02/06/2023 3
4
Tourism Support Systems
– Public interest
– Public opinion
– Public goods
– Public sector
– Public transport
– Public accountability BUKAN: BUTUH:
– Public law ✓ Domain private ✓ Pengaturan
– Public health ✓ Kepentingan private ✓ Intervensi
– Public education ✓ Milik individual ✓ Tindakan bersama
– Public toilet ✓ Milik kelompok/ ✓ ………
– Public facilities golongan
– Public service broadcasting ✓ ………
– Public order
– Public education … … … Apakah dalam menyusun Kebijakan Publik perlu
memperhatikan juga private?
PUBLIK itu SIAPA?
– Publik ≠ Masyarakat/Komunitas
B. Gaya Rasionalis: peka terhadap tuntutan publik, ttp tidak berdaya atau
menganggap bukan urusannya melainkan urusan para wakil rakyat
D. Gaya Reaktif: punya kepekaan cukup tinggi thd kepentingan publik dan
mampu merumuskannya ke dalam kebijakan publik sesuai dengan kebutuhan
publik, ttp mrk bertindak sbg respon thd suatu masalah yg dihadapi
Gaya Reaktif
Gaya
Mempertahankan Gaya Mengobati
Hidup
A C
Tingkat Rekomendasi Kebijakan
1. Proses policy dimulai dari kerancuan atau ketidak-
jelasan persepsi dari beberapa individu atau organisasi
terhadap permasalahan penting → AGENDA
SETTING
2. Individu/organisasi tsb kemudian melakukan sharing
kepentingan thd problem/isu tsb, dan mendiskusikannya
utk memformulasikan 'kelembagaan' baru atau menjalin
aliansi dg kelembagaan lain agar kepentingannya
terpenuhi. Apabila kondisi/isu ini secara formal
dikenali/direspon oleh pemerintah → GOVERNMENT
AGENDA (tindakan aksi)
3. Selanjutnya pemerintah membuat formulasi thd masalah/
isu tsb →FORMULATION.
4. Implikasinya → identifikasi thd tujuan dan sasaran guna
memecahkan permasalahan/isu tsb dan mencari alternatif
kebijakan yg kemungkinan dpt menjawab obyektif yg
telah diidentifikasi → POLICY ALTERNATIVES
5. Alternatif kebijakan tsb dikaji dari aspek teknis, ekonomis,
ekologis, sosial-budaya, dan 'sense politik' (multiple
decision criteria) → SELECTION
6. Kebijakan yang memberikan kemanfaatan tertinggi dan
dampak terkecil → kebijakan terpilih. Pemilihan ini
didasarkan pada kriteria tertentu dg mempertimbangkan
'kepentingan publik’→ POLICY DECISION
7. Agar 'berkekuatan' hukum, maka sebuah kebijakan hrs mendapatkan
pengakuan (LEGITIMATION) → mell. pengundangan (diberi kekuatan hukum
yg bersifat 'membatasi dan memaksa') → AUTHENTICATED POLICY
8. Kebijakan yg dibuat siap untuk diterapkan di lapangan →
IMPLEMENTATION. Pada tahapan ini, hrs dilakukan pengkajian (monitoring)
thd dampak (POLICY IMPACTS) yg ditimbulkannya.
9. Dgn menggunakan kriteria tertentu, penerapan efektifitas kebijakan
kehutanan di lapangan hrs dievaluasi (EVALUATION). Hasil evaluasi tsb
memungkinkan sebuah kebijakan untuk dimodifikasi → MODIFIED POLICY
10.Apabila tujuan sudah tercapai atau isu/permasalahan sudah terpecahkan,
maka proses kebijakan berakhir → TERMINATION .
11.Apabila tidak, maka proses policy akan berputar kembali ke re-setting
agenda baru lagi → POLICY CYCLE
POLICY EVENT POLICY PRODUCT
Agenda Setting Government Agenda
TERMINATION
Tahap 1
AGENDA SETTING Tahap 2
Tahap 6
POLICY TERMINATION POLICY
P RO C E S S Tahap 3
POLICY IMPLEMENTATION
Tahap 5
POLICY CHANGE
Tahap 4
POLICY EVALUATION
"POLICY CYCLE" (Werner, 1985)
TAHAPAN PROSES KEBIJAKAN
(Werner, 1985)
1. FORMULASI: merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan
dalam bentuk program-program yang siap diterapkan.
2. IMPLEMENTASI: aksi/kegiatan pemecahan masalah yang
berorientasi pada 'output', 'dampak/ konsekuensi' dan 'outcome'
3. EVALUASI: menggunakan perangkat penilaian yang terdefinisi
dan terukur → apabila belum mencapai tujuan → (re)formulasi
kembali
4. TERMINASI: akhir dari proses kebijakan, jika tujuan/masalah
sudah terpecahkan dengan seminimal mungkin terjadinya dampak
(negatif) dan bisa direplikasi untuk pemecahan kasus/per-
masalahan serupa.
PERUMUSAN PENYUSUNAN
MASALAH AGENDA
PERAMALAN FORMULASI
KEBIJAKAN
REKOMENDASI
ADOPSI
KEBIJAKAN
PEMANTAUAN IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
PENILAIAN PENILAIAN
KEBIJAKAN
PERUMUSAN
Perumusan MASALAH
MASALAH
Masalah KEBIJAKAN
HASIL
KEBIJAKAN
Peramalan
PERAMALAN
EVALUASI
ALTERNATIF
PELIPUTAN KEBIJAKAN
TINDAK- REKOMEN-
Rekomen-
AN KE-
BIJAKAN
DASI
dasi
PERUMUSAN MASALAH
Merupakan salah satu INTI dari proses kebijakan:
1. Perbedaan persepsi dan penafsiran (antar pembuat
kebijakan maupun publik; dalam konteks waktu dan ruang)
2. Adanya (perbedaan) interest/kepentingan kelompok
maupun individu
3. Ketepatan merumuskan masalah → separoh dari
keberhasilan proses kebijakan agar dpt diimplementasikan
secara tepat
“Kita lebih sering gagal karena kita
memecahkan masalah yang salah,
daripada menemukan solusi yang salah
terhadap masalah yang tepat”
(Russell L. Ackoff, 1974)
Hakikat masalah:
– Merefleksikan nilai2 (values) dan komitmen etis yang kita miliki dan
dipercayai SEHARUSNYA TIDAK TERJADI
– Relita sosial: sesuatu dianggap masalah apabila hal tersebut TIDAK TERJADI
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.
– Mengungkap fakta masalah – seperti mengupas bawang → setelah satu
masalah ditemukan, ternyata ada masalah lainnya yang berkaitan… →
kompleks dan saling berhubungan (bukan sebab-akibat yang sederhana)
→ harus mengisolasi penyebab masalah dan menetapkan berbagai “solusi”
DISKUSIKAN:
– Apa masalah dari Pengembangan Kepariwisataan Indonesia? Lantas apa
keputusan kebijakannya? – kaitkan dengan konsep wisata dan wisata
berkelanjutan
SIFAT/CIRI MASALAH
(Dunn, 2003)
DISKUSIKAN
→ Bagaimana agar persoalan wisata menjadi domain publik dan
dirumuskan ke dalam kebijakan publik?
AGENDA
KEBIJAKAN
ISU
PROBLEM
UMUM
PROBLEM
SUMBER KESALAHAN KEBIJAKAN PUBLIK
5
7
MODEL ANALISIS KEBIJAKAN
1 . M O D E L P R O S P E K T I F – analisis kebijakan yg mengarahkan
kajiannya pada konsekuensi2 kebijakan sebelum kebijakan tsb
diterapkan. Model ini bersifat p r e d i k t i f dg teknik2 peramalan
(forcasting) thd kemungkinan2 yg akan timbul dr suatu kebijakan yg
diusulkan/akan dibuat → ex - a n t e e v a l u a t i o n
2 . M O D E L R E T R O S P E K T I F – analisis kebijakan yg dilakukan
thd akibat2 yg ditimbulkan setelah suatu kebijakan
diimplementasikan. Model ini bersifat e v a l u a t i f thd dampak yg
ditimbulkan oleh kebijakan yg sedang atau telah diterapkan → ex -
post evaluation
3 . M O D E L I N T E G R A T I F – model perpaduan atau model
holistik/komprehensif. Analisis ini dilakukan baik sebelum maupun
setelah diimplementasikannya suatu kebijakan.
MODEL ANALISIS KEBIJAKAN
MODEL MODEL
PROSPEKTIF RETROSPEKTIF
Model Analisis Kebijakan Publik
integratif
retrospektif (ex-post) | prospektif (ex-ante)
4
penemuan masalah: Kinerja kebijakan
penyebab utama
evaluasi prediksi
perumusan
masalah
3 1
0
perumusan
Hasil-hasil Masalah Masa depan
perumusan
masalah
masalah
kebijakan kebijakan kebijakan
perumusan
masalah
rekomendasi
monitoring
pemecahan masalah: Aksi 2
intervensi yg tepat kebijakan Dunn 1999: 21, mod
KERANGKA ANALISIS KEBIJAKAN
National Tourism
POLICY
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
TUJUAN :
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menghapus
kemiskinan, mengatasi pengangguran,
2. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,
3. memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa,
4. memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan
bangsa serta
5. mempererat persahabatan antar negara.
73
KEBIJAKAN POKOK PARIWISATA NASIONAL
1. UU 10/2009: Kepariwisataan
2. PP 50/2011: RIPPARNAS 2010 - 2025
3. INPRES Nomor 16/2005: Kebijakan Pengembangan Kebudayaan
dan Pariwisata
4. PERPRES Nomor 14 Tahun 2018: Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi
Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan
5. Peraturan Perundang-undangan di K/L: Kemenparekraf, KLHK,
Kemendagri, Kemendikbud, dll.
74
UU No 10/2009: KEPARIWISATAAN
1. Penyelenggaraan Kepariwisataan
2. Pembangunan Kepariwisataan
3. Usaha Pariwisata
4. Promosi
5. Industri Pariwisata
6. SDM wisata & standarisasinya
INPRES No. 16/2005:
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Tema “INDONESIA ULTIMATE IN DIVERSITY” dan “KENALI NEGERIMU JELAJAHI
NEGERIMU AYO TAMASYA JELAJAHI NUSANTARA” dalam promosi pariwisata
78
RIPPARNAS 2011-2025
(PP 50/ 2011)
Implementasi kebijakan dan program Implementasi kebijakan dan program Pentingnya Review
Ripparnas (PP. 50/ 2011) oleh Ripparnas (PP. 50/ 2011) oleh RIPPARNAS →
Kementerian/ Lembaga Kementerian/ Lembaga
mengevaluasi efektifitas
sebagai pedoman
perencanaan
• Capaian ? • Capaian ?
• Permasalahan/ Kendala ? • Permasalahan/ Kendala ? pembangunan pariwisata
80
Dinamika Situasi dan Isu strategis
Pembangunan Kepariwisataan
menghadapi TANTANGAN DAN
PERKEMBANGAN SANGAT DINAMIS
DALAM 10 TAHUN TERAKHIR →
perlunya penyelarasan, fokus dan
akselerasi
81
ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN
PARIWISATA TAHUN 2010 – 2019
(kemenparekraf, 2020)
82
Pencapaian Sasaran
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Devisa (Milyar USD) 7,6 8,55 9,12 10,05 11,17 12,2 13,5 15,2 19,3 19,7
Indeks Daya Saing (WEF) n.a #74 n.a #70 n.a #50 n.a #42 n.a #40
MIKRO
Wisatawan mancanegara
7 7,64 8,04 8,8 9,4 10 12,02 14,04 15,81 16,1
(juta kunjungan)
Wisatawan nusantara
234 236 245 250 251 255 264,33 270,82 303,5 312,5
(juta perjalanan)
Kinerja sektor pariwisata dilihat dari semua indikator menunjukan pertumbuhan yang positif tiap tahun (dari tahun 2010 sd 2019).
Pengembangan pariwisata ditetapkan sebagai leading sector mulai tahun 2015, dan dukungan lintas sektor menunjukkan hasil
peningkatan performa sektor pariwisata yang tumbuh tinggi pada tingkat yang unpreceded (belum pernah terjadi sebelumnya). `
83
Pencapaian Sasaran
KONTRIBUSI PDB NASIONAL KONTRIBUSI DEVISA JUMLAH TENAGA KERJA
1. Peningkatan PDB nasional dari 2. Peningkatan signifikan DEVISA 3. Peningkatan JUMLAH TENAGA
sektor Pariwisata setiap tahunnya, PARIWISATA sebesar 159 % dari KERJA di sektor Pariwisata dari tahun
dari angka3,05 % di tahun angka 7,6 milyar USD (2010) ke tahun secara konsisten dan
signifikan hingga sebesar 73 %, dari
2014 hingga mencapai 4,8 % hingga mencapai 19,7 milyar
USD (2019)
7,44 juta (2010) hingga
angka
pada tahun 2019.
12,9 juta (2019). meningkat
Pada periode 2017 dan 2018
kontribusi PDB sempat mencapai
angka 5 – 5,25 %, namun tahun
2019 mengalami penurunan.
84
Pencapaian Sasaran
JUMLAH KUNJUNGAN WISMAN PERJALANAN WISNUS INDEKS DAYA SAING PARIWISATA
4. Jumlah kunjungan WISATAWAN 5. Jumlah PERJALANAN WISNUS meningkat 6. Peningkatan peringkat INDEKS DAYA
SAING PARIWISATA INDONESIA dari
MANCANEGARA meningkat dari 7 Juta dari234 juta perjalanan di tahun 2010
74 di tahun 2011
peringkat
wisman (2010) hingga menjadi 16,1 juta hingga menjadi 282,9 juta (2019) →
(2019) atau naik sebesar 130 % → rata-rata naik rata-rata 3,4 % per tahun; atau meningkat ke peringkat 40 di
pertumbuhan 13,1 % per tahun; meningkat hingga 33 % dari angka tahun tahun 2019, memposisikan Indonesia
2010. sebagai Destinasi yang semakin
berdaya saing di tingkat
internasional.
85
Persandingan Sasaran Ripparnas (2010 – 2025) dengan
Capaian Pembangunan Kepariwisataan (2010-2019)
LAMPIRAN – I : Sasaran Pembangunan
Kepariwisataan Nasional 2010 sd. 2025
87
1. DUKUNGAN K/L: belum semua K/L
88
Matrik Review Implementasi Indikasi Program oleh K/L terkait
PEMBANGUNAN DESTINASI
KEMENTERIAN/ FASILITAS UMUM,
NO
LEMBAGA DAYA TARIK PRASARANA PEMBERDAYAAN INVESTASI
PERWILAYAHAN AKSESIBILITAS
WISATA UMUM, FASILITAS MASYARAKAT PARIWISATA
PARIWISATA
1 KEMENPAREKRAF X X X X X X
2 KEMENPUPR X X
3 KEMEN HUB X
4 KEMENLHK X
5 KEMEN KKP X
6 KEMEN ESDM X
7 KEMENKEU X
8 BKPM X
89
Matrik Review Implementasi Indikasi Program oleh K/L terkait
PEMBANGUNAN PEMASARAN
KEMENTERIAN/
NO PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN CITRA PENGEMBANGAN
KEMITRAAN
PASAR WISATAWAN PARIWISATA PROMOSI PARIWISATA
PEMASARAN
1 KEMENPAREKRAF X X X X
2 KEMENLU X
3 KEMENDIKBUD X
4 KEMENPERIND X
5 KEMENKOMINFO X
90
Matrik Review Implementasi Indikasi Program oleh K/L terkait
1 KEMENPAREKRAF X X X X X
2 KEMEN BUMN X
3 KEMENPERIN X
4 KEMEN LHK X
5 KEMENKES X
6 KEMEN UMKM X
7 KEMENHUB X
8. BNSP X
91
HASIL IDENTIFIKASI
Matrik Review Implementasi Indikasi Program oleh K/L terkait
1 KEMENPAREKRAF X X X
2 KEMENAKER X
3 KEMENDIKBUD X
4 KEMENPAN X
5 KEMENKOMINFO X
6 BNSP X
7 KEMENKUMHAM X
8 KEMENPERIN X
9 KEMENDAGRI
10 KEMENKEU X
92
2. ISU PERWILAYAHAN: penambahan KSPN
93
3. ISU DAYA TARIK WISATA:
(a) Identifikasi tema yang spesifik (unique selling point) untuk masing-masing
KSPN,
(b) Aspek. mitigasi terhadap bencana alam dan non alam dalam
pengembangan destinasi / daya tarik pariwisata → langkah mitigasi??
(c) Kebijakan dan program yang memperkuat implementasi pengelolaan
berkelanjutan dalam pengembangan destinasi pariwisata (daya dukung dan
daya tampung) untuk mengantisipasi overtourism dan unplanned tourism.
94
4. ISU AKSESIBILITAS:
a. Pengembangan Konektivitas antar KSPN masih perlu dijabarkan secara
lebih eksplisit dalam dokumen perencanaan.
95
5. ISU INVESTASI:
a) Pengembangan regulasi, guidelines dan tools bagi daerah/ destinasi prioritas
dalam mempromosikan peluang investasi pariwisata di daerahnya kepada
investor.
b) Kesiapan daerah agar memenuhi readiness criteria dari aspek lahan dan
regulasi terkait dalam mendorong percepatan pengembangan investasi
dalam pembangunan pariwisata
96
6. ISU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:
a) Kebijakan dan program pengembangan Inclusive Tourism / Community based
Tourism/ Village Tourism untuk memberikan ruang yang lebih luas dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata
b) Kebijakan dan program terkait dengan standarisasi dan sertifikasi desa wisata
berkelanjutan (mempertimbangkan indikator strategis : melestarikan budaya, lingkungan,
keseimbangan ekonomi dan lingkungan)
97
7. ISU PEMASARAN:
a) Penjabaran LINGKUP PEMASARAN dan indikasi program yang lebih diperluas
dengan perkembangan konsep dan teknik permasaran yang berkembang pesat
dalam 5 tahun terakhir ini.
98
7. ISU PEMASARAN:
d) PENGEMBANGAN PROMOSI; Dalam penyelenggaraan promosi, penggunaan digital
marketing (on line) perlu mendapatkan perhatian khusus, selain pengembangan
promosi secara off line (konvensional)
99
8. ISU INDUSTRI PARIWISATA:
a) Kebijakan dan program yang mengantisipasi penerapan TRANSFORMASI
DIGITAL dalam pengembangan industri pariwisata
b) Kebijakan dan program yang terkait dengan peningkatan kapasitas dan daya
saing pelaku industri pariwisata melalui standarisasi dan sertifikasi
mengantisipasi perkembangan lansekap pariwisata global ke depan dan
perubahan paradigma menuju QUALITY TOURISM.
100
9. ISU ORGANISASI & REGULASI:
a) Mekanisme Koordinasi – Integrasi – Sinergi Lintas Kementerian/ Lembaga
dalam meningkatkan akselerasi pembangunan kepariwisataan nasional maupun
khususnya pengembangan destinasi prioritas (DPN/ DSPN) pemanfaatan sumber
daya pariwisata (alam, budaya, khusus) untuk mendukung pengembangan
pariwisata
c) Kebijakan dan program untuk mengoptimalkan peran dan partisipasi segenap unsur
pelaku/ pemangku kepentingan pariwisata (pentahelix)
101
10. ISU SDM:
a) Kebijakan dan program pengembangan SDM Pariwisata terkait dengan
standar kompetensi SDM Pariwisata untuk meningkatkan daya saing
SDM Pariwisata Indonesia (SKKNI)
102
3
TOURISM
POLICY ANALYSIS
(contoh) KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN
DI MASA PANDEMI COVID 19
104
conservation for brightened future
KEBIJAKAN KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
1. POLA DIGITAL NOMAD TOURISM – Adaptive Tourism (Work from Bali ) → perlu dukungan
internet, infrastruktur, event, maupun suasana kerja kondusif
2. Dana Hibah Pariwisata dan Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) – Rp. 3,7 T → UMKM
107
108
109
STOP PRESS
PUSTAKA
1. Nugroho, Riant. 2007. Analisis Kebijakan. PT Elex media Komputindo – Kompas Gramedia, Jakarta.
2. Nugroho, Riant. 2017. Public Policy: Dinamika Kebijakan Publik, Analisis Kebijakan Publik, Manajemen Politik Kebijakan
Publik, Etika Kebijakan Publik dan Kimia Kebijakan Publik (Edisi 6). PT Elex media Komputindo – Kompas Gramedia,
Jakarta.
3. Fischer, F., G.J. Miller, M. S. Sidney., 2017. Handbook Analisis Kebijakan Publik: Teori, Politik dan Metode. Penerbit
Nusa Media Bandung (Terjemahan).
4. Parsons, Wayne. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Kencana Prenada Media Group,
Jakarta. (Terjemahan)
5. Abidin Said Zainal, 2002. Kebijakan Publik. Yayasan Pancur Siwah, Jakarta
6. Dunn, William N., 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (edisi kedua). Gdjah Mada University Press, Yogyakarta
(Terjemahan)
7. Kartodihardjo, Hariadi. 2017. Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam: Diskursus – Politik – Aktor – Jaringan,
Kerjasama: Sajogyo Institute – Yayasan Auriga _ Rimbawan Muda Indonesia – Pusat Pengkajian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah (P4W IPB) – Pusat Studi Agraria (PSA IPB) – Firdauss Pressindo, Bogor
8. Fennell DA, Dowling RK (edt)(2003), Ecotourism Policy and Planning: Stakeholders, Management and Governance.
Cambridge:CABI.
9. Bushell, Robyn and Paul Eagles (edts) (2007), Tourism and Protected Areas: Benefits Beyond Boundaries. The Vth IUCN
World Parks Congress. London CABI
10. Dll.
ASSIGNMENT 2 (UAS)
• Rekaman video pendek durasi sekitar 5 menit (maksimum 10 menit) tentang pentingnya
pengembangan tourism support system dalam mewujudkan sustainable tourism di Indonesia.
• Isu2 yang dicakup dalam video berformat pidato atau penyuluhan terhadap pelaku wisata meliputi:
1. Pentingnya penataan objek dan dayatarik wisata sesuai dengan preferensi pengunjung yang
dinamis
2. Kenapa dalam pengembangan kepariwisataan perlu melakukan analisis terhadap
stakeholders.
3. Isu kebijakan kepariwisataan atau apa yang ingin di-address atau diselesaikan saat ini dan ke
depan?
4. Apakah untuk implementasi sustainable tourism development memerlukan kondisi
pemungkin (enablers)?
5. Bagaimana langkah mitigasi dalam pengembangan wisata secara umum?
• Rekaman video dilakukan secara bebas dapat berupa: pidato, ceramah/penyuluhan, diskusi,
wawancana, drama/dialog, atau lainnya.
• Tugas dikumpulkan sepekan setelah jadwal ujian akhir semestes.
112
Thank you!
. RINEKSO SOEKMADI
Departemen KSHE, FAHUTAN IPB University
r.soekmadi@apps.ipb.ac.id
08128410878