya abortus bermacam-macam dan sering
diperdebatkan. Secara umum ada lebih dari satu penyebab, antara lain:
faktor genetik, autoimun, kelainan anatomi/ kelainan kongenital uterus,
infeksi, hematologik, defek fase luteal, serta lingkungan hormonal. Berikut
ini beberapa jenis abortus berdasarkan tanda, gejala dan proses patologi
yang terjadi, serta penatalaksanaannya:

15
a. Abortus Imminens

Abortus imminens merupakan perdarahan pervaginam sebelum usia


kehamilan 20 minggu, tanpa nyeri dan ukuran rahim sesuai dengan
usia kehamilan dan leher rahim yang tertutup, tes urin kehamilan
masih positif dan hasil konsepsi masih baik. Pasien disarankan untuk
tirah baring hingga perdarahan tidak terjadi dan disarankan untuk
tidak melakukan hubungan seksual terlebih dulu sampai lebih kurang
2 minggu. Agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
mendapatkan penanganan secara medis, pasien dirujuk ke dokter
kandungan.

b. Abortus Insipiens

Abortus insipiens merupakan kehamilan awal dengan perdarahan


vagina dan dilatasi serviks. Biasanya, perdarahan vagina lebih buruk
dibandingkan dengan aborsi mengancam dan lebih banyak kram yang
dirasakan pasien, serta belum ada jaringan yang keluar. Pada USG,
hasil konsepsi terletak di segmen bawah rahim atau saluran serviks.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
kehamilan masih positif. Kontraksi yang kuat dan sering pada
umumnya dikeluhkan oleh pasien, serta pengeluaran darah yang

16
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks dan usia kehamilan.
Penanganan pada pasien bidan harus memperhatikan keadaan umum
dan perubahan keadaan dinamika aliran darah yang terjadi kemudian
secepatnya dilaksanakan tindakan perbaikan keadaan umum serta
dilakukan rujukan untuk menegaskan kondisi abortus (melalui
pengecekan USG) dan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi dengan
digital kemudian dilakukan kuretase jika darah yang keluar banyak
dan diberikan uterotonika. Perawatan setelah tindakan antara lain
kontrol keadaan umum pasien, pemberian uterotonika dan antibiotika
profilaksis lewat advice dokter, konseling pemenuhan kebutuhan
nutrisi/hidrasi, eliminasi, mobilisasi, hygiene, dan kontrasepsi.

c. Abortus Inkompletus

Abortus inkompletus merupakan kehamilan yang berhubungan dengan


perdarahan vagina, dilatasi saluran serviks, dan keluarnya hasil
konsepsi. Pada umumnya pasien merasakan kram yang hebat, dan
perdarahan vagina sangat berat. Pasien dapat menjelaskan terdapat
jaringan yang telah keluar, atau pemeriksa dapat mengamati bukti
bahwa jaringan yang telah keluar di dalam vagina. Pemeriksaan USG
dapat menunjukkan bahwa beberapa hasil konsepsi masih ada di
dalam rahim. Pada pemeriksaan ukuran uterus lebih kecil dari usia
kehamilan, kanalis servikalis masih terbuka, teraba jaringan/menonjol
pada ostium uteri eksternum, perdarahan bisa sedikit sampai banyak
tergantung pada jaringan yang tersisa. Pasien dapat mengalami anemia
atau syok hemoragik sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.
Penatalaksanaan pasien terlebih dahulu memperhatikan keadaan
umum dan menanggulangi gangguan dinamika aliran darah kemudian
dilanjutkan dengan rujukan untuk menetapkan diagnosis klinis
(melalui USG apabila diperlukan) serta pelaksanaan kuretase dengan
hati-hati sesuai keadaan umum dan ukuran uterus.

17
d. Abortus Kompletus

Abortus kompletus merupakan ketika ada perdarahan vagina dan


keluarnya hasil konsepsi melalui serviks. Pada USG transvaginal,
tidak akan ada sisa hasil konsepsi di dalam rahim. Abortus ini ditandai
dengan ostium uteri yang telah menutup, besar uterus lebih kecil dari
usia kehamilan, perdarahan sedikit dan seluruh hasil konsepsi telah
keluar, pemeriksaan urin pada umumnya masih positif hingga 7-10
hari setelah abortus. Penatalaksanaan pasien tidak membutuhkan
perawatan atau tata laksana khusus. Pasien dapat diberikan raborantia
apabila dibutuhkan dan dilakukan konseling pemenuhan kebutuhan
pasca abortus.

e. Missed Abortus

Missed abortion merupakan abortus yang memiliki ciri-ciri sebelum


usia kehamilan 20 minggu, fetus telah meninggal dalam kandungan
serta hasil konsepsi masih ada di dalam kandungan. Pada umumnya
pasien tidak mengeluhkan apapun kecuali pertumbuhan kehamilannya
tidak seperti yang diharapkan. Ketika usia kehamilan 14-20 minggu
pasien merasakan rahimnya semakin kecil dengan tandatanda
kehamilan sekunder mulai menghilang, tes urin kehamilan negative
pada 1 minggu setelah terjadinya abortus. Penatalaksanaan meliputi
penanganan awal antara lain evaluasi keadaan umum dan kondisi
klinis kemudian dilaksanakan rujukan untuk penentuan diagnosis serta
penanganan evakuasi hasil konsepsi (dilatasi dan kuretase dengan
meninjau kondisi ibu dan kondisi kehamilan). Peluang timbulnya
penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih tinggi dikarenakan
jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus pada umumnya
lebih kuat.

18
f. Abortus Habitualis

Abortus habitualis merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau


lebih secara berturut-turut, secara umum pasien yang mengalami
abortus habitualis tidak mengalami kendala untuk dapat hamil
kembali, tetapi berakhir dengan abortus. Salah satu factor paling
sering ditemukan yang menyebabkan abortus habitualis yakni
inkompetensi serviks yaitu keadaan dimana serviks tidak mampu
menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan
melewati trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka
tanpa disertai rasa mules/kontraksi Rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin.

g. Abortus Infeksiosa

Abortus infeksiosa atau Abortus Septik; adalah abortus yang disertai


infeksi pada alat genitalia, sedangkan abortus septik penyebaran
nfeksi sudah mencapai peredaran darah tubuh atau peritoneum. Tanda
gejala yang dapat ditemukan pada pemeriksaan antara lain panas
tinggi, tampak sakit dan lelah, adanya takikardia, perdarahan
pervaginam yang menimbulkan bau, uterus yang membesar dan
lembek, serta nyeri tekan, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
leukositosis. Apabila hal tersebut berlanjut hingga terjadi sepsis dan
syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil dan
tekanan darah turun. Penatalaksanaan pada pasien dengan kondisi
seperti ini harus memperhitungkan keadaan umum dan rujukan segera
untuk memenuhi keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian
antibiotika yang adekuat sesuai hasil kultur. Tindakan kuretase
disertai pemberian uterotonika dapat diberikan apabila keadaan tubuh
berangsur membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat
diberikan.

19
h. Blighted Ovum

Blighted Ovum merupakan suatu kondisi dalam kehamilan patologi


ketika janin dan yolk sac mengalami gangguan untuk dapat terbentuk
sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Kehamilan tetap
berjalan hingga usia 14-16 minggu walaupun tidak terdapat janin
didalamnya. Kehamilan anembrionik dapat diketahui melalui
pemeriksaan USG yang dilaksanakan pada usia kehamilan 7-8
minggu. Rujukan harus segera dilakukan apabila pada deteksi dini
usia kehamilan 12 minggu atau lebih belum teridentifikasinya DJJ
dengan Doppler. Penatalaksanaan kondisi dengan kehamilan ini
dilakukan melalui terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase
secara elektif.

4. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang


dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding
tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba,
ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim
misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk
rudimenter rahim. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi
di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.

Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil


konsepsi (zigot) sebelum turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab
terjadii gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta
tumbuh dalam tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh
kembang hasil konsepsi. Disamping itu penghancuran pembuluh darah
oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya pembuluh
darah. Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi

20
yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah
karena tidak mempunyai kemampuan berkontraksi maka perdarahan
tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan
tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat mengalir terus ke
rongga peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri pelvis yang hebat
dan akan menjalar ke bahu.

Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas


dan penderita maupun petugas medis biasanya tidak mengetahui adanya
kelainan dalam kehamilan. Pada umumnya penderita menunjukkan
gejala-gejala sebagai berikut:

a. Amenorhoe

b. Nyeri perut bagian bawah

c. Gejala kehamilan muda

d. Level hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) rendah

e. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua

f. Pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks


digoyangkan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan
darah

Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari


perdarahan banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya, gejala dan
tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau ruptur
tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan
umum penderita sebelum hamil (Norma dan Mustika, 2018: 72).

21
5. Molahidatidosa

Hamil anggur (Mola Hidatidosa) adalah kehamilan abnormal


berupa tumor jinak dari sel-sel trofoblas.Trofoblas adalah bagian dari tepi
sel-sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin atau merupakan
suatu hasil yang gagal. Jadi, dalam proses kehamilannya mengalami hal
yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel
sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-
gelembung yang bergerombol membentuk buah anggur. (Sukarni dan
Wahyu, 2013).

Mola Hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang ditandai


dengan trofoblas yang tidak wajar.Pada kelaianan kehamilan ini, struktur
yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk gelembung-
gelembung seperti anggur (Arantika, 2017).

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Mola


hidatidosa komplit dan Mola hidatidosa parsialis. Mola hidatidosa komplit
yaitu penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang
tidak disertai janin dan seluruh vili korialis mengalami perubhan
hidropik.Mola hidatidosa parsialis, yaitu sebagian pertumbuhan dan
perkembangan vili korialis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh
dan berkembang bahkan sampai aterm.(Arantika, 2017).

Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit


trofoblas : teori missed abortion. Mudah mati pada kehamilan ke 5-8
minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-
gelembung. Teori neoplasma dari park, sel-sel tropoblas adalah abnormal
dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan kedalam vili sehingga timbul gelembung-gelembung. Studi dari
herting lebih menegaskan lagi bahwa molahidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidakadanya embrio

22
komplit pada minggu ketiga dan kelima.Adanya sirkulasi material yang
terus menerus dan tidak adanya sirkulasi material yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan (Morgan, 2009).

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang dapat
menyebabkan perubahan pada tubuh secara fisiologis maupun psikologis
seorang wanita, sehingga diperlukan beberapa penyesuaian terhadap
perubahan tersebut. Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem
genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat
menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta
dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin,
estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian
tubuh ibu (Nur Intan, dkk 2016)
Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan meliputi perubahan
pada system reproduksi. Jantung, system perkemihan (ginjal), metabolisme
air tubuh, system pernafasan, system pencernaan dan perubahan endokrin.
Pada saat kehamilan semua system ini mengalami perubahan dikarenakan
pengaruh dari hormone kehamilan.
Komplikasi pada kehamilan Trimester I diantaranya Anemia,
Hiperemesis Gravidarum, Abortus, Kehamilan Ektopik dan Molahidatidosa.
B. Saran
Dalam proses dan masa kehamilan diperlukan nasihat dan saran khususnya
dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama
kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan kehamilan (ANC) yang
teratur. Oleh karena itu penting bagi seorang bidan untuk mengetahui dan
memahami bagaimana perubahan adaptasi selama kehamilan baik secara
fisiologis maupun patologis. Hal tersebut bertujuan agar bidan dapat
melakukan deteksi dini komplikasi masa kehamilan dengan cepat dan tepat,
sehingga resiko kehamilan pada ibu dan janin dapat teratasi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Badan PPSDM. (2017). Modul Bahan Ajar Asuhan
Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan III. Jakarta: BPPSDM.

Dinkes Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinkes Jabar; 2019.
Tersedia dari: www.diskes.jabarprov.go.id.

Dr. Ni Komang, dkk. (2020). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Patologi bagi Bidan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Fadlun, Feryanto, Achmad. (2012). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:


Salemba Medika

Harahap. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Perubahan Fisiologis


Dan Psikologis Istri selama Kehamilan di Klinik Bersalin Hj. Nani, S.
AM.Keb; Jurnal Gentle Birth Vol 1 No 2 e-journal.ikabina.ac.id

Herliza. (2017). Pengaruh Stres Terhadap Berat Badan Lahir Anak Tikus (Rattus
Norvegicus) Pada Induk Terpapar Stresor Renjatan Listrik. Thesis. E- Skripsi
Universitas Andalas

Jayne Marshall. Maureen Raynor. 2020. Myles Testbook for Midwive 17th
Edition. Poland: Elsevier.

JF Rorrong, JJE Wantania, AM Lumentut - e-CliniC, 2021 - ejournal.unsrat.ac.id.


https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/32419 (diakses
02/08/2021)

Mutia N. Dkk. (2017). Perbedaan Kemampuan Adaptasi Pada Ibu Hamil Risiko
Tinggi Dan Risiko Rendah Primigravida Trimester Pertama. J Kep Sriwijaya
Volume 4 - Nomor 2. Universitas Sriwijaya.

N.Intan, dkk; 2016; Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Primigravida
Terhadap Perubahan Fisiologis Tubuh Yang Terjadi Selama Masa Kehamilan
di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru ; Jom FK Volume 3 no 2
Oktober 2016

Nirwana, A. B. (2011). Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Muha Medika.

25
Noviyani H, dkk (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kejadian Serotinus Di
Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Delima Pelamonia. Akademi Kebidanan Pelamonia Makassar

Nugroho, dr. Taufan, 2019. Patologi Kebidanan, Nuha Medica, Yogyakarta

Ogunyemi, D.A. (2017). Hyperemesis Gravidarum. Tersedia pada


http://repository.unimus.ac.id (di Akses 02/08/2021)
Rukiyah, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta : Salemb
Medika

Saputra, dr. Lyndon dkk, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan
Patologis, Binampa Aksara, Jakarta.

Soma-Pillay, P., Nelson-Piercy, C., Tolppanen, H., & Mebazaa, A. 2016.

Physiological changes in pregnancy. Cardiovascular journal of Africa, 27(2),

89–94. https://doi.org/10.5830/CVJA-2016-021

26
SOAL KELOMPOK 1 ADAPTASI FISIOLOGI KEHAMILAN DAN

KOMPLIKASI AKIBAT KEGAGALAN ADAPTASI PADA

KEHAMILAN TRIMESTER 1

1. Seorang perempuan, umur 28 tahun, G1P0A0 hamil 12 minggu, datang ke RS

dengan keluhan nyeri perut bagian bawah. Hasil anamnesis: keluar darah

sedang, bercampur sedikit gumpalan dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu.

Hasil pemeriksaan: KU baik, TD 120/80 mmHg, N 84 x/menit, ada kontraksi

uterus, nyeri tekan abdomen bagian bawah. Hasil inspekulo tampak serviks

membuka dan terlihat jaringan pada serviks. Diagnosis apakah yang paling

mungkin pada kasus tersebut?

a. Abortus Imminens

b. Abortus Komplit

c. Abortus Insipiens

d. Abortus inkomplit

e. Mola hidatidosa

2. Seorang ibu hamil datang ke TPMB dengan keluhan adanya perdarahan

pervaginam tidak teratur, nyeri tekan pada abdomen bawah, amenore

berlangsung 8 minggu. Berdasarkan kasus di atas, diagnosa kebidanan yang

dapat ditegakkan adalah ?

a. Kehamilan ektopik

b. Plasenta previa

c. Mola hidatidosa

d. Abortus imminiens

27
e. Ruptur uteri

3. Ibu NN 35 th, hamil ke 3 datang ke klinik bidan bersalin dengan amenorhoe 3

bulan, ibu merasa sering mual, kadang-kadang muntah dan hasil pemeriksaan

TD :120 /70 mmHg, R:19 x/m, N 90 x/m, TFU 3 jari di bawah pusat, tidak

teraba balotemen dan hasil pemeriksaan PPV :darah kecoklatan. Berdasarkan

kasus di atas, Diagnose yang tepat pada ibu NN adalah…

a. Kehamilan dengan hipermesis gravidarum

b. Kehamilan dengan abortus imminens

c. Kehamilan dengan molahidatidosa

d. Kehamilan dengan ektopik terganggu

e. Kehamilan dengan dengan anemia

4. Seorang ibu hamil datang ke poli klinik dengan keluhan mual dan muntah

terus menerus hingga mengganggu aktifitas. Dari hasil pemeriksaan di

dapatkan nadi 100x/menit,ikterus, Berat badan menurun, TD 90/70, Suhu

meningkat, Bau aseton(+) dan Nampak dehidrasi. Pasien ini tergolong dalam

hiperemesis gravidarum…

a. Derajat 1

b. Derajat 2

c. Derajat 3

d. Fase akute

e. Fase kronik

5. Seorang perempuan hamil datang ke PMB dengan keluhan kepala pusing dan

lemas sejak 1 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan TD 90/70 mmHg, N

28
92x/menit, P 20x/menit, S 36,2 derajat. Conjungtiva terlihat pucat. Dilakukan

pemeriksaan hb hasil 9 gr/dl. Apa diagnosis pada ibu tsb?

a. Leukemia

b. Anemia

c. Thalasemia

d. Amnesia

e. darah rendah

6. Ibu L 20 tahun hamil anak pertama datang ke TPMB bersama suami. Ibu

mengatakan sering pusing, pening, mual dan rasa akan pingsan. Hasil

pemeriksaan: tekanan darah 100/70 mmHg, R: 19x/m n:80x/m s:36,5c. Pada

kasus di atas perubahan sistem kardiovaskuler yanv terjadi selama kehamilan

adalah …

a. Cardiac output

b. Tekanan darah

c. Volume darah

d. Komposisi darah

e. Emboli

29

Anda mungkin juga menyukai