Anda di halaman 1dari 186

HEMATO-ONKOLOGI

BIMBEL UKMPPD MANTAP


dr. Anindya K. Zahra
dr. Gandhi Anandika Febryanto
Batch November 2019 dr. Alexey Fernanda N.
Red Blood Cell (RBC) / Eritrosit
ANEMIA (Definisi WHO)
Mild Moderate Severe
(Gravis)
Men 11-12,9 8-10,9 <8

Non-pregnant 11-11,9 8-10,9 <8


woman
Pregnant 10-10,9 7-9,9 <7
women

• Gejala anemia secara umum


• lemah, lesu, letih, lelah, lunglai (5L), pucat, penglihatan berkunang-kunang,
pusing, telinga berdenging dan, penurunan konsentrasi.
Thalassemia
Pendekatan Diagnostik Anemia : MCV N
Sideroblastik
MIKROSITIK
Besi Serum
HIPOKROMIK
Defisiensi
MCV  Besi

Penyakit
Kronik

Anemia
hemolitik
Anemia NORMOSITIK
Retikulosit

NORMOKROMIK Perdarahan
Akut
MCV Normal
Anemia
Aplastik
Defisiensi
folat Anemia
MAKROSITIK N/ Renal
(MEGALOBLASTIK)
Defisiensi
Leukemia,
Nilai normal MCV = 80-100 fL MCV  B12
etc
Nilai normal Retikulosit = 0.5-1.5%
Morfologi Darah Tepi (MDT)
Elliptosis (Ovalosit) / Sel Target (Mexican Hat cell, bull’s Teardrop cell
Sferosit eye cell)
Sel pensil / Cigar cell (Dacrocyte)

• Thalassemia • Thalassemia
• Sferositosis herediter • Thalassemia • Anemia defisiensi besi • Myelofibrosis primer
• AIHA • Anemia defisiensi besi • Penyakit hati kronik

Sel Sabit (sickle cell; Schystosit Sel Spikel


drepanocyte; cresent cell; (fragmented cell;
menyscocyte) Akantosit (Spurr Echynocyte (Burr cell, Crenated cell,
keratocytes)
cell) sea-urchin cell)

Hemoglobinopati • Penyakit hati dengan anemia • Penyakit ginjal menahun


(Sickle cell disease) • Anemia hemolitik hemolitik (uremia)
• Penyakit keganasan • Paska splenektomi
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK

Besi Serum

Menurun Normal

TIBC   TIBC 
Ferritin normal
Ferritin  Ferritin normal / 

Besi sumsum tulang Ring sideroblast


Besi sumsum tulang positif Elektroforesis Hb
negatif dalam sumsum tulang

ANEMIA ANEMIA PADA HbA2 , ANEMIA


DEFISIENSI BESI PENYAKIT KRONIK HbF  SIDEROBLASTIK

THALASSEMIA
BETA
Anemia Defisiensi Besi (ADB) - Karakteristik

Angular cheilitis / stomatitis angularis→


peradangan sudut mulut

MDT = Mikrositik hipokromik,


anisositosis, poikilositosis,
central pallor >>, Pencil cell (+)
Papil lidah atrofi → Smooth tongue
Koilonychia – brittle spoon-shaped nail (kuku sendok)
Terapi Anemia Defisiensi Besi
Lini Pertama → Terapi Besi Oral

• Ferro sulfat → mengandung 20 % besi elemental


• Sediaan 200 mg, 325 mg (65 mg besi elemental)
• Ferro fumarat → mengandung 33 % besi elemental Tidak ada bukti bahwa preparat besi oral yang
• Sediaan 325 mg (107 mg besi elemental) satu lebih baik dibanding yang lain
• Ferro glukonat → mengandung 12 % besi elemental
• Sediaan 325 mg (39 mg besi elemental)

3 – 4x sehari dengan besi elemental 50 – 65 mg (150-200 mg besi elemental/hari atau 3-6 mg


besi elemental/kg/hari)
• Ferro sulfat 3 x 200 mg, 3 x 325 mg Paling murah

Target : Hb meningkat 1 g/dL dalam 2-3 minggu

Hb terkoreksi → lanjutkan terapi besi oral hingga 3-6 bulan, beberapa menganjurkan hingga 12
bulan (untuk mengembalikan cadangan besi tubuh)
Respon Parameter Lab Terhadap Terapi Besi
Start terapi

Gejala klinis ↓

Retikulosit ↑ 4 – 7 hari

Hemoglobin ↑ 2 minggu

4 - 10 minggu
Hemoglobin normal
( 8 minggu )
Harrison internal medicine 19th ed
Terapi Besi Oral
 
• Antasida, H2 blocker, PPI • Daging
• Fitat (pada sereal) • Senyawa sitrat
• Tanin (pada teh) • Fruktosa
• Fosfat • Asam askorbat
• Kalsium

• Sebaiknya diberikan saat lambung kosong (Fe diserap paling baik di duodenum dan jejunum
proksimal dalam kondisi sedikit asam)
• Efek samping Fe → Gastric upset (mual, muntah) dan konstipasi
• Intoleransi terutama berkaitan dengan besarnya kadar zat besi terlarut yang ada dalam lumen
usus → dapat dicegah dengan memberikan dosis awal yang rendah (misal : sulfat ferosus
3x100 mg) atau memberikan preparat besi oral bersama dengan makan atau setelah makan
ANEMIA PADA PENYAKIT KRONIK

Penyakit Kronik = Infeksi kronis, penyakit


autoimun, keganasan

- Kebanyakan anemia ringan-sedang,


berat (20% kasus)

- Umumnya normositik normokromik.


- Pada kasus yang sangat kronis →
mikrositik hipokromik

- IL6  , reaktan fase akut (CRP, LED,


fibrinogen)  
Ferritin >>
TIBC <<
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK

Besi Serum

Menurun Normal

TIBC   TIBC 
Ferritin normal
Ferritin  Ferritin normal / 

Besi sumsum tulang Ring sideroblast


Besi sumsum tulang positif Elektroforesis Hb
negatif dalam sumsum tulang

ANEMIA ANEMIA PADA HbA2 , ANEMIA


DEFISIENSI BESI PENYAKIT KRONIK HbF  SIDEROBLASTIK

THALASSEMIA
BETA
Dibahas di anemia hemolitik
Anemia Sideroblastik

• Genetic (X-linked or AD) or


acquired (myelodysplasia
syndrome)
• Sideroblast: nucleated
erythroblast
• “Ring”: iron in perinuclear
mithocondria
• Iron (+) but cannot corporate
it to Hb

Bone marrow aspirate: ring sideroblast


Thalassemia
Pendekatan Diagnostik Anemia : MCV N
Sideroblastik
MIKROSITIK
Besi Serum
HIPOKROMIK
Defisiensi
MCV  Besi

Penyakit
Kronik

Anemia
hemolitik
Anemia NORMOSITIK
Retikulosit

NORMOKROMIK Perdarahan
Akut
MCV Normal
Anemia
Aplastik
Defisiensi
folat Anemia
MAKROSITIK N/ Renal
(MEGALOBLASTIK)
Defisiensi
Leukemia,
Nilai normal MCV = 80-100 fL MCV  B12
etc
Nilai normal Retikulosit = 0.5-1.5%
Anemia Hemolitik
Curiga anemia hemolitik bila :

Klinis: Anemia, Jaundice / Ikterik, Splenomegali / Hepatosplenomegali

Lab: Retikulosit , Bilirubin total  dengan dominasi bilirubin indirek  (Ikterik pre-hepatal)

Sklera ikterik
Splenomegali
Hemolisis

Letak Penyebab

Extravaskular Intravaskular
Intrinsik Ekstrinsik
(90%) (10%)

Reticuloendothelial (RE)
system Membranopati Autoimun

Enzimopati Infeksi

Hemoglobinopati Mikroangiopati
Anemia Hemolitik : Defek Intrinsik

Sferositosis Tes fragilitas


Membranopati
herediter osmotik

Intrinsik Enzimopati Defisiensi G6PD G6PD assay

Hb
Thalassemia
elektroforesis
Hemoglobinopati
Sickle cell
disease
Anemia Hemolitik : Defek Intrinsik

Sferositosis Tes fragilitas


Membranopati
herediter osmotik

Intrinsik Enzimopati Defisiensi G6PD G6PD assay

Hb
Thalassemia
elektroforesis
Hemoglobinopati
Sickle cell
disease
Membranopati – Sferositosis Herediter

• Anemia (ringan-berat), ikterik, splenomegali


• Retikulosit , bilirubin serum 
• MDT → Sferosit >>
• Tes fragilitas osmotik (+)
• Splenektomi sangat efektif dalam menghilangkan
hemolisis
Anemia Hemolitik : Defek Intrinsik

Sferositosis Tes fragilitas


Membranopati
herediter osmotik

Intrinsik Enzimopati Defisiensi G6PD G6PD assay

Hb
Thalassemia
elektroforesis
Hemoglobinopati
Sickle cell
disease
Anemia Defisiensi G6PD

Gangguan X-linked recessive. Hemolisis setelah paparan stress oksidatif

G6PD mempengaruhi semua ras. Prevalensi terbanyak pada ras Afrika, Asia, dan Mediterania.

Defisiensi G6PD berat biasanya terjadi pada ras Mediterania. Populasi Afrika memiliki hemolisis yang lebih ringan karena memiliki kadar enzim yang lebih tinggi
Enzimopati – Anemia Defisiensi
G6PD

• G6PD → berfungsi untuk menyediakan jumlah glutathion tereduksi (GSH)


• GSH → berperan sebagai scavenger terhadap metabolit oksidatif di dalam RBC, sebagai sumber NADPH yang
melindungi sel dari stress oksidatif
Anemia Defisiensi G6PD

Harrison’s Principles of Internal Medicine 17 Edition, Part 7 Oncology & Hematology, Section 2 Hematopoietic Disorders
Anemia Hemolitik : Defek Intrinsik

Sferositosis Tes fragilitas


Membranopati
herediter osmotik

Intrinsik Enzimopati Defisiensi G6PD G6PD assay

Hb
Thalassemia
elektroforesis
Hemoglobinopati
Sickle cell
disease
Hemoglobinopati
Defek Hemoglobin

Thalassemia Sickle cell disease

Hb elektroforesis

Thalassemia: microcytic hypochromic anemia, anisositosis,


poikilositosis, target cell
Thalassemia
• Gangguan yang diwariskan (inherited)
• Defek sintesis rantai globin
• 2 tipe :
• Alfa
• Beta → lebih berat
• Baku Emas = Hb Elektroforesis → HbA2  &
HbF  Facies Cooley (Facies Rodent)
Curiga thalasemia bila :
• Riwayat keluarga (+)
• Hemolisis (anemia, jaundice,
splenomegali) pada USIA DINI
• Anemia MIKROSITIK HIPOKROMIK
• Deformitas tulang
• Index Mentzer (MCV/eritrosit) <13 Teardrop cell
• MDT → Sel target (+), teardrop cell (+)
Sel target Extramedullary hematopoiesis → deformitas tulang,
pelebaran sumsum tulang, penipisan cortex tulang
Penyusun Utama Hemoglobin
• Hemoglobin = heme + globin (2 rantai alfa
+ 2 rantai non-alfa)
• HbA (tipe dewasa) = 2 rantai alfa + 2 rantai
beta
• HbA2 = 2 rantai alfa + 2 rantai delta
• HbF = 2 rantai alfa + 2 rantai gamma
• Ketika lahir, HbF mencapai 80%, HbA hanya 20%.
Transisi globin gamma menjadi beta dimulai sejak
kelahiran. Saat usia 6 bulan, HbA sudah
mendominasi dan jumlah HbF dan HbA2 sangat
kecil
Kurangnya / tidak adanya sintesis rantai beta Kurangnya / tidak adanya sintesis rantai alfa

Thalassemia Beta Thalassemia Alfa

THALASSEMIA BETA MAYOR Hb Barts Disease


Anemia BERAT Hb dengan 4 rantai gamma
Gejala muncul setelah usia 6 bulan Hidrops fetalis, intrauterine fetal death
Transfusi seumur hidup
Splenomegali progresif, deformitas
tulang
Lab = anisositosis, poikilositosis,
mikrositik hipokromik, sel target, HbH disease
basophilic stipling, kenaikan retikulosit Hb dengan 4 rantai beta
sedang
Anemia hemolitik (Hb 7-11 g/dL) kronis,
mikrositosis, splenomegali

THALASSEMIA BETA MINOR


(TRAIT / SILENT CARRIER)
THALASSEMIA ALFA MINOR
Asimptomatik
Asimptomatik, anemia ringan
Terdeteksi saat screening MDT
Lab : anemia mikrositik hipokromik, sel
Lab : anemia ringan, mikrositik target
hipokromik, sel target, teardrop cell
Thalassemia - Komplikasi
Hemolisis kronis Overload besi Kerusakan jaringan
Mekanisme

• Kelebihan besi → radikal bebas → ROS


• Kompleks besi tidak larut dan terdeposit di
jaringan tubuh

Sequelae dari overload besi

• Pituitari → gangguan pertumbuhan


• Jantung → kardiomiopati, gagal jantung
• Liver → Sirosis hepar
• Pankreas → Diabetes mellitus
• Gonads → Hipogonadism, infertilitas
Iron Chelating Agent
(Deferoxamine/Deferiprone/Deferiprox/ICL670 )

+ IRON CHELATING

TRANSFUSI PRC BERKALA

Indikasi iron chelating agent :


Deferiprox = 75 mg/kg/hari, dibagi 3 dosis, per oral
- Ferritin >1000 mg/dL & saturasi transferrin serum >50 %
- Transfusi >5 L, transfusi >10 kali, transfusi > 1 tahun
Anemia Hemolitik : Defek Ekstrinsik
Warm
Autoimun
Cold

Prosthetic
Ekstrinsik Mikroangiopati
valves, etc

Infeksi Malaria, etc


Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) - Warm & Cold
Warm (70 %) Cold (30 %)
Eritrosit (RBC) terikat Suhu tubuh (37°C) Di bawah suhu tubuh (0° to 4°C)
maksimal pada
Klinis Akut dan berat Acrocyanosis (aglutinasi intravaskular)
Penyakit kolagen, idiopatik Post infeksi, idiopatik
Prevalensi Usia muda Usia tua
Lab Hb <7 g/dL, retikulositosis berat, sferositosis, Hb 9-12 g/dL, retikulositosis ringan, sferositosis ,
Test Coombs (+) Tes Coombs (+)
Dimediasi oleh IgG (warm agglutinin) IgM (cold agglutinin) yang mengikat komplemen
autoantibodi (C3)

Patofisiologi IgG-coated RBCs → ingesti parsial oleh IgM + RBC → aktivasi komplemen→ C3-coated RBC
makrofag di limpa → mikrosferosit → → aglutinasi → hemolisis intravaskular
hemolisis ekstravaskular

Terapi dan Manajemen Kortikosteroid dosis tinggi → lini pertama Menghindari paparan dingin
Splenektomi (bila terapi kortikosteroid tidak Kortikosteroid dan splenektomi tidak begitu efektif
efektif atau dikontraindikasikan)
Agen imunosupresif / sitotoksik
Terapi transfusi pada AIHA membutuhkan perhatian khusus. Sel darah merah yang paling kompatibel harus diberikan.
Sel darah merah dari donor yang sepenuhnya kompatibel sukar ditemukan karena autoantibodi pada pasien biasanya bereaksi dengan antigen
yang terletak pada sel-sel darah donor.
Coombs’ Test
Autoimmune Hemolytic Anemia
Warm AIHA:
spherocytes
Anemia Defisiensi Eritropoietin (Anemia Renal)
Anemia pada chronic kidney disease (CKD)
(mulai pada stage III)

Etiologi : kerusakan kronis dan ireversibel dari


parenkima ginjal sehingga produksi eritropoietin
menurun

Anemia normositik normokromik


Anemia Aplastik
Pansitopenia yang disertai hiposelularitas
sumsum tulang

Etiologi

• idiopatik (sebagian besar),


• Radiasi
• Obat & bahan kimia → kemoterapi, benzena, gold,
kloramfenikol,hidantoin, carbamazepine
• Infeksi virus → hepatitis, virus Ebstein-Barr, CMV,
parvovirus, HIV-1
• Penyakit imun
• Hemoglobinuria paroksismal nokturnal
• Kehamilan
Anemia Aplastik – Manifestasi Klinis
• 5 L (lemah, letih, lesu, lalai,
lupa)
Anemia • Pucat, pusing, jantung
berdebar, dispnea, penglihatan
kabur, telinga berdenging

• Perdarahan mukosa
Trombositopenia
• Perdarahan bawah kulit (memar)
Gambaran histologis anemia aplastik pada
biopsi sumsum tulang (GOLD
STANDARD)→ Gambaran hiposeluler,
• Rentan terhadap infeksi
Leukopenia • Demam
banyak terisi lemak
Thalassemia
Pendekatan Diagnostik Anemia : MCV N
Sideroblastik
MIKROSITIK
Besi Serum
HIPOKROMIK
Defisiensi
MCV  Besi

Penyakit
Kronik

Anemia
hemolitik
Anemia NORMOSITIK
Retikulosit

NORMOKROMIK Perdarahan
Akut
MCV Normal
Anemia
Aplastik
Defisiensi
folat Anemia
MAKROSITIK N/ Renal
(MEGALOBLASTIK)
Defisiensi
Leukemia,
Nilai normal MCV = 80-100 fL MCV  B12
etc
Nilai normal Retikulosit = 0.5-1.5%
Anemia Makrositik (Megaloblastik) –
Defisiensi Folat atau vitamin B12

Anemia Megaloblastik → ukuran


eritrosit membesar dan hampir
sama dengan leukosit
Tampak neutrofil dengan
hipersegmentasi

Perbandingan eritrosit dan leukosit pada


keadaan normal
B12 Deficiency Symptoms :
• Atrophic glossitis (shiny tongue)
• Shuffling broad gait
• Anemia and related symptoms
• Vaginal atrophy
• Malabsorption
• Jaundice
• Personality changes
• Hyperhomocysteinemia
• Neurologic symptoms
Tatalaksana Anemia Defisiensi Folat & Vitamin
B12
Defisiensi asam folat Defisiensi vitamin B12

• Asam folat 1-5 mg/hari selama • Vitamin B12 parenteral (IM atau
1-4 bulan SC) 1 mg/hari selama 1 minggu
• Dosis 1 mg/hari biasanya sudah • Dilanjutkan dengan 1 mg/minggu
efektif selama 4 minggu, lalu 1
mg/bulan
• Sediaan oral kurang efektif
apabila terdapat gangguan
absorpsi vitamin B12 di
gastrointestinal
TRANSFUSI KOMPONEN DARAH
Whole Blood Packed Red Cell (PRC) Washed Red Cell
PRC dicuci NaCl fisiologis,
Eritrosit yang dipisahkan dari
Komponen lengkap menghilangkan antibodi yang
plasma
menempel di plasma

Anemia berat tanpa Penderita transfusi berulang


Perdarahan masif atau
penurunan komponen darah atau mengalami demam
hipovolemik
lain pada transfusi sebelumnya

Platelet Concentrate Fresh Frozen Plasma Cryoprecipitate


Fibrinogen, faktor von
Trombosit Seluruh faktor koagulasi Willebrand, faktor VIII, faktor
XIII,dan fibronektin.

Perdarahan aktif karena


Defisiensi faktor koagulasi Hemofilia A, Von Willebrand’s
trombositopenia, profilaksis
multipel, DIC disease, Hipofibrinogenemia
(operasi)
FNHTR (Febrile Non-Hemolytic Transfusion Reaction)
• Reaksi transfusi paling sering. Gejala : Demam, menggigil, dyspnea ringan (jarang)
• Stop transfusi, pastikan AHTR tidak ada. Berikan antipiretik
UTR (Urticarial/Allergic Transfusion Reaction)
• Dimediasi oleh IgE dan degranulasi sel mast. Gejala : Gatal, urtikaria
• Antihistamin (difendhidramin IV atau PO) dapat diberikan bila urtikaria luas
• Transfusi dapat dilanjutkan (kecuali bila urtikaria masih luas)

ATR (Anaphylactic Transfusion Reaction)


• Onset cepat, mengancam jiwa. Ditandai dengan syok, hipotensi, distres nafas, angioedema
• Stop transfusi, stabilisasi ABC, epinefrin 1:1000 0,3-0,5 mL IM, vasopressor (bila perlu)
AHTR (Acute Hemolytic Transfusion Reaction)
• Kegawadaruratan akibat hemolisis RBC donor oleh antibodi resipien (ABO incompatibility)
• Demam, menggigil, nyeri pinggang, hemoglobinuria, hipotensi, nyeri dada, takipnea, takikardia, DIC
• Stop transfusi, stabilisasi ABC
• Infus NS (100-200 mL/jam) untuk inisiasi diuresis (>100-200 mL/jam), mencegah AKI, dan mencegah hipotensi
• Segera ulangi cross match terhadap produk darah yang diberikan
• Monitor profil koagulasi (AT, PT, aPTT, fibrinogen), monitor fungsi jantung dan ginjal
Hemogram – Hitung Jenis Leukosit
• Mulai dengan sel basofil / eosinofil / neutrofil batang / neutrofil segmen /
limfosit / monosit
• Nilai normal hitung jenis pada dewasa
- Basofil :0-1%
- Eosinofil :1–3%
- Neutrofil Batang :2–6%
- Neutrofil Segmen : 50 – 70 %
- Limfosit : 20 – 40 %
- Monosit :2–8%

Stab
Neutrophil
MEKANISME HEMOSTASIS
PT
KASKADE KOAGULASI

APTT

PT

*
LETAK GANGGUAN HEMOSTASIS
Penurunan /
Gangguan faktor
Abnormalitas Vaskuler Abnormalitas
Pembekuan
Trombosit
Bleeding Time ↑
(normal range < 10 min) + + -
Clotting Time ↑
(normal range 4-10 min) - - +
APTT ↑
(Activated Partial Thromboplastin
Time) - - +
Faktor intrinsik (VIII, IX, XI, XII)
(normal range 25-35 s)

PT ↑
(Prothrombin Time)
+
(normal range 11-13 s) - - Faktor ekstrinsik (VII, tissue factor) &
common pathway (II, V, X,
fibrinogen)

Bleeding time →menilai fungsi hemostasis primer (aktivitas trombosit)


Clotting time →menilai fungsi hemostasis sekunder (aktivitas faktor koagulasi) secara umum
INR (International Normalized Ratio) → bentuk standar internasional dari rasio PT. Digunakan untuk monitor terapi
warfarin
SISTEM FIBRINOLISIS
Manajemen ITP

• Transfusi platelet diberikan hanya


bila ada life-threatening bleeding
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Diagnosis DIC
Screening
• Bleeding time (>>) , clotting
time (>>), PT (>>), APTT (>>) ,
platelet count (<<), fibrinogen
(<<)

Diagnosis
• Fibrin degradation product
Diagnosis DIC →SKOR ≥5. (FDP) (>>), D-dimer (>>), AT III
Bila skor <5, tes sebaiknya diulangi dalam
1-2 hari
(<<)
True Polycythemia
Polisitemia Vera
Gejala :
Kelainan neoplastik myeloproliferatif • Sakit kepala (48%)
kronik → proliferasi sel myeloid → ↑↑ • Telinga berdenging (43%)
eritrosit diikuti ↑ leukosit, ↑ trombosit • Mudah lelah (47%)
• Gangguan daya ingat
Peningkatan turnover sel darah → • Susah bernapas (26%)
hiperurisemia → risiko gout dan batu • Darah tinggi (72%)
saluran kemih • Gangguan penglihatan (31%)
• Rasa panas pada tangan atau kaki (29%)
Hiperviskositas → trombosis → stroke, • Gatal (pruritus) (43%)
TIA, DVT, infark miokard, oklusi arteri • Epistaxis
vena retina • Ulkus peptikum(24%)
• Sakit tulang (26%).
Kriteria Diagnosis Polisitemia Vera
(Polycythemia Vera Study Group)

Kriteria MAYOR Kriteria MINOR

1. Total volume RBC ≥ 36 mL/kg pada pria, ≥ 32 1. Trombositosis >400.000/mm3


mL/kg pada wanita 2. Leukositosis >12.000/mm3 (tanpa demam/infeksi)
2. SaO2 ≥ 92% 3. Leukocyte alkaline phosphatase score >100 (tanpa
3. Splenomegali demam/infeksi)
4. Serum vitamin B12 >900 pg/mL atau serum
UB12BC >2.200 pg/mL

DIAGNOSIS POLISITEMIA VERA


3 KRITERIA MAYOR
ATAU 2 KRITERIA MAYOR YANG PERTAMA+2 KRITERIA MINOR
Manajemen Polisitemia Vera

Phlebotomy serial, dengan / tanpa agen


myelosupresif

Pada PV tujuan prosedur phlebotomy tersebut


ialah mempertahankan hematokrit <42% pada
perempuan, dan <47% pada pria untuk
mencegah timbulnya hiperviskositas dan
penurunan kecepatan aliran
Leukemia Akut VS Kronik
CBC Akut Kronik
Hb  (anemia)  (anemia)
Leukosit  (leukositosis)  (leukositosis)
Trombosit  (trombositopenia) - N/
-  pada CML fase blast crisis
Biopsi Sel Blast (nucleoli (+)) Granulost imatur dengan berbagai
sumsum tahapan maturasi
tulang
Myeloid (AML) Limfoid (ALL) Myeloid (CML) Limfoid (CLL)

80-90% kasus pada anak Anak-anak>> Dewasa >55 tahun


& dewasa Limfoblast >20% Kromosom Limfositosis
Myeloblast >20% Philadelphia absolut
Auer rod (+) Small lymphocyte
*Pansitopenia dapat muncul sebagai tanda awal leukemia
AML = Acute Myeloid Leukemia, ALL = Acute Lymphoblastic Leukemia, CML = Chronic Myeloid Leukemia, CLL
= Chronic Lymphocytic Leukemia
AML M1:

AML tanpa
maturasi
Auer rod

nucleoli Myeloblast >80-90%

promyelocytes

AML M3

Hypergranular : terdiri dari prokoagulan


→ menginduksi DIC
Multiple Auer rod
◼ ALL-L3: sel besar dan bervariasi
◼ ALL-L1: sel seragam, sel blast kecil dengan sitoplasma basofilik kuat
dengan sedikit sitoplasma dan vakuola (bubble-like)

◼ ALL-L2: sel bervariasi, sel blast besar


dengan nucleoli prominen dan
sitoplasma yang lebih heterogen
Chronic Blast
several years Accelerated
phase transformation
phase
triphasic

biphasic several years

• Fase:
• Kronik : blast <5%
• Accelerated : blast >15%
• BLAST CRISIS : blast >20% di darah tepi atau sumsum tulang (manifestasi mirip
AML)
Chronic Myeloid Leukemia (CML)

90% pasien CML memiliki abnormalitas


kromosom yang disebut kromosom
Philadelphia (Ph) di dalam leukemic blasts

Kromosom Philadephia disebabkan oleh


translokasi antara kromosom 9 dan 22
t(9,22)
Translokasi ini dapat dideteksi dengan
analisa sitogenetik atau PCR
Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL)

Limfositosis absolut (> 5x106/L dan hingga


300x106/L)
Small lymphocytes
Sel darah putih di apusan darah, 70-99%
tampak sebagai small lymphocytes

Smudge cells juga dapat ditemukan

• Smudge cells merupakan artefak yang disebabkan oleh


limfosit yang rusak selama poses preparasi apusan
darah
Smudge cells
Limfoma Maligna : Hodgkin & Non-Hodgkin (85%)

B symptoms (+) pada Limfoma Hodgkin.


