Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN EVALUASI (2 Juni – 3 Juli 2023)

Selama melaksanakan Training selama 1(satu) bulan ini, saya telah diajarkan beberapa alur
perpajakan yang harus dilakukan terkait jobdesk yang akan menjadi kewajiban saya kedepannya.
Dalam satu bulan ini, saya telah dipercayakan untuk menyelesaikan pajak beberapa klien serta mulai
memahami alur PPh 21 dan PPh Unifikasi ( 22,23,4(2),15) baik dipotong/disetor pihak lain maupun
potong/setor sendiri yang telah dibimbing oleh Ibu Varianti dan Bapak Yanto.
Setiap Karyawan wajib membuat file database terlebih dahulu, file database disini berguna untuk
memudahkan proses rekapan dan follow up proses pajak agar terkontrol dengan baik dan benar. File
database berisikan: Nama klien,NPWP,paswword DJP,passphares,jenis pajak,kode objek
pajak,jumlah pajak,NTPN,tanggal setor dan tanggal lapor (pembuatan database seperti ini dilakukan
setiap bulan). Bersamaan dengan laporan hasil evaluasi ini saya sampaikan langkah-langkah dalam
menyelesaikan PPh 21 dan PPh Unifikasi.
1. PPh 21
 Meminta Row Data pada klien
1. Identitas Karyawan( NPWP,NIK,Status Tanggungan,Alamat,Tanggal Mulai
Bekerja).
2. Daftar Gaji (Upah Pokok, Tunjangan Tetap, Tunjangan Tidak Tetap, THR/Bonus,
Potongan Absensi).
3. Daftar BPJS Ketenagakerjaan.
4. Daftar BPJS Kesehatan.
5. Semua data yang telah diperoleh dimasukkan dalam file Raw data berdasarkan masa
pajak.

 Menghitung PPh 21
1. Buka Form PPh 21 yang telah disediakan pada folder final sesuai dengan masa pajak
yang sedang diproses.
2. Isi data Karyawan (Nama,NIK,NPWP,Status,Alamat,Masa bekerja,Jabatan karyawan
dll).
3. Input data sesuai dengan daftar Gaji yang telah diperoleh (karyawan tetap).
* Masukkan Upah Pokok.
* BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
* Tunjangan tetap.
* Tunjangan tidak tetap.
* Potongan absesnsi.
* THR/Bonus jika ada guna menghitung PPh atas THR/Bonus ( perhitungan PPh 21
atas gaji dan PPh 21 atas THR/Bonus dilakukan terpisah) hitung dulu PPh 21 atas
gaji di form,selanjutnya baru hitung PPh 21 atas THR/Bonus( jangan disatukan
dalam satu sheet).
4. Untuk PPh 21 atas Karyawan tidak tetap prosedurnya sama dengan Karyawan tetap.
Isi data sesuai daftar gaji yang telah diperoleh pada sheet yang berisikan form khusus
karyawan tidak tetap.
5. Bukan penggawai bersifat berkesinambungan dan tidak berkesinambungan
menggunakan form khusus yang telah disediakan pada sheet yang tertera.
6. Lakukan prosedur Cross Check (untuk menghindari kesalahan dalam menghitung
pajak).
7. Summary Karyawan/Bukan Karyawan yang dikenakan Pajak dengan data berisikan
jumlah penghasilan yang diterima dan jumlah pajak (untuk memudahkan klien
membaca data).

1
 Menyetor PPh 21
1. Berikan hasil summary yang telah dibuat pada klien untuk konfirmasi.
2. Setelah follow up selesai dilanjutkan dengan login pada website DJP online untuk
membuat kode billing.
3. Pilih menu bayar pada website.
4. Masukkan masa pajak dan tahun pajak.
5. Jenis pajak.
6. Jenis setoran.
7. Jumlah pajak.
8. Setelah selesai, cetak dan unduh kode billing.
9. Lanjutkan proses pembayaran, pembayaran bisa dilakukan pada Internet mobile
banking, Bank, Kantor pos, dll. Pembayaran paling lamaa tanggal 10 bulan
berikutnya.
10. Simpan bukti pembayaran, lihat NTPN pada bukti pembayaran dan ketik kedalam list
database pajak beserta tanggal penyetoran/pembayaran pajaknya.
11. Kode Billing yang telah dibuat dan dicetak, simpan pada folder Kode Billing sesuai
dengan masa pajak terkait dengan nama file KB2306.PPh21.Vekorindo (contoh).
12. Bukti bayar atas penyetoran PPh disimpan pada folder dengan nama file Bukti Bayar
sesuai dengan masa pajak terkait dengan nama file BB2306.PPh21.Vekorindo
(contoh).

 Lapor PPh
Menngunakan 2 fitur
1. Buka apk e-spt pada desktop yang telah diunduh, dengan memilih database
perusahaan terkait.
2. Memasukkan NPWP beserta biodata perusahaan.
3. Setelah 2 tahap diatas akan tampil menu e-spt, pilih buat SPT dan buat SPT
berdasarkan masa pajak yang akan dilaporkan.
4. Setelah dibuat dilanjutkan dengan buka SPT pada menu yang telah disediakan.
5. Pilih menu isi SPT, dan isi SPT terkait karyawan yang dikenakan pajak dan tidak
dikenakan pajak karena penghasilan dibawah PTKP pada menu isi SPT daftar
pemotongan pajak (1721).
6. Isi data terkait Bukti potong tidak final jika terdapat pembayaran gaji selain
karyawan tetap.
7. Isi data terkait Bukti potong final jika terdapat pembayaran pesangon, JHT/THT
yang dibayarkan sekaligus.
8. Selanjutnya pada menu SPT Induk simpan data yang telah diinput.
9. Pada menu isi SPT ( Daftar SSP) memasukkan kode akun pajak, kode jenis setoran,
tanggal pembayaran, dan NTPN. ( proses ini dilakukan untuk mencetak file CSV
yang akan diupload pada website DJP).
10. Cetak SPT (lampiran I-VII), bukti potong 1721 (A1/A2) jika sudah memasuki akhir
masa pajak.
11. Cetak File CSV pada menu CSV lalu pilih masa pajak yang ingin dicetak file CSV.
12. Upload File CSV pada website DJP dengan login menggunakan NPWP dan Pasword
DJP, pilih menu lapor kemudian upload file CSV yang telah dibuat dan dicetak
beserta dengan bukti pembayaran ( nama file bukti pembayaran PPh 21 harus sama
dengan nama file CSV).
13. Klik kirim dan proses pelaporan SPT selesai.
14. Cetak tanda sudah lapor SPT.
15. Lapor SPT paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

2
 Memberikan SPM pada klien
SPM diberikan pada klien dalam bentuk soft copy setiap bulan ( kalau diminta dalam
bentuk hard copy baru diberikan dalam hard copy). SPM berisi:
1. Bukti telah menyampaikan SPT.
2. Bukti pembayaran.
3. Kode Billing.
4. SPT (lampiran I-VII).
5. Bukti potong 1721 (A1) dimasukkan juga jika sudah memasuki akhir masa pajak
( desember / masa terakhir karyawan diberikan pembayaran).
6. Semua File disartukan dalam format PDF dan dimasukan dalam folder proses final
sesuai dengan masa pajak.
Note tambahan : untuk customer baru wajib minta dokumen legalitas mereka, sbb:
 Akta pendirian & Akta perubahan
 SKT ( surat keterangan terdaftar)
 NPWP & KTP Direktur, Pemegang saham lainnya
 NIB ( nomor induk berusaha)
 Izin lokasi
 SK Menteri
 Dokumen legalitas lainnya
 NPWP perusahaan
 Pass DJP & Sertel

2. PPh Unifikasi ( 22,23,4(2),15)


Untuk kasus PPh unifikasi ada pajak yang setor/lapor sendiri serta setor/lapor oleh pihak lain.
Untuk kasus setor/lapor sendiri biasanya terjadi pada kasus pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan, sewa atas tanah/bangunan, dan lain-lain sedangkan selebihnya dipotong,setor,
dan dilaporkan oleh pengguna jasa sehingga pemberi jasa selaku penerima penghasilan tidak
akan menerima full payment karena telah dipotong pajak. Beberapa alur dalam menghitung PPh
unifikasi diantaranya:

 Meminta Raw data


1. Faktur Pajak.
2. Invoice.
3. Bukti Pembayaran.
4. Surat Penjanjian.
5. Semua data yang telah diperoleh dimasukkan dalam folder raw data.

 Menghitung
1. Buka Form Witholding lalu isi data pemberi jasa ( penerima penghasilan) dan
golongkan apakah si pemberi jasa individu atau company. ( untuk transaksi
pengalihan hak atas tanah/bangunan menggunakan form tersendiri).
2. Masukkan tanggal Invoice dan Paymant.
3. Masukkan NPWP penerima penghasilan.
4. Masukkan deskripsi transaski, hal ini dilakukan untuk menentukan kode objek
pajak/jenis pajak.
5. Setelah jenis pajak selesai ditentukan masukkan DPP nya beserta tarif sesuai dengan
jenis pajak yang dikenakan.

3
Note. Tidak setiap klien untuk proses menghitung unifikasinya seperti yang
terlampir diatas, biasanya pihak staf PT. Konsultindo artha persada cukup
memberikan form witholding kepada klien dan pihak klien sendiri yang
menginput kedalam form tersebut. Kemudian staf PT. Konsultindo akan
melakukan pengecekan kebenaran atas jenis pajak,tarif, dan jumlah pajak
berdasarkan deskripsi transaski pada form yang tertera.

 Setor PPh Unifikasi


Sama halnya dengan PPh 21 untuk proses setor pajaknya tidak ada yang berbeda dengan
setor PPh Unifikasi, paling lambat di bayar pada tanggal 10 bulan berikutnya dari masa
pajak, jika tanggal 10 jatuh pada tanggal merah/weekend pembayaran bisa dilakukan
pada hari kerja berikutnya. Namun perlu diingat PT. Konsultindo mengutamakan
pembayaran dilakukan sebelum tanggal 10.
1. Setelah follow up selesai dilanjutkan dengan login pada website DJP online untuk
mencetak kode billing.
2. Pilih menu bayar pada website.
3. Masukkan masa pajak dan tahun pajak.
4. Jenis pajak.
5. Jumlah penghasilan yang dikenakan pajak.
6. Jumlah pajak.
7. Setelah selesai cetak dan unduh kode billing.
8. Lanjutkan proses pembayaran, pembayaran bisa dilakukan pada Internet mobile
banking, Bank, Kantor pos, dll. ( untuk payment paajak telah dibuat kesepakatan
apakah klien yang membayar sendiri atau Team Konsultindo Arta Persada yang
mewakilkan proses Payment). Pembayaran paling lamaa tanggal 10 bulan
berikutnya.
9. Simpan bukti pembayaran, liat NTPN pada bukti pembayaran dan ketik kedalam list
database pajak beserta tanggal penyetoran/pembayaran pajaknya. (sesuai format file)

 Lapor PPh
Untuk proses pelaporan PPh unifikasi hanya menggunakan 1 (satu) fitur, semuanya
dilakukan pada website DJP. Berikut langkah langkah pelaporan PPh unifikasi.

1. Login menggunakan NPWP dan Pasword DJP


Terdapat 5 submenu pada menu Pajak Penghasilan yaitu PPh yang disetor sendiri;
PPh Pasal 4 ayat 2, 15, 22, 23; PPh Non Residen; Impor Data PPh; Posting.

2. PPh yang disetor sendiri:


1. Terdiri dari 2 menu yaitu “Daftar PPh yang disetor sendiri” dan “Rekam PPh yang
disetor sendiri”.
2. Isikan data penyetoran sesuai dengan parameter (Surat Setoran
Pajak/Pemindahbukuan) pada menu “Rekam PPh yang disetor sendiri”. Kemudian
hasil dari perekaman akan masuk ke menu “Daftar PPh yang disetor sendiri” yang
dapat dicari berdasarkan masa dan tahun pajak.
3. Untuk menginput data “Surat Setoran Pajak (SSP)”, masukkan NTPN di kolom
NTPN, kemudian pilih tahun pajak dan klik “cek Surat Setoran Pajak”.
4. Untuk menginput data “Pemindahbukuan”, masukkan nomor bukti
pemindahbukuan pada kolom nomor pemindahbukuan, kemudian klik “cek
pemindahbukuan”.

4
5. Setelah data Bukti Pemindahbukuan ditemukan, dilanjutkan perekaman pada
kolom “kode objek pajak” dan “Jumlah Penghasilan Bruto”, lalu klik “simpan”.

3. PPh Pasal 4 ayat 2, 15, 22, 23 :


Terdiri dari 2 menu yaitu “Daftar BP Ps 4(2), 15, 22,23” dan “Rekam BP Ps 4(2), 15,
22,23”.
1 Untuk perekaman bukti potong (bupot) pada menu “Rekam BP Ps 4(2),15, 22,23.
Isikan identitas wajib pajak yang dipotong/dipungut yang meliputi tahun pajak,
masa pajak, identitas NPWP/NIK, nomor NPWP/NIK (jika lawan transaksi adalah
wajib pajak badan, maka hanya ada opsi NPWP dan wajib diisi).
2 Jika menggunakan NPWP, setelah mengisi identitas WP, akan muncul nama sesuai
dengan yang telah didaftarkan dengan NPWP dan muncul tanda “qq” yang dapat
digunakan untuk istri yang ikut NPWP suami.
3 Jika menggunakan NIK, ketikkan data NIK dan Nama secara manual lalu klik
“cek” untuk mengetahui valid/tidak valid.
4 Selesai menginput identitas WP, dilanjutkan dengan klik “berikutnya”. Langkah
selanjutnya adalah melakukan penginputan pada Pajak Penghasilan yang
dipotong/dipungut dengan mengisi Kode Objek Pajak, Fasilitas Pajak Penghasilan,
dan Jumlah Penghasilan Bruto.
5 Fasilitas Pajak Penghasilan terdiri dari tanpa fasilitas, Surat Keterangan Bebas
(SKB), PPh Ditanggung Pemerintah (DTP), Surat Keterangan (Suket) berdasarkan
PP 23 Tahun 2018 dan Fasilitas lain. Nomor Suket PP 23 Tahun 2018 akan terisi
secara prepopulated (otomatis terisi), jika mengalami kendala pada prepopulated,
dapat dilakukan perekaman manual atas nomor suket tersebut, yang nantinya juga
akan divalidasi oleh sistem. Selain Suket PP 23 Tahun 2018 dilakukan perekaman
manual. Untuk fasilitas DTP dan fasilitas lainnya tidak ada validasi nomor
dokumen.
6 Nilai PPh akan otomatis terhitung oleh sistem setelah menginput jumlah
penghasilan bruto. Jika pada identitas lawan transaksi diinput NIK, tarif akan
tertulis sesuai tarif normal namun hitungan PPh yang dipotong/dipungut akan
otomatis 100% lebih tinggi.
7 Selesai melakukan pengiputan pada data Pajak Penghasilan yang
dipotong/dipungut, dilanjutkan dengan klik “berikutnya”. Dan langkah selanjutnya
adalah pengisian dokumen dasar pemotongan.
8 Selesai kegiatan di atas, klik “berikutnya” untuk melanjutkan ke menu identitas
pemotongan pajak dengan mengisi kolom penandatanganan sebagai,
penandatanganan bukti potong, dan pilih salah satu dari pernyataan dikolom bawah
sekaligus centang kalimat “Dengan ini saya menyatakan” Kemudian klik tombol
simpan untuk memasukkan penginputan ke Daftar BP Ps 4(2),15,22,23.
9 Pada setiap daftar bukti potong terdapat tombol aksi berupa lihat, ubah, hapus, dan
kirim email. Selain itu juga terdapat daftar menu untuk mengekspor data bukti
potong dalam bentuk excel pada Daftar BP Ps 4(2), 15, 22,23 di bagian kanan atas.

4. Posting
1. Langkah selanjutnya adalah menu posting data bukti potong/pungut dengan
memilih tahun pajak dan masa pajak, kemudian tekan tombol “cek”.
2. Berikutnya akan muncul notifikasi posting, tekan “Oke” untuk memproses dan
membuat draft SPT Masa PPh Unifikasi.

5
3. Ketika proses posting berhasil, maka muncul notifikasi sukses, tekan “Oke” untuk
menyelesaikan proses.

5. Penyiapan SPT Masa Unifikasi


1. “Penyiapan SPT masa unifikasi” terdapat pada menu “SPT Masa”, namun
sebelumnya dilakukan “Perekaman Bukti Penyetoran”.
2. Menu “Perekaman Bukti Penyetoran” digunakan untuk melakukan perekaman pilih
tahun pajak dan masa pajak, lalu tekan tombol “cek”. Kemudian akan muncul
tagihan per masa pajak di jumlah tagihan per masa pajak
3. Tagihan dikelompokkan berdasarkan MAP dan KJS dan dapat dibuat langsung
kode billing pada menu tersebut di tombol aksi “buat kode billing”. Kemudian
kode billing tersebut dapat dicetak pada tombol aksi “cetak” atau dapat dilihat
langsung pada daftar ID billing di tagihan per masa pajak.
4. Setelah dilakukan penyetoran atas billing di atas, maka dilakukan perekaman data
bukti setor pada “Rekam Bukti Penyetoran” dengan mengisi Jenis Bukti
Penyetoran, NPWP, NTPN/Bukti Pemindahbukuan, Tahun Pajak, kemudian cek
Surat Setoran Pajak. Setelah muncul data pembayaran di bawah, klik “simpan”
5. Selanjutnya penyetoran yang sudah direkam tersebut akan muncul pada “Daftar
Ringkasan Pembayaran”. Perlu diperhatikan agar tidak ada selisih kurang
penyetoran.
6. Penyiapan SPT Masa PPh Unifikasi
7. Draft SPT Masa PPh Unifikasi terdapat pada daftar SPT Masa PPh Unifikasi yang
ada di menu “Penyiapan SPT Masa PPh Unifikasi” yang terdapat tombol aksi
“lengkapi SPT”, “kirim SPT”, dan “lihat SPT” pada masing-masing draft.
8. Langkah yang dilakukan dalam menu ini adalah membuka dan
melengkapi draft SPT dengan menekan tombol aksi “lengkapi SPT” atas SPT yang
akan kita laporkan.
9. Review kembali perekaman lampiran DOSS seperti daftar objek setor sendiri dan
daftar objek pungut/potong.
10. Dokumen lain yang dipersamakan dengan bukti potong direkam pada lampiran
DOSS bagian IV secara kumulatif. Akan muncul tagihan di menu “PPh yang
disetor sendiri”, selanjutnya buat billing dan lakukan penyetoran.
11. Kemudian review kembali daftar bukti setor yang sudah kita rekam sebelumnya.
Pilih penandatangan bukti potong dan klik “simpan”. SPT yang baru kita simpan
statusnya akan berubah menjadi “Sedang Proses Posting”.
12. Setelah itu SPT saap untuk dikirim dengan menekan tombol kirim SPT.
Selanjutnya pada upload sertifikat elektronik isikan Passphrase dan unggah file
sertifikat elektronik, dan klik “kirim SPT” di bawah fail sertifikat elektronik.

 Memberikan SPM pada klien


SPM diberikan pada klien dalam bentuk soft coppy setiap bulan ( kalau diminta dalam
bentuk hard coppy baru diberikan dalam hard coppy). SPM berisi:
1. Bukti telah menyampaikan SPT.
2. Bukti pembayaran.
3. Kode Billing.
4. Bukti potong PPh unifikasi.
5. SPT Masa Unifikasi.
6. Semua File disatukan dalam format PDF dan dimasukan dalam folder proses final
sesuai dengan masa pajak.

6
7

Anda mungkin juga menyukai