4.1.2 Pengkajian
1. Identias Klien
Umur 32 tahun
Bangsa Indonesia
Agama Islam
Dx Medis Pneumonia
Tabel 4.1.2
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sulit bernafas dan panas naik turun sejak 3 hari
Ambami Rato Ebu Bangkalan pada tanggal 31- 01-2022 pukul 08.15.
pada saat pengkajian tanggal 1-2-2022 pukul 09.00 klien tampak sesak
hidung.
Pasien mengatakan pernah sakit batuk pilek dan deman kurang lebih 4
kali tidak sampai masuk rumah sakit hanya dibawa ke bidan terdekat.
seperti TBC.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat atau makanan
lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
umum
Inspeksi :
- RR : 30x/menit
Palpasi :
Auskultasi :
- Tidak adanya suara nafas tambahan ronkhi pada sisi kanan dan kiri paru.
Perkusi :
-
Redup
Inspeksi :
- S : 38°C
Palpasi :
- Akral hangat
- N : 110x/menit
Auskultasi :
- TD = 130/80 mmHg
Perkusi :
- Kesadaran : composmentis
- GCS : E4 –V 5 –M 6
Palpasi :
-Tidak terdapat nyeri tekan pada ginjal dan kandung kemih, tidak ada
pembesaran pada kandung kemih
B5 DS :
(BOWEL)
- Pasien mengatakan makan 2-3x/hari 4-5 sendok
Inspeksi :
-mukosa bibir lembab, tidak terpasang NGT, tidak muntah, tidak ada nyeri
telan, bentuk abdomen simetris.
Palpasi
-Tidak ada benjolan atau nyeri tekan pada lapang abdomen, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi
-Suara timpani
Auskultasi :
DO :
Inspeksi :
-Tidak tampak edema pada ekstremitas atas dan bawah, kanan maupun kiri,
pergerakan sendi bebas, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan otot
ekstremitas bawah 5/5
Palpasi :
Hematologi
Diff Count :
Neu % 90,9 40 – 70 %
Limfosit 3,5 22 – 40 %
Tabel 4.3
5. Terapi Medis
d. Nebul Combivent 1 x 1
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Nekrosis
Abses
Penurunan hiperventilasi
b. Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ventilasi (O2 &
CO2)
4.1.4 Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.5 Perencanaan Keperawatan
Kolaborasi
dengan maksud memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat
diterapkan dengan mudah pada kasus yang nyata. Sub bab ini juga membahas
4.2.1 Pengkajian
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian studi kasus ini
dengan masalah pola nafas tidak efektif pada klien pneumonia, pengkajian
diperoleh data subyektif dan data obyektif pada klien memiliki keluhan sesak
nafas. Klien mengatakan sesak nafas sedangkan pada data obyektif klien
tampak menggunakan otot bantu nafas cuping hidung dan pola nafas takipnea
Berdarakan teori dan kasus klien mengalami gejala yang hampir sama
nafas tidak efektif meliputi penggunaan alat bantu pernafasan, pola nafas yang
abnormal dan adanya perubahan nadi. Dan dalam teori Pneumonia salah satu
penyakit peradangan akut perenkin paru biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan. Dapat disebabkan dengan adanya bakteri, virus, dan jamur. Pada
pneumonia dapat terjadi pola nafas tidak efektif dikarenakan penurunan
keluhan sesak nafas. Pada pengkajian stusi kasus data subyektif dan data
obyektif menunjukan adanya tanda gejala yang sesuai teori, klien mengatakan
sesak nafas dan terlihat lemas. Hal ini membuktikan tidak ada kesenjangan
Pada diagnosa keperawatan pada pasien adalah pola nafas tidak efektif
mengeluh sedikit batuk dan sulit bernafas, pasien terlihat batuk-batuk, adanya
Pola nafas tidak efektif (SDKI 2017) dan ketidakefektifan pola nafas
sama yang berarti ketidakefektifan pola nafas (pola nafas tidak efektif) adalah
nafas abnormal, dan penggunaan otot bantu nafas. Diagnosa yang diambil
pola nafas tidak efektif sudah sesuai dengan fakta dan teori sehingga tidak ada
kesenjangan.
Menurut pendapat peneliti studi kasus ini yaitu diagnosa keperawata
pola nafas tidak efektif sudah sesuai dengan penegakan diagnosa (Nurarif &
Hardhi, 2015) karena memiliki data subyektif yaitu klien mengatakan sesak
nafas dan data obyektif peningkatan frekuensi nafas, nadi meningkat, suhu
meningkat. Hasil pengkajian dari data subyektif dan data objektif digunakan
nafas tidak efektif dengan dari teori yang mengatakan klien mengatakan sesak
nafas, meningkatnya nadi dan fakta yang dapat frekuensi nafas meningkat,
nadi meningkat, dan lemas sehingga tidak ada kesenjangan dari hasil
pengambilan diagnosis.
menentukan tujuan dan kriteria hasil bagi pasien untuk acuan pada saat
keperawatan sesuai teori yang meliputi tujuan dan kriteria hasil yang
menurun (5) Frekuensi nafas membaik (5), Kedalaman nafas membaik (5).
muncul baik actual maupun resiko. Pada pasien yang di diagnosa pola nafas
tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan ventilasi yang sesuai teori
dan fakta diantaranya adalah pernafasan dalam batas normal, tidak adanya
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemerian obat sesuai indikasi dan
kebutuhan pasien.
kriteria hasil hasil frekuensi nafas membaik, tidak ada bunyi nafas tambahan
agar masalah yang dialami klien teratasi. Dari jangka waktu yang ditentukan
selama 3x24 jam diharapkan keluhan sesak nafas berkurang atau hilang.
Hasil : pada hari pertama pernafasan klien di atas normal yaitu 28xmenit,
hari kedua sesak nafas klien mulai berkurang dengan frekuensi pernafasan
klien 26x/menit, dan hari ketiga klien tampak rileks dengan frekuensi
nafas 20x/menit.
Hasil : pada hari pertama sampai hari ketiga tidak ada bunyi nafas
tambahan.
Hasil :
abnormal, pada hari kedua klien mengatakan bahwa sesak nafas dan batuk
sudah mulai berkurang dan pada hari ketiga klien mengatakan sudah tidak
dilakukan pada 1x24 jam sedangkan pada fakta klien pemberian 1x24jam
selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Dari hasil studi kasus didapatkan
hasil evaluasi setelah 3x24 jam dilakukan tindakan keperawatan pola nafas
teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil yang sudah tercapai yaitu klien
mengatakan sudah tidak sesak dan tidak batuk. Selain itu kepatuhan klien
kesembuhannya.
Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh dan lingkungan yang
efektif. Asuhan pemberian nutrisi yang cukup pada klien dan lingkungan yang
dilakukan sesuai teori tetapi respon klien berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh respon dan peningkatan frekuensi nafas yang dirasakan oleh setiap
individu yang berbeda beda dan memiliki riwayat lingkungan dengan asap
rokok.