NHL → B symptoms (+) pada stadium lanjut
Limfoma Hodgkin VS Limfoma Non-Hodgkin
Lymphoma Hodgkin Lymphoma Non-Hodgkin
Dijumpai gambaran sel B neoplastik raksasa (Reed
Sternberg)

Gambaran klinis tampak lebih jelas dan


bermanifestasi sistemik

Pola penyebaran teratur ke jaringan sekitar Penyebarannya difus (tidak teratur)

Jarang mengenai limfonodi mesenterium dan Sering mengenai limfonodi mesenterium dan
cincin Walldeyer cincin Walldeyer

Jarang mengenai sistem di luar kelenjar getah Sering ekstranodal


bening

Terlokalisasi dan sering mengenai 1 kelenjar getah Mengenai banyak kelenjar getah bening
bening
Limfoma Hodgkin
“Owl’s Eyes”
Reed Stenberg cell (+)
Limfoma Non-Hodgkin
TROPIK INFEKSI

BIMBEL UKMPPD MANTAP


dr. Anindya K. Zahra
dr. Gandhi Anandika Febryanto
Batch November 2019 dr. Alexey Fernanda N.
© UKDI MANTAP
Infeksi Virus Dengue

• Vektor = Nyamuk betina dari genus Aedes (Stegomyia) aegypti,


Aedes (Stegomyia) albopictus
© UKDI MANTAP
Transmisi Virus Dengue

EXTRINSIC INCUBATION PERIOD INTRINSIC INCUBATION PERIOD


8-12 days 5-7 days
© UKDI MANTAP
Klasifikasi Dengue (WHO SEARO, 2011)
(WHO, 2011)

Plasma leakage = palpebral edema,


pleural effusion, ascites, HCT rises
≥20%)

* Spontaneous bleeding = epistaxis, gum bleeding, hematemesis, melena, hematuria, diathesis hemorrhagic,
internal bleeding
Tes Rumple-Leed / Tes Tornikuet
• Deteksi fragilitas mikrovaskular
• Cara = Pertahankan manset tensimeter
pada pertengahan sistole dan diastole
selama 5 menit

• POSITIF (+) → ≥ 10 petekiae/1 inch2


Expanded Dengue Syndrome
Unusual manifestations → severe organ involvement such as liver, kidneys, brain or
heart associated with dengue infection
• Neurological = encephalopathy, encephalitis, aseptic meningitis, intracranial hemorrhage/thrombosis,
Guillaine-Barre Syndrome
• Gastrointestinal = hepatitis, fulminant hepatic failure, acute pancreatitis, acute parotitis
• Renal = acute renal failure, hemolytic uremic syndrome
• Cardic = conduction abnormality, pericarditis, myocarditis
• Respiratory = ARDS, pulmonary hemorrhage
• Musculoskeletal = myositis, rhabdomyolisis
• etc

Reported in DHF and DF

May be associated with coinfections, comorbidities or complications of prolonged


shock.
© UKDI MANTAP

(WHO, 2009)
bolus in 10-15
minutes
Malaria
• Penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit
• Indonesia → endemis malaria di Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai
Utara, Maluku, Papua, Lombok, NTT, Sumatra bagian selatan
• Patogen = Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae, Plasmodium knowlesi
• Vektor = Nyamuk Anopheles sp. (betina)
© UKDI MANTAP
Malaria

Tanpa Terapi per


Komplikasi oral
Malaria
Terapi
Berat
parenteral
© UKDI MANTAP
Malaria Tanpa Komplikasi
TANDA DAN GEJALA
• Trias malaria = menggigil (1-2 jam) → demam tinggi → berkeringat
→ suhu tubuh turun
• Lemas, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, diare, sakit
kepala
MALARIA BERAT Buku Saku Penatalaksanaan Kasus
Malaria (Kemenkes RI 2017)

Menurut WHO 2015


Ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan minimal SALAH SATU tanda klinis atau lab berikut:

• Perubahan kesadaran (GCS<11) → MALARIA • HIPOGLIKEMIA (gula darah <40 mg%)


SEREBRAL • ASIDOSIS METABOLIK (bikarbonat <15 mmol/L)
• KELEMAHAN OTOT (tak bisa duduk/berjalan) • ANEMIA BERAT (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi,
• KEJANG BERULANG (lebih dari 2 episode dalam <7 gr% untuk endemis sedang-rendah)
24 jam) • HIPERPARASITEMIA (parasite >2% eritrosit atau
• DISTRES PERNAFASAN 100.000 parasit/mm3 di daerah endemis rendah
• GAGAL SIRKULASI ATAU SYOK: CRT >3 detik, atau >5% eritrosit atau 100.000 parasite/mm3 di
tekanan sistolk <80 mmHg (pada anak <70 mmHg) daerah endemis tinggi)
• Jaundice (bilirubin >3 mg/dL dan kepadatan • HIPERLAKTEMIA (asam laktat >5 mmol/L)
parasite >100.000) • HEMOGLOBINURIA
• HEMOGLOBINURIA (Black water fever) • GANGGUAN FUNGSI GINJAL (kreatinin serum >3
• PERDARAHAN SPONTAN abnormal mg%)
• EDEMA PARU (radiologi, saturasi O2 <92%)

Manifestasi Gambaran
Klinis Laboratorium
© UKDI MANTAP
Patogenesis (Malaria Falsiparum)
Cytoadherence
• Perlekatan eritrosit matur (yang
terinfeksi Plasmodium) pada endotel

Rosetting
• Eritrosit matur (yang terinfeksi
Plasmodium) dikelilingi 10 eritrosit
normal → obstruksi aliran darah →
sitoaderensi 

Sequestration
• Pada jaringan otak, hepar, ginjal
© UKDI MANTAP
Malaria Falsiparum (tropikana)
• Demam intermiten atau kontinyu (pola tidak jelas)
• Sering menjadi malaria berat, dapat menyebabkan
kematian

Malaria Vivaks & Ovale (tertiana)


• Demam berulang, interval bebas demam 2 hari
• Malaria vivaks dapat berkembang menjadi malaria berat
• Malaria ovale umumnya bermanifestasi klinis ringan

Malaria Malariae (kuartana)


• Demam berulang, interval bebas demam 3 hari
Diagnosis Malaria
• GOLD STANDARD
• APUSAN DARAH TEBAL DAN
TIPIS
• 1x hasil negatif belum dapat
menyingkirkan malaria (butuh 3x hasil
negatif)
• Hitung Parasit → dihitung per mikroliter
darah pada apusan darah tebal (leukosit) /
apusan darah tepis (eritrosit)
• Contoh = leukosit 8000/mikroliter & 1500
parasit per 200 leukosit, maka hitung
parasit : 60.000 parasit/mikroliter

• UJI DIAGNOSTIK CEPAT (Rapid


Diagnostic Test / RDT)
Identifikasi Plasmodium
Morfologi P.Falciparum P.vivax P.ovale P.malariae
Masa inkubasi 9 - 14 (12) 12 – 17 (15) 16 – 18 (17) 18 – 40 (28)
(hari)

Daur siklus - 48 jam 50 jam 72 jam

Jenis malaria Malaria tropikana Malaria tertiana Malaria tertiana Malaria kuartana

Eritrosit Sama dengan Lebih besar, pucat Lebih besar, ovale Sama dengan
normal normal

Tanda khas Maurer spots Schufner dots Schufner dots Ziemann’s dots

Bentuk stadium Ringform, acide, Ameboid, ring Pita, rectangular


tropozoit accole ring

Bentuk stadium Bunga


skizont

Bentuk stadium Bulan sabit, Sferis Sferis Sferis


gametosit pisang, sosis

Pigmen Tengguli Besar, kasar, gelap


Morfologi P. falciparum
Masa inkubasi
(hari) 9 – 14

Jenis malaria Malaria Tropikana

Eritrosit Sama dengan


normal
Gametocyte
Tanda khas Maurer spot

Bentuk stadium Cincin (Ringform),


tropozoit accide, accole ring
Bentuk stadium
skizont
Bentuk stadium Bulan sabit, pisang,
gametosit sosis Schizont

www.cdc.gov/dpdx/malaria/
Morfologi P. vivax
Masa inkubasi
(hari) 12-17

Jenis malaria Malaria Tertiana

Eritrosit Lebih besar, pucat

Tanda khas Schuffner dots Tropozoit Ring

Bentuk stadium Amoeboid, ring


tropozoit
Bentuk stadium
skizont
Bentuk stadium Sferis
gametosit
Schizont Gametocyte

www.cdc.gov/dpdx/malaria/
Morfologi P. ovale
Masa inkubasi
(hari) 12-17

Jenis malaria Malaria Tertiana

Eritrosit Lebih besar,


OVALE, fimbriated
Tanda khas Schuffner dots Ring Tropozoit

Bentuk stadium
tropozoit
Bentuk stadium
skizont
Bentuk stadium Sferis
gametosit
Schizont Gametocyte

www.cdc.gov/dpdx/malaria/
Morfologi P. malariae

Masa inkubasi (hari)


18-40

Jenis malaria Malaria Kuartana

Eritrosit Sama dengan normal

Tanda khas Ziemann’s dots


Ring Schizont
Bentuk stadium Band (Pita),
tropozoit rectangular, Basket
form
Bentuk stadium Rosette (Bunga)
skizont
Bentuk stadium Sferis
gametosit
Pigmen Besar, kasar, gelap Tropozoit “band” Tropozoit “Basket”

www.cdc.gov/dpdx/malaria/
Terapi Malaria Tanpa Komplikasi
Lini Pertama (1st line) Lini Kedua (2nd line) Dosis

Malaria Falsiparum ACT (3 hari) + Primakuin Kina (Quinine) + Primakuin + • ACT (3 hari)
DHP = BB >60kg: 1x4 tab;
(dosis tunggal) (Doksisiklin/ Tetrasiklin)
BB<60 kg : 1x3 tab

• Primakuin
Malaria Malariae ACT (3 hari) Kina (Quinine) + Primakuin + - Vivax/ovale (0,25 mg/kg/hari,
(Doksisiklin/ Tetrasiklin) selama 14 hari). Bila relaps →
(0,5 mg/kg/hari, 14 hari)
- Falciparum (0,25 mg/kg, dosis
Malaria Vivax / Ovale ACT (3 hari) + Primakuin Kina + Primakuin tunggal) = BB≥60 kg 1x3 tab,
BB<60 kg 1x2 tab
(14 hari)
- RELAPS ACT (3 hari) + Primakuin (14 • Kina/Quinine
hari, dosis ditingkatkan) - 10 mg/kg/kali, 3 kali/hari,
selama 7 hari
Hamil trimester 1-3 ACT (3 hari) • Klindamisin
- 10 mg/kg/kali, 2 kali/hari,
ACT : FDC ARTEMISININ-BASED COMBINATION THERAPY. selama 7 hari
Contoh: dihidroartemisinin + piperakuin (DHP) atau artesunat + amodiakuin, →Program Nasional
arthemeter + lumefantrine, artesunat + meflokuin
Sumber : Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria (Kemenkes RI, 2017)
Pedoman Tata Laksana Malaria 2013
Pemantauan Pengobatan Malaria
Rawat Jalan
• Evaluasi pada hari ke 3, 7, 14, 21, dan 28.
• Dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah mikroskopis.
• Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi,
penderita segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.

Rawat Inap
• Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari.
• Dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan hasil
mikroskopis negatif.
• Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan
klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.
Sumber : Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria (Kemenkes RI, 2017)
Kemoprofilaksis Malaria : Tergantung AREA
Sensitif- • Klorokuin 2 tab/minggu, dari 1 minggu sebelum sampai 4
minggu setelah kembali
klorokuin
Resisten • Doksisiklin 100 mg (1 tab)/hari atau*
• Mefloquine 250 mg (1 tab)/minggu atau**
klorokuin • Atovaquone (250 mg)-proguanil (100 mg) 1 tab/hari***

“Indonesia = resisten klorokuin” (CDC)


*Doksisiklin diminum 1-2 hari sebelum pergi sampai 4 minggu setelah pulang/keluar dari daerah endemis(CDC).
Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak <8 tahun. Doksisiklin diberikan selama tidak lebih dari 4-6 minggu (PMK No.5
Tahun 2013)
**Mefloquine diminum >2 minggu sebelum pergi sampai 4 minggu setelah pulang/keluar dari daerah endemis (CDC).
Profilaksis malaria lini pertama untuk ibu hamil pada daerah resisten klorokuin
***Atovaquone-proguanil diminum 1-2 hari sebelum pergi sampai 7 hari setelah pulang/keluar dari daerah endemis
(CDC). Profilaksis malaria untuk ibu hamil yang tidak bisa diberikan meflokuin
Leptospirosis

Leptospira sp.
© UKDI MANTAP
SEVERE FORM !!
Pemeriksaan Penunjang - Leptospirosis
Laboratorium rutin
• Leukosit normal atau ↑, ↑ enzim transaminase liver, ↑ ureum creatinin, ↑ bilirubin, trombositopenia ,
proteinuria, pyuria, mikrohematuria

Kultur
• Konfirmasi diagnosis, namun lama, mahal, dan tidak semua laboratorium bisa melakukan
• Sampel = Darah & CSF (positif dalam 10 hari pertama gejala), urin (positif setelah hari ke-7 gejala)
• Visualisasi bakteri = dark field microscopy, fluorescent microscopy

Serologi → lebih sering digunakan untuk konfirmasi diagnosis dalam praktek

• MAT (Microscopic Agglutination Test) → Gold standard di antara semua tes serologi
• Deteksi antileptospira antibodies. Terdeteksi setelah 1 minggu
• (+) bila titer >1:200 (single) atau >1:100 (serial). Lebih spesifik bila titer meningkat ≥4 kali antara spesimen
fase akut dan konvalesen
• IgM ELISA
• Terdeteksi dalam 3-5 hari sakit
Terapi - Leptospirosis
Leptospirosis • Doksisiklin 2 x 100 mg (selama 7 hari) or
• Ampisilin 4 x 500 – 750 mg (selama 7 hari) or
ringan • Amoxicillin 4 x 500 mg (selama 7 hari)

• Penisilin G 1,5 juta U/6 jam (IV) (selama 7 hari) or


Leptospirosis •

Ampisilin 1 g/6 jam (IV) (selama 7 hari) or
Amoxicillin 1 g/6 jam (IV) (selama 7 hari) or
berat • Ceftriaxone 1 g/hari (IV) (selama 7 hari) or
• Cefotaxim 1 g/6 jam (IV) (selama 7 hari)

• Doksisiklin 200 mg/minggu (dimulai 1-2 hari sebelum dan


Kemoprofilaksis selama periode paparan pada orang yang berisiko tinggi)
(CDC)
© UKDI MANTAP
© UKDI MANTAP
Food Patofisiologi - Tifoid
Fingers

Penularan
Fomitus
→ 5F

Fly

Feces

Salmonella typhi, basil gram negatif berflagella


© UKDI MANTAP
Tanda dan Gejala - Demam Tifoid

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3


Demam “step- Demam terus Komplikasi:
ladder” menerus
Nyeri kepala Perdarahan usus
Bradikardia relatif
Batuk kering
Lidah kotor, tepi Perforasi usus
Nyeri perut
hiperemis, tremor Meningitis tifosa
Rose spot
Konstipasi >> atau Nyeri perut
Hepatitis tifosa
Diare (“pea soup”)
Splenomegali Hepatomegali (50%) Cholecystitis, etc
Pemeriksaan Penunjang - Demam Tifoid
Baku Emas : Isolasi organisme (Kultur) → Media Empedu
• Minggu 1 : sampel darah dan sumsum tulang
• Minggu 2 : sampel feses
• Minggu 3 : sampel urin

Tes Widal
• Dilakukan di akhir minggu 1
• Reaksi antara antibodi aglutinin serum penderita terhadap antigen O (somatik) dan H (flagella)
• Kenaikan titer O 1:320 atau kenaikan 4 kali mendukung diagnosis demam tifoid
• Sensitivitas 64-74%, spesifisitas 76-83%

TUBEX-TF
• Deteksi IgM terhadap antigen O9 (spesifik Salmonella serogroup D)
• Sens 100%/spec 100% -- 78%/94% --91,2%/82,3%
• Nilai >4 → positif demam tifoid, >6 → indikasi kuat demam tifoid
Antibiotik Pada Demam Tifoid
Fluoroquinolone
• Antibiotik LINI PERTAMA
• Efektif terhadap S.typhi strain MDR
• Ciprofloxacin 2x500 mg (7-14 hari), Ofloxacin 2x400 mg (7-14 hari), norfloxacin 2x400 mg (14
hari)
Cephalosporin generasi 3
• Terapi LINI KEDUA, pada kondisi seperti MDR S.typhi, quinolone-resistant, nalidixic acid-
resistant.
• Ceftriaxone 3-4 gr/hari (3-5 hari), Cefixime 20 mg/kg/hari (7-14 hari)
Kloramfenikol
• Jarang diberikan sebagai antibiotik lini pertama karena banyaknya resistensi
• Dosis 50-100 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari
• Efek samping → penekanan sumsung tulang
• Obat pilihan pada demam tifoid pada pasien pediatrik
Antibiotik Pada Demam Tifoid
Azitromisin
• Efektif untuk strain yang MDR dan NAR
• Dosis 2x500 mg, PO, 5 hari
Ampicilin
• Sudah tidak digunakan sebagai lini pertama karena banyaknya resistensi
• Dosis 25 mg/kg/6 jam, selama 10-14 hari
Trimetoprim-sulfametoxazole (cotrimoxazole)
• Bukan lini pertama
• Dosis 2x960 mg (10-14 hari)
Demam Tifoid pada IBU HAMIL
• Pilihan antibiotik = AMPICILLIN, AMOXICILLIN, ATAU CEFTRIAXONE
Manajemen Lain Demam Tifoid
Bed rest

Simptomatik
• Antipiretik, Antiemetik

Diet
• TKTP = Tinggi Kalori Tinggi Protein
• Banyak mengandung cairan dan elektrolit
• Mudah dicerna di usus. Lunak dan rendah serat
• Pemberian diet yang tinggi serat dan susah dicerna selama sakit akan
meningkatkan risiko perdarahan dan perforasi gastrointestinal
© UKDI MANTAP
Fase dan Tahapan Infeksi HIV
TRANSMISI VIRUS
• Rute : paparan darah yang terinfeksi, transmisi seksual, transmisi perinatal

INFEKSI HIV AKUT (AWAL / PRIMER)


• Asimptomatik atau acute retroviral syndrome (demam, nyeri telan, limfadenopati, diare, nyeri kepala, nyeri
sendi-otot → flu-like syndrome)
• Serokonversi / “window period” → Terdeteksinya antibody anti-HIV setelah infeksi (6 bulan pertama paska
infeksi)
INFEKSI HIV KRONIS
• Viral load ↑↑ dan CD4 count↓↓ secara progresif
• Asimptomatik
• Simptomatik → non-AIDS-defining conditions

AIDS
• Pasien HIV dengan CD4 <200 ATAU adanya AIDS-defining conditions tanpa memperhitungkan jumlah CD4

Uptodate.com
Non-AIDS Defining Conditions

Uptodate.com
AIDS-Defining
Conditions
adalah penyakit oportunistik yang
terjadi lebih frekuen dan berat
akibat kondisi imunosupresi

Meliputi infeksi oportunistik dan


beberapa keganasan

Uptodate.com
Candidiasis oral

CNS Toxoplasmosis
© UKDI MANTAP
Infeksi Oportunistik ~ CD4 Level
Stadium Klinik HIV/AIDS

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Stadium Klinik HIV/AIDS

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Stadium Klinik HIV/AIDS

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Konseling dan Tes HIV
• Konseling
• 2 macam pendekatan untuk tes HIV →
• Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary Counseling & Testing
/ VCT)
• Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (Provider-
Initiated Testing and Counseling / PITC)
PITC → kebijakan pemerintah di layanan kesehatan
Tes HIV dianjurkan pada ibu hamil, pasien TB, pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala klinis HIV, pasien dari kelompok
berisiko

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
© UKDI MANTAP
Pemeriksaan Penunjang HIV
Deteksi Antibodi HIV
• Contoh: Rapid Test, ELISA, Western Blot
• Pilihan utama (rekomendasi WHO) untuk screening = Rapid Test
Viral Load
• Deteksi viral replication rate, contoh: PCR
• Bisa dipakai untuk screening bayi baru lahir
CD4
• Untuk menentukan dimulainya terapi ARV (CD4<350)

Kultur Virus
• Mahal, lama
• Sulit terdeteksi apabila viral load rendah
Tes Antibodi HIV
• Tes Antibodi HIV
• 3 strategi (3 pemeriksaan)
• Didahului dengan konseling pra-tes dan informasi
• Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen
tes cepat (rapid test) atau ELISA
• ELISA memiliki hasil false positive dan false
negative yang lebih rendah dibandingkan rapid
test
• Pemeriksaan pertama (A1) harus menggunakan
tes dengan sensitivitas tinggi (> 99 %).
• Pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3)
menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99
%)

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Interpretasi & Tindak Lanjut Tes HIV

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Terapi ARV - Indikasi
Semua pasien dengan stadium 3 dan 4, berapapun jumlah CD4

Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/mm3, apapun stadium klinisnya

Semua pasien dibawah ini apapun stadium klinisnya dan berapapun jumlah CD4:
• Semua pasien ko-infeksi TB
• Semua pasien ko-infeksi Hepatitis B Virus (HBV)
• Semua ibu hamil
• ODHA yang memiliki pasangan dengan status HIV negatif (sero discordant)
• Populasi kunci (penasun, waria, LSL, WPS)
• Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat

Semua anak <5 tahun tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4

• Pengobatan TB harus dimulai lebih dahulu, kemudian obat ARV diberikan dalam 2-8 minggu sejak mulai obat TB, tanpa menghentikan
terapi TB.
• Pada ODHA+TB dengan CD4 kurang dari 50 sel/mm3, ARV harus dimulai dalam 2 minggu setelah mulai pengobatan TB.
• Untuk ODHA+TB dengan meningitis kriptokokus, ARV dimulai setelah 5 minggu pengobatan kriptokokus.

Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
Anjuran ARV Lini Pertama Dewasa
(termasuk anak >5 tahun, ibu hamil dan menyusui, ODHA ko-infeksi hepatitis B, dan
ODHA dengan TB)

ARV Lini Pertama untuk Dewasa


Paduan pilihan TDFa + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDTc
Paduan alternatif AZTb + 3TC + EFV (atau NVP)
TDFa + 3TC (atau FTC) + NVP
a Jangan memulai TDF jika creatine clearance test (CCT) hitung <50 mL/menit, atau pada kasus diabetes lama,
hipertensi tak terkontrol, dan gagal ginjal
b Jangan memulai dengan AZT jika Hb <10 g/dL sebelum terapi
C Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV (300 mg/150 mg/600 mg)

NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) NNRTI (Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
AZT = Zidovudine (100 mg) EFV = Efavirenz (200 mg dan 600 mg)
3TC = Lamivudine (150 mg) NVP = Nevirapine (200 mg)
TDF = Tenofovir (300 mg)
FTC = Emtricitabine
Program Pengendalian HIV, AIDS, dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Kemenkes RI, 2016)
© UKDI MANTAP
PARASITOLOGI

PROTOZOA
HELMINTH
Disentri (Bloody Diarrhea)
Diare dengan darah (+)
Disentri Basiler “LYING DOWN” Disentri amoeba “WALKING”

• Kausa: Shigella dysenteriae (bakteri gram negatif) • Kausa : Entamoeba hystolitica (parasit)
• Transmisi = makanan /air yang terkontaminasi, fecal- • Transmisi = makanan / air yang terkontaminasi,
oral fecal-oral
• Inkubasi cepat (1-7 hari)
• Onset subakut (1-3 minggu)
• Gejala konstitusional (+) → demam tinggi, anoreksia,
malaise • Gejala konstitusional (-) → demam (8-38%)
• Gejala : • Gejala
• Diare awalnya watery → darah (+) lendir (+) • Diare lendir (+) darah (+)
• Frekuensi 8-10 kali/hari, namun bisa 100 kali/hari • Frekuensi lebih sedikit dibanding disentri
• Nyeri perut (+) basiler (<10 kali/hari)
• Muntah (+) • Nyeri perut (+) hebat (kolik)
• Demam tinggi (39,5-40 0C) • Diagnosis = Mikroskopik feses, deteksi antigen,
• Tenesmus (+) Serologi amoeba
• Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku
• Antiparasit = Metronidazole 3x500-750 mg, 5-10
kuduk, halusinasi) hari)
• Diagnosis = kultur feses
• Antibiotik = Ciprofloxacin 2x500 mg (5 hari),
Cotrimoxazole ( 2x960 mg, 5-7 hari)
Entamoeba histolytica (Amebiasis)
→ Infective stage

Cyst dari Entamoeba histolytica, ukuran 5-20 ㎛


. Badan kromatoid tampak seperti massa tebal
berbentuk batang / cerutu. Jumlah nuclei 1-4.
Hematophagous trophozoite (trophozoite + ingested RBC)

Parasit intestinal→ Eosinophilia → Kristal Charcot Leyden (tampak pada


pemeriksaan mikroskopik feses)
Abses Hepar Amebik

Manifestasi ekstraintestinal
tersering dari Amebiasis

• Onset 8-20 minggu, terdapat riwayat disentri amoeba (+) pada beberapa kasus
• Demam, nyeri kuadran kanan atas (kadang meluas ke epigastrium, dada kanan, bahu kanan), batuk, keringat dingin, malaise,
penurunan BB, anoreksia, cegukan
• Px fisik = Hepatomegali, nyeri tekan hepar, fluktuasi (+), jaundice (<10 %)
• Lab = Leukositosis, ↑↑ enzim liver dan ALP, seramobea (+); Imaging = USG, CT-SCAN
• Terapi = Metronidazole 3x500-750 mg (7-10 hari)
© UKDI MANTAP
Infeksi Cacing

Trematoda

HELMINTH

Nematoda Cestoda
Trematoda

• Telur punya SPINA TERMINALIS / LATERAL “KNOB” → Schistosoma


• Telur BESAR BEROPERCULUM → Fasciola hepatica / fasciolopsis buski
Schistosomiasis / Bilharziasis
Blood flukes

“Triple S”:
• Schistosoma
• Spina terminalis (knob)
• Serkaria

Schistosoma haematobium egg


Schistosoma mansoni egg Schistosoma japonicum egg
Prevalensi di Afrika utara, sub-Saharan Africa,
Prevalensi di sub-Saharan Africa, Hanya di Asia, terutama China, Filipina,
Timur Tengah, India
Timur Tengah, Amerika Selata, Karibia Thailand, Indonesia
Schistosomiasis / Bilharziasis

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)


Fasciolopsiasis
Fasciolopsis buski (intestinal flukes)

“Oper-Bus jalur 12”:


• Operculum
• Fasciolopsis Buski
• Defisiensi vitamin B12
• Duodenum
• Metaserkaria

Fasciolopsis buski egg


NEMATODA

- Ancylostoma
- Pruritus ani (malam) - Telur bulat-oval duodenale & Necator
3T
dinding berlapis americanus
- Bentuk telur huruf - Trichuris
“D” (ingat dubur) atau - Keluar cacing - Segmented ovum
plano-konveks - Tempayan (bentuk) berdinding tipis
- Obstruktif (ileus) (embrional)
-Graham Scotch Tape - Turun (prolapse
- Sindrom Loeffler - Anemia
Test recti)
(sesak nafas)
- Harada Mori Test
Enterobius Trichuris Ascaris
vermicularis Hookworm
trichiura lumbricoides
Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis –
Siklus Hidup
Ascaris lumbricoides – Siklus Hidup
Hookworm – Siklus Hidup
Cutaneous Larva Migrans
(CLM) / Creeping eruption
• Infeksi dan migrasi intradermal dari
larva hookworm
• Etiologi → Larva filariform dari
Ancylostoma braziliense atau
Ancylostoma caninum (keduanya
bukan parasit alami pada manusia)
• Faktor risiko → kontak dengan pasir
yang terkontaminasi
• Klinis → papul eritema dan berkelok-
kelok (serpiginosa) yang GATAL
• Terapi
• Albendazole 1x400 mg (3 hari) atau
• Ivermectin (200 mcg/kg/hari, qD, 1-2
hari)
© UKDI MANTAP
Cestoda : Proglottid & Scolex
Hymenolepis nana

• Telur bulat, 6 kait &


filamen polar
• Telur = infektif &
diagnostik
Taenia Saginata & Taenia Solium
Taenia solium VS Taenia saginata
Taenia solium VS Taenia saginata

Segmen gravid

Proglottid
Proglottid
Segmen gravid →
→ 15-30 cabang
5-10 cabang
uterus
uterus

Scolex
Scolex

Rostellum (+) Rostellum (-)


Neurosistiserkosis – Taenia solium

Nonenhanced (left) and enhanced (right) CT


scans on neurocysticercosis
Trematoda
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal)
Nematoda
Enterobius vermicularis Pyrantel pamoate Mebendazole Albendazole
(10 mg/kg, maks 1 g, dosis (500 mg, dosis tunggal) (400 mg, dosis tunggal)
tunggal)
Trichuris trichiura Mebendazole Albendazole
(2x100 mg, 3 hari atau 600 (400 mg dosis tunggal)
mg dosis tunggal)
Ascaris lumbricoides Albendazole Mebendazole Pyrantel pamoate (hamil)
(400 mg, dosis tunggal) (2x100 mg, 3 hari) (10 mg/kg, maks 1 g,
dosis tunggal)

Ancylostoma duodenale Albendazole Mebendazole Pyrantel pamoate


(400 mg, dosis tunggal) (2x100 mg, 3 hari) (10 mg/kg, maks 1 g,
dosis tunggal)

Cestoda
• Albendazole (2x400 mg, 8-30 hari): obat pilihan untuk infeksi cestode yang berpotensi fatal
(neurosistiserkosis – Taenia solium)
• Praziquantel (10 mg/kg, dosis tunggal) : obat pilihan untuk Hymenolepiasis & Taeniasis
© UKDI MANTAP
Filariasis
• Etiologi : Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori
• Vektor: Nyamuk culex, anopheles, etc
• Manifestasi Klinis :
• Akut = adenolimfangitis akut (demam + limfadenopati
yang nyeri), demam filarial (tanpa limfangitis /
limfadenopati)
• Kronik = limfedema (akibat kerusakan dan obstruksi
pembuluh limfatik oleh cacing dewasa) → elephantiasis
© UKDI MANTAP
Bancroftian filariasis → sering menyebabkan gangguan limfatik di genital

Edema skrotum (hydrocele) Chyluria Elephantiasis


Nama spesies Vektor (nyamuk) Karakteristik
Wuchereria bancrofti Culex (kota) - Terbungkus selaput hialin
Anopheles/Aedes (desa) - Nukleus tubuh tersebar merata dan teratur
- Cephalic space (panjang:lebar = 1:1)
- Nukleus tidak mencapai ujung posterior, nukleus
terminal (-)

Brugia malayi Mansonia - Nukleus tubuh padat, tidak tersebar merata,


Anopheles seolah-olah bertumpuk
- Cephalic space (panjang:lebar = 2:1)
- Nukleus terminal (+) = 2 terpisah

Brugia timori Anopheles - Nukleus tubuh padat, tidak tersebar merata,


seolah-olah bertumpuk
- Cephalic space (panjang:lebar = 3:1)
- Nukleus terminal (+) = 2 terpisah

Panah merah → nukleus terminal; Panah kuning → selubung hyalin


© UKDI MANTAP
Filariasis
Diagnosis
• Ditemukannya mikrofilaria dalam darah pada malam hari (22.00-02.00) →
Giemsa stain (MDT)

Terapi
• Dietilcarbamazin (DEC) 3 x 6 mg/kgBB/kali (12 hari) → makrofilarisida & mikrofilarisida.
• Mengeradikasi mikrofilaria dan cacing dewasa, tetapi tidak dapat menyembuhkan
perubahan anatomi pada elephantiasis
• Pembedahan → aspirasi hidrokele, limfangioplasti, prosedur jembatan limfe, eksisi radikal
dan graft kulit, bedah mikrolimfatik

Profilaksis
• DEC 6 mg/kgBB SINGLE DOSE dan Albendazole 400 mg SINGLE DOSE per tahun
• ATAU
• Ivermectin 150-200 mcg/kg SINGLE DOSE dan Albendazole 400 mg SINGLE DOSE per
tahun
© UKDI MANTAP
TETANUS • Port d entree
• Luka tusuk dalam, luka
• Clostridium tetani bakar, kotor
(basil Gram (+) • Otitis media, karies gigi,
anaerob berspora) luka kronik.
• Pemotongan tali pusat
• Toksin : tidak steril
tetanolisin,
tetanospasmin • Risus sardonicus

• Lock jaw (trismus)

• Opistotonus
• Spasme larynx & otot
nafas
Tetanus – Manifestasi Klinis
Tetanus generalisata Tetanus lokal
• Paling sering • Paling ringan
• Hipertonus otot, spasme, trismus, • Rasa kaku, kencang, nyeri otot di sekitar
• Kaku di leher, bahu, ekstremitas (ekstensi) luka
• Abdomen papan • Bisa berkembang menjadi tetanus
• Risus sardonicus generalisata
• Opistotonus
• Spasme otot-otot pernapasan Tetanus sefalik
• Biasa terjadi setelah ada luka pada kepala atau
wajah
• Kelemahan dan paralisis otot-otot wajah
• Spasme otot-otot wajah, spasme lidah, spasme
tenggorokan → disarthria, disfonia, disfagia
• Bisa berkembang menjadi tetanus generalisata
• Prognosis paling buruk
© UKDI MANTAP
Tetanus - Klasifikasi Ablett
Derajat I (tetanus ringan)
• Trismus ringan sampai sedang
• Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan
• Tidak dijumpai disfagia atau ringan
• Tidak dijumpai kejang
• Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (tetanus sedang)


• Trismus sedang
• Kekakuan jelas
• Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
• Takipneu
• Disfagia ringan
© UKDI MANTAP
Tetanus - Klasifikasi Ablett
Derajat III (tetanus berat)
• Trismus berat
• Otot spastis, kejang spontan
• Takipne, takikardia
• Serangan apne (apneic spell)
• Disfagia berat
• Aktivitas sistem autonom meningkat
Derajat IV (stadium terminal), derajat III ditambah:
• Gangguan autonom berat (autonomic storm)
• Hipertensi berat dan takikardi, atau
• Hipotensi dan bradikardi
• Hipertensi berat atau hipotensi berat
Tetanus – Manajemen & Terapi
Tatalaksana umum
• Perawatan di ruang isolasi (gelap dan tenang)
• Hindari stimulus taktil atau suara pada pasien
• Pembersihan dan debridemen luka kotor
• Diet TKTP, bila perlu lewat NGT
• Support airway, breathing

Imunoterapi
• Human tetanus immunoglobulin (TIG) 3000 – 6000 U (IM) single dose dengan beberapa dosis diinfiltrasikan di
sekitar luka atau
• Anti Tetanus Serum (ATS) 50.000 U (IM) diikuti dengan 50.000 U (infus IV lambat) → skin test terlebih dahulu

Antibiotik
• Metronidazole 500 mg / 6-8 jam (IV) selama 7-10 hari atau
• Penicillin G 2-4 juta Unit / 4-6 jam (IV) selama 7-10 hari atau
• Tetrasiklin 30-50 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 10 hari atau eritromisin 50 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama
10 hari
Uptodate.com
Current Recommendations for Treatment of Tetanus During Humanitarian Emergencies (WHO, 2010)
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (IDI, 2015)
Tetanus – Manajemen & Terapi
Kontrol spasm otot dan kejang
• Benzodiazepine : diazepam 5 mg (IV) atau lorazepam 2 mg (IV), dinaikkan bertahap
hingga mencapai kontrol spasm tanpa menyebabkan distres respirasi
• Bila pasien kejang, berikan diazepam 0,5 mg/kg/kali (IV bolus lambat) dengan dosis
optimum 10 mg/kali tiap kejang. Kemudian diiikuti diazepam per oral 0,5 mg/kg/kali
tiap 4 jam (dosis maks 240 mg/hari)

Imunisasi Tetanus
• Tetanus tidak menginduksi imunitas alami
• Pada pasien yang belum pernah diimunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian TT yang
pertama dilakukan bersamaan dengan antitoksin namun dengan spuit yang berbeda
dan sisi penyuntikan yang berbeda. Dosis 0,5 mL TT (IM)
• Dosis kedua TT = 1-2 bulan setelah dosis pertama. Dosis ketiga 6-12 bulan setelah
dosis kedua. Booster dilakukan tiap 10 tahun
Uptodate.com
Current Recommendations for Treatment of Tetanus During Humanitarian Emergencies (WHO, 2010)
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (IDI, 2015)
Pencegahan Tetanus pada Luka
Riwayat Luka Kecil & Bersih Luka Lainnya (rentan tetanus)*
Imunisasi Tetanus toxoid- TIGα Tetanus toxoid- TIGα
sebelumnya containing containing
vaccineβ vaccineβ
Tidak Tahu/<3 YA TIDAK YA YA
Dosis

Lengkap (3 TIDAK, TIDAK TIDAK, TIDAK


Dosis) Kecuali bila Kecuali bila
dosis terakhir dosis terakhir
diberikan ≥10 diberikan ≥5
tahun yang lalu tahun yang lalu
*onset>6-8 jam; kedalaman>1 cm; terkontaminasi (kotor, feses, saliva, tanah); luka tembus; avulsi; luka akibat missile, crushing, burn,
frostbite; luka dengan denervasi dan iskemik, luka terinfeksi
αTIG: human Tetanus Immunoglobulin (dosis : >10 tahun=250 U, 5-10 tahun=125 U, <5tahun=75 U, diberikan IM). TIG 250 U dapat diganti

dengan ATS 1500 U


TD: Imunisasi aktif Tetanus Difteri (0,5 mL)
βTetanus toxoid-containing vaccine dapat berupa DT, DTwP, DTaP, Td, Tdap, atau TT. Td lebih disarankan dibandingkan TT. Bila Td tidak ada

dapat diganti DT. Preparat yang mengandung vaksin difteri (D) dan pertusis (P) tidak disarankan pada usia>7 tahun
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
• 2 atau lebih dari kriteria berikut:
• Suhu >38 0C atau <36 0C
• Frekuensi nadi>90 kali/menit
• Laju nafas >20 kali/menit atau PCO2 <32 torr
• Angka leukosit >12.000/mm3, <4.000/mm3, atau >10% immature (band) forms

Sepsis
• SIRS + kecurigaan atau bukti infeksi
• Infeksi dan bakteremia merupakan tahapan awal yang dapat berkembang
menjadi sepsis

Severe Sepsis
• Sepsis + hipoperfusi jaringan / disfungsi organ
Septic shock
• Severe sepsis + hipotensi refrakter
• Hipotensi refrakter = hipotensi persisten atau menetap walaupun sudah diberikan
resusitasi cairan yang adekuat
qSOFA score ≥2 (ER setting)
or SEPSIS
SOFA score ≥2 (ICU setting)
RHEUMATOLOGI

BIMBEL UKMPPD MANTAP


dr. Anindya K Zahra
dr. Gandhi A. Febryanto
Batch November 2019 dr. Alexey Fernanda N.
OSTEOARTHRITIS (OA)
Penyakit sendi yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan,
hipertrofi tepi tulang, dan perubahan membrane synovial
Diagnosis Osteoarthritis (OA)
Klinis : OA Kriteria
• Nyeri sendi sewaktu bergerak Genu Usia >50 thn
• Nyeri sendi berkurang waktu (Knee) Kaku <30 min
istirahat Krepitasi + osteofit
• Tidak ada tanda inflamasi
aktif Manus > 2 sendi tangan
• Kaku pagi hari, durasi <30 (Hand) > 2 sendi DIP, bengkak pada < 3 MCP
Deformitas
menit
• Hambatan ROM Panggul LED <20 mm/jam
• Krepitasi (Hip) Osteofit + pada femur/acetabulum (Ro)
• Lokasi tersering : lutut, hip, Penyempitan celah sendi (Ro)
MCP 1, MTP 1, vertebra
Osteoarthritis Manus (Hand
Osteoarthritis)
Bedakan OA Tangan dengan RA!
Tatalaksana Osteoarthritis
Medikamentosa
• Simptomatik → analgetik (Parasetamol), NSAID (non-selective & COX-2 selective)

Non-medikamentosa
• Rehabilitas medik / fisioterapi

Modifikasi gaya hidup & Perlindungan sendi


• Menurunkan berat badan
• Koreksi postur tubuh, penyangga lordosis, menghindari aktivitas berlebih pada sendi yang sakit
Psikososial

Operasi sendi (joint replacement)


• Bila nyeri menetap dan terjadi kelemahan fungsi

Kapan merujuk?
• Bila ada komplikasi (termasuk komplikasi NSAID)
• Bila ada komorbiditas
• Nyeri tidak dapat diatasi
• Curiga efusi sendi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Penyakit inflamasi autoimun sistemik yang ditandai dengan temuan autoantibodi pada jaringan (hipersensitivitas
tipe II) dan kompleks imun / antigen-antibody complexes (hipersensitivitas tipe III) sehingga mengakibatkan
manifestasi klinis di berbagai sistem organ
Diagnosis SLE
terpenuhi bila ada 4 dari 11 kriteria
ACR

1. Mukokutan (4)
2. Sendi
3. Serosa
4. Renal
5. Neuro
6. Hemato
7. Marker
Anti dsDNA, LE cell, Anti Sm
ANA (Anti-Nuclear Antibody) →
paling sering digunakan
Monoarthritis
Monoarthritis

Crystal-induced
Septic Arthritis
Arthritis

Gout Pseudogout
Monosodium urate (MSU) Calcium pyrophosphate crystal Monoarthritis = 1 sendi
crystal deposition disease deposition (CPPD) disease Oligoarthritis = 2-4 sendi
Poliarthritis = >4 sendi
Gout Pseudogout

Birefringent negatif Birefringent positif

Sendi-sendi yang lebih besar


Sendi-sendi kecil
Nyeri sekali Nyeri moderat
Sendi inflamasi Sendi bengkak
Hiperurisemia Kondrokalsinosis
Kristal asam urat (berbentuk jarum) Kristal Kalsium Pirofosfat (berbentuk rhomboid)
Birefringent negatif kuat (biru) Birefringent positif lemah (merah)
• Gout (pirai) akut : radang sendi (arthritis)
karena deposisi kristal monosodium urat Menurunnya
pembuangan

Meningkat-
• Kondisi hiperurisemia yaitu >7,0 mg/dL nya
Kombinasi
keduanya
produksi
(laki-laki) atau >6,0 mg/dL (perempuan)
Hiper-
urisemia
• Klinis:
• Bengkak, panas, merah (inflamasi aktif)
• Nyeri sendi mendadak
• Lokasi tersering JEMPOL KAKI (MTP 1),
siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles
• Biasanya malam hari atau ketika suhu
lingkungan dingin
• Bisa demam, menggigil, nyeri badan
• Pria usia 30 tahun > wanita usia 50 tahun
Podagra
Stadium Gout
Hiperurisemia GOUT ARTHRITIS Penyakit Ginjal
asimptomatis

• 20 tahun • Stadium AKUT • Nephrolithiasis


sebelum • Stadium • Gagal ginjal
muncul gejala INTERKRITIKAL (Nefropati
• Stadium gout)
KRONIS

Tophus
Terapi Gout Arthritis Akut
Kolkisin
• Spesifik untuk Gout
• Menghambat fagositosis, mobilitas neutrophil dan kemotaksis, juga menghambat
pembentukan prostaglandin.
• Dosis oral 0.5-0.6 mg per 2 jam sampai nyeri dan inflamasi menghilang (dosis maksimal 6-8
mg/hari).

NSAIDs
• Dosis penuh 2-5 hari, setelah serangan terkontrol turunkan dosis perlahan selama ± 2
minggu.
• Contoh: Indometasin 150-200 mg/hari, Na diklofenak 2x50mg

Kortikosteroid
• Bila tidak berespon baik terhadap NSAIDs atau kolkisin
Terapi Gout Kronik
Obat penurun asam urat

• Biasanya dimulai pada 2-4 minggu setelah serangan akut. TIDAK BOLEH DIBERIKAN SAAT
SERANGAN AKUT karena dapat memperparah serangan
• Xanthine Oxidase Inhibitor → Allopurinol dimulai dari 100 mg/hari, bila perlu dinaikkan
bertahap (max: 800 mg/hari)
• Uricosuric → Probenesid (0,5 g/hari)
• Target terapi → asam urat <6 mg/dL

Modifikasi gaya hidup

• Minum cukup (1-2 L/hari)


• Mengelola obesitas dan menjaga Berat Badan Ideal
• Kurangi konsumsi alkohol.
• Pola diet sehat (diet rendah purin)
• Makanan dengan purin tinggi → BENJOL (Bayam, Emping mlinjo, Nangka, Jeroan, Otak,
Lain-lain (kacang, seafood, dll)
Septic Arthritis
Acute bacterial arthritis (etiologi tersering = S. aureus)

Acute monoarthritis : nyeri, bengkak, kemerahan, teraba hangat pada sendi,


demam, menggigil, myalgia

Lokasi tersering : lutut (>50%), ankle, wrist, panggul

Faktor risiko

• Kelainan sendi (e.g : rheumatoid arthritis, crystal-induced arthropathy, Charcot’s


arthropathy)
• Prosedur invasif pada sendi (e.g : injeksi steroid intraarticular, injeksi hyaluronat
intraarticular)
• Penggunaan DMARD
• Trauma sendi atau sekitar sendi, infeksi di sekitar sendi
• Diabetes mellitus
• Penyalahgunaan obat-obat suntik, alkoholism
Clinical Management of Septic Arthritis (Current Rheumatology Reports, 2013)
Analisis Cairan Sendi / Sinovial

Pada septic arthritis :


• Cairan sinovial biasanya purulen, jumlah leukosit dalam cairan sinovial 50.000-150.000
sel/mm3 (didominasi PMN / neutrofil).
• Kultur dan pengecatan gram biasanya menghasilkan hasil adanya bakteri gram
• Tidak ditemukan kristal
Rheumatoid Arthritis (RA)

ACPA = anti CCP (anti-cyclic citrullinated peptide)


Terapi Rheumatoid Arthritis
Tujuan Terapi
• Meminimalisir nyeri dan pembengkakan sendi
• Mencegah deformitas (seperti deviasi ulnar) dan kerusakan radiografis (seperti erosi
sendi)
• Menjaga kualitas hidup yang baik
• Mengontrol manifestasi ekstra-artikular
Therapy
• Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) adalah terapi andalan pada RA. Mereka memiliki
kemampuan untuk mengurangi atau mencegah kerusakan sendi dan menjaga integritas serta
fungsi sendi.
• NSAID dan kortikosteroid (oral, intramuskular, atau intraartikular) digunakan untuk mengontrol nyeri
dan inflamasi → hanya manajemen jangka pendek. DMARDs adalah terapi terpilih
• DMARD → METHOTREXATE, leflunomide, hydroxychloroquine, sulfasalazine, cyclophospamide,
cyclosporine, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai