Tambahan
Tambahan
DISUSUN OLEH :
NAMA : - DWI AYU MONICA
- LINA LESTARI B.R
- ENDHA PUTRI RAMADHAN
Hsb
- ATIKA PUTRI PARINDURI
- RIZKY FIRDA AMELIA
TARIGAN
UNIVERSITAS MUHAMADIAH
SUMATERA UTARA
Jalan Kapten Mucthar Basri No. 3, Kota Medan,
Sumatera Utara 20238
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“BAHAYANYA PENGARUH LGBT DI INDONESIA”. Penulisan makalah ini
adalah merupakan salah satu tugas Mata Kuliah di Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
kelangsungan para pelajar untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penulis
juga mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih sempurna lagi
di kemudian hari. Amin ……
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau
dikenal dengan LGBT telah semakin ramai di perbincangkan. Seperti kita ketahui
Lesbian yang berarti menggambarkan hubungan atau suka sesama perempuan.
Gay yang berarti menggambarkan hubungan atau suka sesama laki-laki atau
sering kita dengar Homoseks. Biseksual yang berarti seseorang yang tak hanya
tertarik dengan laki-laki tapi juga tertarik dengan perempuan. Sedangkan
Transgender ialah seorang yang terlahir sebagai laki-laki atau perempuan namun
memiliki kepribadian sebaliknya, biasanya diikuti dengan menggati jenis kelamin
mereka.
Fenomena LGBT ini sebenarnya sudah lama hadir, namun akhir-akhir ini
mulai diangkat kembali. LGBT sendiri hadir di Indonesia sekitar tahun 1968.
Namun baru pada tanggal 1 Maret 1982 LGBT mendirikan suatu organisasi
terbuka yang bernama Lambda. Lambda sendiri memiliki sekertariat di Solo
(Sinyo, 2014). Sampai saat ini sebaran LGBT sampai tahun 2015 sebesar 37.998
yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia (Kemensos, 2015).
Sudah sekian lama LGBT hadir di Indonesia. Ada yang menyatakan
mereka hadir membawa suatu orientasi atau tujuan tertentu. Tapi yang jelas,
beberapa media seperti (Republika, 19 Februari 2016), mereka mensinyalir LGBT
ini sudah vokal dalam mengkampanyekan disahkannya Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 tentang Perkawinan. Disana, mereka mendorong pemerintah untuk
melegalkan perkawinan atau pernikahan sesama jenis.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi Pergerakan LGBT di Indonesia
2. Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya LGBT
3. Mengetahui Dampak yang Diakibatkan oleh Kelompok LGBT
4. Mengidentifikasi Agenda Besar yang Dibuat Kelompok LGBT di Indonesia
5. Mengetahui Propaganda LGBT untuk Merusak Moral Bangsa Indonesia
6. Mengidentifikasi Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya LGBT
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk Transgender, mungkin ini juga adalah salah satu gangguan
psikologi dan juga gangguan hormon pada tubuh manusia. Bila seseorang
melakukan transgender karena gangguan psikologi, mungkin dia melakukannya
karena merasa aneh dengan bagian tubuhnya dan merasa ada yang kurang
sehingga memilih untuk mengganti kelaminnya. Untuk gangguan hormon, saya
beri satu contoh ada seorang wanita dimana dia merasa ada yang aneh pada
pertumbuhannya hingga usia 12 tahun dia belum merasakan adanya tanda tanda
puber. Setelah diperiksa ke dokter ternyata sang wanita itu malah memiliki
hormon testosteron, Hormon yang seharusnya dimiliki oleh laki-laki. Mengapa
terjadi demikian, mungkin saat di rahim terjadi pembelahan yang tidak sempurna.
Nah karena kejanggalan itulah sang wanita pun memilih untuk menjadi seseorang
Pria.
Prof. DR. Abdul Hamid El-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan
AIDS di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA) di dalam bukunya Kaum Luth
Masa Kini (hal. 65-71) menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai
berikut:
3
Dampak Kesehatan
Dampak Sosial
Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a. Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106
orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8
orang seumur hidupnya.” (Corey, L. And Holmes, K. Sexual
Transmissions of Hepatitis A in Homosexual Men.” New England J. Med.,
1980, pp 435-438).
b. 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan
bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan
lebih dari 500 org. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 79%
dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari
orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya
merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja (Bell,
A. and Weinberg, M.Homosexualities: a Study of Diversity Among Men
and Women. New York: Simon & Schuster, 1978).
4
Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang
menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali
lebih besar daripada siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan
28% dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah (National Gay and Lesbian Task
Force, “Anti-Gay/Lesbian Victimization,” New York, 1984).
Dampak Keamanan
Dampak keamanan yang ditimbulkan lebih mencengangkan lagi yaitu:
a. Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak
di Amerika Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari
keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo
seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490
kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-
anak (Psychological Report, 1986, 58 pp. 327-337).
b. Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya
kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka
menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan tujuan agar masyarakat
beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan berpengaruh pada
perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat (Science Magazine, 18
July 1993, p. 322).
Bagi kaum yang pro tehadap golongan ini tentu ada alasan kuat kenapa
mereka dengan semangatnya memperjuangakan keberadaan kaum ini, mereka
tentu ingin menyama-ratakan posisi kaum ini sama seperti masyarakat lain
5
sertamereka ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat awam, bahwa
mereka yang berada didalam golongan ini juga mansuia biasa, yang mempunyai
hak yang sama sebagai warga negara sama seperti masyarakat lainnya dan mereka
ingin mengangkat derajat kaum ini yang mungkin selama ini terpinggirkan dari
mata publik serta dianggap sebagai suatu penyakit mental yang
menjijikkan.Aktivis yang pro kaum ini adalah mereka yang menginginkan tidak
ada lagi diskriminasi dan kriminalisasi terhadap kaum LGBT ini, sebagai bentuk
dari persamaan hak dan menjunjung tinggi nilai HAM.
Sedangkan bagaimana pula reaksi dari golongan yang kontra dan menolak
keras keberadaan kaum ini?, mungkin dari sudut pandang yang berbeda mereka
yang menilai kaum ini, mungkin saja dari kacamata agama dan kepercayaan yang
dianut dinegeri ini, tentu saja keberadaan kaum ini sangat bertentangan dengan
nilai-nilai agama dan sangat dianggap tidak sesuai dengan adab kebiasaan orang-
orang yang mempunyai adat-istiadat yang kental dinegeri ini, serta diperkuat
dengan semakin maraknya penularan penyakit-penyakit sex yang mematikan,
makanya keberadaan kaum ini dianggap sebagai kaum yang abnormal, yang tidak
memiliki akal sehat.
Namun, mungkin inilah indikasi yang diakibatkan oleh era reformis 98.
Era reformasi tahun 98 adalah era dimana pemimpin diktator ditumbangkan, yang
diperjuangkan pada saat itu adalah “kebebasan” setiap warga negara, dalam artian
“demokrasi”. Memang konteks daripada perjuangan era 98 itu adalah demokrasi
politik. Namun dampaknya saat sekarang ini adalah merambat kesegala aspek,
dengan maraknya orang bicara soal HAM, kebebasan, aspirasi, suara rakyat dan
kebebasan pribadi.
Mungkin juga, inilah dampak dari demokrasi yang kita anut, kita terlalu
manut terhadap demokrasi barat, kita terlalu berkiblat kebarat, mungkin para
golongan yang pro pada kaum ini, selalu punya dalih, kenapa dibarat mereka bisa
diterima, kenapa dinegeri ini tidak? Padahal sama-sama menganut sistem
demokrasi? Apapun itu alasannya tidak ada yang bisa disalahkan, demokrasi dan
ideologi negara tidak bisa disalahkan, semua sudah memilki dampak positif dan
negatif masing-masing.
6
2.5 Propaganda LGBT dan Rusaknya Moral Bangsa Indonesia
Tapi, hal yang paling disoroti adalah bagaimana dampak apabila
keberadaan kaum LGBT ini dilegalkan? Indikasinya bukan saja semakin
maraknya pergaulan bebas, penyebaran penyakit menular dan juga peredaran
narkoba, namun akan diikuti pula oleh peningkatan krisis moral anak muda
bangsa ini. Kalau sudah masuk dalam masalah krisis moral anak muda, mau
dibawa kemana arah bangsa ini? Siapa lagi yang akan melanjutkan estafet
kepemimpinan bangsa ini, kalau bukan anak muda saat ini? Kalau potret pemuda
kita saat sekarang ini dasarnya saja sudah salah, bagaimana bisa
membuat kemajuan dan memimpin bangsa ini kedepannya?
Jadi, masalah LBGT memang urusan pribadi, tapi akan menjadi masalah
publik jika terlalu menuntut kebebasan hak dan akan menjadi masalah ummat jika
berurusan dengan moral anak bangsa, menolak keberadaan LGBT adalah sikap
terbaik sebagai warga negara yang baik, karena nantinya LGBT akan melahirkan
generasi abu-abu yang tidak tau arah masa depan bangsa, tentu kita tidak ingin hal
ini terjadi
7
mengajukan gugatan judicial review terhadap pasal-pasal KUHP yang
memberikan jalan terjadinya tindak kejahatan di bidang seksual.
2. Dalam jangka pendek pula, sebaiknya ada Perguruan Tinggi yang secara resmi
mendirikan Pusat Kajian dan Penanggulangan LGBT. Pusat kajian ini bersifat
komprehensif dan integratif serta lintas bidang studi. Aktivitasnya adalah
melakukan penelitian-penelitian serta konsultasi psikologi dan pengobatan
bagi pengidap LGBT.
3. Masih dalam jangka pendek, sebaiknya juga masjid atau gereja besar
membuka klinik LGBT, yang memberikan bimbingan dan penyuluhan
keagamaan kepada penderita LGBT, baik secara langsung maupun
melalui media online, bahkan juga pengobatan-pengobatan terhadap penderita
LGBT. Bisa dipadukan terapi modern dengan beberapa bentuk pengobatan
seperti bekam, ruqyah syar’iyyah, dan sebagainya.
4. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan kampanye besar-
besaran untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya LGBT-termasuk
membatasi kampanye-kampanye hitam kaum liberalis yang memberikan
dukungan kepada legalisasi LGBT.
5. Masyarakat khususnya, perlu memberikan pendekatan yang integral dalam
memandang kedudukan LGBT di tengah masyarakat. Bagaimana pun LGBT
adalah bagian dari umat manusia yang harus diberikan hak-haknya sesuai
dengan prinsip kemanusiaan, sambil terus disadarkan akan kekeliruan
tindakan mereka. Dalam hal ini, perlu segera dilakukan pendidikan khusus
untuk mencetak tenaga-tenaga dai bidang LGBT. Lebih bagus jika program
ini diintegrasikan dalam suatu prodi di Perguruan Tinggi dalam bentuk
‘Konsentrasi Program studi’.
6. Para pemimpin dan tokoh-tokoh perlu banyak melakukan pendekatan kepada
para pemimpin di media massa, khususnya media televisi, agar mencegah
dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye bebas penyebaran paham
dan praktik LGBT ini.
7. Lembaga-lembaga atau yayasan perlu memberikan beasiswa secara khusus
kepada calon-calon doktor yang bersedia menulis disertasi dan bersungguh-
8
sungguh untuk menekuni serta terjun dalam arena dakwah khusus penyadaran
pengidap LGBT.
8. Media-media massa perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah-kisah
pertobatan orang-orang LGBT dan mengajak mereka untuk aktif menyuarakan
pendapat mereka, agar masyarakat semakin optimis, bahwa penyakit LGBT
bisa disembuhkan.
9. Orang-orang yang sadar dari LGBT perlu didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai-khususnya oleh pemerintah-agar mereka dapat
berhimpun dan memperdayakan dirinya dalam menjalani aktivitas kehidupan
sehari-hari dan melaksanakan aktivitas penyadaran kepada para LGBT yang
belum sadar akan kekeliruannya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pergerakan LGBT di Indonesia sudah mulai vocal di Indonesia, ancaman
UU tentang Perkawinan yang menuntut legalitas pernikahan sesama jenis. Faktor
hadirnya LGBT bersumber pada kondisi lahiriah dan kondisi lingkungan.
Kemudian, propaganda yang di bawa oleh pelaku LGBT ini harus menjadi konsen
kita, anak-anak usia dini menjadi incaran utama mereka dalam mempengaruhi.
Dengan kondisi ini menimbulkan dampak negative dari berbagai aspek seperti
aspek kesehatan, social, pendidikan, dan keamanan. Oleh karena itu, perlu adanya
pencegagahan dan penanggulangan yang harus dilakukan diantaranya melakukan
penyadaran oleh para pelaku LGBT, menuntut pemerintah agar tidak merubah
peraturan yang mengatur legalitas kelompok LGBT, penyadaran pelaku LGBT
dengan psikiater, psikologi, dan pendekatan agama.
3.2 Saran
Pengaruh LGBT ini sudah sangat vokal di Indonesia. Tidak boleh lagi kita
sepelekan begitu saja, melihat dampak yang dihasilkannya. Kita harus jaga moral
bangsa Indonesia dari degradasi, terkhusus pada anak-anak di bawah umur.
Mereka sangat rentan terhadap perkembangan perilaku mereka. Kemudian,
walaupun LGBT ini ialah perilaku menyimpang dari aspek agama, budaya, etika,
dsb. Namun, jangan sampai mereka dikucilkan atau di diskriminasi. Ingat!
Mereka menghidap penyakit, dan penyakit dapat disembuhkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2016. Undang-Undang Perkawinan Jadi Target. Replubika. 19
Februari, hlm. 5 kolom 4-6.
El-Qudah, Abdul Hamid. 2014. Kaum Luth Masa Kini. Jakarta: Yayasan Islah
Bina Umat
El-Qudah, Abdul Hamid. 2015 Penyakit Menular Seksual Hukuman Ilahi. Jakarta:
Yayasan Islah Bina Umat
Husaini, Adian. 2015. LGBT di Indonesia. Jakarta: INSISTS
[Kemensos] Kementerian Sosisal. 2015. Sebaran LGBT di Indonesia.
http://www.kemensos.go.id (2015 Februari 20).
Sinyo. 2014. Perkembangan LGBT di Berbagai Negara[Skripsi]. Yogyakarta:
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
11