KAJIAN PUSTAKA
A.Deskrpsi Teoritis
1. Hakikat Taekwondo
Taekwondo adalah olahraga bela diri moderen yang berakar pada beladiri
mengajarkan aspek fisik semata seperti keahlian dalam bertarung, melainkan juga
sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental dan etika. Dengan demikian
taekwondo akan membentuk sikap mental dan etika yang kuat bagi orang yang
mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga kita secara menyeluruh akan
terdiri dari 3 kata: tae berarti kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kwon
diri/seni beladiri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Menurut V.
Yoyok Suryadi (2002) menerangkan bahwa tiga materi terpenting dalam berlatih
taekwondo, yaitu poomse, kyukpa dan kyoruki. (1) Poomse atau rangkaian jurus
adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri yang
6
7
Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang
menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea. (2) Kyukpa atau
Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting,
bahkan tusukan jari tangan. (3) Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang
mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang
dirinya saja, namun harus meliputi aspek fisik, mental, dan spiritualnya. Karena
menunjukkan kondisi fisik yang baik, mental yang kuat dan semangat yang tinggi.
Namun, hal itu harus mampu juga ditunjukkan dalam sikap dan tindakan sehari-
hari yang baik dan didasari jiwa yang luhur. Dengan begitu barulah seseorang
a. Kuda-kuda (Seogi)
Sikap kuda-kuda terdiri dari kuda-kuda rapat (Moa Seogi), kudakuda sejajar
(Naranhi Seogi), sikap jalan kecil (Ap Seogi), kuda-kuda duduk (Juchum
Teknik serangan ini terdiri dari serangan melalui pukulan (Jireugi), sabetan
terdiri dari berbagai jenis seperti (1) tendangan ke depan (Ap Chagi), (2)
Chagi), (6) tendangan sodok depan (Milyo Chagi), dan (7) tendangan balik
c. Tangkisan (Makki)
Terdapat beberapa jenis tangkisan dasar dalam taekwondo antara lain: (1)
tangkisan ke atas (Eolgol Makki), (2) tangkisan ke bawah (Arae Makki), (3)
adalah:
1) Badan
Serangan yang dilakukan dengan tangan dan kaki didaerah badan yang
2) Kepala
Seluruh bagian diatas tulang selangka (collar bone), dan hanya boleh
1) Teknik tangan: memukul dengan kepalan tinju yang erat. Teknik tangan
atau kepalan adalah pukulan dengan kepalan yang kuat ke arah permitted
lawan menyerang.
2) Teknik kaki: menendang dengan bagian bawah tulang mata kaki. Teknik
kaki adalah semua teknik serangan menggunakan bagian bawah tulang mata
diperbolehkan (contoh: tulang kering, lutut dan lain-lain). Dalam PSS, letak
2. Hakikat Motivasi
Menurut Sadirman (1990) kata motif diartikan sebagai daya upaya yang
pendapat di atas dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subjek
10
keinginan dan tujuan yang menjadi pendorong untuk bertingkah laku di nyatakan
bahwa studi tentang motivasi adalah studi yang mempelajari dua pertanyaan yang
berbeda atas tingkah laku individu yakni, mengapa individu memilih tingkah laku
ats dua bentuk yakni, motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
ekstrinsik itu bentuk motivasi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber dari luar
Dari beberapa defenisi diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi latihan adalah
arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Latihan
dapat digemari anak-anak dan pemuda-pemudi karena memiliki daya tarik untuk
11
dimana semua memerlukan hubungan yang harmonis dan ideal antara proses
berfikir , emosi dan gerakan. Kompetisi menimbulkan keadaan penuh stress dan
sendiri.
Banyak ahli membagikan motivasi atas dua jenis yakni motivasi intrinsic dan
Motivasi ekstrinsik
Motivasi intrinsic adalah dorongan dari dalam diri yang menyebabkan individu
berpartisipasi, dorongan ini sering dikatakan dibawah sejak lahir, sehingga tidak
dapat dipelajari. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsic akan mengikuti latihan
karena buatan (dorongan dari luar) , melainkan karena kepuasan dalam dirinya.
Bagi atlit tersebut kepuasan diperoleh dari prestasi yang tinggi bukan oleh
pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Atlet ini biasanya tekun
12
bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak
Menurut Selft Determination Theory yang juga dikembangkan oleh Deci dan
Ryan (1985, dalam Vallerand, 2004) motivasi intrinsic mempunyai tiga tingkatan
Motivasi intrinsic untuk tahu (Knowledge) dalam motivasi untuk tahu ini,
seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktifitas karena kesenangan untuk belajar.
Dalam konteks olaraga , motivasi ini penting dalam proses latihan. Para atlet
harus mempunyai motivasi intrinsic jenis ini untuk memastikan bahwa mereka
selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggungah
motivasi ini para pelatih juga harus kreatif menciptakan metode latihan yang
selalu memberi sesuatu yang baru kepada para atlet. jika pelatih gagal memberi
sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para atlet akan
luntur perlahan-lahan
mencapai sesuatu. Dalam konteks olaraga, atlet juga sebenarnya mempunyai hal
serupa. motivasi tipe ini seseorang melakukan aktifitas karena terdorong oleh
kesengan mencoba untuk melampaui dirinya sendiri artinya ada keinginan untuk
lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa
unsur kompetisi dalam proses latihan, pemain juga harus mengikuti kompetisi
yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. selain untuk mengevaluasi
13
kemampuan , tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian
tertinggi, maka pengalaman ini akan tercapai. bayangkan jika seorang berhasil
mendapatlan mendali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah para altet
Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan ynag berasal dari luar diri individu yang
pelatih, guru, orang tua, bangsa, atau berupa hadia, sertifikat, penghargaan atau
uang. Motivasi ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai
penguat itu dari waktu ke waktu. Ini dapat mempertaruhkan nama bangsa dan
Negara, karena hadia besar, karena publikasi lewat media masa. Dorongan yang
demikian ini biasanya tidak bertahan lama. Perubahan nilai hadia, tiadanya hadia
intrinsic dalam olarga meliputi juga motifasi kompetitif, kareana motif untuk
bersaing memgang peranan yang lebih besar dari kepuasan karena telah
dapat timbul kecendrungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti
licik dan curang. Atlet-atlet yang bermotifasi ekstrinsik sering tidak menghargai
14
orang lain, lawannya atau peraturan pertandingan. Agar dapat menang, maka ian
dibeli atau suap. Motivasi ektrinsik bisa didefenisikan motivasi yang dating dari
luar individu dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseorang tersebut
dikendalikan oleh objek-objek yang berasal drai luar individu. Contoh motifasi
yang bersifat ekstrinsik adalah : hadiah, trofi, uang, pujian dan sebagainya.
Ada banyak sekali factor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi.
tersebut adalah :
1. Atlet sendiri
Atlet memegang peran sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang
sudah merasa puas dengan pencapaian yang ada maka tidak ada lagi usaha
2. Hasil penampilan
berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi untuk bnagkit. Terlebih lagi
jika mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lemah dari dirainya.
3. suasana pertandingan
sebuah pertandingan.
Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau penampilan yang dilakukan. Jika
untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan pertama-tama harus ada dorongan untuk
sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaannya dalam proses latihan dimana
motivasi untuk latihan karena dengan mempunyai motivasi yang kuat, atlet akan
Setiap latihan terdapat dua aspek motivasi yang harus dimiliki oleh atlet, antara
3. Hakikat Latihan
Thompson (1991), latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan
Harsono (1988), latihan adalah proses yang dikatakan sistematis daripada berlatih
atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan
atau kerja.
Menurt Josep Nossek (1982), latihan adalah suatu proses atau periode yang
penampilan tinggi. Latihan dapat dilakukan secara baik dan sempurna jika seluruh
dikatan Bompa (1976) latihan merupakan proses yang sangat kompleks, yang
secara berkelanjutan.
Menurut Suharno dalm Siti Juariah (2005), Latihan adalah suatu proses yang
fisik yang menyebabkan beban lebih tahan pada tuntutan dari latihan itu sendiri.
satu factor strategi yang sangat penting dalam proses kepelatihan untuk mencapai
penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan
17
diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental yang teratur, terarah, m
Pengertian Latihan
ulang dengan kian hari semakin berat beban kerjanya sering dinyatakan bahwa
orang tersebut sedang melakukan latihan. Hal ini didasarkan pada pengertian
training yang dijelaskan oleh Harsono (1988: 101) bahwa “Training adalah proses
yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang
Prinsip-prinsip Latihan
merupakan faktor yang mendasar dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu
latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan. Tanpa berpedoman pada
teori dan prinsip latihan yang benar, latihan seringkali menjurus ke praktek mala-
untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang lebih
Sistem faaliah dalam tubuh pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri
dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat. Selama beban kerja
berlebihan, selama itu pulalah proses perkembangan fisik maupun mental manusia
masih mungkin, tanpa merugikannya. Jadi beban latihan yang diberikan kepada
atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis namun realistis yaitu sesuai dengan
kemampuan atlet, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang
tinggi. Harsono (2004:9) menyatakan, “Beban latihan yang diberikan kepada atlet
Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan yang mudah sampai
kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban yang berat. Hal ini
terhadap beratnya beban yang diberikan dalam latihan. Dengan berlatih secara
sistem persyarafan dan fisiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan yang
atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif yang dilandaskan pada
istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa
Latihan dalam jangka waktu yang lama sering menimbulkan kejenuhan bagi atlet,
apalagi program latihan yang dilaksanakan bersifat jangka panjang. Oleh karena
itu, latihan harus dilaksanakan melalui berbagai macam variasi sehingga beban
latihan akan terasa ringan dan menggembirakan. Apalagi variasi latihan yang
Harsono (2004:11) menyatakan, “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini
jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu.” Dalam
20
hal ini sebaiknya anak diberikan kebebasan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas
Prinsip individualisasi
Prinsip ini mengisyaratkan bahwa latihan itu harus spesifik, yaitu benar-benar
maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi
5. Hakikat Musik
untuk latihan. Musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) diartikan
sebagai: (1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi,
kesatuan dan kesinambungan; (2) Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa
21
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan
melintas batas-batas usia , jenis kelamin, ras , agama dan kebangsaan. Semua
bunyi atau bila bunyi tersebut dalam satu rangkaian yang teratur yang kita kenal
rambut didalam klokea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju ke otak
yang membuat badan lebih cepat bergerak. Ada tiga reticular activating system (3
jaras ratikuler) yang diketahui sampai saat ini. Pertama ,jaras retikuler-talamus.
Music akan diterima langsung oleh talamus yaitu suatu bagian otak yang
mengatur emosi , sensasi, perasaan tanpa lebih dulu dicerna oleh bagian otak yang
diproses oleh komponen otak yang terletak ditengah otak bernama system limbic.
pendekatan emosi dan intuisi (termaksud sense of art). Tidak heran setiap music
yang menyentuh system limbic akan dirasakan manusia karena system limbic ini
Menurut Jesen (dalam Pasiak 2007), pengaruh music terhadap tubuh antara
mengalihkan perhatian pelaku olahraga terhadap kelelahan atau rasa sakit selama
senang dan seseorang menjadi semangat, sehingga seseorang akan lebih konstan
biasanya adalah musik dengan ritme yang stabil dan tempo yang cepat. Tubuh
dalam berolahraga bisa lebih efisien. Musik juga dapat mengaktivasi sensory
b. Lirik yang ada pada musik memberikan semangat untuk bergerak kepada
tubuh.
Musik yang dipilih juga dapat menentukan efektivitas dalam membuat seseorang
mengayuh lebih cepat pada sepeda statis dibandingan dengan tidak mendengarkan
musik. Pengaruh musik ini berlaku baik ketika mendengarkan musik dengan lirik
maupun musik instrumental saja. Musik yang dipilih tidak harus selalu cepat,
tetapi memiliki ritme dan beat yang jelas atau membuat playlist lagu-lagu untuk
olahraga yang cocok dan disenangi oleh diri sendiri dapat dilakukan. Copeland
dan Franks (1991) mengungkapkan bahwa music keras dan cepat tidak
lebih rileks. Music adalah media yang dipakai oleh pelatih pada atlet untuk
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
tubuh manusia yang bila digunakan dalam proses latihan dapat memberikan hasil
yang positif. Membuat suasana lebih rileks dan gembira dan akhirnya menjadi
seseorang dalam berolahraga, karena tubuh dapat mengikuti irama musik yang
yang dipilih juga lebih baik musik yang cocok untuk masing-masing orang,
B. Kerangka Berpikir
Motivasi yang didalamanya terbagi atas dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik ini secara tidak langsung saling berhubungan dan dimiliki oleh
tersebut agar dapat mencapai proses latihan. Kemudian motivasi instrinsik ini
tanpa dibarengi oleh motivasi ekstrinsik maka atlet tidak akan mampu
faktor-faktor dari luar seperti orang lain atau lingkungan sekitar. seorang atlet
walaupun dari dalam dirinya memiliki motivasi yang kuat namun lingkungan
dari luar misalnya peranan orangtua, pelatih, teman-teman dan juga lingkungan
atlet tersebut.
menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan atlet. Latihan tanpa motivasi sulit
25
untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Oleh karena itu motivasi begitu
berarti, dengan motivasi yang dimiliki oleh atlet akan mencapai keberhasilan
secara optimal.
Music adalah media yang dipakai oleh penulis untuk mengetahui motivasi dari
Demikian pula kondisi yang terjadi di atas, juga dialami oleh atlet taekwondo
dojang Unpatti. melalui tulisan ini, peneliti membangun model penelitian dengan
dalam maupun dari luar diri para atlet, dengan motivasi yang baik para atlet
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang