Anda di halaman 1dari 52

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBTEMA CIRI-CIRI


MAHLUK HIDUP MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON
EXAMPLE PADA SISWA KELAS III SD GMIM KOYA

DISUSUN OLEH

NAMA : WIWIN IBRAHIM, S.Pd


NOMOR PESERTA : 19300102710068
KELAS : DASUS “A”

KEMENTERIAN RISTEK TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS NEGERI MANADO
PPG DALJAB DASUS ANGKATAN 2
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai

terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain

dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan,

pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan

metodologi pengajaran.

Berbagai upaya yang dilakukan dalam penembangan kualitas tersebut sebagai bagian

dari upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga

berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa. Namun demikian kondisi yang ada

menunjukkan bahwa masih terdapat siswa dengan tingkat hasil belajar yang kurang

memuaskan. Dalam konteks ini tingkat capaian nilai kelulusan maupun nilai semester

khususnya di sekolah dasar sebagian tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah

ditetapkan.

Ciri-ciri mahluk hidup ini merupakan salah satu materi yang sampai dengan saat ini memiliki

nilai yang sangat rendah. Capaian nilai ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran ini tidak mencapai standar yang diharapkan. Minimnya capaian hasil dalam

materi tentang ciri-ciri mahluk hidup karena selama ini pembelajaran kurang disesuaikan

dengan karakteristik dan perkembangan siswa. Proses pembelajaran di kelas terlalu teoretis

dan guru kurang melakukan

proses asosiasi untuk menghubungkan antara konsep yang dipelajari siswa dengan

kondisi rill yang dialaminya.


Siswa kurang paham dengan konsep yang dipelajarinya. Siswa kurang mampu

memaknai proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas karena guru kurang memfasilitasi

siswa untuk memahami konsep tersebut dengan baik. Konsekuensi dari pembelajaran, siswa

menjadi objek pembelajaran dan potensinya kurang berkembang. Implikasinya lebih lanjut

hasil belajar siswa mencapai hasil yang diharapkan

Aunurhaman, (2009:35) mengemukakan bahwa hasil belajar telah menjadi isu

nasional dan diusahakan jalan keluar atau pemecahannya. Salah satu model yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam tema 1,sub tema 1 tentang ciri-ciri

mahluk hidup yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Koperatif tipe example non

example. Model pembelajaran koperatif tipe example non example adalah model

pembelajaran yang dilakukan dengan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

Koperatif tipe example non example sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa

yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan

pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai  pengetahuan dan

menjadi lebih dinamis.

Rusman (2012:202) berpendapat bahwa model pembelajaran Koperatif tipe example non

example dicirikan dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif membina pengetahuan

berasaskan pengalaman yang sudah ada. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya

membina sendiri pengetahuan mereka. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh

pelajar sendiri melalui proses

saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

Unsur terpenting dalam koperatif tipe example non example  ini ialah seseorang membina

pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan

pemahamannya yang sudah ada.


Rusman (2012:202) berpendapat bahwa model koperatif tipe example non example

membelajarkan siswa dengan berpijak dari pengalaman yang diperoleh sebelumnya sehingga

kegiatan belajar bersifat kontekstual. Pembelajaran seperti ini akan bermakna, karena guru

memfasilitasi keseluruhan kegiatan belajar dan menjembatani siswa untuk menghubungkan

antara konsep yang dipelajari dengan pengalaman belajar yang dimilikinya. Hal ini

menjadikan siswa semakin kreatif dan memiliki penguasaan yang mendalam terhadap materi

yang dipelajari. Kondisi ini pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan khususnya pada siswa kelas III SD GMIM KOYA

Kabupaten Minahasa tahun pelajaran 2018/2019 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

dalam materi ciri-ciri mahluk hidup belum optimal. Dari 9 siswa kelas III hanya 2 siswa

(33.33%) yang memiliki hasil belajar tinggi dalam materi ini sedangkan 7 siswa lainnya

(66.67%) memiliki hasil belajar yang rendah.

Rendahnya hasil belajar ditandai dengan ketidakmampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru terkait pembelajaran ciri-ciri mahluk hidup yang dibelajarkan. Sebagian

besar siswa kurang memberikan respons terhadap pertanyaan serta tugas yang diberikan guru.

Hasil studi dokumentasi terhadap nilai siswa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian, nilai

pekerjaaan rumah, nilai tugas dan pengamatan

perbuatan siswa rendah. Bahkan capaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk

materi tentang ciri-ciri mahluk hidup tidak dicapai dengan tuntas.

Model meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi tema 1, sub tema 1, ciri-ciri

mahluk hidup telah dilakukan dengan menggunakan metode pemberian tugas, tetapi

penggunaan metode ini belum sepenuhnya mampu meningkatkan hasil belajar ini. Terkait

permasalahan ini maka peneliti akan menggunakan model koperatif tipe example non

example. Penggunaan model koperatif tipe example non example diyakini mampu untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajarannya siswa diajak untuk
berkolaborasi dalam menghubungkan antara apa yang diketahui dengan konsep yang sedang

dipelajari di kelas. Dengan model ini maka akan mampu untuk meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang

diformulasikan dengan judul “Penerapan model pembelajaran Example dan Non Example

dalam meningkatkan hasil belajar tentang ciri-ciri mahluk hidup dari siswa kelas III SD

GMIM KOYA

2. Rumusan Masalah

a. Hasil belajar siswa dalam materi tentang ciri-ciri mahluk hidup sangat rendah.

b. Rendahnya hasil belajar ditandai dengan ketidak mampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru terkait materi sumber daya alam yang dibelajarkan.

c. Sebagian besar siswa kurang memberikan respons terhadap pertanyaan serta tugas yang

diberikan guru.

d. Hasil studi dokumentasi terhadap nilai siswa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian,

nilai pekerjaaan rumah, nilai tugas dan pengamatan perbuatan siswa rendah.

e. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) tidak dicapai dengan tuntas.

f. Dari 9 siswa kelas III terdapat 7siswa (66.67%) yang memiliki hasil belajar rendah.

Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini difokuskan

pada “Apakah model koperatif tipe example non example dapat meningkatkan hasil belajar

siswa tentang ciri-ciri mahluk hidup di Kelas III SD GMIM KOYA ?”

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : meningkatkan hasil belajar siswa pada sub

tema ciri-ciri mahluk hidup melalui model koperatif tipe example non example pada siswa

Kelas III SD GMIM KOYA Kabupaten Minahasa


4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa penelitian ini akan mengembangkan wawasan siswa tentang keterkaitan

antara materi yang dipelajari dengan kondisi riil yang ada di lingkungannya.

2. Bagi guru penelitian ini menjadi salah satu acuan untuk mengembangkan hasil belajar

siswa melalui penerapan model koperatif tipe example non example sehingga dengan

penerapan ini akan menjadi contoh bagi guru yang lain tentang cara menerapkan model

koperatif tipe example non example dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bagian dari kebijakan yang

ditempuh oleh sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan

model koperatif tipe example non example.

4. Bagi peneliti hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk melatih dalam mengkaji dan

menganalisis model peningkatan hasil belajar siswa untuk belajar IPA.


BAB II

KAJIAN TEORI

1. Model Pembelajaran

1.1. Pengertian Model Pembelajaran

Secara umumnya, model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis

yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar

tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Definisi singkat lainnya yaitu suatu pendekatan

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian materi

yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru

serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam

proses belajar mengajar. Model pembelajan sendiri memiliki makna yang lebih luas dari pada

strategi, metode atau sekedar prosedur pembelajaran.

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana

sampai model yang sangat kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam

penerapannya. Beberapa contoh model-model pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi,

demonstrasi, studi kasus, example non example, bermain peran (role play) dan lain sebagainya yang

bisa diterapkan. semuanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing. Secara khusus penulis

memilih model pembelajaran koperatif tipe example non

example. Teori koperatif tipe example non example didefinisikan sebagai 

pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

dipelajari.

Model pembelajaran koperatif memiliki beberapa falsafah dalam pembelajaran

termasuk model koperatif tipe example non example. Riyanto (2010:265) mengemukakan
beberapa falsafah dalam pembelajaran termasuk model koperatif yaitu manusia sebagai

makhluk sosial, gotong royong, kerjasama merupakan kebutuhan penting. Pendapat ini

menunjukkan bahwa model koperatif tipe example non example dibangun dalam suasana

kebersamaan dalam memahami materi yang diajarkan. Menurut Rusman (2012:202)

mengemukakan bahwa pembelajaran koperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.

Wikipedia (2011 : 1) mengemukakan bahwa model koperatif tipe example non example

mempunyai beberapa konsep umum seperti:

a. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

b. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

c. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling

memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

d. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara

aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah

ada.

e. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini

berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau

sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

f. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman

pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pembelajaran koperatif tipe

example non example merupakan salah satu model pembelajaran yang mendekatkan siswa

dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, sehingga siswa memahami

korelasi antara materi yang dipelajari dan keterkaitannya dengan materi yang dipelajarinya.
Model koperatif tipe example non example memudahkan siswa dalam belajar karena siswa

didekatkan secara kontekstual dengan lingkungannya melalui gambar yang ditampilkan guru

dalam pembelajaran.

1.2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran koperatif tipe example non

example

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing,

seperti itu juga dengan model pembelajaran koperatif tipe example non example. Berikut

kelebihan dan kekurangan dari model pembelajarn tersebut :

a. Kelebihan

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan metode example non

example antara lain:

- Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.

- Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk

membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example

- Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu

konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih

terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah

dipaparkan pada bagian example.

Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran examples non examples diantaranya :

 Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan dengan Kompetensi

Dasar (KD)
 Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang relevan dengan

Kompetensi Dasar (KD)

 Siswa diberi kesempata mengemukakan pendapatnya yang mengenai analisis gambar

yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)

Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh

dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:

a.       Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

b.      Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.

c.       Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.

Dampak instruksional dan dampak pengiring yang dimiliki model

pembelajaran Examples Non Examples. Dampak instruksional adalah dampak yang terlihat

setelah kegiatan pembelajaran. Sedangkan dampak pengiring adalah damapak yang tidak

langsung terlihat, akan tetapi mengiringi dampak instruksional. Pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dampak instruksionalnya adalah

siswa menjadi lebih aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif

berdiskusi, dapat belajar dari pengamatan sendiri. Dampak pengiringnya adalah siswa mampu

meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab,

berusaha memahami materi dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

b. Kelemahan

Ada dua kelemahan dalam menggunakan model example non example, diantaranya :

- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

- Memakan waktu yang banyak


Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh

dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:

a.       Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

b.      Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.

c.       Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.

Dampak instruksional dan dampak pengiring yang dimiliki model

pembelajaran Examples Non Examples. Dampak instruksional adalah dampak yang terlihat

setelah kegiatan pembelajaran. Sedangkan dampak pengiring adalah damapak yang tidak

langsung terlihat, akan tetapi mengiringi dampak instruksional. Pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dampak instruksionalnya adalah

siswa menjadi lebih aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif

berdiskusi, dapat belajar dari pengamatan sendiri. Dampak pengiringnya adalah siswa mampu

meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab,

berusaha memahami materi dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

c. Kelemahan

Ada dua kelemahan dalam menggunakan model example non example, diantaranya :

- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

- Memakan waktu yang banyak

Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh

dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:

a.       Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

b.      Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.

c.       Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.


Dampak instruksional dan dampak pengiring yang dimiliki model

pembelajaran Examples Non Examples. Dampak instruksional adalah dampak yang terlihat

setelah kegiatan pembelajaran. Sedangkan dampak pengiring adalah damapak yang tidak

langsung terlihat, akan tetapi mengiringi dampak instruksional. Pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dampak instruksionalnya adalah

siswa menjadi lebih aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif

berdiskusi, dapat belajar dari pengamatan sendiri. Dampak pengiringnya adalah siswa mampu

meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab,

berusaha memahami materi dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

d. Kelemahan

Ada dua kelemahan dalam menggunakan model example non example, diantaranya :

- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

- Memakan waktu yang banyak

1.3. Langkah – langkah model pembelajaran koperatif tipe example non example

Koperatif tipe example non example sebagai paradigma atau pandangan dunia

berpendapat bahwa belajar adalah sebuah proses, yang aktif konstruktif. pelajar ini adalah

konstruktor informasi. Orang aktif membangun atau membuat representasi sendiri subjektif

realitas objektif. Informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga

representasi mental subjektif.

Menurut Takwin, (2007 : 3) bahwa koperatif tipe example non example merupakan

sebuah reaksi terhadap pendekatan didaktik seperti behaviorisme dan instruksi yang

diprogramkan, koperatif tipe example non example menyatakan bahwa belajar adalah

sebuah proses, konteks yang aktif membangun pengetahuan daripada


mendapatkannya.Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman pribadi dan hipotesis

lingkungan. Pembelajar terus menguji hipotesis melalui negosiasi sosial. Setiap orang

memiliki interpretasi yang berbeda dan konstruksi dari proses pengetahuan.Pelajar bukan

sebuah batu tulis kosong (tabula rasa) tetapi membawa pengalaman masa lalu dan faktor-

faktor budaya untuk situasi.

Menurut Takwin, (2007 : 3) langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe example

non example dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /

menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut

dicatat pada kertas.

e. Membagi siswa menjadi 3 kelompok dan memfasilitasi siswa berdiskusi untuk

menganalissi gambar

f. Setiap kelompok difasilitasi untuk mencatat hasuil analisis pada kertas.

g. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

h. Guru memfasilitasi siswa untuk membahsa hasil diskusi siswa secara klasikal,

i. Siswa difasilitasi untuk menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan

pengalaman sehari-hari.

j. Guru melakukan evaluasi akhir

k. Menyimpulkan materi

Langkah pembelajaran koperatif tipe example non example yang telah diajukan di atas

dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan


kompetensi siswa secara berkelanjutan. Dengan model ini maka diharapkan terjadi

peningkatan kompetensi siswa secara komprehensip.

2. Hasil Belajar

2.1. Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2011:44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Hasil (produk)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau.

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar

dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.

Slameto (dalam Zaifbio, 2012:1) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Moh. Surya (dalam Wordpress, 2008 : 3) mengemukakan bahwa hasil belajar akan

tampak dalam (a) kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali

menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga

akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar, (b) keterampilan;

seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-

keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi,

(c) pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang

masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai

pengertian yang benar, (d) berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan

sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat, (e) berfikir rasional dan kritis

yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab


pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why), (f) sikap yakni

kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk

terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan,

(g) inhibisi (menghindari hal yang mubazir), (h) apresiasi (menghargai karya-karya

bermutu, dan i) perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,

marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

Hasil belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta

didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.

Jadi hasil belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak pada periode tertentu. Hasil belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta

didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

2.2. Faktor – factor yang mempengaruhi hasil belajar

Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu

diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sunarto (2009 : 3)

mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain; faktor

yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor

ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor

yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan

sebagainya.
a. Faktor Internal

Sunarto (2009 : 4) mengemukakan bahwa faktor intern adalah faktor yang timbul dari

dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu

kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

- Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri

dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya

intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan

sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara

satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah

memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh

karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam

kegiatan belajar mengajar.

Menurut Soemanto (1995 : 56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan

lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” Pendapat di atas

menunjukkan bahwa bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi

seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin

rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk

meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi

merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

- Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan

pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Imran (2008 : 136)
mengemukakan “bakat merupakan kemampuan individu dalam melakukan suatu kegiatan

atau aktivitas tanpa melalui proses latihan tetapi terbentuk sebagai manifestasi dari

kemampuan yang dibawa sejak lahir.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat

ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi

rendahnya hasil belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat

keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan hasil yang

baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang

tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

- Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa

kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan

rasa sayang. Minat memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap belajar atau kegiatan.

Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena

minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima

pelajaran di sekolah siswa.

diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang

telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus

berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan

keinginannya.

- Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan

yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi

dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian
pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai

motivasi untuk belajar.

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a)

motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri

untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan

dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa

tersebut melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan

yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya

dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni

pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi

kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan

belajar secara aktif.

b. Faktor Ekstern

Sunarto (2009 : 4) mengemukakan bahwa faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-

pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan

ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

Menurut Soemanto (1995 : 60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah;

(a) keadaan keluarga, (b) keadaan sekolah dan (c) lingkungan masyarakat.” Ketiga faktor

esktern tersebut diuraikan sebagai berikut:

- Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan

dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Soemanto bahwa: “Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk

pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,

negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar

secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang

menambah motivasi untuk belajar.

- Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat

mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian

pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara

guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

- Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit

pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena

lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak,

sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan

dimana anak itu berada. Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak,

terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak

yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila

anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada

menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena

dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal

di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar.

maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,

sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Hakikat IPA Dalam materi tentang ciri-ciri mahluk hidup

3.1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ata Science secara harfiah dapat disebut sebagai

ilmu tentang alam, mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya. Menurut

Sulistyorini (Julianto, 2011:2) pada hakikatnya IPA dipandang dari segi produk, proses,

dan segi pengembangan sikap, artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi

produk, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah, Ketiga dimensi

tersebut saling berkaitan dan pada proses pembelajaran IPA seharusnya mengandung

ketiga dimensi tersebut.

Rustaman (2011: 1.1) mengemukakan bahwa IPA merupakan suatu proses yang

menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang

cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memakai hasil observasi

tersebut. Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar Mujani (dalam Rustaman, 2011 : 7.1).

Pandangan kontruktivisme tentang belajar IPA West dan Pines (dalam

Rustaman, 2011: 2.6) mengemukakan bahwa keberhasilan siswa bergantung bukan hanya

pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar

melibatkan pembentukan makna oleh siswa.


dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Implikasi belajar IPA di sekolah ialah

pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun

secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

1.1. Pembelajaran IPA Tentang ciri-ciri mahluk hidup di Kelas

III SD

Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar. Mujani (dalam Rustaman, 2011 : 7.1) menjelaskan bahwa proses

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Salah satu materi pembelajaran IPA siswa kelas III SD adalah tentang “Sumber

Daya Alam” Standar kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran adalah siswa

mampu memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.

Pencapaian indikator dalam pembelajaran adalah menjelaskan dampak pengambilan

bahan alam terhadap pelestarian lingkungan. Tujuan pembelajaran yang diharapkan

adalah siswa dapat menjelaskan tentang berbagai jenis sumber daya alam dan

pemanfaatannya serta dampak pengambilan sumber daya alam.

