Anda di halaman 1dari 37

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT TANYA

PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

RATU AYU ARIZKY

NIM 21060334

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI

CIMAHI

2022
2

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT TANYA
PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh
Ratu Ayu Arizky
21060334

Menyetujui

Penguji 1

Dr. Ryan Dwi Puspita, M.Pd


NIP/NIDN 0417098201

Penguji 2

Dr. H. Ronny Mugara, M.Pd


NIP/NIDN 0410067803
3

PROPOSAL SKRIPSI

A. Judul

Penggunaan Model Kooperatif Tipe Scramble untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Kalimat Tanya pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

B. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya seorang guru untuk menciptakan siswa yang mampu

melaksanakan proses pembelajaran di sekolah demi meningkatkan keterampilan

siswa dalam mengembangkan iklim belajarnya, harus didukung oleh keterampilan

mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran.

Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa.

Di samping itu, guru harus memahami betul bahwa pembelajaran sebagai sebuah

arah perubahan yang harus dilakukan untuk merespon kondisi siswa di kelas.

Banyak indikasi yang menunjukkan bahwa sesungguhnya keberhasilan seorang

guru dalam pembelajaran harus didukung oleh kemampuan mentransformasi ilmu

kepada siswanya. Akan tetapi tidak jarang guru menemukan kesulitan-kesulitan

mentransformasi pembelajaran kepada siswanya karena disebabkan oleh

minimnya keterampilan guru itu sendiri dalam menentukan model pembelajaran

dan mengelolah materi ajarnya.

Guru harus memahami betul bahwa menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswanya akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar

siswa. Demikian juga sebaliknya ketika guru tidak mampu menerapkan

pembelajaran dengan baik maka akibatnya adalah prestasi belajar siswa dapat
4

menurun. Guru harus merespons tantangan besar sebagai profesi yang

diperhadapkan dalam upaya pemerintah untuk menciptakan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang memadai demi generasi-generasi bangsa yang akan datang.

Maka dari itu guru harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat dalam

pembelajaran guna memberikan pengetahuan pada siswa yang mana bukanlah hal

yang mudah untuk dilakukan mengingat beragam pola tingkah laku yang dimiliki

siswa di dalam kelas, membuat guru harus mengatasi berbagai macam hal yang

terjadi di kelas (Fendrik, M, dkk, 2017:22). Model yang dirasa cocok diterapkan

yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran yang dilakukan melalui pembentukan kelompok kecil siswa

yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar (Depdiknas, 2003). Kerjasama dalam kelompok akan

membangkitkan minat belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yaitu tipe

scramble.

Model Kooperatif tipe scramble merupakan model pembelajaran yang

mengajak siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan

dari konsep secara kreatif dengan cara menyusun kata-kata, yang disusun secara

acak sehingga membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep yang dimaksud

(Komalasari, 2011). Model pembelajaran tipe Scramble terdiri atas 3 macam yaitu

scramble kata, scramble kalimat, dan scramble wacana.

Potensi siswa yang perlu dikembangkan yaitu sikap, keterampilan, dan

pengatahuan sesuai dengan tujuan penerapan kurikulum 2013. Menurut Dalman


5

(2014, hlm. 3) keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi

dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Adapun menurut

Marwoto (Dalman, 2014, hlm. 4) menjelaskan bahwa menulis adalah

mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan memiliki empat

keterampilan dalam berbahasa yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya saling berkaitan dan

merupakan satu kesatuan. Seorang anak pada pada dasarnya akan menyimak dari

pembicaraan orang lain kemudian akan belajar berbicara. Keterampilan siswa

dalam menulis harus diasah mulai sejak dini agar siswa dapat mengungkapkan

atau menulis pengetahuan yang diperolehnya.

Kemampuan menulis tidak hanya berkaitan dengan kemahiran siswa dalam

menyusun dan menuliskan simbol-simbol secara tertulis, akan tetapi juga

mengungkapkan pikiran, pendapat, sikap, dan perasaan secara jelas. Pada siswa

kelas bawah sekolah dasar, sebelum mempelajari keterampilan menulis, siswa

akan diajarkan keterampilan membaca terlebih dahulu pada tingkat kelas I dan II

hingga siswa belajar untuk menulis kalimat sederhana.

Menurut Alwi, dkk (2017: 478) jenis kalimat di antaranya (1) kalimat berita,

(2) kalimat perintah, (3) kalimat tanya, dan (4) kalimat ekslamatif (seruan). Setiap

penulisan kalimat harus sesuai dengan kaidah dalam penulisan bahasa Indonesia.

Menulis kalimat tanya merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa.

Kalimat tanya memiliki fungsi untuk menanyakan sesuatu. Siswa harus belajar
6

membuat kalimat tanya agar dapat dengan mudah bertanya kepada guru atau

teman sebayanya ketika proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

sehingga akan mengembangkan keaktifan siswa ketika belajar di kelas maupun di

luar kelas. Berdasarkan hasil observasi di kelas II kebanyakan siswa masih

kesulitan dalam membuat kalimat tanya. Kesalahan siswa terletak pada susunan

penulisan kalimat tanya serta penggunaan kata tanya dan tanda tanya dalam

penulisan kalimat yang kurang dipahami oleh siswa, sehingga nilai yang diperoleh

kurang memuaskan dan cenderung belum memenuhi Kriteria Ketuntas Minimal

(KKM).

Kata tanya yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu apa, siapa, bagaimana,

kapan, dimana, dan mengapa (Alwi Hasan, 2014). Siswa seharusnya membuat

kalimat tanya dengan menggunakan semua kata tanya tersebut agar pertanyaan

yang dibuat lebih beragam dan mendapatkan informasi lebih rinci, sedangkan

kebanyakan siswa masih menggunakan sebagian kecil dari kata tanya yang ada

dalam Bahasa Indonesia. Dengan kekurangan tersebut diperlukan model

pembelajaran yang bervariai agar siswa dapat belajar membuat kalimat tanya yang

beragam.

Berdasarkan uraian permasalahan, maka perlu dilaksanakan tindakan kelas

untuk meningkatkan keterampilan menulis kalimat tanya dengan judul ”

Penggunaan Model Kooperatif Tipe Scramble untuk Meningkatkan Keterampilan

Menulis Kalimat Tanya pada Siswa Kelas II.”.


7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble

pada pembelajaran siswa SD kelas II?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble pada pembelajaran siswa SD kelas II dilihat dari :

a. Peningkatan keterampilan menulis kalimat tanya

b. Ketuntasan belajarnya

c. Peningkatan aktivitas belajar siswa

3. Kendala apa yang dihadapi oleh Guru dan Siswa SD kelas II dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

scramble?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menelaah :

1. Proses penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada

pembelajaran siswa SD kelas II

2. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada

pembelajaran siswa SD kelas II dilihat dari :

a. Peningkatan keterampilan menulis kalimat tanya

b. Ketuntasan belajarnya
8

c. Peningkatan aktivitas belajar siswa

3. Kendala yang dihadapi oleh Guru dan Siswa SD kelas II dalam melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe scramble.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

bagi :

1. Guru

Bagi guru, sebagai salah satu bahan pertimbangan guru untuk mengajarkan

keterampilan menulis kalimat tanya dalam menentukan model pembelajaran

yang tepat digunakan dalam mengajar.

2. Siswa

Bagi siswa, dapat menambah pengetahuan dengan cara yang baru yakni

belajar sambil bermain, meningkatkan keaktifan, memupuk kemampuan

bekerja sama dalam sebuah team, dan menambah motivasi belajar serta minat

belajar siswa dalam mempelajari kalimat tanya.

3. Sekolah

Bagi sekolah, sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kualitias

pembelajaran di dalam kelas dan sebagai referensi untuk pemilihan model

pembelajaran.

F. Definisi Operasional

1. Model Kooperatif Tipe Scramble


9

Model kooperatif tipe scramble dalam penelitian ini adalah model yang

diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis

kalimat tanya dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa; (2) menyajikan Informasi; (3) mengorganisasi siswa ke

dalam kelompok-kelompok belajar, selanjutnya membagikan kartu soal dan kartu

jawaban pada kelompok; (4) mengerjakan kartu soal secara berkelompok; (5)

memberikan penghargaan; dan (6) evaluasi.

2. Keterampilan Menulis Kalimat Tanya

Kemampuan keterampilan menulis kalimat tanya dalam penelitian ini

merupakan keterampilan siswa dalam menulis kalimat tanya, berdasarkan kaidah

penulisan kalimat tanya yang diawali dengan suatu kata tanya seperti apa, siapa,

kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Indikator kemampuan sebagai berikut:

(1) penempatan kata tanya pada kalimat, (2) penulisan tanda tanya di akhir

kalimat, (3) penyusunan kata acak menjadi kalimat tanya.

G. Kajian Pustaka

a) Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Model kooperatif tipe scramble merupakan salah jenis model

pembelajaran kooperatif. Scramble berasal dari kata bahasa Inggris yang

berarti perebutan atau pertarungan. Istarani (dalam Oktavia, 2020, hlm. 289)

mengungkapkan bahwa “Metode Scramble merupakan metode menyajikan


10

materi ajar melalui pengajuan pertanyaan atau pernyataan yang kurang

lengkap sehingga pada siswa diserukan untuk melengkapi pernyataan maupun

menjawab pertanyaan yang telah tersedia”. Dengan demikian, siswa

dihadapkan bahan ajar yang telah dirancang dan siswa ditugaskan untuk

melengkapi tugas yang diberikan. Ningtyas (dalam Apriyanti, 2019, hlm. 150)

mengungkapkan bahwa model scramble merupakan model pembelajaran yang

mengajak siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau

pasangan dari konsep secara kreatif dengan menyusun huruf-huruf yang

disusun secara acak sehingga menemukan jawaban atau konsep yang

dimaksud.

b. Karakteristik Kooperatif Tipe Scramble

Menurut Hanafiah dan Suhana (dalam Nur, 2017, hlm. 232) model

pembelajaran scramble bersifat aktif, siswa dituntut aktif bekerja sama serta

bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan kartu soal

guna memperoleh poin dan diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan

siswa. Model ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi

yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru dalam

menyelesaikan permasalahan pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar

siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahya hasil belajar

siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe scramble cocok digunakan pada siswa

usia Sekolah Dasar. Karena pada usia ini siswa berada pada tahap

perkembangan operasional kongkrit. Hal ini diungkapkan oleh Santrock


11

(dalam Artingingsih, dkk, 2019, hlm. 83) menjelaskan bahwa “The concrete

operational phase are: (1) students are involved in operational tasks such as

compiling and sorting; (2) students practice organizing and grouping; (3)

students make conclusions”. Berdasarkan pendapat tersebut, penerapan model

kooperatif tipe scramble cocok untuk usia SD karena sesuai dengan tahap

perkembangannya. Voinov (dalam Syakhoni dan Mintohari, 2018, hlm. 518)

mengungkapkan bahwa metode Scramble cocok digunakan pada materi yang

terdapat istilah dan membutuhkan kemampuan siswa dalam mengingat dan

memahami istilah tersebut. Metode scramble merupakan metode yang dapat

digunakan pendidik untuk memudahkan materi yang berisi ragam istilah.

Pendapat ini diperkuat oleh Shoimin (2017, hlm. 166) mengungkapkan

metode scramble merupakan “...latihan pengembangan dan peningkatan

wawasan pemikiran kosakata”. Dengan demikian, metode Scramble dapat

meningkatkan wawasan pemikiran kosakata bagi siswa. Hal ini karena siswa

diajak bermain untuk menemukan kata atau istilah yang telah disediakan guna

menjawab soal sehingga dapat membantu siswa dalam memahami dan

memaknai materi dengan baik.

c. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Scramble

Setiap model pembelajaran memiliki langkah pembelajaran masing-

masing. Shoimin (2017, hlm. 167) menjelaskan bahwa langkah-langkah

pembelajaran metode scramble dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap

persiapan, kegiatan inti, dan tindak lanjut.


12

1) Pada tahap persiapan, pendidik menyiapkan bahan atau media yang

akan digunakan. Media tersebut berupa kartu soal dan kartu jawaban

yang telah disusun acak. Jumlah kartu yang disediakan sama dengan

jumlah kelompok yang dibentuk. Pendidik menyiapkan startegi

pengelolaan kelas yang akan digunakan.

2) Pada tahap kegiatan inti, setiap kelompok melakukan diskusi untuk

menjawab soal yang telah diberikan. Kemudian, setiap kelompok

melaporkan hasil kerjanya pada diskusi besar yang dibimbing oleh

pendidik. Dan setiap kelompok menganalisa bersama hasil kerja

kelompok lainnya.

3) Pada tahap tindak lanjut, pada kegiatan ini tergantung pada jenis

metode scramble yang dipilih pendidik seperti scramble kata,

scramble kalimat, scramble wacana.

Dijelaskan pula oleh Bailang, dkk (2017, hlm. 134) berikut fase-fase

model pembelajaran scramble:

FASE-FASE PERILAKU PENDIDIK

FASE 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran

Menyampaikan tujuan dan dan mempersiapkan siswa

mempersiapkan siswa untuk belajar

FASE 2 Mempresentasikan informasi

Menyajikan informasi Menyiapkan kartu soal dan jawaban

FASE 3 Memberikan penjelasan kepada

Mengorganisir siswa ke siswa tentang cara


13

dalam kelompok-kelompok belajar pembentukan kelompok belajar dan

membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien, serta

membagikan kartu soal dan kartu

jawaban

FASE 4 Membantu kelompok belajar selama

Membimbing pelatihan siswa mengerjakan tugasnya

FASE 5 Menguji pengetahuan siswa

Mengevaluasi mengenai materi pembelajaran sesuai

dengan tujuan pembelajaran

FASE 6 Mempersiapkan cara untuk mengakui

Memberikan penghargaan usaha dan prestasi siswa baik

secara individu maupun kelompok

Said, dkk (2015, hlm. 86) mengungkapkan tahapan pembelajaran tipe

scramble sebagai berikut:

1) Membuat kartu soal sesuai materi ajar. Soal dibuat oleh pendidik

sesuai materi yang akan disajikan.

2) Membuat kartu jawaban dengan diacak. Pendidik membuat soal

dengan pilihan jawaban yang disusun acak.

3) Menyajikan materi. Pendidik menyajikan materi ajar kepada siswa.

4) Membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok. Pendidik

membagikan soal dan pilihan jawaban yang telah dibuat.


14

5) Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal. Pengerjaan soal dilakukan

siswa secara berkelompok dengan saling membantu.

6) Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal. Siswa

bertugas untuk memilih jawaban dari setiap soal yang dikerjakan dan

memasangkannya.

d. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Scramble

Model kooperatif tipe scramble memiliki kelebihan yang dapat

memberikan dampak baik bagi pembelajaran sehingga materi ajar dapat

diterima dengan baik. Kurniasih (dalam Miranty, dkk, 2020, hlm. 49)

mengungkapkan bahwa “kelebihan dari model pembelajaran kooperatif

scramble ini adalah siswa terbantu dalam mencari jawaban, mendorong siswa

untuk belajar mengerjakan soal dengan bantuan teman kelompoknya, sehingga

semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran”. Dengan demikian, siswa

diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Huda (dalam Pasani, dkk, 2018, hlm. 183) mengungkapkan “kelebihannya

adalah (1) melatih berpikir tepat dan cepat; (2) mendorong belajar

menyelesaikan soal dengan jawaban random; (3) membiasakan siswa

disiplin”. Dengan demikian, pembelajaran dengan menerapkan model

kooperatif tipe scramble tidak hanya meningkatkan pada aspek kognitif saja

tetapi, dapat meningkatkan sikap dan keterampilan. Pendapat ini didukung

oleh Malasari, dkk (2018, hlm. 171) mengungkapkan bahwa kelebihan dari

model scramble yaitu dapat melatih siswa menjadi lebih aktif dan disiplin.

Hartika, dkk (2018, hlm. 34) mengungkapkan bahwa “... keunggulan utama
15

dari metode ini adalah dorongan kepada siswa untuk bertanggung jawab dan

bekerjasama”. Dengan demikian, adanya rasa tanggung jawab pada diri siswa

akan berdampak padakeberhasilan kelompok atas kerja kerasnya yang

berdampak pada meningkatnya hasil belajar.

Ibid (dalam Wantu, 2018, hlm. 149) mengungkapkan kelebihan metode

scramble adalah:

a) Setiap anggota kelompok harus mengetahui segala sesuatu apa yang

menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok harus sadar

semua anggota kelompok memiliki tujuan dan tanggung jawab yang

sama.

b) Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar sambil

bermain. Siswa menjadi lebih santai dan dapat berkreasi sehingga

mudah memahami materi.

c) Tidak hanya menghadirkan suasana menyenangkan. Tetapi,

pembelajaran ini dapat memupuk rasa solidaritas.

d) Materi yang diberikan dapat membuat siswa lebih terkesan sehingga

sulit untuk dilupakan.

e) Metode ini bersifat kopetitif yang membuat siswa berlomba-lomba

untuk maju.

Pendapat tersebut didukung oleh Shoimin (2017, hlm. 168)

mengungkapkan kelebihan model scramble yaitu:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya. Hal ini melatih siswa dalam bersikap


16

tanggung jawab. Sikap saling ketergantungan positif akan nampak

pada kelompok yang dibentuk karena keberhasilan suatu kelompok

tergantung dari hasil kerja dari anggota kelompoknya.

b) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling belajar

sambil bermain. Penerapan model ini melibatkan aktivitas siswa

secara aktif sehingga siswa selama belajar ikut terlibat dalam

menemukan informasi.

c) Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan

tertentu metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam

kelompok.

d) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan biasanya

mengesankan dan sulit untuk dilupakan. Dengan pembelajaran yang

mengesankan akan berdampak pada pemahaman materi dengan

jangka waktu yang lama.

e) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-

lomba untuk maju. Siswa dilatih untuk berani dalam menghadapi

rintangan yang dihadapinya dan ia mampu menyelesaikan tugasnya.

Kurniasih dan Berlin (dalam Anggraini dan Suprayitno. 2017, hlm. 991)

mengungkapkan kelebihan dalam penerapan model pembelajaran scramble

yaitu:

a) Dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban dari soal yang

diberikan

b) Rasa ingin tahu siswa menjadi lebih besar dalam menemukan jawaban
17

c) Siswa menjadi lebih minat untuk menyelesaikan soal.

d) Dengan bantuan teman kelompoknya dapat memudahkan siswa

memahami materi.

e) Terdapat penanaman sikap disiplin selama pembelajaran.

e. Kekurangan Model Kooperatif Tipe Scramble

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran ini memiliki kelemahan

yang dapat menjadi bahan pertimbangan pendidik untuk mempersiapkan

solusi terhadap kemungkinan buruk yang terjadi saat pembelajaran. Istarani

(dalam Tanjung, 2020, hlm. 141) mengungkapkan kelemahan dari model

pembelajaran scramble adalah:

a) Pendidik akan kesulitan pada materi yang disampaikan pada tahap

pengenalan awal;

b) Pendidik yang tidak memahami pembuatan soal model scramble akan

mengalami kesulitan;

c) Ditemukan adanya ketidakcocokan antara pernyataan dengan

kelengkapan jawaban;

d) Siswa merasa sedang tidak belajar seperti sedang bermain.

Dengan demikian, kurangnya pemahaman pendidik terhadap model

pembelajaran scramble akan menimbulkan kelemahan model ini mendominasi

selama pembelajaran berlangsung. Malasari, dkk (2018, hlm. 175)

mengungkapkan kekurangan dari model scramble yaitu siswa rentan untuk

mencontek pada temannya dan membutuhkan kejelian dari pendidik dalam

mengelola waktu agar semua yang telah direncanakan dan tujuan


18

pembelajaran dapat tercapai. Muhibbin (dalam Wantu, 2018, hlm. 150)

mengungkapkan bahwa kelemahan yang dimiliki metode scramble adalah:

a) Terkadang perencanaan pembelajaran ini dianggap sulit.

b) Dalam penerapannnya diperlukan waktu yang panjang sehingga

membuat pendidik kesulitan dalam menyesuaikan waktu yang telah

ditentukan.

c) Selama kriteria pencapaian pembelajaran ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi. Maka, pendidik akan kesulitan dalam

mengimplementasikannya.

d) Penerapan metode ini dapat membuat kegaduhan dalam kelas yang

dapat menganggu kelas yang berdekatan.

b) Konsep Keterampilan Menulis Kalimat Tanya

a. Keterampilan Menulis

1) Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Banyak ahli yang

menungkapkan pengertian keterampilan menulis. Keterampilan menulis

adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan eskpresif yag

dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung

(Tarigan,2013, hlm. 3). Sejalannya dengan pendapat menurut

Iskandarwassih (2013, hlm. 248) menjelaskan bahwa keterampilan

menulis ini merupakan keterampilan yang mengungkapkan pikiran dan


19

perasaan yang ada pada diri penulis yang dilakukan secara tertulis. Dengan

melalui kegiatan menulis siswa dapat mengumpulkan informasi dan

mengkomunikasikan gagasan pikirannnya serta dapat mengeksperikan

imajasinasinya.

Keterampilan menulis itu kegiatan penyampaian pesan, perasaan, ide,

dan gagasan yang diungkapkan melalui tulisan Syatriana (2018, hlm. 3).

Selanjutrnya menurut Azizah (2016, hlm. 315) menyatakan bahwa dalam

keterampilan menulis harus menguasai topik permasalahan yang akan

ditulis dan menulis juga harus menguasai kosakata. Sedangkan menurut

Parera (dalam Aljalita, 2015, hlm. 2) menyatakan keterampilan menulis

adalah keterampilan dengan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan

kata, penggunaan kalimat, pemilihan kalimat, pemilihan kata

pengefektifan kalimat, membahasakan pikiran dengan cermat, tepat, logis,

dan konsisten. Sebuah tulisan disebut efektif, jika penulisan disusun

dengan baik dan teliti, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti

pesan, berita, dan amanat yang disampaikan dalam tulisan terebut, yang

perlu diperhatikan dalam menulis ialah masalah bahasa, ejaan, dan pilihan

kata.

Menulis merupakan kemampuan mengungkapkan suatu gagasan ke

dalam bentuk tulisan menurut Susanto (2016, hlm. 24). Begitu pula dengan

pendapat Hardi (dalam Kusumaningsih. 2013, hlm. 65) berpendapat bahwa

menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa

melalui tulisan dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai


20

sesuatu yang dikehendakinya. Menurut Dalman (2015, hlm. 3) menulis

merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk

bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau

menghibur. Selain itu Menurut Wicaksono (2014, hlm. 86) menulis

merupakan kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pendapat yang akan

disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis

untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.

Dengan demikian, menulis adalah proses penyampaian pesan, pikiran,

gagasan dan perasaan dalam bentuk tulisan yang bermakna dan dikuasi

siswa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.

2) Tujuan Menulis

Menulis harus memiliki tujuan. Tulisan yang baik memiliki tujuan

tertentu. Tujuan menulis akan lebih mudah dicapai bila lebih spesifik

bukan untuk semua tujuan (Abidin, 2015, hlm. 26-27). Tujuan yang paling

sederhana dari menulis adalah untuk ingatan dan rekaman diri sendiri.

Beberapa tujuan menulis secara umum antara lain sebagai berikut:

a. Menceritakan sesuatu

Menulis menjadi sarana untuk menceritakan hal yang yang pantas

dikisahkan kepada orang lain, seperti orang yang sedang bercerita.

b. Menginformasikan sesuatu

Menulis dapat menjadi informasi tentang hal-hal yang harus

diketahui pembaca sehingga menjadi rujukan yang berguna.

c. Membujuk pembaca
21

Menulis dapat menjadi sarana untuk meyakinkan dan membujuk

pembaca agar mau mengerti dan melakukan hal-hal yang disajikan

dalam tulisan.

d. Mendidik pembaca

Menulis dapat menjadi sarana edukasi atau pendidikan bagi

pembaca akan halhal yang seharusnya bisa lebih baik dari

pemahaman dan kondisi saat ini.

e. Menghibur pembaca

Menulis dapat menghibur pembaca di saat waktu yang senggang

agar rileks dan memperoleh semangat baru dalam aktivitasnya.

Sifat tulisan ini harusnya menyenangkan.

f. Motivasi pembaca

Menulis seharusmya dapat menjadi sarana memotivasi pembaca

untuk berpikir dan bertindak lebih baik dari yang sudah

dilakukannya.

g. Mengekspresikan perasaan dan emosi.

Menulis pada dasarnya dapat menjadi ekspresi perasaan dan emosi

seseorang sehingga memperoleh jalan keluar atas perasaan dan

emosi yang dialaminya.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis

Faktor yang mempengaruhi kesulitan menulis karangan menurut

Zaenudin (2015, hlm. 10) di antaranya:


22

a. Kurang lancar mengeluarkan ide-ide dengan menggunakan Bahasa

Indonesia.

b. Kurang terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi

sehari-hari.

c. Kurangnya pemahaman siswa tentang tema cerita.

d. Kurangnya kemampuan dalam berpikir abstrak.

e. Perkembangan kognisi siswa yang baru mencapai tahap operasional

konkrit, sehingga dalam menulis karangan masih sangat membutuhkan

alat untuk membantu mengeluarkan ide dan gagasannya dalam bentuk

karangan.

4) Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar

Keterampilan menulis seperti halnya keterampilan berbahasa yang lain

perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis sudah mulai dilatihkan di

tingkat Sekolah Dasar. Sebelumnya, pada kelas rendah ditanamkan dasar-

dasar menulis. Jika dasarnya sudah kuat dan dikuasai dengan benar maka

siswa dapat menulis dengan baik dan benar. Sabarti Akhadiah, (1993: 64)

mengemukakan bahwa keterampilan menulis sangat kompleks karena

menuntut siswa untuk menguasai komponen – komponen di dalamnya,

misalnya penggunaan ejaan yang benar, pemilihan kosakata yang tepat,

penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang baik.

Membelajarkan menulis harus memperhatikan perkembangan menulis

anak. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan-lahan. Anak

perlu mendapatkan bimbingan dalam memahami dan menguasai cara


23

mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Menurut Temple (Ahmad Rofi’uddin

dan Darmiyati Zuhdi, 1999: 77), perkembangan tulisan anak meliputi 4 tahap

sebagai berikut:

a. Tahap prafonemik

Pada tahap ini anak sudah mengenal bentuk dan ukuran huruf tetapi

belum bisa menyusunnya untuk menulis kata. Anak belum bisa

mengetahui prinsip fonetik yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang

membentuk kata.

b. Tahap fonemik awal

Pada tahap ini anak sudah mengenali prinsip fonetik, tahu cara kerja

tulisan tetapi belum bisa mengoperasikan prinsip tersebut.

c. Tahap nama huruf

Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan prinsip fonetik, dia

dapat menggunakan huruf-huruf yang mewakili bunyi-bunyi yang

membentuk suatu kata.

d. Tahap transisi

Tahap ini ditandai dengan penguasaan anak terhadap tata tulis yang

semakin lengkap, dia juga sudah bisa menggunakan ejaan dan tanda

baca dalam tulisan.

Pembelajaran keterampilan menulis di SD harus dilaksanakan dalam

kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian serta minat siswa.

Menurut Saleh Abbas (2006: 127-137), upaya yang dapat dilakukan guru agar

siswa senang menulis adalah dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk
24

menulis apa yang disenanginya sesuai dengan tema pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Menulis kalimat tanya misalnya dapat dilaksanakan dengan

menggunakan bantuan media berupa gambar.

b. Kalimat Tanya

1) Pengertian Kalimat Tanya

Kalimat tanya secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti

apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –kah

sebagai penegas. Kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa

tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata

tanya atau suara turun. Bentuk kalimat tanya biasanya digunakan untuk

meminta (1) jawaban “ya” atau “tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu

atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca (Alwi, Hasan, dkk., 2010:

366).

Kalimat tanya adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara

verbal. Jawaban bisa berupa ya atau tidak atau berupa paparan yang panjang

lebar. Halim dalam Tarmini (2013: 100) dalam bukunya yang berjudul

Intonasi dalam Hubungannya dengan Sintaksis Bahasa Indonesia

menyinggung perihal tanya yang dikaitkan dengan intonasi. Halim

mengemukakan bahwa kalimat tanya merupakan kalimat tanya yang

bergantung dengan jenis jawaban yang dikehendaki atau yang diharapkan.

Ada dua tipe jawaban, pertama, jawaban yang menghendaki orang yang

ditanya menjawab ya atau tidak dan kedua, jawaban yang menghendaki orang

yang ditanya menjawab dengan pemaparan berupa informasi yang ditanyakan.


25

Kridalaksana dalam Tarmini (2013: 101), berpendapat bahwa kalimat

tanya merupakan bentuk verba atau tipe kalimat yang dipergunakan untuk

mengungkapkan pertanyaan. Kridalaksana menyinggung perihal tanya

sehubungan dengan pembahasannya mengenasi kelas kata dalam bahasa

Indonesia.

Moeliono dan Dardjowijojo dalam Tarmini (2013: 101), mengemukakan

bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau

seseorang. Demikian halnya, Djajasudarma dalam Tarmini (2013: 101),

mengemukakan bahwa makna kalimat diwujudkan dari tanggapan pendengar

atau pembaca kalimat tersebut dan dikemukakan pula bahwa bentuk kalimat

tanya biasanya digunakan untuk meminta jawaban ya/tidak dan informasi

sesuatu atau seseorang dari kawan bicara atau pembaca.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tanya adalah

kalimat yang isinya berfungsi untuk menanyakan sesuatu untuk memperoleh

reaksi atau jawaban dan memiliki pola intonasi yang berbeda dengan kalimat

lain.

2) Ciri-ciri Kalimat Tanya

Menurut Alwi (2014, hlm 366) Kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya

(?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika

tidak ada kata tanya atau suara turun.

Sedangkan menurut Chaer dkk (2010, hlm 182) dalam kalimat tanya

sering menggunakan kata tanya baik diawal maupun akhir kalimat. Kata tanya

adalah kata-kata yang digunakan sebagai pembantu didalam kalimat yang


26

menyatakan pertanyaan. Menurutnya juga kata tanya yang ada dalam bahasa

Indonesia yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, berapa, mana, dan kapan.

H. HIPOTESIS PENELITIAN

Dari rumusan masalah tersebut kemudian bisa disusun hipotesis komperatif

sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis kalimat tanya setelah

pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe scramble pada siswa kelas

II.

2. Ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis kalimat tanya setelah

pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe scramble pada siswa kelas

II.

I. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Mix Method . Metode ini dipilih sesuai dengan karakteristik

pertanyaan penelitian yang hendak dijawab meliputi outcomes dan proses yang

menggabungkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian yang

dilakukan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan

model kooperatif tipe scramble untuk meningkatkan keterampilan menulis

kalimat tanya pada siswa kelas II.


27

Adapun desain yang digunakan adalah Explanatory Sequential Design. Desain

ini digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data secara kuantitatif terlebih

dahulu dan diikuti penjelasan data kualitatif. Berikut ini adalah rincian dari desain

Explanatory Sequential digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Desain Explanatory Sequential

2. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas II Sekolah Dasar yang

berlokasi di SDN 048 Sirnamanah Kec. Sukajadi Kel. Pasteur, dengan jumlah 28

orang siswa. Subjek penelitian ini dipilih dengan dasar karakteristik (1) siswa

belum sepenuhnya terampil dalam menulis kalimat tanya, (2) guru belum

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe scramble.

3. Instrumen Penelitian

a. Nontes

1) Wawancara dilakukan kepada guru kelas II Untuk memperoleh data profil

pembelajaran membaca pemahaman di SDN 048 Sirnamanah dan kendala-

kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran.


28

2) Observasi terhadap pembelajaran membaca pemahaman Untuk

memperoleh data hasil belajar membaca pemahaman pada siswa kelas II.

No Indikator Skor

1 2 3 4

1. Siswa mampu menyusun kalimat tanya

dengan benar.

2. Siswa mampu mengucapkan kalimat tanya

dengan intonasi yang benar.

3. Siswa mampu menuliskan tanda baca pada

akhir kalimat.

4. Siswa mampu menuliskan huruf kapital

yang tepat.

5. Siswa mampu menuliskan kata tanya sesuai

dengan fungsinya.

6. Siswa mampu mengikuti proses

pembelajaran dengan baik

3) Studi dokumentasi terhadap kurikulum 2013, hasil studi empiris para ahli

untuk memperoleh data terkait penyusunan perangkat pembelajaran yang

akan digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas II.

4) Pemberian angket/kuesioner kepada guru dan siswa untuk memperoleh

data terkait respon pembelajaran keterampilan menulis kalimat tanya kelas

II.
29

b. Tes

1) Soal tes untuk mengetahui kemampuan keterampilan menulis kalimat

tanya.

A. Bacalah cerita berikut kemudian susunlah kalimat tanya berdasarkan

cerita!

Terkena Duri

Dino mempunyai adik yang bernama Rahma, Ia berumur empat tahun.

Kemarin sore, Ia bermain di kebun tanpa memakai sandal.

Kakinya luka terkena duri. Rahma menangis kesakitan.

Ibu mengobati luka Rahma dengan betadin.

Ibu menasehati Rahma supaya Rahma memakai sandal jika bermain.

Rahma menganggukkan kepala.

1.
yang mengobati diberikan

untuk apa Rahma

Ibu luka

2.
nama siapa Dino

adik

3.
Rahma dimana duri

terkena
30

4.
Rahma mengapa menangis

5.
duri kapan Rahma

terkena

6.
berapa adik umur

Dino

7.
Rahma bagaimana terkena

saat duri keadaan

B. Bacalah cerita berikut kemudian buatlah kalimat tanya berdasarkan

cerita!

Ke Taman Safari

Hari libur Ratna ke taman safari. Taman safari terletak di Cisarua

Bogor. Ratna pergi bersama ayah, ibu dan adiknya, Bima. Pagi-pagi

mereka sudah siap, mereka berangkat pukul 07.30 dan tiba di taman

safari pukul 11.15. disana sudah banyak pengunjung. Ayah membeli

tiket di loket.setelah melewati pemeriksaan mereka masuk.

Berbagai binatang ada disana macan, singa, zebra, gajah dan lain-

lain. Binatang-binatang itu dilepas tanpa kandang, mereka bebas seperti


31

di hutan. Para pengunjung harus naik kendaraan . pintu kendaraan harus

selalu tertutup agar tidak diserang binatang. Dibagian depan ada tamn

hiburan. Bermacam-macam permainan ada disana, juga pentas aneka

satwa. Wah, menyenangkan sekali.

1. Apa: _________________________________________________

2. Siapa: ________________________________________________

3. Dimana: ______________________________________________

4. Mengapa: _____________________________________________

5. Kapan: _______________________________________________

6. Bagaimana: ____________________________________________

2) Rubrik/parameter penilaian untuk kemampuan keterampilan menulis

kalimat tanya, disajikan pada tabel berikut:

No. Aspek Kriteria Skor maksimal

1. Ketepatan menyusun Penyusunan kalimat


15
kalimat. sudah sesuai.

Penyusunan kalimat
10
kurang sesuai.

Penyusunan kalimat
5
belum sesuai.

2. Ketepatan penggunaan Penggunaan tanda baca 15

tanda baca. dalam kalimat yang


32

ditulis sudah sesuai.

Penggunaan tanda baca

dalam kalimat yang 10

ditulis kurang sesuai.

Penggunaan tanda baca

dalam kalimat yang 5

ditulis tidak sesuai.

3. Ketepatan penggunaan Penggunaan huruf kapital

huruf kapital. dalam kalimat yang 15

ditulis sudah sesuai.

Penggunaan huruf kapital

dalam kalimat yang 10

ditulis kurang sesuai.

Penggunaan huruf kapital

dalam kalimat yang 5

ditulis tidak sesuai.

4. Ketepatan kelengkapan Penggunaan kata dalam

kata. membuat kalimat yang 15

ditulis sudah sesuai.

Penggunaan kata dalam

membuat kalimat yang 10

ditulis belum sesuai.

Penggunaan kata dalam 5


33

membuat kalimat yang

ditulis tidak sesuai.

5. Kesesuaian dengan Kalimat atau tulisan


15
objek. sesuai dengan objek.

Kalimat atau tulisan

kurang sesuai dengan 10

objek.

Kalimat atau tulisan tidak


5
sesuai dengan objek.

4. Prosedur Penelitian

Gambar 2. Tahapan Penelitian Desain The Sequential Explanatory Design

Tahapan penelitian mengikuti tahapan penelitian The Sequential Explanatory

Design yaitu :
34

a. Merumuskan masalah

b. Merumuskan landasan teori dan hipotesis

c. Mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif yaitu data

kemampuan membaca pada siswa kelas II dan respon guru dan siswa

pada saat pembelajaran

d. Menguji hipotesis

e. Mengumpulkan data dan menganalisis data kualitatif terkait profil

pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media kartu

cerita dan kendala-kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran.

f. Menganalisis data kuantitatif dan kualitatif

g. Merumuskan simpulan dan saran

5. Prosedur Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini diolah berdasarkan jenis data yang terkumpul. Data

kuantitatif berupa hasil tes untuk mengukur efektivitas “Penggunaan Model

Kooperatif Tipe Scramble untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kalimat

Tanya pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar”.

Data kuantitatif diolah dengan statistika inferensial menggunakan SPSS.

Sementara itu, data kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara untuk

menjawab proses penerapan dan kendala yang dihadapi guru dilakukan secara

sistematis melalui penjabaran kategori dan sintesis data.


35

6. Jadwal Penelitian

Bulan Ke
Kegiatan
1 2 3 4 5 6

1. Studi pendahuluan dan studi Pustaka



(perumusan masalah, teori, dan hipotesis)

2. Pengumpulan data dan analisis data



kuantitatif.

3. Pengumpulan data dan analisis data kualitatif. √

4. Pengolahan data/analisis data kuantitatif dan



kualitatif.

5. Interpretasi, simpulan dan saran √

6. Penyusunan laporan (skripsi) √


36

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2015. Pembelajaran multiliterasi: sebuah jawaban atas tantangan

pendidikan abad ke-21 dalam konteks ke-Indonesiaan. Bandung: Refika

Aditama.

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi.Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alwi, Hasan, Dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Artini, A. A. A. S. V. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan

Media Semi Konkret terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelass V SD

Gugus Kapten Kompiang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran

2013/2014. E-Jurnal PGSD Undiksha, 2(1).

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, Jhon W. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

H. Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mahmud. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.
37

Pandean, Mariam LM. Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesi dalam Kajian

Linguistik. Jurnal 5(3): 75—88. Oktober 2018.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

ALFABETA.

Susilowati, E, Lise C, dkk. (2019). Peningkatan Keterampilan Membuat Kalimat

Tanya Berdasarkan Gambar Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe

Scramble Pada Siswa Kelas II SDN Sumbersari 1. Jurnal Basicedu 3(1)

Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai