Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Deskrpsi Teoritis

1. Hakikat Taekwondo

Taekwondo adalah olahraga bela diri moderen yang berakar pada beladiri

tradisional Korea. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya

mengajarkan aspek fisik semata seperti keahlian dalam bertarung, melainkan juga

sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental dan etika. Dengan demikian

taekwondo akan membentuk sikap mental dan etika yang kuat bagi orang yang

secara sungguh-sungguh mempelajari Taekwondo dengan benar.

Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dengan

mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga kita secara menyeluruh akan

ditumbuhkan dan dikembangkan. Menurut V. Yoyok Suryadi (2002), taekwondo

terdiri dari 3 kata: tae berarti kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kwon

berarti tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik tangan, serta

do yang berarti seni/cara mendisiplinkan diri.

Jika diartikan secara keseluruhan, taekwondo adalah cara mendisipinkan

diri/seni beladiri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Menurut V.

Yoyok Suryadi (2002) menerangkan bahwa tiga materi terpenting dalam berlatih

taekwondo, yaitu poomse, kyukpa dan kyoruki. (1) Poomse atau rangkaian jurus

adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri yang

dilakukan melawan musuh yang imajiner dengan mengikuti diagram tertentu.

6
7

Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang

menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea. (2) Kyukpa atau

teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan memakai

sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya.

Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting,

dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan,

bahkan tusukan jari tangan. (3) Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang

mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang

bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.

Mempelajari taekwondo tidak hanya menyentuh aspek ketrampilan teknik bela

dirinya saja, namun harus meliputi aspek fisik, mental, dan spiritualnya. Karena

itu, seseorang yang berlatih atau mempelajari taekwondo sudah seharusnya

menunjukkan kondisi fisik yang baik, mental yang kuat dan semangat yang tinggi.

Namun, hal itu harus mampu juga ditunjukkan dalam sikap dan tindakan sehari-

hari yang baik dan didasari jiwa yang luhur. Dengan begitu barulah seseorang

dapat dikatakan berhasil dalam berlatih taekwondo.

Menurut Yoyok Suryadi (2002), seorang taekwondoin harus menguasai teknik-

teknik dasar agar mampu meningkatkan keterampilan dan memperoleh prestasi

optimal. Adapun teknik-teknik dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kuda-kuda (Seogi)

Sikap kuda-kuda terdiri dari kuda-kuda rapat (Moa Seogi), kudakuda sejajar

(Naranhi Seogi), sikap jalan kecil (Ap Seogi), kuda-kuda duduk (Juchum

Seogi), kuda-kuda panjang (Ap Kubi) dan kuda-kuda L (Dwit Kubi).


8

b. Serangan (Kyongkyok kisul)

Teknik serangan ini terdiri dari serangan melalui pukulan (Jireugi), sabetan

(Chigi), tusukan (Chireugi) dan tendangan (Chagi). Teknik tendangan (Chagi)

terdiri dari berbagai jenis seperti (1) tendangan ke depan (Ap Chagi), (2)

tendangan melingkar (Dollyo Chagi), (3) tendangan ke samping (Yeop Chagi),

(4) tendangan ke belakang (Dwi Chagi), (5) tendangan cangkul (Naeryo

Chagi), (6) tendangan sodok depan (Milyo Chagi), dan (7) tendangan balik

dengan mengkait (Dwi Huryeo Chagi).

c. Tangkisan (Makki)

Terdapat beberapa jenis tangkisan dasar dalam taekwondo antara lain: (1)

tangkisan ke atas (Eolgol Makki), (2) tangkisan ke bawah (Arae Makki), (3)

tangkisan ke tengah (Momtong Makki), (4) tangkisan ke tengah tapi dari

pengambilannya dari luar (Momtong An Makki) dan (5) tangkisan ke tengah

tapi dari dalam (Momtong Bakkat Makki).

d. Sasaran tubuh (Keup so)

Sesuai dengan competition rules& interpretation permitted area WTF (2012),

daerah sasaran yang diperbolehkan dalam sebuah pertandingan Taekwondo

adalah:

1) Badan

Serangan yang dilakukan dengan tangan dan kaki didaerah badan yang

dilindungi oleh body protector diperbolehkan tetapi tidak diperbolehkan di

sepanjang tulang belakang.


