Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IDEALISME, PATRIOTISME DAN PLURALISME

DALAM PANDANGAN NU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Bidang Studi Islam Nusantara

Ma’had Aly Al Musyaffa’

Dosen Pengampu : KH. Drs. Asroie M.Pd.I

KELOMPOK 6
DI SUSUN OLEH :

M. FAJRUL FALAH

FAHRUR ROZI

MA’HAD ALY AL MUSYAFFA’

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam Nusantara. Makalah ini
berjudul Idealisme, Patriotisme Dan Pluralisme Dalam Pandangan NU. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Bapak KH. Drs. Asroie M.Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Islam Nusantara yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan semua masukan
maupun saran yang membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Ngampel, 14 Mei 2023

Penyusun

i|kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pandangan NU Tentang Idealisme.........................................................................2
B. Pandangan NU Tentang Patriotisme.......................................................................3
C. Pandangan NU Tentang Pluralisme........................................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................................................8
B. Kritik dan Saran.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

ii | k e l o m p o k 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, rasa idealisme, patriostisme dan
pluralisme kian memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap para pemuda
dalam memaknai berbagai macam hal penting bagi Negara Indonesia, padahal
raga dan jiwa yang berkaitan dengan itu semua sangatlah penting, baik dikalangan
orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Rasa nasionalisme dan patriostisme
dikalangan pemuda saat ini hanya muncul bila ada faktor pendorong, bukan dari
dirinya sendiri. Masalah pembangunan nasionalisme dan patriostisme di Indonesia
saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat, maka perlu dimulai upaya-
upaya untuk kembali mengangkat tema tentang pembangunan nasionalisme dan
patriostisme.

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan NU Tentang Idealisme?
2. Bagaimana Pandangan NU Tentang Patriotisme?
3. Bagaimana Pandangan NU Tentang Pluralisme?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pandangan NU Tentang Idealisme.
2. Untuk Mengetahui Pandangan NU Tentang Patriotisme.
3. Untuk Mengetahui Pandangan NU Tentang Pluralisme.

1|Kelompok 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan NU Tentang Idealisme
Membaca lebih dekat tentang ormas Islam terbesar di Nusantara ini tidak
semenarik dulu. Hal ini dikarenakan terdapat banyak sisi otentisitas idealisme
keagamaan yang dahulu sangat kuat dibudayakan oleh para kyai-kyai yang
menjadi panutan NU semakin lama semakin memudar, bahkan otentisitas ke-NU-
an yang berkhidmat kepada masyarakat, berkhidmat kepada pesantren,
berkhidmat kepada kyai sudah lama terkikis digantikan oleh seperangkat ekses
modernisme dan kapitalisme yang kemudian melahirkan sikap yang pragmatis
dalam banyak hal. 

Ke-NU-an dan ke-Indonesiaan yang dahulu begitu lekat dalam organisasi


yang berbasis pesantren ini terlihat memecahkan diri, bahkan para pemimpinnya
yang pragmatis menunjukkan sikap terpecah (split personality) antara
keberpihakan kepada seperangkat nilai kepesantrenan dan Ke-NU-an dan
keberpihakan kepada budaya urban yang cenderung ikut dalam mainstream gaya
hidup yang hedonis, elitis dan egois. Kondisi kepribadian ganda seperti ini
ditemukan dibanyak pemimpin-pemimpin NU yang umumnya berada di pusat
perkotaan dan berdekatan dengan kekuasaan.

Perkembangan modernisasi dan globalisasi yang merambah sebagian besar


masyarakat di dunia, belum mampu disikapi secara arif oleh kalangan NU. Alih-
alih menjadi katalisator dalam memaknai perubahan masyarakat global, para
pemimpin NU malah terjerembabmengikuti arus mainstreamtanpa filter bahkan
telah kehilangan identitas ke-NU-annya berganti dengan sikap elitis-hedonis yang
kebablasan. Identitas ke-NU-an yang saya maksud adalah kultur NU yang
memaknai konsep Islam Rahmatan lil alamin dengan mengedepankan sikap
moderat (tasamuh), cenderung menjauhi sikap pertentangan (mafsadah) dan
menghormati (ta’dzim) kepada para ulama. 

Kultur NU yang seperti ini kemudian melembaga dalam konsep ahlusunnah


waljama’ah sehingga kemudian dalam sejarahnya, NU senantiasa menunjukkan

2|Kelompok 6
sikap luwes dalam banyak hal, tetapi tetap memiliki prinsip berkhidmat baik
kepada masyarakat ataupun ulama. Keluwesan sikap NU kemudian mampu
menggerakkan pemikiran anak-anak muda NU lebih terbuka, inklusif, filosofis
bahkan liberal tetapi tidak kehilangan inti keberpijakannya pada kultur NU yang
sesungguhnya.

Sungguh yang kita saksikan saat ini, NU tidak lagi berada pada garis khittah
yang sempat menjadi basis pijakan NU dalam memaknai sikap berbangsa dan
bernegara. Pesan “Khittah 1926” sebenarnya adalah NU kembali berkhidmat
kepada umat, menjaga umat, bahkan NU berada pada posisi sebagai ormas yang
membela kaum lemah, toleran melampaui demarkasi agama yang ada di
Indonesia. 

Dalam konteks kekinian, NU seringkali berada pada wilayah “abu-abu”


bahkan wilayah itu kini semakin absurd dan hilang, yang ada hanyalah sikap
pragmatisme yang ditunjukkan oleh para pemimpinnya sehingga mempunyai
dampak yang luar biasa terhadap kultur NU sendiri. Potret seperti ini sudah
disuguhkan NU ketika berlangsung pada Muktamar NU 33 di Makassar, disitu
terlihat bagaimana proses pragmatisme berlangsung.1

B. Pandangan NU Tentang Patriotisme


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kata patriotisme
diartikan sebagai “sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya
untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air”.2
Patriotisme berasal dari kata patria, artinya tanah air. Kata patria berubah menjadi
patriot yang berarti seseorang yang mencintai tanah air. Seorang patriotic adalah
orang yang cinta pada tanah air dan rela berkorban untuk mempertahankan
negaranya. Patriotisme merupakan salah satu karakter bangsa yang dipupuk dan
dikembangkan untuk menjaga identitas dan keutuhan bangsa. Patriotisme
berkaitan dengan sikap berani, pantang menyerah dan rela berkorban untuk
bangsanya. Karena itu, patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari
1
https://nu.or.id/daerah/idealisme-dalam-ber-nu-harus-dijaga-71ixe
2
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2017.

3|Kelompok 6
perasaan cinta pada tanah air sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk
bangsa dan negaranya.3

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap patriotisme


ditandai dengan sikap positif lainnya, yaitu: cinta tanah air; rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara, menempatkan persatuan, kesatuan serta
keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan; berjiwa
pembaharu; tidak kenal menyerah, dan sikap-sikap positif lainnya.4

Patriotisme sebagai salah satu bentuk karakter, tidak terbentuk dengan


sendirinya, melainkan memerlukan proses pendidikan dan pembudayaan.
Penanaman dan pengembangan sikap patriotisme merupakan salah satu misi yang
seharusya menjadi perhatian khusus di setiap unit sekolah sejak dini. Karena
sekolah sebagai gardan terdepan pendidikan harus bisa menjadi agen penjaga
patriotisme melalui proses pembelajaran. Melakukan penguatan pendidikan
karakter di setiap kegiatan pembelajarannya.

Berbagai pengaruh budaya asing telah mempengaruhi gaya hidup (lifestyle)


masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Banyak penelitian yang
menunjukkan adanya pengaruh budaya asing terhadap kebudayaan masyarakat
Indonesia, terutama di kalangan kaum muda, misalnya budaya budaya pop atau
Kpop Korea banyak digemari dan melanda Indonesia. Fenomena ini berpotensi
menjadi penyebab rentannya sikap patriotisme masyarakat dan bangsa Indonesia,
terutama kalangan generasi muda. Berbagai kasus perilaku korupsi, penggunaan
narkoba, dan tawuran siswa yang terjadi Indonesia merupakan indikasi rapuhnya
karakter bangsa.5

Krisis karakter ini berpotensi melemahkan sikap patriotisme. Dengan ini,


perbuatan membela dan mempertahankan negara dapat diwujudkan dalam bentuk

3
Sarjit S Gill et al., Kesedaran Patriotik Dalam Kalangan Belia Bandar Di SemenanjungMalaysia,
Kriris: Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Vol 1 No. 1, 2015.
4
Wijayanto, Rahmat J,. Marzuki, Pendidikan Bela Negara Sebagai Tonggak Peradaban Jiwa
Patriotisme Generasi Muda,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 3, no. 2
(December 26, 2018): hlm. 186
5
Arif Rahman Prasetyo, Implementasi Kebijakan Pendidikan Karakter Di Madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah Al Manar Kabupaten Demak, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 2020,

4|Kelompok 6
kesediaan berjuang. Berjuang untuk menahan dan mengatasi serangan atau
ancaman bangsa lain yang akan menghancurkan negara. Selain itu, juga ancaman
negara lain, ancaman dari kelompok bangsa sendiri, kegiatan yang dapat
merugikan negara, dan ancaman alam yang dapat mengakibatkan kerusakan dan
kehancuran negara. Kelangsungan hidup negara dapat diwujudkan dengan
kesediaan bekerja sesuai dengan bidang dan kapasitasnya dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat bangsa, serta pencapaian tujuan negara. Cara
berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi dan politik bangsa juga harus disertakan dengan pendidikan agama.
Fungsinya, untuk menanamkan serta menginternalisasikan nilai keagamaan yang
moderat, nasionalis, dan religius dalam membentuk karakter siswa. Jadi
religiusitas dan patriotisme itu harus ditanamankan bersamaan dengan pelajaran
agama.6

Patriotisme dalam Islam berarti seorang Muslim harus mengabdi dan


menghormati negaranya dengan hidup sebagai seorang Muslim yang
menghormati kewajibannya kepada tetangganya yang beragam. Seorang Muslim
harus berusaha untuk melayani negara mereka, dengan membantu berkembang ke
arah yang positif, dengan berdiri melawan penindasan, dengan membantu yang
membutuhkan, dan dengan berurusan secara etis dan moral dengan semua orang
dalam segala keadaan.

C. Pandangan NU Tentang Pluralisme


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali
keberagaman dalam segala hal. Mulai dari suku, budaya hingga agama di Negara
Indonesia terbilang cukup beragam lho. Karena keberagaman dari segala aspek
tersebut membuat Indonesia semakin indah dan tentunya terlihat begitu rukun.

6
M. Ahim Sulthan Nuruddaroini, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Surah Al-Fatihah
(Telaah Tafsir Tahlili), Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI AL FITHRAH Volume 8, Nomor 2
Agustus 2018.

5|Kelompok 6
Kerukunan di tengah perbedaan bisa terwujud jika setiap individu bisa
mengamalkan sikap toleransi dan mengerti betul apa itu pluralisme. Secara
sederhana pluralisme merupakan sebuah pemahaman untuk menghargai adanya
perbedaan di tengah masyarakat.

Mengapa umat non-muslim di Indonesia begitu terbuka dengan umat Islam?


Salah satu sebabnya, menurut saya, adalah peran dari Gus Dur. Sebagai seorang
tokoh pluralisme, Gus Dur banyak bergaul dengan berbagai tokoh lintas agama,
budaya, aktivis, etnis dan golongan. Dalam terminologi politik, Gus Dur
mengakrabi dari yang paling kiri sampai paling kanan. Wajarlah kalau tindak-
tanduknya sering disalah artikan, seperti soal Pluralisme, misalnya. Banyak yang
gagal-faham.

Dalam acara Haul Gus Dur, Prof Mahfud MD yang di daulat sebagai
pembicara menyampaikan pluralisme Gus Dur. Soal pluralisme, kata Mahfud,
diibaratkan Gus Dur sebagai tinggal di rumah besar yang memiliki banyak kamar.
Gus Dur mengibaratkan setiap kamar dihuni oleh pemeluk masing-masing agama
dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Di kamar itu, tutur Mahfud, setiap orang
bebas bertindak sesuai aturan kamar masing-masing. Namun, begitu keluar dari
kamar dan berkumpul di ruang keluarga, semua harus tunduk pada kesepakatan
bersama.

“Indonesia adalah ruang besar itu, yang telah dibentuk oleh pendahulu
bangsa dengan kebesaran hati. Indonesia tidak bisa diubah tata kehidupannya
dengan aturan dari satu kamar saja. Ada kamar Islam, kamar Hindu, kamar
Katolik, kamar Kejawen, biarkan saja. Tetapi ketika kita ketemu di lapangan
perjuangan, politik, kenegaraan bernama Indonesia, kita harus bersama. Itulah
yang disebut Gus Dur sebagai pluralisme,” kata Mahfud, disambut tepuk tangan
hadirin. Kita bisa menangkap, bahwa dalam hal doktrin dan internal umat
bergama, kita meyakini dan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Namun,
begitu keluar dalam bingkai Indonesia dengan beraneka warna, suku, budaya dan

6|Kelompok 6
agama, kita mesti saling menghargai dan mendekatkan persamaan-persamaan
yang ada. Misalnya, persamaan bahwa semua agama mengutuk korupsi, mencintai
lingkungan hidup, menolak kekerasan dll. Ruang keluarga dalam gambaran Gus
Dur itu, adalah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Demikianlah, banyak sekali warisan Gus Dur yang ditinggalkan kepada kita
semua, khususnya para generasi muda.  Baik perupa tulisan, ucapan maupun
perilaku yang kian hari kian dibutuhkan ditengah maraknya intoleransi dan ujaran
kebencian. Upaya Mbak Alissa Wahid dengan Gusduriannya untuk terus menebar
paham keberislaman yang diajarkan Gus Dur layak diacungi jempol. Jika virus itu
menular pada generasi muda, persatuan dan kerukunan di Indonesia tentu takkan
menjadi masalah lagi. Di masa depan, Indonesia siap memetik bonus demografi
dengan karya dan pembangunan yang kongkret untuk membangun negeri.7

7
https://www.nu.or.id/opini/gus-dur-dan-pluralisme-agama-km7yG

7|Kelompok 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Seja Di tengah kondisi yang penuh tantangan dan godaan, pelajar Nahdlatul
Ulama harus memiliki jiwa idealisme yang kuat dan menjunjung nilai-nilai
kebaikan. Pelajar NU harus mampu memfilter berbagai hal yang
mengganggu aktivitas belajar dan bermasyarakat.

 Patriotisme harus ditanamkan dan ditularkan, terutama kepada generasi


muda. Agar saat mereka tumbuh dewasa, dapat menjadi generasi yang
memiliki komitmen terhadap masalah kebangsaan.

 Setiap orang bebas bertindak sesuai aturan kamar masing-masing. Namun,


begitu keluar dari kamar dan berkumpul di ruang keluarga, semua harus
tunduk pada kesepakatan bersama.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, secara langsung kami
sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kami meminta kritik dan saran dari teman teman
pembaca yang Budiman. Sekian atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

8|Kelompok 6
DAFTAR PUSTAKA

https://nu.or.id/daerah/idealisme-dalam-ber-nu-harus-dijaga-71ixe.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima,
Jakarta: Balai Pustaka, 2017.
Sarjit S Gill et al., Kesedaran Patriotik Dalam Kalangan Belia Bandar Di
SemenanjungMalaysia, Kriris: Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin Vol 1 No. 1, 2015.
Wijayanto, Rahmat J,. Marzuki, Pendidikan Bela Negara Sebagai Tonggak
Peradaban Jiwa Patriotisme Generasi Muda,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan 3, no. 2 (December 26, 2018): hlm. 186.
Arif Rahman Prasetyo, Implementasi Kebijakan Pendidikan Karakter Di
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Al Manar Kabupaten Demak, Tribakti:
Jurnal Pemikiran Keislaman, 2020.
M. Ahim Sulthan Nuruddaroini, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Surah Al-
Fatihah (Telaah Tafsir Tahlili), Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI AL
FITHRAH Volume 8, Nomor 2 Agustus 2018.
https://www.nu.or.id/opini/gus-dur-dan-pluralisme-agama-km7yG

9|Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai