Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian studi kasus ini mengambil kasus pneumonia dengan masalah

keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif. Penelitian mengambil lokasi penelitian

di Ruang Irna A, RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, pengambilan

data studi kasus diambil pada satu partisipan.

4.1.2 Pengkajian
1. Identias Klien

Tabel 4.1 Identitas Pasien


IDENTITAS PARTISIPAN

Nama partisipan Ny.N

Umur 32 tahun

Tempat, Tanggal Lahir Bangkalan, 20 April 1989

Jenis kelamin Perempuan

Alamat Lebak Barat, Bangkalan

Bangsa Indonesia

Agama Islam

Tgl. MRS 30-01-2022

Tgl pengkajian 31-01-2022

Dx Medis Pneumonia

Tabel 4.1.2
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak nafas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sulit bernafas dan panas naik turun sejak 3 hari

yang lalu, keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan pada tanggal 31- 01-2022 pukul 08.15.

pada saat pengkajian tanggal 1-2-2022 pukul 09.00 klien tampak sesak

dengan RR 30x/menit dengan 02 nassal 5lpm, saat pemeriksaan suara

nafas tambahan tidak terdapat suara nafas tambahan pada kedua

lapang paru, pasien tampak menggunakan otot bantu nafas cuping

hidung.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah sakit batuk pilek dan deman kurang lebih 4

kali tidak sampai masuk rumah sakit hanya dibawa ke bidan terdekat.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit pada

sistem pernafasan seperti yang di derita pasien atau penyakit menular

seperti TBC.

e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat atau makanan

lainnya.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Pasien mengatakan salah satu dari keluarganya ada yang merokok


(suamipasien).

3. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2 Tabel Pemeriksaan Fisik


Keadaan Cukup

umum

B1 DS : Klien mengatakan sesak nafas


(BREATH
ING) DO:

Inspeksi :

- Pola nafas cepat

- RR : 30x/menit

- Pergerakan dada simetris

- Ada tarikan otot bantu nafas

- Terlihat sedikit batuk

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada lapang dada

Auskultasi :

- suara nafas normal (vesikuler)

- Tidak adanya suara nafas tambahan ronkhi pada sisi kanan dan kiri paru.

Perkusi :

-
Redup

B2 DS : Pasien mengatakan badannya lemas


(BLOOD)
Do :

Inspeksi :

- Ictus cordis tidak terlihat

- S : 38°C

Palpasi :

- Akral hangat

- N : 110x/menit

Auskultasi :

- suara irama jantung S1 S2 tunggal

- TD = 130/80 mmHg

Perkusi :

- Suara perkusi jantung pekak

B3 DS : Pasien mengatakan sedikit pusing


(BRAIN)
DO :

- Kesadaran : composmentis

- GCS : E4 –V 5 –M 6

B4 DS : Pasien mengatakan dalam sehari minum air putih hanya 3 gelas


(BLEDD
ER) DO :

-BAK pasien spontan (2x sehari)

Palpasi :

-Tidak terdapat nyeri tekan pada ginjal dan kandung kemih, tidak ada
pembesaran pada kandung kemih

B5 DS :
(BOWEL)
- Pasien mengatakan makan 2-3x/hari 4-5 sendok

- Pasien mengatakan berat badannya tetap (65kg)


DO :

Inspeksi :

-mukosa bibir lembab, tidak terpasang NGT, tidak muntah, tidak ada nyeri
telan, bentuk abdomen simetris.

Palpasi

-Tidak ada benjolan atau nyeri tekan pada lapang abdomen, tidak ada
pembesaran hepar

Perkusi

-Suara timpani

Auskultasi :

-Bising usus 12x/menit

B6 DS : Klien mengatakan lemas aktivitas seperti jalan ke kamar mandi di


(BONE) bantu oleh suaminya dan terasa sedikit sesak.