9

2) Kepala

Seluruh bagian diatas tulang selangka (collar bone), dan hanya boleh

menggunakan teknik kaki.

e. Teknik yang diperbolehkan untuk menyerang atau bertahan (Permitted

Techniques) WTF Competition Rules & Interpretation (2012):

1) Teknik tangan: memukul dengan kepalan tinju yang erat. Teknik tangan

atau kepalan adalah pukulan dengan kepalan yang kuat ke arah permitted

areabadan lawan menggunakan bagian depan kepalan yang sempurna saat

lawan menyerang.

2) Teknik kaki: menendang dengan bagian bawah tulang mata kaki. Teknik

kaki adalah semua teknik serangan menggunakan bagian bawah tulang mata

kaki diperbolehkan, sedangkan menggunakan bagian diatasnya tidak

diperbolehkan (contoh: tulang kering, lutut dan lain-lain). Dalam PSS, letak

sensor pada E-Foot Protector ditentukan WTF.

2. Hakikat Motivasi

Istilah motivasi pada dasarnya terjemahan dari bahasa inggris yakni

“motivation” yang kemudian diindonesiakan menjadi motivasi, yang umumnya

diartikan sebagai dorongan atu kekuatan yang menggerakan organism (individu)

untuk melakukan suatu tindakan.

Menurut Sadirman (1990) kata motif diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan Sesutu. Dengan demikian dari beberapa

pendapat di atas dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subjek
10

untuk melakukan berbagai aktivitas demi tercapainya suatu tujuan yang

diinginkan yang terasa sangat dibutuhkan.

David Krech (1962) menyatakan bahwa motivasi adalah satu kesatuan

keinginan dan tujuan yang menjadi pendorong untuk bertingkah laku di nyatakan

bahwa studi tentang motivasi adalah studi yang mempelajari dua pertanyaan yang

berbeda atas tingkah laku individu yakni, mengapa individu memilih tingkah laku

tertentu dan menolak tingkah laku lainnya.

E.J Muray (1964) motivasi adalah factor internal yang menggairahkan ,

mengarahkan dan mengintergrasikan tingkahlaku seseorang.

M.L Kamlesh (1983) Motivasi adalah kecendrungan yang mengarahkan dan

memilih tingkah laku yang terkendali sesuai kondisi, dan kecendrungan

mempertahankannya sampai tujuan selesai.

W.S Winkel (1983), Wahjosumijo (1985), Kamlesh (1983). Motivasi terbagi

ats dua bentuk yakni, motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

ekstrinsik itu bentuk motivasi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber dari luar

seperti pemberian hadiah, penghargaan, sertifikat dan sebaginya. Motivasi

intrinsik itu adalah dorongan alamiah yang mendorong seseorang mengerjakan

sesuatu dan bukan karena situasi bantuan.

Dari beberapa defenisi diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi latihan adalah

keseluruhan daya penggerak (motif-motif) didalam diri individu yang

menimbulkan kegiatan berolaraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi

arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Latihan

dapat digemari anak-anak dan pemuda-pemudi karena memiliki daya tarik untuk
11

mengembangkan berbagai kemampuan dan menumbuhkan harapan-harapan ,

memberikan pengalaman yang membanggakan, meningkatkan kesehatan jasmani,

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari-hari

dan sebagainya. Melalui olahraga para pemuda-pemudi mendapatkan kesempatan

yang luas untuk mengembangkan kemampuannya, mendapatkan pengakuan dan

popularitas, menemukan teman baru serta bepergian dan bertanding yang

mendatangkan kegembiraan dan kepuasan. Olaraga merupakan aktifitas yang unik

dimana semua memerlukan hubungan yang harmonis dan ideal antara proses

berfikir , emosi dan gerakan. Kompetisi menimbulkan keadaan penuh stress dan

dapat menimbulkan kecemasan serta tantangan untuk mengatasi berbagai

perasaan , dengan berolaraga timbul bermacam-macam dorongan untuk bertindak

sebaik-baiknya yang merupakan sebagian dorongan untuk mengembangkan diri

sendiri.

Banyak ahli membagikan motivasi atas dua jenis yakni motivasi intrinsic dan

Motivasi ekstrinsik

Motivasi intrinsic adalah dorongan dari dalam diri yang menyebabkan individu

berpartisipasi, dorongan ini sering dikatakan dibawah sejak lahir, sehingga tidak

dapat dipelajari. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsic akan mengikuti latihan

peningkatan kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan

karena buatan (dorongan dari luar) , melainkan karena kepuasan dalam dirinya.

Bagi atlit tersebut kepuasan diperoleh dari prestasi yang tinggi bukan oleh

pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Atlet ini biasanya tekun
12

bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak

menggantungkan diri pada orang lain.

Menurut Selft Determination Theory yang juga dikembangkan oleh Deci dan

Ryan (1985, dalam Vallerand, 2004) motivasi intrinsic mempunyai tiga tingkatan

yaitu Knowledge,Acomplisment dan stimulation

Motivasi intrinsic untuk tahu (Knowledge) dalam motivasi untuk tahu ini,

seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktifitas karena kesenangan untuk belajar.

Dalam konteks olaraga , motivasi ini penting dalam proses latihan. Para atlet

harus mempunyai motivasi intrinsic jenis ini untuk memastikan bahwa mereka

selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggungah

motivasi ini para pelatih juga harus kreatif menciptakan metode latihan yang

selalu memberi sesuatu yang baru kepada para atlet. jika pelatih gagal memberi

sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para atlet akan

luntur perlahan-lahan

Motivasi intrinsic yang berkaitan dengan pencapaian (Accomplishment)

manusia selalu mempunyai naluri untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara

ekstrem. Ini membutikan bahwa setiap manusia mempunyaiu keinginan untuk

mencapai sesuatu. Dalam konteks olaraga, atlet juga sebenarnya mempunyai hal

serupa. motivasi tipe ini seseorang melakukan aktifitas karena terdorong oleh

kesengan mencoba untuk melampaui dirinya sendiri artinya ada keinginan untuk

lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa

unsur kompetisi dalam proses latihan, pemain juga harus mengikuti kompetisi

yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. selain untuk mengevaluasi
13

kemampuan , tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian

yang sudah pernah diperoleh

Motivasi Intrinsik untuk merasakan stimulasi (stimulation) jenis ini mendorong

seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktifitas dalam rangka merasakan

kenikmatan yang sensational. Untuk altet barangkali dengan mendapat pencapaian

tertinggi, maka pengalaman ini akan tercapai. bayangkan jika seorang berhasil

mendapatlan mendali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah para altet

harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi mungkin.

Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan ynag berasal dari luar diri individu yang

menyebabkan individu beradaptasi dalam olaraga. Dorongan ini berasal dari

pelatih, guru, orang tua, bangsa, atau berupa hadia, sertifikat, penghargaan atau

uang. Motivasi ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai

penguat itu dari waktu ke waktu. Ini dapat mempertaruhkan nama bangsa dan

Negara, karena hadia besar, karena publikasi lewat media masa. Dorongan yang

demikian ini biasanya tidak bertahan lama. Perubahan nilai hadia, tiadanya hadia

akan menurunkan semangat dan gairah berlatih. Kurangnya kompetisi

menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya merosot. Motivasi

intrinsic dalam olarga meliputi juga motifasi kompetitif, kareana motif untuk

bersaing memgang peranan yang lebih besar dari kepuasan karena telah

berpresyasi dengan baik. Kemengangan merupakan satu-satunya tujuan sehingga

dapat timbul kecendrungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti

licik dan curang. Atlet-atlet yang bermotifasi ekstrinsik sering tidak menghargai
14

orang lain, lawannya atau peraturan pertandingan. Agar dapat menang, maka ian

cenderung berbuat hal-hal merugikan, seperti memakai obat perangsang, mudah

dibeli atau suap. Motivasi ektrinsik bisa didefenisikan motivasi yang dating dari

luar individu dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseorang tersebut

dikendalikan oleh objek-objek yang berasal drai luar individu. Contoh motifasi

yang bersifat ekstrinsik adalah : hadiah, trofi, uang, pujian dan sebagainya.

Faktor Yang mempengaruhi Motivasi

Ada banyak sekali factor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi.

Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa ada 4 dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi

tersebut adalah :

1. Atlet sendiri

Atlet memegang peran sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang

mengatur dirinya untuk mencapai dan mendapatkan sesuatu. Jika atlet

sudah merasa puas dengan pencapaian yang ada maka tidak ada lagi usaha

keras untuk mendapatkan sesuatu yang baru.

2. Hasil penampilan

Hasil penampilan sangat menetukan motivasi seorang atlet selanjutnya

kekalahan dalam pertandingan sebelumnya akan berdampak negative

terhadap motifasi altet berikutnya. Atlet akan diliputi persaan tidak

berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi untuk bnagkit. Terlebih lagi

jika mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lemah dari dirainya.

Sebaliknya jika mendapat kemengangan maka hal itu akan menumbuhkan

sikap positif untuk mengulang keberhasilan yang berhasil diraih


15

3. suasana pertandingan

suasana pertandingan sangat menentukan emosi seorang atlet. Emosi yang

sudah terganggu oleh kondisi pertandingan yang tidak menyenagkan dapat

berdampak pada motifasi altet dalam menyelesaikan atau memenangkan

sebuah pertandingan.

4. Tugas dan penampilan

Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau penampilan yang dilakukan. Jika

tugas berhasil dengan baik diselesaikan , keyakianan dari atlet akan

meningkat . dengan keyakinan diri yang tinggi , motivasi juga akan

mengalami kenaikan . tugas yang berhasil dilaksanakan akan memberi

tambahan energy dan motifasi untuk bekerja dengan giat.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa

untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan pertama-tama harus ada dorongan untuk

melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan kata lain untuk dapat melaksanakan

sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaannya dalam proses latihan dimana

seseorang altet itu melaksanakan proses latihannya. Atlet harus mempunyai

motivasi untuk latihan karena dengan mempunyai motivasi yang kuat, atlet akan

menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya dalam latihan tersebut.

Setiap latihan terdapat dua aspek motivasi yang harus dimiliki oleh atlet, antara

lain motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.


16

3. Hakikat Latihan

Thompson (1991), latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan

meningkatkan kesegaran seseorang dalam suatu aktifitas yang dipilih. Selanjutnya

Harsono (1988), latihan adalah proses yang dikatakan sistematis daripada berlatih

atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan

atau kerja.

Menurt Josep Nossek (1982), latihan adalah suatu proses atau periode yang

berlangsung selama beberapa tahun sampai olahragawan mencapai standar

penampilan tinggi. Latihan dapat dilakukan secara baik dan sempurna jika seluruh

organ tubuh mampu melaksanakan latihan tersebut. Maka itu, sebagaimana

dikatan Bompa (1976) latihan merupakan proses yang sangat kompleks, yang

diorganisir dan drencanakan dalam berbagai macam tahap dan dilaksanakan

secara berkelanjutan.

Menurut Suharno dalm Siti Juariah (2005), Latihan adalah suatu proses yang

sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan berulang-ulang secara

kontinyu dengan meningkatkan jumlah beban untuk tercapainya tujuan latihan.

Sedangkan M. Sajoto (1988), mengatakan bahwa latihan juga merupakan aktivitas

fisik yang menyebabkan beban lebih tahan pada tuntutan dari latihan itu sendiri.

Menurut J. Syaranamual (2012), mengatakan bahwa latihan merupakan salah

satu factor strategi yang sangat penting dalam proses kepelatihan untuk mencapai

mutu prestasi maksimal suattu cabang olahraga. Latihan adalah suatu

penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan
17

diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental yang teratur, terarah, m

eningkat, dan berulang-ulang waktunya.

Pengertian Latihan

Seseorang yang melakukan suatu aktivitas secara teratur, terencana, berulang-

ulang dengan kian hari semakin berat beban kerjanya sering dinyatakan bahwa

orang tersebut sedang melakukan latihan. Hal ini didasarkan pada pengertian

training yang dijelaskan oleh Harsono (1988: 101) bahwa “Training adalah proses

yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan / pekerjaannya.”

Prinsip-prinsip Latihan

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan

kemampuan dan prestasi atlet adalah penerapan prinsip-prinsip latihan dalam

pelaksanaan program latihan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip latihan

merupakan faktor yang mendasar dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu

program latihan. Harsono (1991:83) menyatakan: Agar prestasi dapat meningkat,

latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan. Tanpa berpedoman pada

teori dan prinsip latihan yang benar, latihan seringkali menjurus ke praktek mala-

latih (mal-practice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis sehingga

peningkatan prestasi sukar dicapai.

Prinsip-prinsip latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Prinsip pemanasan tubuh (warming-up principle)


18

Pemanasan tubuh penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan ialah

untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang lebih

berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihan inti.

Prinsip beban lebih (overload principle)

Sistem faaliah dalam tubuh pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri

dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat. Selama beban kerja

yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia untuk

mengatasinya dan tidak terlalu berat sehingga menimbulkan kelelahan yang

berlebihan, selama itu pulalah proses perkembangan fisik maupun mental manusia

masih mungkin, tanpa merugikannya. Jadi beban latihan yang diberikan kepada

atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis namun realistis yaitu sesuai dengan

kemampuan atlet, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang

tinggi. Harsono (2004:9) menyatakan, “Beban latihan yang diberikan kepada atlet

haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan.”

Prinsip sistematis (systematic principle)

Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan yang mudah sampai

kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban yang berat. Hal ini

berkaitan dengan kesiapan fungsi faaliah tubuh yang membutuhkan penyesuaian

terhadap beratnya beban yang diberikan dalam latihan. Dengan berlatih secara

sistematis dan dilakukan berulang-ulang yang konstan, maka organisasi-organisasi

sistem persyarafan dan fisiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan yang

semula sukar akan menjadi gerakan yang otomatis dan reflektif.


19

Prinsip intensitas (intensity principle)

Perubahan-perubahan fungsi fisiologis yang positif hanyalah mungkin apabila

atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif yang dilandaskan pada

prinsip overload dimana secara progresif menambah beban kerja, jumlah

pengulangan serta kadar intensitas dari pengulangan tersebut. Harsono (2004:11)

menyatakan, “Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan maksimal

atlet tidak akan terasa training effect-nya (dampak/manfaat latihannya).

Prinsip pulih asal (recovery principle)

Harsono (2004:11) menyatakan, “Perkembangan atlet bergantung pada pemberian

istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa

dimaksimalkan.” Dalam hal ini atlet perlu mengembalikan kondisinya dari

kelelahan akibat latihan melalui istirahat.

Prinsip variasi latihan

Latihan dalam jangka waktu yang lama sering menimbulkan kejenuhan bagi atlet,

apalagi program latihan yang dilaksanakan bersifat jangka panjang. Oleh karena

itu, latihan harus dilaksanakan melalui berbagai macam variasi sehingga beban

latihan akan terasa ringan dan menggembirakan. Apalagi variasi latihan yang

diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Harsono (2004:11) menyatakan, “Untuk

mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan

variasi-variasi dalam latihan.”

Prinsip perkembangan multilateral

Harsono (2004:11) menyatakan, “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini

jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu.” Dalam
20

hal ini sebaiknya anak diberikan kebebasan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas

olahraga agar ia bisa mengembangkan dirinya secara multilateral baik dalam

aspek fisik, mental maupun sosialnya.

Prinsip individualisasi

Harsono (2004:9) menyatakan, “Agar latihan bisa menghasilkan yang terbaik,

prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan.” Artinya beban

latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik

spesifik dari atlet.

Prinsip spesifik (specificity principle)

Prinsip ini mengisyaratkan bahwa latihan itu harus spesifik, yaitu benar-benar

melatih apa yang harus dilatih. Harsono (2004:10) menyatakan, “Manfaat

maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi

manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-

gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.”

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas tentang latihan maka penulis

menyimpulkan bahwa latihan adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara

sistematis untuk mencapai prestasi atau hasil yang baik.

5. Hakikat Musik

Olahraga sambil mendengarkan musik dipercaya bisa menambah semangat

untuk latihan. Musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) diartikan

sebagai: (1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi,

dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai

kesatuan dan kesinambungan; (2) Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa
21

sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang

menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan

telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik

mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan

memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford

Ensiklopedi Pelajar, 2005).

Music adalah suatu keunikan istimewa yang diciptakan manusia yang

mempunyai kapasitas sangat kuat untuk menyampaiakn emosi (Johansson,2006).

Music adalah bahasa yang mengandung unsur-unsur universal, bahasa yang

melintas batas-batas usia , jenis kelamin, ras , agama dan kebangsaan. Semua

bunyi atau bila bunyi tersebut dalam satu rangkaian yang teratur yang kita kenal

sebagai music, akan masuk melalui telingan, kemudian menggentarkan gendang

telinga, mengguncang cairan ditelinga bagian dalam , serta menggetarkan sel-sel

rambut didalam klokea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju ke otak

yang membuat badan lebih cepat bergerak. Ada tiga reticular activating system (3

jaras ratikuler) yang diketahui sampai saat ini. Pertama ,jaras retikuler-talamus.

Music akan diterima langsung oleh talamus yaitu suatu bagian otak yang

mengatur emosi , sensasi, perasaan tanpa lebih dulu dicerna oleh bagian otak yang

berpikir mengenai baik-buruk maupun inteligensia. Kedua , melalui hipotamalus

mempengaruhi struktur basal forebrain termaksud system limbic dan ketiga

melalui akson neuron secara difus mempengaruhi neokorteks(Sirait,2006).


22

Music dapat mempengaruhi otak, hubungan saling mempengaruhi ini terutama

diproses oleh komponen otak yang terletak ditengah otak bernama system limbic.

Inilah pusat emosi yang memungkinkan sesorang individu melihatnya dengan

pendekatan emosi dan intuisi (termaksud sense of art). Tidak heran setiap music

yang menyentuh system limbic akan dirasakan manusia karena system limbic ini

merupakan komponen yang berkembang baik(Piniel, 2009;Pasiak 2007).

Menurut Jesen (dalam Pasiak 2007), pengaruh music terhadap tubuh antara

lain (1)meningkatkan energy otot, (2) meningkatkan energy molekul, (3)

mempengaruhi denyut jantung, (4) mempengaruhi metabolisme, (5) meredakan

nyeri dan sedih, (6)meredakan kelelahan, (7)membantu melepaskan emosi yang

tidak nyaman, (8)menstimulasi kreatifitas,sensivitas dan berpikir.

Menurut Costas Karageorghis dan David-Lee Priest (1999) terdapat beberapa

penjelasan ilmiah mengapa musik dapat memengaruhi performa olahraga. Musik

mengalihkan perhatian pelaku olahraga terhadap kelelahan atau rasa sakit selama

berolahraga. Perhatian dialihkan kepada musik yang membuat mood menjadi

senang dan seseorang menjadi semangat, sehingga seseorang akan lebih konstan

dalam berolahraga. Musik dapat mensinkronisasi tubuh terhadap olahraga yang

dilakukan berulang-ulang, Musik yang didengarkan ketika sedang berolahraga

biasanya adalah musik dengan ritme yang stabil dan tempo yang cepat. Tubuh

melakukan sinkronisasi terhadap musik yang didengarkan sehingga performa

dalam berolahraga bisa lebih efisien. Musik juga dapat mengaktivasi sensory

cortex di otak seseorang dan ini dapat mempengaruhi kemampuan motorik

seseorang. Ada 3 hal mengapa musik dapat memengaruhi hal ini.


23

a. Karena tubuh berusaha mereplikasi ritme yang ada pada musik.

b. Lirik yang ada pada musik memberikan semangat untuk bergerak kepada

tubuh.

c. Musik membuat kegiatan yang dilakukan menjadi lebih menyenangkan

sehingga seseorang termotivasi untuk berolahraga.

Musik yang dipilih juga dapat menentukan efektivitas dalam membuat seseorang

menjadi lebih semangat dalam berolahraga. Menurut Xavier Sanchez 2014

menemukan bahwa mendengarkan musik membuat partisipan penelitian

mengayuh lebih cepat pada sepeda statis dibandingan dengan tidak mendengarkan

musik. Pengaruh musik ini berlaku baik ketika mendengarkan musik dengan lirik

maupun musik instrumental saja. Musik yang dipilih tidak harus selalu cepat,

tetapi memiliki ritme dan beat yang jelas atau membuat playlist lagu-lagu untuk

olahraga yang cocok dan disenangi oleh diri sendiri dapat dilakukan. Copeland

dan Franks (1991) mengungkapkan bahwa music keras dan cepat tidak

meningkatkan performance secara psiologis ataupun psikologis. Mereka juga

mengemukakan bahwa music lambat memiliki pengaruh untuk membuat perasaan

lebih rileks. Music adalah media yang dipakai oleh pelatih pada atlet untuk

memacu perkembangan atlet dalam proses latihan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

tampak music memang dapat mempengaruhi gelombang otak dan neurofisiologis

tubuh manusia yang bila digunakan dalam proses latihan dapat memberikan hasil

yang positif. Membuat suasana lebih rileks dan gembira dan akhirnya menjadi

semangat dalam latihan (pemanasan) Musik dapat meningkatkan performa


24

seseorang dalam berolahraga, karena tubuh dapat mengikuti irama musik yang

didengarkan. Perhatian seseorang terhadap rasa lelah dapat dialihkan ketika

mendengarkan musik, sehingga seseorang bisa berolahraga lebih lama. Musik

yang dipilih juga lebih baik musik yang cocok untuk masing-masing orang,

karena selera musik seseorang berbeda-beda.

B. Kerangka Berpikir

Motivasi yang didalamanya terbagi atas dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik ini secara tidak langsung saling berhubungan dan dimiliki oleh

setiap atlet tanpa disadari olehnya, namun bagaimana membangkitkan motivasi

tersebut agar dapat mencapai proses latihan. Kemudian motivasi instrinsik ini

tanpa dibarengi oleh motivasi ekstrinsik maka atlet tidak akan mampu

mengembangkan kemampuan dalam dirinya, yang dapat dilakukan oleh pengaruh

luar sangat mempengaruhi motivasi instrinsik.

Motivasi ekstrinsik secara umum merupakan motivasi yang disebabkan oleh

faktor-faktor dari luar seperti orang lain atau lingkungan sekitar. seorang atlet

walaupun dari dalam dirinya memiliki motivasi yang kuat namun lingkungan

disekitarnya tidak mejadi saluran motivasinya maka motivasi yang dimilikinya

tidak akan berkembang bahkan mengalami penurunan oleh karenanya pengaruh

dari luar misalnya peranan orangtua, pelatih, teman-teman dan juga lingkungan

haruslah menjadi motivasi ekstrinsik yang positif dalam mengembangakan diri

atlet tersebut.

Motivasi tetap di perlukan di tempat latihan, sebab latihan tidak semuanya

menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan atlet. Latihan tanpa motivasi sulit
25

untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Oleh karena itu motivasi begitu

berarti, dengan motivasi yang dimiliki oleh atlet akan mencapai keberhasilan

secara optimal.

Music adalah media yang dipakai oleh penulis untuk mengetahui motivasi dari

pada atlet pada saat mengikuti pemanasan.

Demikian pula kondisi yang terjadi di atas, juga dialami oleh atlet taekwondo

dojang Unpatti. melalui tulisan ini, peneliti membangun model penelitian dengan

menghubungkan antara teori motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang

berhubungan dengan musik yang tujuannya yaitu menumbuhkan motivasi dari

dalam maupun dari luar diri para atlet, dengan motivasi yang baik para atlet

mampu menjalankan proses latihan dengan baik juga.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang

diajaukan adalah : Atlet Dojang Unpatti memiliki motivasi dalam mengikuti

latihan dengan menggunakan Musik ”.

Anda mungkin juga menyukai