Anda di halaman 1dari 12

SISTEM INTEGUMEN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

CHRISTINE N BR SEMBIRING (4223141044)


GABRIELLA MUNTHE (4223341008)
NITYA ILMI HASIBUAN (4221141006)
RIZKA LUBIS (4221141004)
SRIYANTI LUMBANGAOL (4221141031)

MATAKULIAH : STRUKTUR HEWAN


KELAS : PSPB 2022 B

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
TUGAS 1
1. Jawablah pertanyaan berikut :

a. Reptil yang hidup dikandang cenderung mendekati sumber panas seperti lampu
untuk meningkatkan aktivitas metabolisme dan dia tetap berada disana sehingga
beresiko mengalami Luka bakar (thermal burn). Hal ini terjadi akibat kesalahan
manajemen kandang. Respon tersebut berkaitan dengan sistem integumen,
mengapa demikian, berikan pendapat anda.

➢ Jawab : Dari sumber panas dapat dihasilkan oleh semua aktivitas


metabolisme tubuh, dan dari lingkungan eksternal. Hewan endotermik
memproduksi panas dalam jumlah besar di inti dari tubuh. Reptil dapat
mengalami luka bakar karena kulit reptil relatif lebih kering dan kelenjarnya
hanya terdapat dibeberapa lokasi tubuh tertentu saja sementara vertebrata
lainnya memiliki kelenjar diseluruh tubuhnya. Kulit reptil kaya akan keratin
dan lapisan lipid sehingga teksturnya keras dan sangat efektif mencegah
kehilangan air Integumen pada reptil umunya tidak mengandung kelenjar
keringat, sehingga mikrograf cahaya integumen O. V-signata yang akan
menyebar ke seluruh pembuluh darah. Seperti ke daerah punggung, daerah
ventrolateral dan daerah ventral.

b. Saat ekdisis, reptil sangat rentan terhadap infeksi dan dehidrasi. Mengapa
demikian?
➢ Jawab : Ekdisis merupakan pergantian kulit yang dikendalikan oleh kelenjar
tiroid, reptil sangat rentan terhadap infeksi dandehidrasi karena selama
ekdisis, sel-sel yang terdapat pada lapisan intermedia aktif membelah
sehingga menghasilkan tiga lapisan baru pada epidermis. Jika proses ini
selesai maka limfa akan berdifusi kedalam area diantara dua lapisan dan
enzim dilepaskan untuk membentuk zona pembelahan. Kulit yang lama akan
terkelupas dan digantikan dengan kulit yang baru.
c. Bandingkan sistem integumen antar kelas pada sub filum vertebrata

➢ Jawab : Sistem Integument Reptil dan Sistem Integumen mamalia


Integumen pada reptil umumnya juga tidak mengandung kelenjar
keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak
mengandungsel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama
akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Pada
beberapa kadal, kelenjar terdapat di area femoral dan dekat kloaka yang
berfungsi sebagai feromon. Kelenjar ini sangat berkembang pada jantan.
Epidermis lebih tebal jika dibandingkan dengan ampibia.
Epidermis biasanya terdiri dari tiga area yaitu stratum basale, stratum
granulosum dan stratum korneum. Seluruh permukaan tubuh reptil atau
setidaknya sebahagian besar, kulit mengalami modifikasi menjadi sisik,
sedangkan sistem integumen mamalia terdiri dari dua lapisan utama yaitu
epidermis dan dermis yang dihubungkan oleh membran basalis. Modifikasi
dermis dapat berupa rambut, kuku dan kelenjar. Sel-sel epidermis terluas
merupakan sel mati yang mengalami keratinisasi, akan terkelupas secara terus
menerus dan digantikan oleh sel-sel dibawahnya. Epidermis tersusun atas
beberapa strata dimulai dari yang terdalam sampai terluar yaitu basale,
spinosum, granulosum, lusidum dan korneum.
Ada beberapa tipe sel yang menyusun epidermis yaitu keratinosit yang
sangat dominan, sel langerhan yang terletak disebelah atas stratum spinosum,
sel merkels yang merupakan reseptor sensorik serta kromatofor yang terdapat
pada bagian basal dan merupakan penghasil melanin.

KESIMPULAN :

Integumen merupakan selaput seluler yang merupakan pembatas antara


hewan dengan lingkungan eksternalnya. Fungsi utamanya yaitu penyokong dan
pelindung. Sebagai fungsi penyokong, dapat menahan jaringan dan organ agar
tetap pada tempatnya, elastisitas dan fleksibilitasnya memungkinkan terjadinya
gerakan maupun pertumbuhan. Sebagai fungsi proteksi, dapat mencegah
masuknya mikrobia yang berpotensi menimbulkan penyakit serta mencegah
kerusakan yang ditimbulkan akibat gesekan dengan suatu objek. Integumen juga
membantu regulasi fisiologis seperti regulasi osmotik, regulasi temperature tubuh,
detektor sensorik serta respirasi. Integumen tersusun atas epidermis yang
terdapat pada permukaan luar serta dermis yang terdapat dibawahnya dan
diantara kedua terdapat membran basalis (lamina basalis dan lamina retikularis).
Epidermis berasal dari ektoderm dan menghasilkan lamina basalis. Dermis berasal
dari mesoderm dan mesenkim serta menghasilkan lamina retikularis. Diantara
integumen dan otot-otot tubuh, terdapat area subkutan yang terbentuk dari
jaringan ikat longgar dan jaringan adiposa. Area ini disebut hipodermis atau
superfisial fascia. Epidermis dan dermis secara bersama-sama membentuk
beragam struktur pada sistem integumen vertebrata. Epidermis membentuk
rambut, bulu, baleen, tanduk, kuku paruh dan beberapa tipe sisik. Dermis
membentuk tulang dermal dan osteodermal pada reptilia. Secara kolektif,
epidermis dan dermis membentuk gigi, dentikel (tonjolan seperti gigi) dan sisik
pada ikan

• Sistem integumen pada ikan

Lapisan epidermis terluar pada ikan umumnya merupakan sel-sel hidup (non
keratin) dan dilapisi mukus, sementara pada ampibia, reptilia, aves dan mamalia
merupakan sel-sel mati dengan kata lain mengalami keratinisasi. Lapisan
epidermis ikan terdiri dari dua tipe sel yaitu sel epidermal dan kelenjar uniseluler.

• Sistem Integumen pada Ampibia

Sistem integumen ampibia merupakan salah satu sistem organ yang paling
penting karena kulit tidak sekedar berfungsi untuk proteksi tetapi juga sebagai
organ sensoris, termoregulasi, osmoregulasi, respirasi, penanda jenis kelamin,
kamuflase serta reproduksi. Kulit ampibia terdiri dari epidermis dan dermis yang
dipisahkan oleh membran basalis. Epidermis lebih tipis jika dibandingkan dengan
vertebrata lainnya karena stratum korneum hanya terdiri dari satu lapis sehingga
tidak mencegah sifat permeabilitas kulit. Dermis ampibia sangat vaskuler, lapisan
terluarnya disebut stratum spongiosum dan lapisan dibawahnya disebut stratum
kompaktum. Ampibia memiliki dua tipe kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan
kelenjar granuler (racun). Kelenjar mukosa biasanya terdapat di area tubuh bagian
dorsal, menghasilkan mukus yang berfungsi untuk mempertahankan kelembapan
kulit sekaligus untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan. predator. Sebagian
besar sekresi kelenjar pada sesilia, anura dan salamander bersifat iritatif pada kulit
manusia dan beberapa diantaranya memproduksi racun yang dapat menyebabkan
kematian pada manusia seperti Dendrobates dan Phyllobates. Warna ampibia
dipengaruhi oleh keberadaan sel-sel pigmen (kromatofor) yang terdapat di area
stratum spongiosum. Ada tiga kelas kromatofor yang berperan penting untuk
memberikan warna pada kulit yaitu melanofor, iridofor dan xantofor.

• Sistem Integumen pada Reptilia

Kulit reptil kaya akan keratin dan lapisan lipid sehingga teksturnya keras dan
sangat efektif mencegah kehilangan air. Epidermis biasanya terdiri dari tiga area
yaitu stratum basale, stratum granulosum dan stratum korneum. Seluruh
permukaan tubuh reptil atau setidaknya sebahagian besar, kulit mengalami
modifikasi menjadi sisik. Sisik dapat dibedakan menjadi plates, shield, laminae,
lamellae, scute, scansor atau tubercle. Dermis terdiri dari jaringan ikat fibrosa,
darah, pembuluh limfatik, saraf dan sel-sel pigmen. Beberapa spesies memiliki
dermis yang berbentuk seperti lempengan tulang yang disebut osteodermal.
Ekdisis merupakan pergantian kulit yang dikendalikan oleh kelenjar tiroid.

• Sistem integumen pada mamalia

sistem integumen mamalia terdiri dari dua lapisan utama yaitu epidermis dan
dermis yang dihubungkan oleh membran basalis. Modifikasi dermis dapat berupa
rambut, kuku dan kelenjar. Epidermis tersusun atas beberapa strata dimulai dari
yang terdalam sampai terluar yaitu basale, spinosum, granulosum, lusidum dan
korneum. Ada beberapa tipe sel yang menyusun epidermis yaitu keratinosit yang
sangat dominan, sel langerhan yang terletak disebelah atas stratum spinosum, sel
merkels yang merupakan reseptor sensorik serta kromatofor yang terdapat pada
bagian basal dan merupakan penghasil melanin.

TUGAS II

1. Jawablah pertanyaan berikut.


a. Fungsi sistem integumen pada anura?
➢ Jawab : Integumen anuran melakukan beberapa fungsi, seperti perlindungan
terhadap keadaan lingkungan yang beragam, perlindungan mekanis,
pertahanan kimia, persepsi sensorik, transpor ionik dan penyerapan air dan
respirasi.

b. Komposisi sistem integumen anura dewasa?


➢ Jawab : Pada anuran dewasa, integumen terdiri dari dua tegas lapisan
terlampir: epidermis dan dermis, yang terletak tepat di bawah epidermis.
Epidermis, dibentuk oleh stratifikasi epitel skuamosa, melapisi dermis
jaringan ikat, yang dibagi menjadi dua lapisan: dermis spons dan dermis yang
kompak. Dermis spons dibentuk oleh longgar jaringan ikat dengan sel pigmen,
seperti melanofor (sel penghasil melanin) dan iridophores (dengan reflektif
atau struktur warna-warni) terletak tepat di bawah lamina basal. Selain sel
pigmen, pembuluh darah, lendir alveolar, serosa, campuran dan kelenjar
granular juga terjadi. Dermis kompak terdiri dari serangkaian lapisan bolak-
balik bundel serat kolagen yang disusun dengan cara menyilang.

c. Fungsi dan tipe kromatofor?


➢ Jawab: Kromatofor (Warna dan reflektifitas) adalah mekanisme penting yang
memungkinkan anuran untuk mengubah in- warna tegument, memungkinkan
pemeliharaan suhu tubuh dan menghindari deteksi oleh pemangsa (Duellman
dan Trueb 1994). Tiga jenis kromatofor penting untuk amfibi pewarnaan:
melanofor (dengan pigmen hitam atau kecoklatan bernama melanin),
xantophores (dengan pigmen berwarna kuning), dan iridofor (dengan
struktur reflektif atau warna-warni). Ini sel pigmen terletak di dermis spons
tepat di bawahnya lamina basal, dan susunannya disebut Dermal Satuan
Kromatofor/ Dermal Chromatophore Unit (DCU)

d. Kekhasan struktur integumen anura akibat adaptasi?


➢ Jawab : Kekhasan pada integumen anura yaitu mampu memperbaiki dirinya
sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan
mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar
tubuh dengan dalam tubuh).

e. Rangkum hasil penelitian berdasarkan gambar dan tabel.


➢ Jawab : integumen semua spesies menunjukkan struktur morfologi dasar
integumen anuran, pada dasarnya dibentuk oleh lapisan epidermis dan
dermal (Gambar 11-55). Epidermis relatif tipis dan terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat berkeratin sebagian yang didukung oleh dermis.
Meskipun keratinosit adalah jenis sel yang dominan, sel labu asli juga
divisualisasikan. Selain itu, sel-sel epidermis disusun menjadi lapisan basal,
lapisan menengah dan lapisan paling luar. Sel-sel epidermis dari lapisan
terluar sebagian terkeratinisasi, karena profil nukleusnya dapat dengan
mudah divisualisasikan.

Pada penelitian ini, integumen menunjukkan struktur dasar seperti


yang telah dijelaskan pada anuran lainnya, yaitu epidermis bertumpu pada
dermis, yang terbagi menjadi spongious dan dermis kompak. Sebagian besar
anuran menampilkan pola struktur integumen ini (Elkan 1968, Goniakowska-
Witalinska dan Kubiczek 1998, Warburg et al. 2000, de Brito-Gitirana dan
Azevedo 2005, Delfino et al. 2006, Felsemburgh et al. 2007, Gonçalves dan de
Brito-Gitirana 2008, Felsemburgh et al.2009).Dalam penelitian ini, kriteria
histologis yang mapan untuk kucing egorisasi kelenjar kulit mamalia (Ham
1977, Kierzen baum 2004) digunakan untuk mengadopsi klasifikasi histologis
yang koheren, terutama yang mengacu pada kelenjar anuran, karena mereka
menunjukkan morfologi variabel. Jadi, berdasarkan bagaimana produk
sekretori mereka dilepaskan ke lingkungan luar, kelenjar eksokrin dapat
diklasifikasikan sebagai holokrin, apokrin, atau merokrin. Kelenjar holokrin
melepaskan sekresi dan seluruh sel, sedangkan kelenjar apokrin melepaskan
produk sekretori dan matriks sitoplasma dari bagian apikal sel.Dalam
penelitian ini, kelompok kelenjar diamati pada integumen ventrolateral O.
albicans, O. angresis. O. flavo guttata, S. hayii. Akumulasi kelenjar ini mungkin
ada di daerah khusus integumen yang menyediakan fungsi khusus.

f. Perbedaan holokrin, apokrin dan merokrin?


➢ Jawab : Kelenjar eksokrin dapat diklasifikasi sebagai halokrin, apokrin, dan
merokrin yang dimana memiliki perbedaan. Pada kelenjar holokrin,
melepaskan sekresi dan seluruh sel, sedangkan pada kelenjar apokrin,
melepaskan pada sekretori dan matriks sitoplasma dari bagian apikal sel. Pada
kelenjar merokrin, tidak ada sitoplasma dan kelenjar menggunakan
eksositosis.

g. Perbedaan serosa,mukosa dan seromukosa?


➢ Jawab : kelenjar merokrin diklasifikasi sebagai serosa,mukosa,dan
seromukosa.kelenjar serosa pada dasarnya terdisi sel penghasil serosa dengan
inti bulat besar dan sitoplasma asidofilik yang diindivualkan oleh membrane sel.
Kelenjar mukosa disusun oleh sel penghasil nucleus , yang memperlihatkan
bentuk tidak beraturan, nucleus.

h. Karakteristik Eberth-Katschenko?
➢ Jawab : Lapisan Eberth-Katschenko (EK) terjadi antara dermis spongiosa dan
kompak dan dikenali melalui reaksi basofilik dan alsianofilik yang khas setelah
menggunakan metode HE dan AB, masing-masing. Lapisan EK divisualisasikan di
daerah dorsal integumen semua spesies Olygon, tetapi tidak ada di semua spesies
Scinas.
lapisan Eberth-Katschenko (EX) divisualisasikan sebagai lapisan aselular yang
terbatas pada daerah antara dermis yang kenyal dan padat. Selain itu, lapisan EK
biasanya kontinu di integumen donal, menunjukkan pewarnaan khas basofilik
dan alsianofilik, yang disebabkan oleh kandungan glikokonjugat. Pada R. icterica
dan L. catesbela lapisan EK mengandung dermatan sulfat dan kalsium, dan
terjadi sebagai agregat yang tersebar di seluruh dermis spons (Pelli et al. 2007,
2010). Mineral ini terdiri dari endapan cal clum phosphate (Katchburian et al.
2001). Selain itu, kalsium lapisan EK lebih terkonsentrasi pada integumen dorsal
kodok jantan, tetapi tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi pada
integumen kodok betina (Azevedo et al. 2005). Elkan (1968) mengemukakan
bahwa ketiadaan lapisan EK pada beberapa spesies anuran mungkin berkorelasi
dengan jenis fiksatif: Namun demikian, dalam penelitian ini, semua difiksasi
dengan cara yang sama, dan ada tidaknya lapisan EK bervariasi menurut
spesimen dan daerah integumen.
Toledo dan Jared (1993) mengemukakan bahwa kalsium yang terletak di
lapisan EK berpartisipasi dalam keseimbangan hidrat, mempengaruhi
penyerapan dan retensi hidrat. Di sisi lain, Azevedo dan et al. (2007)
menunjukkan bahwa asam hialuronat (HA) terjadi pada dermis spongiosa,
menunjukkan bahwa seluruh dermis spongiosa bertindak sebagai reservoir
hidrik karena HA, komponen penting dari matriks jaringan ikat, terlibat dalam
mempromosikan perakitan matriks, hidrasi jaringan, dan viskositas jaringan.
beberapa cairan (Laurent et al., 1996). Namun, signifikansi fungsional dari
keberadaan kalsium di lapisan EK masih belum jelas.

KESIMPULAN :

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahakan dan


menginformasikan dari lingkungan sekitar. Sistem yang mengarah pada struktur kulit
dan aksesorisnya. Integumen melakukan beberapa fungsi seperti melakukan
perlindungan terhadap keadaan lingkungan yang beragam, : Integumen anuran
melakukan beberapa fungsi, seperti perlindungan terhadap keadaan lingkungan yang
beragam, perlindungan mekanis, pertahanan kimia, persepsi sensorik, transpor ionik
dan penyerapan air dan respirasi.

Secara umum integumen semua spesies menunjukkan struktur morfologi dasar


integumen anuran, pada dasarnya dibentuk oleh lapisan epidermis dan dermal
Epidermis relatif tipis dan terdiri dari epitel skuamosa bertingkat berkeratin sebagian
yang didukung oleh dermis. Meskipun keratinosit adalah jenis sel yang dominan, sel labu
asli juga divisualisasikan. Selain itu, sel-sel epidermis disusun menjadi lapisan basal,
lapisan menengah dan lapisan paling luar. Sel-sel epidermis dari lapisan terluar sebagian
terkeratinisasi, karena profil nukleusnya dapat dengan mudah divisualisasikan. Dan
beberapa anura,katak meunjukkan morfologi yang beragam dalam garis besar
integumen yang khas yang menunjukkan adaptasi untuk menghindari air melalui
evaporasi.

Kromatofor (Warna dan reflektifitas) adalah mekanisme penting yang


memungkinkan anuran untuk mengubah in- warna tegument, memungkinkan
pemeliharaan suhu tubuh dan menghindari deteksi oleh pemangsa (Duellman dan Trueb
1994). Tiga jenis kromatofor penting untuk amfibi pewarnaan: melanofor (dengan
pigmen hitam atau kecoklatan bernama melanin), xantophores (dengan pigmen
berwarna kuning), dan iridofor (dengan struktur reflektif atau warna-warni).

Kelenjar anuran telah mendapat perhatian yang signifikan. Mereka telah digambarkan
sebagai jenis yang berbeda, seperti kelenjar lendir, serosa, lipid (atau lilin), dan
campuran (seromukosa). Namun, beberapa penulis menyebut kelenjar granular sebagai
racun atau kelenjar serosa (Mills dan Prum 1984, Duellmann dan Truch 1994, Brizzi et
al. 2002). Kelenjar eksokrin dapat diklasifikasi sebagai halokrin, apokrin, dan merokrin
yang dimana memiliki perbedaan. Pada kelenjar holokrin, melepaskan sekresi dan
seluruh sel, sedangkan pada kelenjar apokrin, melepaskan pada sekretori dan matriks
sitoplasma dari bagian apikal sel. Pada kelenjar merokrin, tidak ada sitoplasma dan
kelenjar menggunakan eksositosis.
Peneliti mengungkapkan metode histologis dapat efisien untuk membantu
mengkarakterisasi dan membedakan integumen anuran, sehingga meningkatkan
taksonomi mereka.

Anda mungkin juga menyukai