3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Tentang Ciri-ciri mahluk hidup disekolah

dasar kelas III

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

- Guru mengecek kehadiran siswa


- Guru menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

- Siswa memperhatikan penjelasan guru

II. KEGIATAN INTI

- Guru menampilkan gambar di papan tulis

- Siswa memperhatikan gambar di papan tulis

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang gambar yang di tampilkan di papan

tulis

- Siswa menjawab pertanyaan yang di berikan guru

- Guru membagikan kelompok beserta LKS kepada siswa

- Siswa mengerjakan LKS yang telah di bagikan guru

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, berfikir, menganalisis LKS

yang di berikan guru

- Guru mengumpulkan hasil LKS dari siswa

- Guru memberikan hasil LKS yang dikerjakan siswa

III. KEGIATAN PENUTUP

- Guru bersama siswa menyimpulkan materi tentang sumber daya alam

- Guru memberikan motivasi kepada siswa

3.2. Materi Sumber Daya Alam pada Pembelajaran IPA

A. Sumber daya alam dan pemanfaatannya.

   Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam itu tersebar

di berbagai tempat baik di hutan, sungai, laut, gunung, maupun lapisan tanah.

1. Hutan

   Hutan merupakan habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan

merupakan sumber daya alam yang bermanfaat bagi manusia. Tumbuhan menyediakan kayu,
rotan, dan buah. Sementara itu, hewan menyediakan daging, telur, dan tenaganya. Hasil hutan

juga dapat diperdagangkan di dalam dan di luar negeri. Perdagangan tersebut tentu saja

menambah pendapatan negara.

2. Sungai

   Di Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun kecil. Sungai menyimpan sumber

daya alam yang begitu besar. Misalnya berupa ikan air tawar, pasir, kerikil, batu, dan

tumbuhan air. Ikan air tawar merupakan sumber bahan makanan bagi manusia.

Karenanya, ikan banyak dibudidayakan dengan membuat keramba ikan.

Pasir dan batu sering digunakan sebagai bahan bangunan. Hasil sungai menjadi

sumber penghasilan bagi para penambang. Tumbuhan yang ada di sungai bisa dijadikan

sebagai makanan hewan ternak.

Aliran air sungai yang deras dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

3. Laut

   Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan. Laut menyimpan

kekayaan alam yang sangat berharga. Ada berbagai macam hewan yang hidup di laut.

Misalnya : ikan, udang, kerang, cumi-cumi, dan kepiting. Hewan-hewan laut merupakan

bahan makanan yang bergizi tinggi. Sisa-sisa tubuh hewan laut dan mutiara sering

digunakan sebagai hiasan. Selain hewan, laut juga menyediakan tumbuhan dan sumber

garam. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan untuk makanan, obat, dan juga

kosmetik.

Air laut dimanfaatkan oleh petani garam untuk membuat garam

4. Gunung

   Sumber daya alam di gunung hampir sama dengan di hutan. Berbagai jenis tumbuhan

dan hewan hidup di gunung. Di puncak gunung terdapat kawah yang menghasilkan
belerang dan air panas. Air panas dialirkan ke kolam-kolam pemandian air panas.

Belerang banyak dimanfaatkan dalam pembuatan obat kulit……………………………

5. Lapisan Tanah

Bumi disusun oleh lapisan tanah dan batuan. Di lapisan atas sampai ke lapisan bawah

ditemukan berbagai macam sumber daya alam. Lapisan tanah teratas dimanfaatkan oleh

petani untuk bercocok tanam. Pada lapisan atas terkandung banyak humus. Adanya humus

menandakan bahwa tanah itu subur. Tanah liat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat

tembikar. .

   Pada lapisan bawah ditemukan berbagai bahan mineral. Bahan mineral di tanah terdiri

atas mineral logam dan non logam. Mineral logam dan non logam memiliki manfaat yang

beragam. Berikut contoh beberapa jenis mineral dan pemanfaatannya

Berbagai macam mineral diperoleh melalui usaha penambangan. Di Indonesia terdapat

beberapa tempat penambangan. Contohnya, tambang timau di Pulau Bangka dan Belitung.

Tambang emas terdapat cikotok (Jawa Barat). Tambang tembaga terdapat di Tembagapura

(Papua). Selain bahan mineral, di dalam lapisan tanah terdapat sumber daya alam lain.

Misalnya : batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Batu bara dimanfaatkan sebagai bahan

bakar kompor arang dan lokomotif. Minyak bumi diolah menjadi berbagai bahan. Misalnya :

bensin, minyak tanah, solar, oli, dan aspal. Hasil olahan minyak bumi terutama digunakan

sebagai bahan bakar. Sementara itu, gas alam diolah menjadi gas elpiji. Gas elpiji digunakan

sebagai bahan bakar kompor gas.

   Alam mengandung berbagai sumber daya alam. Berdasarkan pemulihannya, sumber daya

alam dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Sumber Daya Alam Yang dapat Diperbaharui


   Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang tersedia terus-

menerus. Sumber daya alam ini masih dapat diperbaiki jika rusa. Contohnya : air, rotan, batu,

dan hewan.

B. DAMPAK PENGAMBILAN SUMBER DAYA ALAM

   Sumber daya alam diambil oleh manusia dengan berbagai macam cara. Sering kali,

cara pengambilan tidak menghiraukan kelestarian alam. Perilaku yang demikian dapat

mengakibatkan kerusakan alam. Berikut kegiatan manusia yang dapat merusak alam dan juga

cara memanfaatkan sumber daya alam yang benar :

1. Hutan

   Bencana alam masih sering terjadi di beberapa daerah. Beberapa di antaranya banjir, erosi,

maupun tanah longsor. Salah satu penyebabnya adalah penebangan liar. Orang menebangi

pohon di hutan secara asal. Mereka tidak memedulikan pohon muda atau tua. Seharusnya

pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah berumur tua, sedangkan pohon muda

dibiarkan tetap tumbuh. Penebangan pohon harus diiringi dengan penanaman pohon baru.

Kegiatan ini disebut reboisasi.

   Penebangan hutan secara liar menyebabkan hutan menjadi gundul. Hutan gundul

tidak mampu menahan aliran air. Hal ini mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor.

Akhirnya, Hewan-hewan hutan kehilangan tempat tinggal dan juga sumber makanan.

Akibatnya, mereka berkeliaran di lahan pertanian dan perkampungan.


BAB III

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggard (Iskandar 2009 : 49 ) dengan alur
penelitian dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Identifikasi Masalah mMasalah

Perencanaan

Refleksi Aksi

A.Observasi
Perencanaan ulang

Refleks

Observasi

Aksi
B.
Gambar 3.1 Siklus penelitian menurut Kemmis & Mc. Taggart, dalam (Iskandar, 2009: 49)

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas III SD GMIM KOYA Kabupaten Minahasa.

Subjek yang diteliti berjumlah 9 siswa yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 5 orang

perempuan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIM KOYA Kabupaten Minahasa. SD GMIM KOYA

merupakan salah satu sekolah yang sedang berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada materi tentang ciri-ciri mahluk hidup sehingga hal ini perlu dikaji melalui

penelitian ilmiah. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah 2 bulan

berkisar antara bulan September Tahun 2019.

3. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun rencana yang akan dilaksanakan bersama kepala sekolah dan guru mitra.

b. Melakukan observasi awal.

c. Menyusun skenario sesuai dengan teknik pemecahan masalah yang ditetapkan.

d. Menyediakan alat penunjang guna berhasilnya penelitian yang dilaksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan yang telah

disusun pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,yang pelaksanaannya dilaksanakan dalam

dua siklus, dimana setiap siklus 1 dilaksanakan satu kali pertemuan.

Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus I
Kegiatan siklus I dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memotivasi siswa melalui kegiatan tanya jawab terkait dengan pembelajaran yang akan

dibahas

b. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan dengan aplikasi power point

d. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /

menganalisa gambar.

e. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut

dicatat pada kertas.

f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

g. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai.

h. Kesimpulan.

Siklus II

Kegiatan siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai kelemahan dari

pelaksanaan siklus I untuk diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya.

3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pada tahap ini guru melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap tingkat hasil

belajar siswa dalam mempelajarui materi. Proses pemanataun dilakukan dengan

menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat. Hasil pengamatan dianalisis dan

menjadi dasar dalam pengambilan simpulan penelitian. Aspek-aspek yang dinilai meliputi 2

hal pokok yaitu:

a. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

b. Aktivitas guru dalam pembelajaran

Lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru akan dilampirkan


4. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini semua hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan dan

dianalisis, sekaligus diadakan refleksi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan bagi

pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap peningkatan hasil

belajar siswa mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa yang menjadi subjek

penelitian dan karakteristiknya .

c. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam materi sumber daya

alam.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis persentase.

Analisis ini dilakukan dengan mempersentasekan peningkatan hasil belajar siswa yang

ducapai melalui indikator penelitian. Untuk memudahkan pelaksanaan analisis, peneliti

menggunakan tabel dan melakukan analisis setiap indikator dengan menggunakan tabel

sehingga memudahkan proses pengambilan kesimpulan. Rumus yang digunakan dalam

penelitian ini adalah


f
P= x 100%
n (Sudjana, 2001:93)

Dimana P = Persentase

f = Skor Perolehan

n = Skor Maksimal

100% = Bilangan tetap


JADWAL PENELITIAN

Tabel jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Minggu
No Nama kegiatan
1 II III IV

11Penulisan dan pengajuan 


laporan
2 Persiapan penelitian
a.pengembangan instrument 

(media pembelajaran,alat
evaluasi) 
b.penyusunan bahan ajar 
c.penyusunan alat peraga
Pelaksanaan penelitian
a.Siklus 1 
b.Siklus 2 
Analisis data 
Seminar draf laporan

penelitian
Pembuatan laporan 
Pengumpulan laporan 
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas III SDN GMIM KOYA

dengan jumlah siswa 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan

persiapan, pelaksanaan tindakan, analisis, dan refleksi. Disamping itu untuk memperoleh data

yang akurat tentang penelitian tindakan kelas ini, sebelumnya peneliti melakukan observasi

awal terhadap subyek penelitian. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperoleh data

awal tentang pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan dalam penelitian. Selain itu

peneliti mendapatkan gambaran tentang gejala rendahnya pemahaman beberapa siswa

terhadap materi Tentang ciri-ciri mahluk hidup. Berikut diberikan gambaran tentang hasil

penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

4.1.1 Observasi Awal

Dari hasil data observasi awal tersebut menunjukkan bahwa terdapat 2 siswa

(33.33%) yang tuntas dalam belajar sedangkan 7 siswa (66,67%) belum tuntas dalam

belajarnya. Rata-rata ketuntasan yang dimiliki seluruh siswa sebesar 52.67%.

Untuk lebih jelasnya data observasi awal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Perolehan Nilai Pada Observasi Awal


Indikator Penilaian Ketuntasan
No Nama Siswa L/P Jum (%) Nilai
1 2 3 4 5 Ya Tidak

1 Fiona Sumakul L 75 77 78 77 80 385 70 7  -

2 Miley Wondal P 20 15 15 25 25 100 20 2 - √

3 Keyla Mamahit P 40 50 55 65 40 250 50 5 - √

4 Keyli Mamahit P 40 45 35 50 30 200 40 4 - √

5 Mitha Makalew L 50 50 55 45 50 250 50 5 - √

6 Yudith Rooroh L 45 50 50 55 50 250 50 5 - √

7 Charly Sambul L 76 80 77 70 75 378 70 6  -

8 Christian Ranti P 50 35 35 40 40 200 40 4 - √

9 Virly Angkol p 50 50 50 50 50 250 50 5 - √

Jumlah 446 452 450 477 440 2.263 440 44 2 7

Rata-rat 33,3 36,6


49,6 50,2 50 53 48,9 251.4 48,8 4,8
3 7

Grafik perolehan nilai pada observasi awal dapat digambarkan sebagai berikut:
25
Tidak tuntas

20

15

Series1
Tuntas
10

0
1 2

Grafik 4.1 Observasi Awal

4.1.2 Hasil Pengamatan Siklus I

Dari hasil data siklus 1 jelas bahwa dari 29 siswa yang duduk di bangku kelas III SDN

GMIM KOYA hasil belajarnya secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 26,92%.

Adapun siswa yang tuntas dalam memahami kompetensi dasar yang diajarkan yaitu sebanyak

17 siswa atau sebanyak 60% sedangkan siswa yang tidak tuntas yaitu sebanyak 4 siswa atau

sebanyak 40%. Temuan ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pad siklus I

hanya mampu memberikan kontribusi peningkatan ketuntasan siswa sebesar 26.67%, dari

observasi awal.

Untuk lebih jelasnya data siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Perolehan Hasil belajar Siswa pada Siklus I

Indikator Penilaian Ketuntasan


No Nama Siswa L/P Jum (%) Nilai
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 Fiona Sumakul L 85 89 82 80 80 416 80 7  -

2 Miley Wondal P 20 15 15 25 25 100 20 2 - √

3 Keyla Mamahit P 77 80 79 79 79 394 70 5  -

4 Keyli Mamahit P 80 80 75 78 80 393 70 4  -

5 Mitha Makalew L 50 50 55 45 50 250 50 5 - √

6 Yudith Rooroh L 45 50 50 55 50 250 50 5 - √

7 Charly Sambul L 76 80 77 70 75 378 70 6  -

8 Christian Ranti P 50 35 35 40 40 200 40 4 - √

9 Virly Angkol p 50 50 50 50 50 250 50 5 - √

Jumlah 533 529 518 522 529 2,631 500 75 2 7

Rata-rat 4,50 40 26,6


59,2 58,7 57,5 58 58,7 292.3 8,3
0 7

Grafik perolehan nilai pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut:

20 Tuntas
18

16
Tidak
14
tuntas
12
10
Series1
8
6
4
2
0
1 2

Grafik 4.2 Ketuntasan siswa pada siklus I


Walaupun hasil pengamatan pada siklus I telah menampakan peningkatan hasil

belajar namun belum seperti yang diharapkan, untuk itu masih perlu diberi tindakan untuk

meningkatkan hasil belajar mereka pada siklus II.

4.1.3 Refleksi

Setelah dilaksanakan tindakan pada subjek penelitian berupa penerapan model

koperatif tipe example non example dalam proses belajar mengajar pada materi cirri-ciri

mahluk hidup. Berdasarkan tindakan siklus I dapat diketahui hasil belajar siswa yang tuntas

mencapai 60% dan daya serap sebesar 69.60%. Pada siklus I ini telah terjadi peningkatan

baik hasil belajar siswa namun belum memenuhi indikator kinerja sebesar 75 %. Dengan

demikian penelitian ini harus diadakan tindakan selanjutnya yaitu siklus II.

4.1.4 Hasil Pengamatan Siklus II

Dari hasil data siklus II jelas bahwa dari 29 siswa yang duduk di bangku kelas III SD

GMIM KOYA hasil belajarnya secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 61,54%.

Rincian ketuntasan siswa yang telah memenuhi indikator kinerja adalah 7 siswa atau 86.67%,

sedangkan siswa yang belum tuntas dalam memahami

Untuk lebih jelasnya data siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Perolehan Hasil belajar Siswa pada Siklus I

Indikator Penilaian Ketuntasan


No Nama Siswa L/P Jum (%) Nilai
1 2 3 4 5 Ya Tidak

1 Fiona Sumakul L 85 89 82 80 80 416 80 7  -

2 Miley Wondal P 20 15 15 25 25 100 20 2 - √

3 Keyla Mamahit P 77 80 79 79 79 394 70 5  -

4 Keyli Mamahit P 80 80 75 78 80 393 70 4  -


5 Mitha Makalew L 50 50 55 45 50 250 50 5 - √

6 Yudith Rooroh L 45 50 50 55 50 250 50 5 - √

7 Charly Sambul L 76 80 77 70 75 378 70 6  -

8 Christian Ranti P 50 35 35 40 40 200 40 4 - √

9 Virly Angkol p 50 50 50 50 50 250 50 5 - √

Jumlah 533 529 518 522 529 2,631 500 75 2 7

Rata-rat 4,50 40 26,6


59,2 58,7 57,5 58 58,7 292.3 8,3
0 7

Grafik perolehan nilai pada siklus II dapat digambarkan sebagai berikut:

30 Tuntas

25

20

15
Series1
10 Tidak
tuntas
5

0
1 2

Grafik 4.3 Ketuntasan siswa pada siklus II


4.2.4.3 Refleksi

Setelah dilaksanakan tindakan pada subjek penelitian berupa penerapan model

koperatif tipe example non example tentang sumber daya alam pada siklus ke II dengan hasil

belajar yang dicapai oleh siswa sudah memenuhi indikator kinerja yakni sebesar 75%.

Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa tidak perlu diadakan tindakan lanjutan dan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dianggap selesai dan berhasil .

Dari hasil refleksi bersama tentang jalannya proses pembelajaran diperoleh gambaran

bahwa sebagian besar siswa hasil belajarnya baik dan meningkat melebihi indikator kinerja

yang diharapkan yaitu 75%, hal tersebut disebabkan karena model, pemberdayaan, dan juga

pengelolaan kelas yang dilakukan guru sudah cukup baik dan tepat serta penggunaan model

pembelajaran yang sesuai.

4.2 Pembahasan

Peningkatan hasil belajar siswa merupakan hal yang sangat substansial untuk

dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa dalam menguasai materi yang

dibelajarkan. merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut kemampuan siswa untuk

menguasai materi secara optimal. Penguasaan materi yang optimal dalam pelajaran ciri-ciri

mahluk hidup merupakan manifestasi dari hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran

ini.

Hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimana tingkat hasil belajar siswa dalam memahami konsep IPA

yaitu berupa energi dan perubahannya mengalami peningkatan. Apabila tujuan utama kegiatan

evaluasi hasil belajar ini

sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk diagnosis dan

pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan.


Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan

dengan menggunakan model koperatif tipe example non example. Model koperatif tipe

example non example merupakan salah satu metode pembelajaran yang mendekatkan siswa

dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, sehingga siswa memahami

korelasi antara materi yang dipelajari dan keterkaitannya dengan materi yang dipelajarinya.

Model koperatif tipe example non example memudahkan siswa dalam belajar karena siswa

didekatkan secara kontekstual dengan lingkungannya.

Penggunaan model koperatif tipe example non example juga menunjukkan bahwa

upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa terwujud, karena dalam

proses pembelajarannya siswa diajak untuk berkolaborasi dalam menghubungkan antara apa

yang diketahui dengan konsep yang sedang dipelajari di kelas. Dengan model ini maka akan

mampu untuk meningkatkan hasil belajar IPA

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III SD GMIM KOYA bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

khususnya pemahaman siswa tentang sumber daya alam, yang dibelajarkan dengan

menggunakan model koperatif tipe example non example. Model koperatif tipe example non

example lebih ditekankan pada keaktifan siswa dalam hal mengemukakan pertanyaan, atau

mengeksplorasi pertanyaan yang ada, baik dari guru maupun sesama siswa. Dengan

penerapan.

model koperatif tipe example non example maka hasil belajar siswa meningkat sesuai

dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Melihat hasil capaian dari pelaksanaan siklus I, dan siklus II, untuk semua aspek

tentang sumber daya alam, maka dapat dikategorikan berhasil karena telah mencapai

peningkatan. Dengan demikian maka hipoteis penelitian tindakan kelas ini yang menyatakan
bahwa “melalui model koperatif tipe example non example, siswa kelas III SD GMIM KOYA

meningkat dan dapat diterima.”.

Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan indikator capaian dari siklus

pertama sampai dengan siklus II, dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut:
90 82.00%
76.00%
80

70

52.67%
60

50
Series1
40

30

20

10

0 Observasi Awal Siklus I Siklus II


1 2 3
Grafik 4.4

Grafik Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan indikator capaian

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa selama

pelaksanaan pembelajaran dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga menjadi

peningkatan hasil belajar siswa pada semua aspek. Secara keseluruhan hasil belajar siswa

menunjukkan perkembangan pada setiap siklus. Hal ini memberikan gambaran kepada para

guru melakukan perbaikan pada semua aspek dalam setiap kali menghadapi siklus yang baru.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase jumlah

siswa yang tuntas dalam belajarnya. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa dari 9 siswa

kelas III hanya 2 siswa (33.33%) yang memiliki hasil belajar tinggi dalam mata pelajaran IPA

sedangkan 7 siswa lainnya (66.67%) memiliki hasil belajar yang rendah. Selanjutnya

setelah dilakukan tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 4 siswa atau 60% yang

tuntas dalam belajar sedangkan 5 siswa atau 40% belum tuntas dalam belajarnya.

Selanjutnya pada siklus II kembali mengalami peningkatan menjadi 7 siswa atau 86,67%
sedangkan siswa yang belum tuntas hanya sebesar 2 orang siswa atau 13.33%. Hasil

persentase siswa yang tuntas dalam belajar ditampilkan dalam tabel di bawah ini:

Table 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar

No Tahap Persentase Capaian

Tuntas Tidak Tuntas

1 Observasi Awal 2 siswa (33.33%) 7 siswa (66,67%)

2 Siklus I 4 siswa (60.00%) 5 siswa (40.00%)

3 Siklus II 7 siswa (86,67%) 2 siswa (13.33%)

Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dari siklus pertama sampai dengan siklus II,

dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut:


7 siswa
90
86.67%

80
4 siswa
(60.00%)
70

60
2 siswa
50 (33.33%)
Series1
40

30

20

10

0
Observasi
1 Awal 2 Siklus I 3 Siklus II

Grafik 4.5 Grafik Rata-rata Ketuntasan siswa dalam belajar

Berdasarkan hasil grafik tersebut di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah

siswa yang tuntas dalam belajar IPA khususnya pada materi sumber daya alam sejak

observasi awal sampai dengan siklus II. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan model

koperatif tipe example non example mampu meningkatkan ketuntasan siswa dalam

memahami konsep yang diajarkan. Terkait dengan temuan tersebut maka model koperatif tipe

example non example dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran di kelas guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka penulis

menyimpulkan beberapa hal sehubungan dengan penelitian tindakan kelas pada mata

pelajaran IPA materi Sumber daya alam kelas III GMIM KOYA sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model koperatif tipe example non example.

2. Model koperatif tipe example non example dapat dijadikan alternatif bagi guru IPA untuk

lebih mengaktifkan siswa, dan untuk mengungkapkan segala potensi yang dimiliki oleh

siswa melalui kegiatan mengemukakan pertanyaan dan mengeksplorasi pertanyaan dari

guru atau dari sesama siswa

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat diberikan beberapa

saran diantaranya :

1. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa kiranya guru dapat memilih alternatif

model pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

2. Model koperatif tipe example non example dapat digunakan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran ciri-ciri mahluk hidup

3. Melibatkan kemajuan teknologi dalam kegaiatn belajar mengajar khususnya dalam

memilih metode atau model-model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabetha


Imran, Syah, M.Ed. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Jaya

Riyanto Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Sebagai referensi bagi pendidik dalam
implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru Edisi


Kedua. Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada

Rustaman Nuryani, dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:

Satori D, dkk. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka

Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Rineka Cipta.

Sunarto. 2009. Pengertian Hasil belajar. (Online) Tersedia di. http:// sunartombs.
wordpress.com/2009/01/05/pengertian-hasil -belajar/. (Download) 29 September 2011

Takwin. Bagus. 2007. Koperatif tipe example non example dalam Pemikiran. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Wikipedia.2011. Teori Perkembangan Kognitif. (Online) Tersedia di http://.


Wikipedia.teoriperkembangankognitif.com. (Download) 29 September 2012

KATA  PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat, dan karyunia-Nya, sehingga penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan.

Saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kesehatan baik fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan tugas
penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan ini memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, oleh karenanya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi penyempurnaannya.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan proposal ini dan lebih Khusus terima kasih kepada instruktur Ibu Dr.
Rocth A . O. Najoan . M.Pd yang telah bersedia membimbing dalam membuat Proposal ini.

Kiranya Tuhan memberkati kita dalam menjalani tugas dan tanggung jawab
kedepan. Terimah kasih.    

Tondano, 2019
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
NAMA SEKOLAH : SD GMIM KOYA
KELAS/SEMESTER : III / 1 (ganjil)
TEMA 1 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MAHLUK HIDUP
SUB TEMA 1 : CIRI - CIRI MAHLUK HIDUP
PEMBELAJARAN :1
MUATAN PELAJARAN : BAHASA INDONESIA,MATEMATIKA,SBDP
ALOKASI WAKTU : 6 X 35 menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI .1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI .2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.
KI. 3 Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
KI. 4 Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

BAHASA INDONESIA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Mencermati kosakata dalam teks 3.4.1 Menyebutkan minimal 5 ciri-ciri
tentang konsep ciri-ciri , makhluk hidup.
kebutuhan (makanan dan tempat
hidup),pertumbuhan,dan
perkembangan makhluk hidup yang
ada dilingkungan setempat yang
disajikan dalam bentuk lisan, tulis,
visual,dan/ataueksplorasi lingkungan
4.4 Menyajikan laporan tentang konsep 4.4.1 Menyimpulkan ciri-ciri makhluk
ciri-ciri, kebutuhan (makanan dan tempat hidup.
hidup), pertumbuhan, dan perkembangan
makhluk hidup yang ada di lingkungan
setempat secara tertulis menggunakan
kosakata baku dalam kalimat efektif.

MATEMATIKA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi 3.1.1 Membilang secara urut bilangan
hitung pada bilangan cacah. 1.000 sampai dengan 10.000.

3.1.2 Membilang secara loncat bilangan


1.000 sampai dengan 10.000.

4.1 Menyelesaikan masalah yang 4.1 Menyelesaikan masalah yang


melibatkan penggunaan sifat-sifat melibatkan penggunaan sifat-sifat operasi
operasi hitung pada bilangan cacah hitung pada bilangan cacah

SBDP
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2 Mengetahui bentuk dan variasi pola 3.2.1 Mengetahui bentuk dan variasi pola
irama dalam lagu. irama dalam lagu.

4.2 Menampilkan bentuk dan variasi 4.2.1memeragakan pola irama sederhana.


irama melalui lagu
4.2.2 Membuat pola irama sederhana.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah mengamati,siswa dapat mengidentifikasi bentuk pola irama


sederhana.
2. Setelah mengamati gambar,siswa dapat menyebutkan minimal 4 ciri-ciri
mahluk hidup dengan tepat.
3. Setelah kegiatan membandingkan gambar,siswa dapat menyimpilkan ciri-ciri
mahluk hidup dengan tepat.
4. Setelah bermain mencari pasangan nama dan lambang bilangan,siswa dapat
membilang secara urut bilangan dari 1.000 sampai dengan 10.000 dengan
benar.
B. MATERI PEMBELAJARAN

 Menyanyi lagu yang memiliki pola irama sederhana.


 Membaca pola irama sederhana pada lagu.
 Membaca dan menjawab pertanyaan sesuai teks tentang ciri-ciri makhluk
hidup.
 Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup.
 Menulis ciri-ciri makhluk hidup.
 Menulis nama dan lambang bilangan.
 Mengurutkan bilangan.

C. METODE PEMBELAJARAN

a. Pendekatan : Saintifik
b. Metode :Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan
dan
Ceramah
c. Model : kooperatif learning

D. MEDIA , ALAT DAN SUMBER BELAJAR

 Buku Pedoman Guru Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk


Hidup Kelas III (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
 Buku Siswa Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Kelas III (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
 Kartu nama dan bilangan 1.000 sampai 10.000.
 Berbagai poster pertumbuhan manusia, hewan, dan tanaman.
Berbagai aktivitas makhluk hidup.

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
Pendahu  Guru menyapa siswa, menanyakan kabar, dan mengecek 10 menit
luan kehadiran siswa.
 Siswa berdoa bersama sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing dipimpin oleh salah satu
siswa. Religius
 Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Nasionalis
 Apersepsi.Guru bersama dengan siswa menyanyikan
lagu”ciri-ciri mahlik hidup”dengan lirik lagu naik-naik
kepuncak gunung.
 Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada
hari itu
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai setelah kegiatan pembelajaran di laksanakan

Inti  Siswa dikenalkan dengan lagu Cicak di Dinding. 50 menit


 Siswa mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup yang ada
pada teks lagu. Critical Thinking and Problem Solving
 Siswa mengamati tanda
yang ada pada syair lagu, ci-cak-ci- cak-di-din-ding
 Guru menyampaikan bahwa lagu Cicak di Dinding
termasuk lagu yang memiliki pola irama sederhana.
Karena pola lagu di setiap baris hampir sama.
 Siswa mengamati gambar cicak dan ikan
 Siswa mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup berdasarkan
gambar. Critical Thinking and Problem Solving
 Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan guru mengenai ciri-ciri makhluk hidup.
 Siswa menuliskan ciri-ciri cicak dan ikan yang ada pada
gambar. Mandiri
 Gambar cicak:
 Cicak hidup di darat
 Cicak bergerak merayap di dinding
 Cicak makan nyamuk
 Cicak suka memutuskan ekornya

 Gambar ikan di aquarium


» Ikan hidup di air.
» Ikan bergerak berenang menggunakan sirip.
» Dan lain-lain.
 Siswa melakukan permainan tebak gambar
 Kesimpulannya ikan dan cicak sama-sama makhluk hidup.
Ciri-ciri makhluk hidup dari kedua hewan tersebut adalah
bergerak, butuh makanan, dan lain-lain.
 Guru menjelaskan ciri-ciri mahluk hidup.
 Membandingkan gambar cicak dan ikan mas.keduanya
sama-sama berkembang biak dengan cara bertelur.ikan
mas bertelur sampai dengan ribuan.
 Siswa dikenalkan dengan nama dan lambang bilangan
ribuan. Communication
 Siswa berlatih mengurutkan bilangan, sesuai dengan kartu
bilangan yang dimiliki bersama 4 orang teman lainnya.
Critical Thinking and Problem Solving
Siswa berlatih menuliskan nama dan lambang bilangan 1.000
sampai dengan 10.000 yang ada pada buku.

Penutup  Guru dan siswa melakukan refleksi dengan mengajukan 10 menit


pertanyaan secara lisan untuk menggetahui keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran.
 Kegiatan kelas diahiri dengan doa bersama ,sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-msing dan di pimpin oleh salah seorang
siswa.

F. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR


a) Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung.(proses diskusi,Tanya jawab)
b) Penilaian hasil belajar
1. Penilaian pengetahuan
2. Penilaian sikap :jujur,disiplin,tanggung jawab.
3. Penilaian keterampilan :peduli,santun, kerja sama.
( instrumen penilaian dan rubrik terlampir)

G. REMEDIAL DAN PENGAYAAN

a) REMEDIAL
 Siswa belum menguasai subtema ciri-ciri mahluk hidup,akan
mendapatkan bimbingan khusus dari guru.

b.) PENGAYAAN
 Siswa dapat berdiskusi saling memberikan masukan
tentang ciri-ciri mahluk hidup.

Menggetahui Tondano, 2019


Guru pamong Guru kelas III

Relke Masoko,S.Pd WIWIN IBRAHIM S.Pd


NIP:196712011993022004 NIP:-

Anda mungkin juga menyukai