Tugas Uts Kelompok 1
Tugas Uts Kelompok 1
Dosen Pengampu:
Drs. Kadori Haidar, MM
Indah Permatasari, SE., MM
Oleh Kelompok 1:
Merliana Uto Madho 2105066040
Ajeng Prasetya Anggraini 2105066050
Nur Asiah S. 2105066063
Alfian Faturahman 2105066067
Silvia Yendalia Katania 2105066069
Alviona Sinaga 2105066072
Elliena Ramadhani 2105066075
Risiko sumber daya manusia yang dikemukakan oleh tanjung (2003), bahwa
dalam kegiatan suatu usaha apabila ada resiko sumber daya yang dihadapi maka
dapat di waspadai oleh perusahaan tersebut dengan pengendalian unit sumberdaya
manusia menurut fungsinya serta kaitannya dengan resiko atau pelanggaran
tersebut diberikan sehingga terjadi pemberian sanksi oleh pihak perusahaan dari
pelanggar. Selain itu, manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk
mengoptimalkan kontribusi karyawan dan meningkatkan produktivitas organisasi.
Namun, ada beberapa risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut.
Beberapa perusahaan menghadapi risiko-risiko strategis dalam hal ini karena
kurangnya persiapan yang matang dalam perencanaan. Berikut penjelasan
mengenai risiko-risko yang bersumber dari sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi atau perusahaan antara lain :
Risiko Suksesi
Risiko suksesi adalah kemungkinan atau potensi kesulitan yang
muncul ketika mengganti atau mengisi posisi kunci dalam organisasi atau
perusahaan. Risiko suksesi dapat terjadi ketika seseorang yang memegang
posisi penting dalam organisasi, seperti CEO atau pemimpin tim, pensiun,
keluar, atau meninggal dunia tanpa ada rencana suksesi yang jelas.
Beberapa perusahaan menghadapi resiko-resiko strategis dalam hal
kurangnya persiapan untuk sukesi. Banyak perusahaan yang gagal
melakukan sukesi, contohnya perusahaan Apple pada tahun 1985. Setelah
pendiri Apple, Steve Jobs, dikeluarkan dari perusahaan pada tahun 1985,
Apple mengalami masa sulit dengan beberapa CEO yang gagal mencapai
kesuksesan yang sama dengan Jobs. Baru setelah Jobs kembali ke Apple
pada tahun 1997, perusahaan berhasil memperoleh kembali momentum
dan sukses yang signifikan. Berikut resiko perencanaan sukesi yang buruk:
1. Keputusan yang buruk memiliki konsekuensi jangka panjang
2. Resiko hilir dari perencanaan sukesi yang buruk
3. Bakat terputus
4. Risiko strategis bagi perusahaan tanpa perencanaan sukesi
1. Perundingan Bipartit
Perundingan bipartit adalah proses negosiasi antara pihak
pengusaha dan pekerja untuk mencapai kesepakatan bersama.
Biasanya, perundingan bipartit digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah di tempat kerja, seperti upah, jam kerja, dan
kondisi kerja lainnya. Perundingan bipartit dilakukan secara
langsung antara pihak pengusaha dan pekerja atau melalui
perwakilan yang ditunjuk oleh masing-masing pihak.
2. Perundingan Tripartit
Perundingan tripartit melibatkan pihak ketiga, yaitu
pemerintah sebagai mediator dalam negosiasi antara pengusaha
dan pekerja. Tujuan perundingan tripartit adalah untuk mencapai
kesepakatan yang adil dan seimbang bagi semua pihak terkait.
Perundingan tripartit seringkali digunakan dalam konteks
perundingan perjanjian kerja bersama (PKB) yang bersifat
nasional atau regional.
3. Melalui gugatan ke pengadilan hubungan industrial
Gugatan ke pengadilan hubungan industrial adalah cara
terakhir dalam menyelesaikan sengketa di tempat kerja. Gugatan
ini dapat diajukan oleh salah satu pihak yang merasa dirugikan dan
tidak berhasil menyelesaikan sengketa melalui perundingan
bipartit atau tripartit. Pengadilan hubungan industrial akan
memutuskan sengketa berdasarkan hukum dan peraturan yang
berlaku.
C. Risiko Kejahatan
Risiko kejahatan merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam manajemen sumber daya manusia (SDM). Dalam
konteks SDM, risiko kejahatan dapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti
dalam proses perekrutan, pengelolaan data karyawan, serta pengelolaan
keamanan dan keselamatan karyawan. Berikut adalah beberapa contoh
risiko kejahatan dalam manajemen SDM:
1. Penipuan dalam proses perekrutan karyawan, seperti pemalsuan
dokumen atau informasi yang diberikan oleh calon karyawan.
2. Pencurian atau penggunaan data pribadi karyawan secara ilegal,
yang dapat membahayakan privasi dan keamanan karyawan.
3. Tindakan kekerasan, pelecehan, atau diskriminasi yang dilakukan
oleh karyawan atau atasan terhadap sesama karyawan.
4. Pencurian atau penyalahgunaan aset perusahaan, seperti uang
tunai, inventaris, atau properti milik perusahaan.
5. Pengungkapan informasi rahasia perusahaan oleh karyawan atau
mantan karyawan, yang dapat merugikan perusahaan dan
mengancam keberlangsungan bisnis.
D. Risiko Kecurangan
Kecurangan dapat dilakukan oleh manusia dalam organisasi,
termasuk organisasi bisnis. Banyak perusahaan menyatakan bahwa
kecurangan merupakan kejadian yang lumrah dan alamiah di perusahaan
selama mental orang-orang dalam perusahaan masih menganggap uang
adalah tujuan, selain lemahnya moral. Kecurangan dapat dilakukan oleh
kelompok-kelompok orang dalam perusahaan, misalnya :
1. Blue collar workers
Blue collar workers adalah karyawan yang bekerja
dalam bidang pekerjaan manual atau industri, seperti pabrik,
pertambangan, dan konstruksi. Blue collar workers biasanya
bekerja dengan menggunakan alat atau mesin tertentu,
seperti mesin pengelasan atau alat berat, dan tidak
memerlukan gelar pendidikan tinggi. Contoh pekerjaan blue
collar workers antara lain mekanik, tukang las, dan operator
mesin. Beberapa contoh kecurangan yang dapat dilakukan
oleh Blue collar workers seperti, pencurian bahan atau
barang produksi dari perusahaan atau lokasi kerja,
penyalahgunaan alat dan peralatan kerja untuk keuntungan
pribadi atau perusahaan, atau pemalsuan laporan produksi
atau kualitas produk untuk menghindari hukuman.
2. Clerical workers
Clerical workers adalah karyawan yang bekerja dalam
bidang administrasi atau pengolahan data. Tugas-tugas
clerical workers antara lain pengolahan dokumen,
pemrosesan data, dan pengaturan jadwal. Clerical workers
biasanya memerlukan kemampuan menggunakan komputer
dan software kantor, serta memiliki keterampilan organisasi
dan multitasking yang baik. Contoh pekerjaan clerical
workers antara lain sekretaris, staf administrasi, dan staf
keuangan. Beberapa contoh kecurangan yang dapat
dilakukan oleh clerical workers seperti, memanipulasi data
atau informasi dalam sistem perusahaan untuk keuntungan
pribadi, pemalsuan dokumen atau rekor untuk menghindari
sanksi atau hukuman atau menggunakan informasi pribadi
atau rahasia perusahaan untuk keuntungan pribadi.
3. Rotasi karyawan untuk bagian-bagian tertentu
Rotasi karyawan untuk bagian-bagian tertentu adalah
praktik di mana karyawan dipindahkan dari satu bagian atau
departemen ke bagian atau departemen lain di dalam
perusahaan. Tujuan dari rotasi karyawan adalah untuk
memperluas pengetahuan dan pengalaman karyawan, serta
membantu mengembangkan keterampilan dan kemampuan
mereka dalam berbagai bidang. Beberapa contoh kecurangan
yang bisa terjadi seperti, karyawan menjadi kurang produktif
atau tidak bertanggung jawab ketika dipindahkan ke bagian
atau departemen baru, karyawan menggunakan keahlian atau
informasi yang diperoleh dari bagian atau departemen
sebelumnya untuk keuntungan pribadi ketika dipindahkan ke
bagian atau departemen baru atau karyawan yang
dipindahkan membuat konflik atau ketidakharmonisan di
antara anggota tim baru atau dengan anggota tim yang sudah
ada.
4. Larangan untuk memasuki tempat/ruang tertentu bagi
karyawan yang tidak berkepentingan
• Karyawan yang tidak berkepentingan memasuki area
yang sensitif dan mengambil atau merusak dokumen
atau barang penting yang ada di dalamnya.
• Karyawan dapat memasuki ruangan tersebut untuk
melakukan kecurangan atau memperoleh informasi
rahasia.
5. Penggunaan alat-alat pengamanan seperti alarm, cermin
maupun kamera
• Karyawan yang tidak jujur dapat mematikan atau
menghindari alarm, mengelabui cermin atau kamera
untuk melakukan kecurangan.
• Karyawan yang tidak jujur dapat memanipulasi data
atau informasi yang diperoleh dari alat-alat tersebut
untuk menghindari pengawasan atau tindakan
hukum.
6. Tenaga keamanan yang andal
• Tenaga keamanan yang tidak andal dapat bekerja
sama dengan karyawan yang tidak jujur untuk
melakukan kecurangan atau pencurian.
• Tenaga keamanan yang tidak andal dapat
mengabaikan kecurangan atau pelanggaran yang
dilakukan oleh karyawan karena memihak kepada
mereka atau karena tekanan dari pihak lain.
Arep, Ishak dan Hendri, Tanjung (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Universitas Trisakti
Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: Penerbit
PPM
Maralis, Reni, Aris. (2019). Manajemen Risiko. Yogyakarta: Deepublish
Pramana, Tony. (2011). Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: Sinar Ilmu Publising
Sumarsono, Sonny. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia. Jember: Graham
Ilmu