DO :

Inspeksi :

-Tidak tampak edema pada ekstremitas atas dan bawah, kanan maupun kiri,
pergerakan sendi bebas, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan otot
ekstremitas bawah 5/5

Palpasi :

-Kulit lembab, akral hangat, turgor kulit baik


4. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.3 Tabel Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 15,0 Pr : 11,7 - 15,5 g/dl

Leukosit 29,7 Pr : 3,6 – 11,0 103/µL

Eritrosit 5,36 Pr : 3,8 – 5,2 x106/µL

Hematokrit 42,0 37,0 - 54,0 %

Trombosit 539 150 – 440 ribu/mm3

Diff Count :

Neu % 90,9 40 – 70 %

Limfosit 3,5 22 – 40 %

Monosit 3,5 4–8%

Eosinofil 0,0 2–4%

Basofi 1,8 0–1%

Tabel 4.3

5. Terapi Medis

a. Infuse 1500cc/ IV/ 24jam

b. Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram/IV

c. Sirup Sucralfate 4 x 1 sendok/per Oral

d. Nebul Combivent 1 x 1
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

Tabel 4.4 Analisa Data


Symptom (DS&DO) Etiologi Problem

Ds : Pasien mengatakan sesak Organisme masuk Pola Nafas Tidak


nafas dan sedikit batuk Efektif
DO :
- S : 38,°C
- RR : 30x/menit
- irama irreguler
- ada tarikan otot bantu nafas Thrombus
cuping hidung
- Batuk (+)
- tidak tampak sianosis Permukaan pleura tertutup
eksudat

Nekrosis

Abses

Penurunan hiperventilasi

Pola Nafas Tidak Efektif

b. Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ventilasi (O2 &

CO2)
4.1.4 Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.5 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interensi


Keperawatan Hasil

Pola nafas Setelah dilakukan asuhan Observasi


tidak efektif keperawatan selama 1. Observasi frekuensi/ kedalam pernafsan
berhubungan 3x24jam diharapkan dan gerakan dada.
dengan pola nafas membaik Rasional :
penurunan dengan kriteria hasil : Pernafasan dangkal, dan mengetahui
ventilasi gerakan dada simetris atautidak
Ventilasi semenit cukup
meningkat (4) 2. Observasi bunyi nafas, misalnya : ronchi,
wheezing, krekles.
Tekanan ekspirasi Rasional :
meningkat (5) Wheezing terdengar pada inspirasi atau
ekspirasi respons terhadap gumpalan
Tekanan inspirasi cairan, secret kental, dan spasme jalan
meningkat (5) nafas atau obstruksi.
Dispnea menurun (5) Terapeutik
Penggunaan otot bantu 3. Posisikan pasien semi-fowler
napas menurun (5) Rasional : Posisi kepala yang lebih tinggi
memungkinkan ekspansi paru dan
Pemanjangan fase
memudahkan pernafasan.
ekspirasi menurun (5)

Frekuensi nafas Edukasi


membaik (5)
4. Ajarkan tehnik nafas dalam
Kedalaman nafas
membaik (5) Rasional :

Untuk memaksimalkan ekspansi paru

Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam


pemerian obat sesuai indikasi dan
kebutuhan pasien.
Rasional :

Membantu mengurangi keluhan pasien dan


dapat menormalkan pernafsan yang
terganggu.
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tindakan Keperawatan
Keperawatan

Pola nafas tidak 31 Januari 2022 1 Februari 2022 2 Februari 2022


efektif
berhubungan 08.45 Observasi : 09.10 Observasi : 08.30 Observasi :
dengan 1. Memonitor 1. Memonitor 1. Memonitor
penurunan frekuensi nafas, pola frekuensi nafas, frekuensi nafas,
ventilasi (O2 & nafas, kedalaman pola nafas, pola nafas,
CO2) nafas kedalaman nafas kedalaman
Hasil : Hasil : nafas
Hasil :
RR: 28x/menit RR: 26x/menit
RR: 20x/menit
Pola nafas takipnea Pola nafas
takipnea Pola nafas
nafas cepat dan normal
dangkal nafas cepat dan
dangkal 2. Mengobservasi
2. Mengobservasi 11.20
bunyi nafas
bunyi nafas 2. Mengobservasi tambahan
08.50 09.25
tambahan bunyi nafas
tambahan Hasil :
Hasil :
Hasil : Tidak terdapat
Tidak terdapat suara nafas
suara nafas Tidak terdapat tambahan
tambahan suara nafas
tambahan Terapeutik
Terapeutik
Terapeutik 3. Memposisikan
3. Memposisikan klien semi
09.45 klien semi fowler 10.15 3. Memposisikan 11.25 fowler
klien semi
Hasil : fowler Hasil :
Klien tidur/ Hasil : Klien tidur/
istirahat dengan istirahat
posisi semi fowler Klien tidur/ dengan posisi
istirahat semi fowler
Edukasi : dengan posisi
semi fowler Edukasi :
11.50 4. Mengajarkan
tehnik nafas dalam Edukasi : 4. Mengajarkan
11.30 tehnik nafas
Hasil : 4. Mengajarkan dalam
11.20 tehnik nafas
Klien mampu dalam Hasil :
menirukan cara
nafas dalam
dengan benar Hasil : Klien mampu
menirukan
Kolaborasi : Klien mampu cara nafas
menirukan cara dalam dengan
12.00 5. Melakukan nafas dalam benar
kolaborasi dengan benar
pemberian obat Kolaborasi :
Kolaborasi :
Hasil : 5. Melakukan
5. Melakukan kolaborasi
Obat sudah 12.00 kolaborasi 12.00 pemberian obat
diberikan dan pemberian obat
dicatat dalam buku Hasil :
obat. Hasil :
Obat sudah
Obat sudah diberikan dan
diberikan dan dicatat dalam
dicatat dalam buku obat.
buku obat.

1.1.6 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi

Pola nafas tidak 31 Januari 2022 1 Februari 2022 2 Februari 2022


efektif berhubungan
dengan penurunan S: Pasien mengatakan S: Pasien mengatakan S: pasien mengatakan
ventilasi (O2 & CO2) masih sesak. sesak nafas berkurang sudah tidak sesak dan
tidak batuk
dengan kriteria hasil : O: O:
O:
Ventilasi semenit - k/u lemah - k/u lemah
cukup meningkat (4) - k/u cukup
- S : 38°c - S : 37,3°c
Tekanan ekspirasi - RR: 20x/menit
meningkat (5) - RR : 28x/menit - RR : 26x/menit
- S: 36,8°c
Tekanan inspirasi - Batuk (+) - Pasien terlihat
meningkat (5) sesekali batuk - Batuk jarang
- Ada pernafasan
Dispnea menurun (5) cuping hidung - A: pola nafas tidak A: pola nafas tidak
efektif belum teratasi efektif teratasi
Penggunaan otot bantu A : pola nafas tidak
napas menurun (5) efektif belum teratasi P:lanjutkan intervensi : P: intervensi
dihentikan. Pasien
Pemanjangan fase P : lanjutkan intervensi - Observasi TTV pulang
ekspirasi menurun (5) : terutama pada H.E :
pernafasan dan suhu
Frekuensi nafas - Observasi TTV - Minum obat secara
membaik (5) terutama pada - Anjurkan selalu posisi teratur
pernafasan dan suhu semi fowler
Kedalaman nafas - Kontrol sesuai jadwal
membaik (5) - Anjurkan selalu posisi - Berikan kompres jika yang telah ditentukan.
semi fowler panas

- Berikan kompres jika - ajarkan tehnik nafas


panas dalam

- ajarkan tehnik nafas


dalam
4.2 Pembahasan

Pada sub bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan

melalui pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

dengan maksud memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat

diterapkan dengan mudah pada kasus yang nyata. Sub bab ini juga membahas

tentang kasus nyata dengan teori.

4.2.1 Pengkajian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian studi kasus ini

dengan masalah pola nafas tidak efektif pada klien pneumonia, pengkajian

diperoleh data subyektif dan data obyektif pada klien memiliki keluhan sesak

nafas. Klien mengatakan sesak nafas sedangkan pada data obyektif klien

tampak menggunakan otot bantu nafas cuping hidung dan pola nafas takipnea

dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan S : 38°C, RR : 28x/menit.

Berdarakan teori dan kasus klien mengalami gejala yang hampir sama

dengan teori menurut (Somantri, 2009) adapun batasan karakteristik pola

nafas tidak efektif meliputi penggunaan alat bantu pernafasan, pola nafas yang

abnormal dan adanya perubahan nadi. Dan dalam teori Pneumonia salah satu

penyakit peradangan akut perenkin paru biasanya dari suatu infeksi saluran

pernafasan. Dapat disebabkan dengan adanya bakteri, virus, dan jamur. Pada
pneumonia dapat terjadi pola nafas tidak efektif dikarenakan penurunan

ventilasi (Nurarif & Hardhi, 2015).

Menurut peneliti, berdasarkan ulasan data diatas klien mengalami

keluhan sesak nafas. Pada pengkajian stusi kasus data subyektif dan data

obyektif menunjukan adanya tanda gejala yang sesuai teori, klien mengatakan

sesak nafas dan terlihat lemas. Hal ini membuktikan tidak ada kesenjangan

antara fakta peneliti dengan teori.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan pada pasien adalah pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan penurunan ventilasi dibuktikan dengan adanya klien

mengeluh sedikit batuk dan sulit bernafas, pasien terlihat batuk-batuk, adanya

pernafasan cepat (takipnea) dan tampak menggunak otot bantu nafas.

Pola nafas tidak efektif (SDKI 2017) dan ketidakefektifan pola nafas

(NANDA) merupakan diagnosa keperawatan yang sama, memiliki arti yang

sama yang berarti ketidakefektifan pola nafas (pola nafas tidak efektif) adalah

inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberkan ventilasi adekuat. Batasan

karakteristik pada ketidakefektifan pola nafas adalah dispneu, ortopnea, pola

nafas abnormal, dan penggunaan otot bantu nafas. Diagnosa yang diambil

pola nafas tidak efektif sudah sesuai dengan fakta dan teori sehingga tidak ada

kesenjangan.
Menurut pendapat peneliti studi kasus ini yaitu diagnosa keperawata

pola nafas tidak efektif sudah sesuai dengan penegakan diagnosa (Nurarif &

Hardhi, 2015) karena memiliki data subyektif yaitu klien mengatakan sesak

nafas dan data obyektif peningkatan frekuensi nafas, nadi meningkat, suhu

meningkat. Hasil pengkajian dari data subyektif dan data objektif digunakan

untuk menentukan diagnosa, maka Ny.N memiliki kesamaan penyebab pola

nafas tidak efektif dengan dari teori yang mengatakan klien mengatakan sesak

nafas, meningkatnya nadi dan fakta yang dapat frekuensi nafas meningkat,

nadi meningkat, dan lemas sehingga tidak ada kesenjangan dari hasil

pengambilan diagnosis.

4.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses

keperawatan setelah melakukan diagnosa. Pada langkah ini perawat

menentukan tujuan dan kriteria hasil bagi pasien untuk acuan pada saat

melakukan evaluasi. Pada tahap ini penulis membuat rencana tindakan

keperawatan sesuai teori yang meliputi tujuan dan kriteria hasil yang

dirumuskan dan telah ditetapkan sebelumnya serta penulisan rencana tindakan

yang operasional. Peneliti membuat intervensi dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola nafas membaik

dengan kriteria hasil : Ventilasi semenit cukup meningkat (4), Tekanan

ekspirasi meningkat (5), Tekanan inspirasi meningkat (5) Dispnea menurun


(5), Penggunaan otot bantu napas menurun (5), Pemanjangan fase ekspirasi

menurun (5) Frekuensi nafas membaik (5), Kedalaman nafas membaik (5).

Dalam pembuatan intervensi harus sesuai dengan diagnosa yang

muncul baik actual maupun resiko. Pada pasien yang di diagnosa pola nafas

tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan ventilasi yang sesuai teori

dan fakta diantaranya adalah pernafasan dalam batas normal, tidak adanya

bunyi nafas tambahan (ronkhi). Sehingga disini direncanakan intervensi

keperawatan pada klien antara lain : Observasi frekuensi/ kedalam pernafsan

dan gerakan dada, Observasi bunyi nafas, misalnya : ronchi, wheezing,

krekles, Posisikan pasien semi-fowler, Ajarkan tehnik nafas dalam,

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemerian obat sesuai indikasi dan

kebutuhan pasien.

Menurut pendapat peneliti perencanaan asuhan keperawatan sesuai

dengan diagnosa yang di tetapkan sebelumnya berdasarkan teori yang ada

keluhan sesak nafas pada klien pneumonia diharapkan berkurang. Dengan

kriteria hasil hasil frekuensi nafas membaik, tidak ada bunyi nafas tambahan

dan nadi kembali normal. Tindakan secara umum dilakukan berdasarkan

perencanaan keperawatan serta tindakan keperawatan dilaksanakan bertujuan

agar masalah yang dialami klien teratasi. Dari jangka waktu yang ditentukan

selama 3x24 jam diharapkan keluhan sesak nafas berkurang atau hilang.

Menurut peneliti tidak ada kesenjangan teori dan penerapan perencanaan


asuhan keperawatan dengan diagnosa yang ditetapkan klien. Teori yang ada

pada standart intervensi keperawatan maka perawat harus segera merumuskan

tentang apa saja implementasi tindakan yang diharapkan klien.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan oleh penulis dari hari pertama sampai

ketiga adalah sebagai berikut :

1) Mengobservasi frekuensi pernafasan dan gerakan dada.

Hasil : pada hari pertama pernafasan klien di atas normal yaitu 28xmenit,

hari kedua sesak nafas klien mulai berkurang dengan frekuensi pernafasan

klien 26x/menit, dan hari ketiga klien tampak rileks dengan frekuensi

nafas 20x/menit.

2) Mengobservasi bunyi nafas, misalnya : ronchi, wheezing, krekles.

Hasil : pada hari pertama sampai hari ketiga tidak ada bunyi nafas

tambahan.

3) Memberikan posisi semi fowler

Hasil : Klien tidur/ istirahat dengan posisi semi fowler

4) Mengajarkan tehnik nafas dalam

Hasil :

Klien mampu menirukan cara nafas dalam dengan benar

5) Berkolaborasi dalam pemberian terapi


Hasil : pada hari pertama klien tampak sesak dengan frekuensi nafas

abnormal, pada hari kedua klien mengatakan bahwa sesak nafas dan batuk

sudah mulai berkurang dan pada hari ketiga klien mengatakan sudah tidak

sesak dan sudah tidak batuk.

Menurut (Ainul, 2009) pada pneumonia terapi antibiotik harus segera

diberikan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri pada saluran pernafasan.

Menurut peneliti pemberian intervensi dengan pola nafas tidak efektif

dilakukan pada 1x24 jam sedangkan pada fakta klien pemberian 1x24jam

pada klien teratasi sebagian. Ini membuktikan bahwa setiap individu

mempunyai respon yang berbeda.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

dilakukkan pada hari terakhir setalah melaksanakan tindakan keperawatan

selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Dari hasil studi kasus didapatkan

hasil evaluasi setelah 3x24 jam dilakukan tindakan keperawatan pola nafas

teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil yang sudah tercapai yaitu klien

mengatakan sudah tidak sesak dan tidak batuk. Selain itu kepatuhan klien

dalam mengikuti semua prosedur perawatan yang berpengaruh penting dalam

kesembuhannya.
Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh dan lingkungan yang

efektif. Asuhan pemberian nutrisi yang cukup pada klien dan lingkungan yang

aman dapat mempengaruhi imunitas tubuh (Maryunani, 2013).

Menurut pendapat peneliti meskipun tindakan keperawatan yang

dilakukan sesuai teori tetapi respon klien berbeda-beda. Hal ini disebabkan

oleh respon dan peningkatan frekuensi nafas yang dirasakan oleh setiap

individu yang berbeda beda dan memiliki riwayat lingkungan dengan asap

rokok.

Anda mungkin juga menyukai