Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK CIBI

Mata Kuliah: Pengembangan Kreativitas Anak CIBI


Dosen Pengampu: Dewi Ratih Rapisa, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 4 A02


Amanah 2110127120014
Annisa' Adelia 2110127320019
Husna 2110127220004
Nurul ismi 2110127220003
Galih Putri Mahatma 2110127120015
Turyaningsih 2110127220011
Rahmad Arsy Abimanyu 2110127310011
Dewi Rizka Adelia 2110127120011
Kantata Fatwa Jihadi 2110127110018
Chrisdian Ardi Setiawan 2110127310024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji sykur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang


telah memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Observasi yang membahas
tentang Pengembangan Kreativitas Anak Cerdas Istimewa
dan Berbakat Istimewa yang ada di sekolah. Tak lupa pula
shalawat dan salam saya haturkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang
penuh petunjuk ini.
Kami yang bertanggung jawab atas tugas Observasi ini
telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tugas
ini dengan baik dan teliti. Sebelumnya saya mengucapkan
banyak-banyak terimakasih kepada:
1. Dewi Ratih Rapisa M.Pd. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Kreativitas Anak Cerdas Istimewa dan
Berbakat Istimewa
2. Rekan-rekan sekalian yang telah mendukung kami dalam
menjalankan tugas ini.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 27 Oktober 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………...
KATA PENGANTAR..................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................v
BAB I PENDAHULUAN............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Tujuan.................................................................................6
C. Manfaat...............................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI......................................................8
A. Pengembangan Kreativitas Anak Cibi................................8
B. Teori Howard Gardner.....................................................15
C. Macam-Macam Kecerdasan.............................................24
BAB III PROGRAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS 47
A. Identitas Anak...................................................................47
B. Hasil Identifikasi..............................................................47
C. Hasil Asesmen..................................................................64
D. Program Pengembangan Kreativitas 4P...........................66
E. Implementasi Program Pengembangan Kreativitas..........68
F. Evaluasi Program Pengembangan Kreativitas..................70
BAB IV PENUTUP....................................................................72
A. Kesimpulan.......................................................................72
B. Rekomendasi....................................................................73
DAFTAR PUSTAKA................................................................75

ii
LAMPIRAN...............................................................................80
BIODATA PENULIS................................................................82

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Nominasi Guru...........................................................48


Tabel 3. 2 Nominasi Teman Sebaya............................................55
Tabel 3. 3 Nominasi Orang Tua..................................................58
Tabel 3. 4 Program Pengembangan Kreativitas 4p.....................66
Tabel 3. 5 Evaluasi Program Pengembangan Kreativitas...........70

iv
DAFTAR GAMBAR

Tabel 5. 1 Papan Permainan Ular Tangga


Tabel 5. 2 Kartu soal dan Kartu jawaban
Tabel 5. 3 Dadu dan Orang-Orangan
Tabel 5. 4 Petunjuk Permainan
Tabel 5. 5 Foto Bersama
Tabel 5. 6 Foto Bersama dengan Hasil Produk
Tabel 5. 7 Foto Bersama
Tabel 5. 8 Hasil IQ

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3. 1 Gaya Belajar..............................................................64


Grafik 3. 2 Asesmen Multiple Intelegensi...................................65

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting


bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama
bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu
negara, berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang
diberikan kepada anggota masyarakatnya. Tujuan
pendidikan pada umumnya adalah menyediakan
lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya secara
optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi secara optimal sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang dimiliki. Pada dasarnya setiap orang
memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda,
sehingga dibutuhkan pula pendidikan yang berbeda-beda.
Salah satu contohnya adalah siswa-siswa dengan
kebutuhan khusus, yang membutuhkan sistem pendidikan
yang berbeda dari siswa lain pada umumnya.

Siswa CIBI (cerdas istimewa dan berbakat istimewa)


yang sering dikenal sebagai siswa Gifted, tergolong siswa
yang memiliki kebutuhan khusus. Berdasarkan hal ini,
siswa CIBI membutuhkan perlakuan dan penanganan

1
khusus dalam dunia pendidikan. Beberapa alasan siswa
CIBI merupakan siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu
tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata, daya pikir
kreativitas yang besar serta komitmen terhadap tugas dan
memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih prestasi.
Sedangkan ciri-ciri kepribadiannya, antara lain, memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, menyukai tantangan, tidak
mudah puas serta ulet dalam berusaha (Munandar, 1999).
Beberapa ciri tersebut mempengaruhi perilaku siswa
CIBI, yang membuat mereka berbeda dari siswa lain pada
umumnya. Berdasarkan beberapa ciri yang diungkapkan
di atas, siswa CIBI membutuhkan kurikulum khusus yang
dapat mendukung perkembangan potensinya dengan
optimal. Mereka membutuhkan program pendidikan yang
berdiferensiasi sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan mereka. Siswa CIBI membutuhkan pelayanan
di luar jangkauan sekolah reguler, sehingga mereka tidak
dianggap sebagai siswa yang “aneh” atau prestasi belajar
yang diraih tidak sesuai dengan kemampuannya
(Munanadar, 2004). Dengan kata lain menjadi siswa yang
underachiever.

Anak CIBI (Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa)


merupakan anak yang memiliki kemampuan dan
intelegensi di atas rata-rata atau dapat dikatakan sebagai
anak yang mempunyai daya kreativitas tinggi. Anak CIBI

2
biasa dikenal dengan sebutan anak berbakat atau “gifted
child” dan dikategorikan dalam anak berkebutuhan khusus
karena tingkat kemampuan dan intelegensi yang tinggi
justru akan menjadikan anak susah berinteraksi dan
bersosialisasi dengan baik, sehingga menyebabkan anak
merasa aneh pada dirinya sendiri atau bisa juga
lingkungan sekitar yang memberikan label aneh pada anak
berbakat tersebut (Desiningrum, 2017). Adapun
karakteristik anak berbakat yaitu cenderung menonjolkan
sikap percaya diri, berani mengambil resiko (dengan
perhitungan yang matang), selalu ingin tahu, dan lebih
menyukai aktivitas yang kreatif (Idris, 2017).

Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang


dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987)
menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness)
menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri,
yaitu:

(a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata,

(b) kreativitas tinggi dan

(c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas


(task commitment).

Masing-masing ciri mempunyai peran yang


menentukan. Seseorang dikatakan berbakat intelektual
jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas

3
adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur
yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan
diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang
untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai
rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan diri
pada tugas atas kehendaknya sendiri.

Kreativitas penting untuk dikembangkan karena


kreativitas berpengaruh terhadap kehidupan seseorang,
misalnya kreativitas berpengaruh terhadap gagasan-
gagasan seseorang, pemecahan terhadap suatu
permasalahan, serta berpengaruh terhadap prestasi
akademik. Munandar (1999), mengemukakan kreativitas
(berpikir divergen) adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau
unsurunsurnya, sehingga mampu menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang
tekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman
jawaban. Pengembangan kreativitas sering ditelantarkan
dalam pendidikan formal, padahal amat bermakna bagi
pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan seni budaya.

Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan karena


kreativitas dapat meningkatkan prestasi akdemik

4
(Yamamoto, 1964 dalam Palaniappan). Sehingga, semakin
tinggi kreativitas yang dimiliki seseorang maka semakin
tinggi pula prestasi akademik yang diraih. Dari beberapa
penelitian tentang kreativitas, menunjukkan bahwa
kreativitas sangat penting untuk dikembangkan, karena
kreativitas memegang pengaruh penting dalam kehidupan
seseorang. Maka dari itu, kreativitas perlu dikembangkan
sejak dini. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat
jelas ketika anak bermain, dimana ia menciptakan
berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan
spontanitas dengan alat mainannya. Oleh karena itu
pengembangan kreativitas untuk Anak Cerdas istimewa
Bakat Istimewa itu penting dilakukan agar kita semua
dapat mengetahui layanan apa yang akan diberikan
kepada anak. Hal yang dilakukan dalam mengembangkan
kreativitas Anak CIBI yaitu menentukan gaya belajar apa
yang sesuai dengan anak, setelah itu bisa dilanjutkan
dengan menentukan program pengembangan kreativitas
untuk anak sesuai dengan gaya belajar anak, dalam
melakukan mengembangkan kreativitas pada anak mereka
perlu dilatih dalam keterampilan dan minatnya.

5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada pembuatan laporan ini yaitu
untuk mengetahui konsep anak cerdas istimewa dan
bakat istimewa, mengetahui hasil identifikasi dan hasil
asesmen pada anak cerdas istimewa dan bakat istimewa
dan mengetahui pengembangan kreatifitas untuk anak
cerdas istimewa dan bakat istimewa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus pada pembuatan laporan ini yaitu :
a. Pembaca dapat mengetahui pengertian anak cerdas
istimewa dan bakat istimewa
b. Pembaca dapat mengetahui karaktersitik anak cerdas
istimewa dan bakat istimewa
c. Pembaca dapat mengetahui hasil identifikasi dan
asesmen anak cerdas istimewa dan bakat istimewa.
d. Pembaca dapat mengetahui gaya belajar anak cerdas
istimewa dan bakat istimewa
e. Pembaca dapat mengetahui Program pengembangan
kreativitas anak cerdas istimewa dan bakat
istimewa.

6
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat pada laporan ini yaitu menjadikan sumber
referensi atau sumber pengetahuan yang bermanfaat
bagi pembaca dalam mengembangkan kreativitas anak
cerdas istimewa dan bakat istimewa berdasarkan gaya
belajar anak dan ranah kecerdasan majemuk. Dan bagi
penulis dapat menjadikan pengalaman baru dan
pengetahuan baru dalam melaksanakan identifikasi dan
asesmen terhadap pengembangan program kreativitas
anak cerdas istimewa dan bakat istimewa.
2. Manfaat Praktis
Manfaat pada laporan ini yaitu menjadikan sumber
pengetahuan yang bermanfaat kepada pihak-pihak yang
bersangkutan seperti orang tua, guru, kepala sekolah
dan lainnya, dalam mengetahui hasil identifikasi dan
hasil asesmen terhadap pengembangan program
kreativitas anak cerdas istimewa dan bakat istimewa
yang dibuat oleh anak sehingga menghasilkan sebuah
produk.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengembangan Kreativitas Anak Cibi


Istilah Cerdas Istimewa (CI) dalam bahasa Inggris
sering disebut dengan “the gifted” yang mengandung arti
sangat cerdas, cemerlang, memiliki kemampuan mental
superior. “Giftedness” mengacu pada kapasitas intelektual
yang luar biasa, atau lebih dikenal dengan keberbakatan
intelektual (Hawadi, dkk, 2001). Istilah yang secara resmi
diambil berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 1989
adalah berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa
(Mangunsong, 2011).
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab
terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan
potensinya menjadi prestasi nyata memerlukan pelayanan
khusus.
Anak-anak cerdas, istimewa, dan berbakat adalah
karunia bagi bangsa dan dunia. Mereka menyimpan
potensi untuk memberikan berbagai kontribusi dalam
multi dimensi. Kita semua berkepentingan untuk menaruh
harapan dan mendukung segala upaya pengembangan

8
bakat dan potensi mereka supaya suatu saat mereka bisa
menjadi bagian dari kemajuan peradaban secara kultural,
sosial, dan ekonomis. Sayangnya, suatu paradoks
mengenai anak-anak cerdas istimewa yang justru
tertinggal dalam prestasi di sekolah merupakan fenomena
yang kerap terjadi di banyak negara.
Dalam studi perintis longitudinal terhadap anak-anak
cerdas istimewa, (hollingworth, 1992) menemukan
banyak dari anak-anak ini tidak mendapat kesempatan
menggunakan kemampuan mereka sepenuhnya di sekolah
dengan mengemukakan pemikiranpemikiran baru,
penemuan-penemuan baru, dan pola-pola baru untuk
penyelesaian masalah. Ironisnya, anak-anak ini lulus dari
sekolah tanpa dikenali potensi mereka. Langkah awal
untuk suatu upaya sistematis perbaikan sistem pendidikan
yang bisa memenuhi kebutuhan semua anak, termasuk
anak cerdas istimewa dan berbakat adalah kesepakatan
mengenai definisi kecerdasan itu sendiri. Sejak
penggunaan Skala Kecerdasan StanfordBinet sebagai
kriteria seleksi dalam studi fenomenal (Terman, 1925)
terhadap 1000 anak cerdas, definisi lain terhadap
kecerdasan sudah bermunculan.
Anak-anak yang berbakat di bidang yang sama,
pengembangannya belum tentu menggunakan cara yang
sama, bahkan tidak semua dapat mewujudkan bakatnya

9
menjadi prestasi yang unggul. Menurut (Utami, 1999),
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud. Sedangkan kemampuan menunjukkan
suatu tindakan dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan
dapat dilakukan di masa mendatang.
(Clark, 1983) yang menyatakan bahwa potensi anak
cerdas dan berbakat istimewa (gifted and talented) ialah
berikut ini: “Potensi adalah suatu konsep yang berakar
biologis, suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai
hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi
dalam otak meliputi pengindraan, emosi, kognisi, dan
intuisi. Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin
diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan
yang melibatkan aktivitas mental-berfikir, kecakapan
akademik, kecakap- an membuat suatu gagasan dan solusi
permasalahan, kepemimpinan atau seni rupa dan seni
pertunjukan serta kecakapan pada gerakan badan dan
gerakan tangan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini
individu berbakat me- nampilkan atau menjanjikan
harapan untuk menampil- kan inteligensia pada taraf
tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan
perkembangan tersebut, individu me- merlukan pelayanan

10
dan aktivitas khusus yang disedia- kan oleh sekolah agar
kemampuan mereka berkembang secara optimal.”
Prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah
satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam
bidang tersebut. Pengembangan kreativitas sering
ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal amat
bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh
dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni budaya.
Sebelum uraian lebih lanjut, terlebih dulu dikemukakan
pengertian kreativitas menurut para ahli: (McInerney and
McInerney, 1998), menyebutkan “Kreativitas adalah anak
yang berupaya menghasilkan berbagai kreasi ditandai
dengan sifat-sifat determinan, independen, individualistik,
antusias dan menghasilkan sesuatu”. Sedangkan menurut
(Syamsu dan A. Juntika, 2005), mengemukakan bahwa
kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru, atau kemampuan untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif (aptitude):
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), elaborasi (elaboration) dan pemaknaan
kembali (redefinition) dalam pemikiran. Sementara ciri-
ciri nonkognitif (nonaptitude): motivasi, sikap, rasa ingin

11
tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin
mencari pengalaman baru. Selanjutnya (Utami Munandar,
1999), mengemukakan kreativitas (berpikir divergen)
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsurnya,
sehingga mampu menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, yang tekanannya pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
dikemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan suatu karya baru yang merupakan hasil dari
pemikiran dan gagasan, termasuk kemampuan membuat
alternatif pemecahan masalah berdasarkan data, informasi
yang dikaji secara cerdik.
Kreativitas penting bagi kehidupan manusia, menurut
(Utami Munandar, 1999), karena

1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan


perwujudan diri tersebut merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam hidup manusia;
2. Berfikir kreatif sebagai kemampuan melihat berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan formil;
3. Sibuk berkreatif bukan hanya menghasilkan manfaat
tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu
tersebut;

12
4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya.
Sikap dan perilaku kreatif perlu dipupuk sejak dini,
agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen
pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan
baru, tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu
menciptakan pekerjaan baru. Sikap dan perilaku kreatif
perlu dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak
hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu
menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya menjadi
pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru.

Peran orang tua, sekolah/guru dan masyarakat dalam


mengembangkan kreativitas anak sangat menentukan dan
perlu dilakukan secara sinergi. Mengembangkan anak
kreatif jangan terlalu membatasi/ mencegah dan menakut-
nakuti, jangan salah menempatkan dalam menentukan
keahlian verbal. Kritik yang destruktif dan tekanan dari
kelompok sebaya dalam menyesuaikan diri perlu
mendapat perhatian. Kreativitas anak membutuhkan
dorongan dalam dirinya (motivasi intrinsik) maupun
dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). Dorongan
internal membutuhkan kondisi yang tepat untuk
diekspresikan. Kondisi lingkungan yang mendorong
kreativitas anak yaitu penciptaan kondisi keamanan dan

13
kebebasan psikologis yang memungkinkan timbulnya
kreativitas yang konstruktif.

Ciri-ciri guru yang dibutuhkan bagi anak berbakat


kreatif adalah: sikap demokratis, ramah, dan memberi
perhatian perorangan, sabar, minat luas, penampilan yang
menyenangkan, adil, tidak memihak, rasa humor, perilaku
konsisten, memberi perhatian terhadap masalah anak,
kelenturan, menggunakan penghargaan dan pujian serta
kemahiran yang luar biasa dalam mengajar subjek
tertentu. Konselor yang bekerja dengan anak kreatif perlu
mengingat bahwa: 1) Anak kreatif lebih suka belajar
sendiri; 2) Anak kreatif kurang menyukai tugas-tugas
rutin, tetapi lebih tertantang oleh tugas yang majemuk dan
sulit; 3) Keunikan anak kreatif sering kurang dihargai; 4)
Bakat kreatif anak hanya tampil dalam bidang-bidang
tertentu

Dalam pengembangan kreativitas anak, sesuai dengan


defenisi kreativitas kita menggunakan pendekatan 4P
yaitu ditinjau dari aspek pribadi, pendorong, proses dan
produk yaitu :

1. Pribadi, Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan


individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari
ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan

14
timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang
inovatif
2. Pendorong, Untuk perwujudan bakat kreatif anak
diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan,
yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian
penghargaan, pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan
dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk
menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang
dalam lingkungan yang mendukung tetapi juga dapat
dihambat dalam lingkungan yang tidak menunjang
pengembangan bakat itu.
3. Proses, Pertama-tama yang perlu adalah proses
bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau
terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk kreatif
yang bermakna. Sebab produk kreatif akan muncul
dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang,
menerima dan menghargai anak.
4. Produk Kondisi yang memungkinkan seseorang
menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah
kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana
keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan
dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif.

B. Teori Howard Gardner

15
Multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan
yang dimunculkan oleh Howard Gardner, seorang pakar
psikologi perkembangan dan profesor di Universitas
Harvard dari Project Zero pada 1983. Yang menarik dari
teori kecerdasan ini adalah adanya usaha melakukan
redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple
intelligence, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan
secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak
ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan
serangkaian tes IQ, kemudian diubah menjadi angka
standar kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi
teori dan tes IQ yang sejak 1905, banyak digunakan oleh
para pakar psikolog di seluruh dunia.
Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau
menciptakan produk yang bernilai dalam suatu budaya.
Kecerdasan juga didefi nisikan oleh Gardner sebagai
potensi biopsikologis untuk mengakses informasi yang
dapat diaktifkan dalam lingkungan budaya untuk
menyelesaikan masalah atau membuat produk yang
bernilai dalam suatu budaya (Howard Gardner, 1999).
Gardner berpendapat bahwa perbedaan manusia
dalam kualitas kecerdasannya, diakibatkan oleh faktor
genetik dan pengalaman manusia itu sendiri. Gardner
menetapkan daftar kriteria yang menyediakan delapan

16
“tanda” yang menunjukkan keberadaan kecerdasan.
Gardner menegaskan bahwa komponen yang diperlukan
adalah:
1. Potensi isolasi dari kerusakan otak
2. Keberadaan idiot savants, orang yang memiliki
“keajaiban”, dan individu-individu luar biasa lainnya
3. Sistem otak yang dapat diidentifi kasi atau serangkaian
operasi inti
4. Sejarah perkembangan yang berbeda dan
penguasaan
5. Sejarah evolusi dan akal
6. Bukti dari tugas psikologi eksperimental
7. Dukungan dari temuan psikometrik
8. Kerentanan terhadap pengkodean dalam sistem simbol
(Howard Gardner, 2004).
Karakteristik tersebut berasal dari berbagai bukti
empiris (misalnya, ilmu saraf, bukti psikometrik dan
evolusi, dan populasi atipikal). Gardner menambahkan
bahwa berbagai jenis kriteria dibuat karena saat ini ilmu
pengetahuan belum memiliki teknik psikometri atau
pencitraan-neuro yang mampu menilai secara langsung
kapasitas individu untuk kecerdasan tertentu.

Selain itu, menurut Gardner, kecerdasan seseorang


tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat
dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan

17
masalahnya sendiri ( problem solving ) dan kebiasaan
seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya
nilai budaya ( creativity ). Teori multiple intelligence
menantang gagasan IQ setidaknya ada tiga cara signifikan.
Multiple intelligence menyatakan bahwa:
1. Beberapa kecerdasan sedang bekerja, bukan hanya satu
2. Becerdasan diungkapkan dalam penampilan, produk,
dan ide, bukan melalui skor tes,
3. Bagaimana inteligensi yang diekspresikan,
didefinisikan secara kultural.
Gardner mengklaim bahwa kecerdasan mewakili
potensi yang akan atau tidak akan dibawa untuk
menanggung, pada nilai-nilai, peluang yang tersedia, serta
keputusan pribadi yang dibuat oleh individu dari suatu
budaya.Stenberg menambahkan bahwa sangatlah terbatas
apabila kecerdasan seseorang harus ditentukan dengan
angka-angka. Hal ini merupakan reduksi dan simplifikasi
makna untuk sebuah esensi luas yang bernama kecerdasan
Bagaimana dengan kemampuan untuk menganalisis,
kreativitas, dan kemampuan praktis seseorang ? angka-
angka IQ tidak mampu menjawab hal itu. Gardner dengan
cerdas memberi label multiple ( jamak atau majemuk )
pada luasnya makna kecerdasan. Gardner menggunakan
istilah multiple sehingga memungkinkan ranah kecerdasan
terus berkembang, dan ini terbukti, ranah-ranah

18
kecerdasan yang ditemukan terus berkembang, mulai dari
kecerdasan ( ketika pertama kali konsep itu dimunculkan )
hingga kecerdasan. Kecerdasan tersebut terus berkembang
dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan
Gardner atau ahli lain. Kecerdasan lebih dititikberatkan
pada proses untuk mencapai akhir terbaik. Multiple
intelligences memiliki metode discovering ability, artinya
proses menemukan kemampuan seseorang.

Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki


kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecerdasan
tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan.
Teori ini juga menyarankan kepada kita untuk
mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan
kelemahan. Proses menemukan ini lah yang menjadi
sumber kecerdasan seorang anak. Dalam menemukan
kecerdasan, seorang anak harus dibantu oleh lingkungan,
orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang
diimplementasikan di suatu negara.Teori multiple
intelligence adalah validasi tertinggi, gagasan bahwa
perbedaan individu adalah penting adalah penting.
Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung dalam
pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap
atau berbagi cara siswa belajar, disamping pengenalan,
pengakuan, penghargaan terhadap setiap minat dan bakat
masing-masing pembelajar.

19
Teori multiple intelligence bukan hanya mengakui
perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis
seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap
serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar,
bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan
langkah raksasa menuju suatu titik dimana individu
dihargai dan keragaman dibudidayakan.Gardner
menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap
kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya, empat
diantaranya adalah :
1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan. Misalnya
matematika memiliki lambang dan tentu saja
kecerdasan lainnya,
2. Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan
artinya tidak seperti IQ yang meyakini bahwa
kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat
kelahiran atau tidak berubah, multiple intelligence
percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada titik
tertentu di masa kanak-kanak, mempunyai periode
yang berpotensi untuk berkembang selama rentang
hidup dan berisi pola unik yang secara perlahan atau
cepat semakin merosot seiring seiring dengan
menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul
musik, lalu logis-matematis,

20
3. Setiap kecerdasan rawan terhadap cacat akibat
kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu.
Misal orang dengan kerusakan pada lobus frontal, pada
belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis
dengan mudah, namun tanpa kesulitan dapat menyanyi,
melukis, dan menari. Orang yang lobus temporal
kanannya rusak, mungkin mengalami kesulitan di
bidang musik, tetapi dengan mudah mampu bicara,
membaca, dan menulis. Pasien dengan kerusakan pada
lobus oksipital belahan otak kanan mungkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah,
membayangkan atau mengamati detail visual.
Kecerdasan linguistik ada pada belahan otak kiri,
sementara musik, spasial, dan antarpribadi cenderung
di belahan otak kanan. Kinestik-jasmani menyangkut
kortek motor, ganglia basal, dan serebellum ( otak kecil
). Lobus frontal mengambil peran penting pada
kecerdasan intrapribadi ( intrapersonal ),
4. Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar
nilai budaya. Artinya bahwa kecerdasan seseorang
pada akhirnya dikonfrontasikan dengan nilai budaya
yang dianut.
Dari pemaparan tersebut mengungkapkan bahwa
penelitian neurosains dapat memberikan sumbangan yang
cukup signifikan bagi penelitian dan pembahasan

21
mengenai kecerdasan manusia. Seperti yang telah
dipaparkan bahwa pada mulanya teori yang dominan
mengenai keecrdasan manusia adalah teori IQ, yang
meyakini bahwa kecerdasan manusia itu bersifat bawaan
dan tidak bisa diubah dan dikembangkan. Hal ini dapat
dipahami menurut Gardner, sebagaimana dikutip oleh
Thomas Amstrong, masing-masing potensi kecerdasan
manusia itu berada pada belahan otak tertentu yang
berbeda satu sama lainnya. Hal ini diperoleh dari
penelitian Gardner mengenai orang-orang yang
mengalami cedera otak. Terlepas dari itu semua, dalam
bukunya Frames of Mind, (Gardner, 1973) menjelaskan
empat hal terkait dengan latar belakang munculnya teori
kecerdasan majemuk, yaitu The Idea of Multiple
Intelligences (ide mengenai kecerdasan majemuk),
Intelligences: Earlier Views (pandangan awal mengenai
kecerdasan). Biological Foundations of Intelligences
(fondasi biologis kecerdasan), dan What is an
Intelligence? (apa itu kecerdasan?).

Dalam bidang tes kecerdasan, perdebatan terjadi antara


orang-orang yang mengikuti Charles Spearmen yang
meyakini faktor umum intelektual dan orang-orang yang
mengikuti L. L Thurstone yang meyakini keragaman
kemampuan mental. Menurut (Gardner, 1973), perdebatan
tentang pembagian kecerdasan ke dalam bagian-bagian

22
masih terus Perlangsung dan belum menunjukkan adanya
tanda-tanda penyelesaian. Bahkan Gardner sendiri
menyangsikan bahwa topik-topik seperti kehendak bebas
atau konflik antara keyakinan dan alasan akan ditetapkan
untuk kepuasaan seseorang Oleh karena itu, dalam
kesimpulannya, Gardner (1973) menunjukkan adanya
bukti persuasif mengenai eksistensi atau adanya
kompetensi intelektual manusia yang otonom secara
relatif, yang selanjutnya disebut dengan "kecerdasan
manusia." Inilah yang oleh Gardner disebut dengan
"Frames of Mind" (seperti judul buku teori kecerdasan
majemuk). Sifat pasti dan keluasan masing-masing
"kerangka" intelektual, sejauh ini belum ada ketetapan
yang memuaskan serta belum ada kepastian mengenai
jumlah kecerdasan itu sendiri.

Namun, diyakini bahwa minimal ada beberapa jenis


kecerdasan yang relatif independen satu sama lain dan
bisa dibentuk serta dikombinasikan dalam sebuah
keragaman cara-cara adaptif oleh individu individu atau
budaya-budaya, dan nampaknya bagi Gardner akan terus
meningkat dan sulit untuk disangkal, jelasnya lebih lanjut.
kemudian, menurut (gardner, 1973) upaya-upaya
sebelumnya untuk mendirikan kecerdasan-kecerdasan
secara secara independen tidak begitu meyakinkan,
terutama karena upaya-upaya tersebut hanya bersandar

23
pada satu atau paling banyak dua bukti. Terpisahnya
"pikiran" atau "kemampuan" diusulkan sebagai fakta
semata-mata hanya berdasarkan atas analisis logis,
disiplin pendidikan sejarah, hasil tes inteligensi, atau
semata-mata atas dasar pengertian yang mendalam yang
diperoleh dari studi tentang otak.

Upaya upaya kecil ini jarang menghasilkan daftar


kompetensi yang sama. dengan demikian, jika dibuat
untuk mengklaim kecerdasan majemuk nampaknya
kurang bisa dipertahankan. kemunculan teori kecerdasan
majemuk ini merupakan sebagai bentuk kegelisahan
howard gardner dan para koleganya. mereka menganggap
bahwa teori-teori tentang kecerdasan yang muncul
sebelum teori ini dikeluarkan tidak lagi memadai untuk
saat ini. oleh karena itu, perlu adanya teori baru yang
sekiranya lebih relevan sesuai dengan konteks saat ini,
akhirnya muncullah teori kecerdasan majemuk atau the
theory of mutiple intelligences.

C. Macam-Macam Kecerdasan

Definisi dari kecerdasan sangat beragam, sesuai


dengan keberagaman dari suatu bangsa dan budaya.
Merriam Webster mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan untuk belajar atau memahami;

24
penggunaan akal yang terampil; atau kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan untuk memanipulasi
lingkungan seseorang atau berpikir secara abstrak yang
diukur dengan kriteria objektif (seperti tes).Banyak hal
dalam kecerdasan belum mencapai kesepakatan dari
para ahli, seperti defi nisi-defi nisi dari kecerdasan
yang memiliki batasan tidak serupa, tidak sepaham
mengenai kecerdasan dengan hereditas yang dibawa
secara genetik sejak lahir ataupun modifikasi dari
lingkungan, dan perbedaan komponen- komponen dalam
kecerdasan (Purwanto, 2010).
Purwanto berpendapat bahwa konsensus mengenai
arti kata kecerdasan hampir tidak mungkin terpenuhi.
Teori tentang kecerdasan secara umum telah
berkembang dengan tujuan menggambarkan kecerdasan
sebagai kemampuan dasar. Teori psikometrik adalah
salah satu pendekatan tertua untuk memahami
kecerdasan melalui pengukuran (Purwanto, 2010).
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes
kecerdasan, seperti tes IQ dan lain sebagainya.
Pengukuran kecerdasan saat ini masih belum dapat
mengukur kecerdasan manusia secara pasti, karena
faktor yang memengaruhi kecerdasan manusia sangat
banyak. Berbagai faktor ini yang akan memengaruhi
kecerdasan pada seseorang dan belum dapat diungkap

25
oleh tes kecerdasan.Faktor gen dan lingkungan yang
saling berkaitan dapat menentukan kecerdasan manusia.
Genetik memainkan peran penting pada kecerdasan
individu dan berbagai faktor lingkungan yang dapat
dimodifi kasi (pendidikan, status ekonomi, kelahiran
prematur, nutrisi, polusi, penyalahgunaan narkoba dan
alkohol, penyakit mental, dan penyakit) dapat memiliki
pengaruh pada kecerdasan individu. Kalat dalam bukunya
mengatakan bahwa apa pun yang dilakukan manusia
akan bergantung pada gen dan lingkungan.
Kontroversi muncul ketika mendiskusikan seberapa
besarkah pengaruh gen dan lingkungan menentukan
beragam perbedaan tiap individu (Kalat, 2014).
Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang luas
telah membuka mata orang tua unggul maupun guru
tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan
diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi.
Dengan begitu, tiap anak merasa pas menguasai
bidangnya masing-masing dan akan sangat menguasainya
bidangnya itu ketika mereka telah dewasa. Gardner
menjelaskan sembilan kecerdasan itu, antara lain :

1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan
menggunakan kata-kata secara efektif. Dalam

26
kegiatan pembelajaran di sekolah, memperlihatkan
bahwa kecerdasan linguistik ini mencakup sedikitnya
dua pertiga bagian dari interaksi belajar-mengajar
yang mencakup kegiatan membaca dan menulis.
Dalam dua kegiatan tersebut, terdapat cakupan luas
kemampuan linguistik karena termasuk di dalamnya
mengeja, kosakata, tata bahasa, dan kemampuan
berbicara.
Dalam hal ini, kecerdasan linguistik tampak pada
orator, pelawak, penyiar radio, politisi, dan penulis
yang sering menggunakan kata-kata untuk
memanipulasi dan mempengaruhi. Contohnya :
penulis novel dan cerita anak Pipiet Senja, Tere Liye,
Andrea Hirata, Fiersa Besari, dan lain sebagainya.
Anak-anak berbakat dalam kemampuan linguistik
mempunyai keterampilan pendengaran yang sangat
berkembang dan sangat menikmati ketika bermain
dengan bunyi bahasa. Mereka sering berpikir dalam
katakata, asyik membaca, sibuk menulis puisi atau
cerita. Dimanapun mereka berada, anak yang
memiliki kecerdasan linguistik ini biasanya suka
menulis kreatif, mengarang kisah, atau menuturkan
lelucon dan cerita, sangat hafal nama, tempat,
tanggal, dan hal-hal kecil, menikmati membaca buku,
mengeja kata-kata dengan tepat dan mudah,

27
menyukai pantun lucu, dan permainan kata, suka
mengisi teka-teki silang, atau melakukan permainan
seperti scrabble atau word square, mempunyai
kosakata yang luas untuk anak seusianya, serta
unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan
membaca maupun menulis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kecerdasan ini, yakni ada banyak cara untuk
mengungkapkan kecerdasan ini dalam kehidupan
anak. Bisa jadi anak sangat menikmati menulis puisi,
tapi tidak pandai dalam mengungkapkannya di depan
kelas atau anak yang pandai bercerita, tapi kesulitas
ketika membaca. Oleh karena itu, dalam
mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak
haruslah selalu memperhatikan arah kecenderungan
anak saat memperlihatkan kecerdasan linguistik
mereka. Berikut ini ada beberapa cara
mengembangkan kecerdasan linguistik, antara lain :

a. Menjadi pendengar yang efektif


b. Melatih keahlian berbicara
c. Bergabung dengan suatu organisasi
d. Mengarang cerita dengan memilih kata secara
acak

28
e. Mengarang cerita dengan memilih objek secara
acak
f. Latihan mengajar
g. Menulis buku harian
h. Diskusi
i. Debat

2. Kecerdasan Matematis-Logis
Mengawali penjelasannya mengenai kecerdasan
matematis-logis ini, dalam bukunya Multiple
Intelligences : The Theory in Practice, Gardner
mengemukakan sebuah anekdot sebagai berikut : ada
dua fakta penting mengenai kecerdasan logika-
matematika. Pertama, dalam diri orang berbakat,
proses penyelesaian masalah sering berlangsung amat
cepat. Kedua, penyelesaian masalah dapat disusun
sebelum penyelesaian itu diutarakan.Kedua fakta
tersebut dapat diketahui dari kemampuan McClintock
dalam menjawab persoalan mengenai sterilitas serbuk
sari pada jangung dan penyelesaian masalah yang dia
susun sebelum dilaksanakannya dalam penelitian di
laboratorium.
Kecerdasan ini mengacu pada individu yang
mampu memecahkan masalah dengan baik.
Individu dengan kemampuan menggunakan angka

29
secara efektif untuk alasan yang baik. Individu
ini belajar paling baik dengan memasukkan
informasi baru ke dalam pola atau hubungan,
atau dengan memasukkannya ke dalam konteks
matematika.
Berdasarkan anekdot tersebut, apa sebenarnya
yang dimaksudkan denga kecerdasan
matematislogis ? Menurut Gardner, kecerdasan
matematis-logis atau logic smart adalah kemampuan
yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan
logika secara efektif, seperti yang dimiliki oleh
matematikus, saintis, programmer, dan logikus.
Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada
pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan.Orang yang memiliki kecerdasan
matematis-logis ini, sangat mudah membuat
klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta
cara mereka bekerja. Selain itu, mereka juga suka
dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis
dan bahasa-bahasa komputer. Pola pemikiran orang
seperti ini biasanya induktif dan deduktif. Jalan
pikirnya bernalar dan dengan mudah
mengembangkan pola sebab akibat. Orang yang
mempunyai kecerdasan ini, mudah belajar berhitung,
bermain dengan angka. Bahkan, ia dengan senang

30
menggeluti simbol angka dalam buku matematika
daripada kalimat panjang-panjang.
Berikut ini adalah cara mengembangkan kecerdasan
logikamatematika, antara lain :
a. Logika deduksi Berawal dari pernyataan umum
ke arah kesimpulan khusus. Contoh :
 Semua peninton bioskop harus mempunyai
tiket
 Saya akan menonton bioskop
 Jadi, saya harus mempunyai tiket
b. Logika induksi Berawal dari hal khusus ke arah
kesimpulan umum Contoh :
 Saya menonton bioskop, maka saya harus
mempunyai tiket
 Mario menonton bioskop, maka ia harus
mempunyai tiket
 Jadi, semua orang yang menonton bioskop
harus mempunyai tiket
c. Belajarlah menjadi seorang problem solver
Untuk menjadi problem solver atau pemecah
masalah yang baik, anda harus banyak berlatih
dan berani menghadapi masalah itu sendiri.
Setiap permasalahan pasti ada pemecahannya
d. Biasakan bermain dengan angka Banyak orang
menganggap bahwa angka atau yang

31
berhubungan dengan matematika adalah suatu
hal yang sulit, padahal jika anda memahami,
matematika adalah suatu hal yang mengasyikkan
dan merupakan satu bidang yang dibutuhkan
dalam kehidupan seharihari.
e. Berlatihlah mengenali pola hubungan tertentu Di
dunia ini terdapat suatu pola tertentu yang harus
dipelajari. Pola itu bisa berupa hubungan sebab
akibat, abstrak, maupun urutan tertentu. Pola
hubungan sebab akibat, misalnya :
1) Jika ada asap, maka ada api
2) Pelangi muncul setelah hujan Pola yang
abstrak, misalnya :
 Gambar-gambar abstraksi
 Permasalahan yang belum jelas Pola
dengan urutan tertentu, misalnya :
 Tugas-tugas rutin
 Penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah

3. Kecerdasan Spasial / Ruang-Visual


“The ability to form a mental model of a spasial
world and to be able to maneuver and operate using
that model” (Gardner, 1993). Kecerdasan visual
spasial merupakan kemampuan membentuk sebuah

32
model secara mental tentang dunia spasial dan dapat
memanuver serta mengoperasikan model tersebut.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
kecerdasan visual spasial berkaitan dengan
kemampuan membentuk suatu model dalam pikiran
tentang spasial dan kemampuan menggunakan model
tersebut di dunia nyata. Kecerdasan visual spasial
pada seseorang meliputi kemampuan untuk melihat
dengan tepat gambaran visual di sekitarnya dan
memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan orang
lain tidak memperhatikannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan
visual spasial memiliki persepsi yang besar.
Kecerdasan spasial menurut Gardner adalah
kemampuan untuk memberikan gambar-gambar dan
kemampuan dalam mentransformasikan dunia visual
spasial, termasuk kemampuan menghasilkan imaji
mental dan menciptakan representasi grafis, berpikir
tiga dimensi, serta menciptakan ulang dunia visual.
Ditinjau dari sudut perkembangan, pola pikir
topologis dalam kecerdasan spasial mulai
berkembang pada masa kanak-kanak dan
memungkinkan mereka untuk menguasai paradigma
Euclidean pada usia 9-10 tahun dan kepekaan artistik

33
ini akan terus bertahan hingga tua. Berikut ini cara
mengembangkan kecerdasan spasial, antara lain :
a. Menggunakan gambar
1) Flowchart
2) Mind Mapping ( peta pikiran )
3) Lingkaran siklus
b. Imajinasi Membayangkan suatu kejadian dengan
menggunakan bahan cerita yang disampaikan.
c. Membayangkan sesuatu dan menjelaskan
bagaimana rasanya bila dimakan, bagaimana
baunya, dan bagaimana rasanya bila dipegang.
d. Memberikan warna pada materi yang dipelajari
dengan menggunakan spido berwarna atau
stabilo.
e. Mencari jalan keluar dari suatu lokasi tanpa
melihat peta atau bertanya.
f. Melihat sesuatu dari berbagai sudut. Gambar
benda tersebut diputar di dalam pikiran dengan
menggunakan imajinasi.
g. Membayangkan dan merencanakan masa depan
Berbicara dengan bahasa yang menggunakan
bahasa gambar (picture word)

4. Kecerdasan Kinestetik

34
Gardner mengemukakan dalam buku Multiple
Intelligences yakni orang yang memiliki kecerdasan
kinestik mampu memahami sesuatu yang berkaitan
dengan gerakan badan sebelum dia memperoleh
latihan secara formal atau bisa memahami dan
melakukan gerakan dengan tepat hanya dengan
latihan yang relatif singkat. Buzan menegaskan
bahwa jika memiliki kecerdasan tubuh yang tinggi
maka seseorang akan memahami hubungan antara
otak dan tubuh. Kecerdasan kinestik menggunakan
tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaaan.
Dalam hal ini termasuk keterampilan koordinasi
dan fleksibilitas tubuh. Kemampuan ini pada
umumnya dirujuk sebagai keterampilan psikomotorik
yang menggabungkan interpretasi mental dengan
tanggapan fisik. Selanjutnya, orang yang memiliki
kecerdasan ini akan dengan mudah dapat
mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka.
Apa yang mereka pikirkan dan rasakan, akan dengan
mudah diekspresikan dengan gerak tubuh atau
ekspresi tubuh. Mereka juga dapat dengan mudah
memainkan mimik, drama, dan peran. Biasanya
diiringi oleh keterampilan dalam koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan

35
kecepatan, maka gerakan-gerkan yang mereka
perlihatkan akan terlihat seimbang, luwes, dan
cekatan. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan
kinestik yang sangat berkembang, sering tidak bisa
bisa diam saat duduk makan, dan biasanya selalu
minta izin keluar untuk bermain. Anak yang memiliki
kecerdasan ini dikaruniai kemampuan atlet, atau
keterampilan seorang penari, aktor atau pnadai
berpantomim. Sedangkan yang lain dikaruniai
koordinasi motorik yang sempurna dan unggul dalam
mengetik, menggambar, memperbaiki, menjahit,
kerajinan tangan, dan kegiatan serupa.
Anak-anak dengan kecerdasan ini bisa
berkomunikasi dengan sangat efektif melalui gerakan
dan bentuk-bentuk bahasa tubuh yang lain. Oleh
karena itu, mereka butuh kesempatan untuk belajar
dengan bergerak atau memperagakan sesuatu Berikut
ini cara mengembangkan kecerdasan kinestik, antara
lain :
a. Drama Mengubah suatu bentuk materi
pembelajaran menjadi sebuah drama yang
menjelaskan isi materi.
b. Role Play Melakukan peran yang sesuai dengan
materi pembelajaran.

36
c. Simulasi Misalnya mengunjungi restoran Jepang
dan hanya boleh menggunakan bahasa Jepang
untuk memesan makanan dan berkomunikasi
selama di restoran ini.
d. Menciptakan suatu gerakan Bisa berupa tarian,
bahasa tubuh, atau mimik wajah.
e. Mengikuti gerakan yang dilakukan orang lain
f. Permainan di kelas yang melibatkan gerak tubuh
g. Mengikuti super camp
h. Field trip

5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musik menurut Gardner adalah
kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk
musik dan suara. Kecerdasan musik juga meliputi
kemampuan untuk mengamati, membedakan,
mengarang, dan membentuk bentuk-bentuk musik,
kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari
musik yang didengar. Oleh karena itu, sistem simbol
yang digunakan untuk menyandikan kecerdasan ini
adalah sistem notasi musik dan kode morse.
Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan
berpikir dalam musik. Kemampuan untuk
memahami, mendengar, mengenali, mengingat, dan

37
mungkin menggunakan pola nada ataupun melodi.
Individu yang memiliki kecerdasan musik yang
kuat dapat mengingat musik dengan mudah dan
segala sesuatu yang telah disajikan oleh musik.
Kemampuan ini juga memiliki hubungan dengan
pola nada dan sensitivitas terhadap suara dari
lingkungan dan suara manusia.
Kecerdasan ini merupakan keerdasan pertama
yang harus dikembangkan dari sudut pandang
neurologis. Bahkan dikatakan bahwa dari semua
bentuk kecerdasan, musik, dan irama pada otak
memiliki pengaruh yang terbesar terhadap kesadaran
seseorang. Kekuatan musik, irama, suara, dan getaran
mampu menggeser pikiran, memberi ilham,
meningkatkan kebanggaan nasional dan
mengungkapkan kisah atau rasa kehilangan dan duka
yang dalam untuk orang lain. Berikut ini cara
mengembangkan kecerdasan musikal, antara lain :
Saat mendengarkan musik, tanyakan pertanyaan ini :
a. Berlatih mengenali berbagai suara di berbagai
tempat
b. Belajar mengenali berbagai lagu dan jenis music
c. Belajar menguasai musik secara teknis dengan
berlatih menggunakan alat musik

38
d. Ikutilah kontes atau kompetisi tarik suara, untuk
mengukur tingkat kapasitas dalam bermusik
e. Memahami makna atau arti sebuah lagu
f. Menyampaikan informasi baru dengan intonasi
tertentu

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan anak
untuk bersosialisasi dan bekerja sama, berhubungan
baik dengan orang lain, kemampuan anak berempati
atau memahami perasaan dan kebutuhan orang lain
selama berinteraksi dan mampu memperhitungkan
keberadaannya dan menempatkan diri sendiri dengan
kebiasaan yang berlaku. Definisi kecerdasan
interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai
kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi,
membangun relasi, dan mempertahankan relasi
sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam
situasi menguntungkan.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,
niat, motivasi, watak orang lain, dan kepekaan akan
ekspresi wajah serta suara. Isyarat dari orang lain juga
masuk dalam kecerdasan ini. Kecerdasan

39
interpersonal ini mempunyai tiga dimensi utama yang
saling mendukung satu sama lainnya, yakni :
a. Social Sensitivity ( Sensivitas Sosial )
Kemampuan untuk mampu merasakan dan
mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain
yang ditunjukannya baik secara vebal maupun non
verbal. Anak yang memiliki sensivitas tinggi akan
mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-
reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut
positif maupun negatif.
b. Social Insight Kemampuan seseorang utnuk
memahami dan mencari pemecahan asalah yang
efektif dalam satu interaksi sosial. Fondasi dasar
dari social insight ini adalah berkembangnya
kesadaran diri anak secara baik. Seperti menyadari
emosi-emosinya yang sedang muncul, menyadari
cara berpakaiannya, cara berbicara, dan intonasi
suaranya.
c. Social Communication Penguasaan keterampilan
komunikasi sosial baik secara verbal maupun non
verbal. Keterampilan komunikasi yang harus
dikuasai adalah keterampilan mendengarkan,
berbicara, dan menulis secara efektif.
Kecerdasan interpersonal menurut Gardner adalah
kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap

40
perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen
orang lain, kepekaan akan ekspresi wajah, suara, serta
isyarat orang lain. Kecerdasan ini menyangkut
kemampuan untuk memberikan tanggapan secara
layak terhadap kondisi orang lain. Jadi secara umum,
kecerdasan interpersonal berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang.

Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh para


komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh orang-orang
ekstrovert. Berikut ini cara mengembangkan
kecerdasan interpersonal, antara lain :

a. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara


verbal dan non verbal
b. Mempelajari dan mengerti serta peka terhadap
mood, motivasi, dan perasaan orang lain
c. Bekerja sama dalam suatu kelompok
d. Menjadi mediator dalam menyelesaikan suatu
konflik
e. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari
suatu sikap, perilaku, dan cara pandang seseorang
f. Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain
g. Menciptakan dan mempertahankan sinergi

41
h. Melatih rasa empati dan simpati terhadap orang
lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang
berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar
pengenalan diri tersebut. Termasuk dalam kecerdasan
ini adalah kemampuan berefleksi dan
berkeseimbangan diri, memiliki kesadaran tinggi akan
gagasan-gagasannya, mempunyai kemapuan untuk
mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan
hidupnya, bisa mengatur perasaan serta emosi dirinya
sendiri.
Orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi
dalam bidang ini adalah orang yang mengetahui
kelebihan dan kelemahan diri serta mampu menjadi
dirinya sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal yang tinggi sanggup menghadapi segala
kemungkinan yang akan dihadapinya. Selain itu, dia
juga selalu memiliki keinginan untuk hidup mandiri
dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-
hal yang kontroversi. Dia memiliki rasa percaya diri
yang sangat besar dan yakin bahwa dia mampu

42
menghadapi segala tantangan dengan kekuatan
dirinya sendiri.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh orang-orang
introvert.Berikut ini cara mengembangkan kecerdasan
intrapersonal, antara lain :
a. Konsentrasi
b. Melakukan tugas mandiri
c. Melakukan refleksi dalam situasi yang hening
d. Orang tua dan guru membimbing anak dalam
menyelesaikan masalah secara baik-baik
e. Menanyakan tentang perasaan ketika belajar
sesuatu
f. Mengenali emosi.

8. Kecerdasan Naturalis
Perkembangan Fisik merupakan perkembangan
yang sangat cepat, dan orang tua dapat memberikan
stimulasi yang lebih agresif pada anak, sehingga
seluruh kemampuan fisik anak dapat berjalan optimal
sesuai dengan perkembangannya. Perkembangan
dapat dimaknai sebagai suatu gejala dimana
kecerdasan anak akan mulai tampak, walaupun
derajat kecerdasannya berbeda-beda. Kecerdasan

43
adalah satu hal bahwa terdapat orang-orang pandai
yang dapat diharapkan tampil dengan baik dalam
berbagai jenis situasi pembelajaran (Robert E. Slavin,
2008). Menurut Gardner, manusia memiliki semua
kecerdasan, walau dengan derajat yang beragam.
Masing-masing orang mungkin memiliki satu
kecerdasan dominan dan kecerdasan sekunder yang
digunakan dalam mencerap, mengingat dan
penerapan pembelajaran (Agus Nggermanto, 2001).
Anak yang cerdas dalam naturalis akan terlihat
sebagai anak yang penyayang binatang dan tumbuhan
serta peka terhadap alam. Hal tersebut dapat dilihat
melalui :
a. Kesenangan mereka terhadap tumbuhan, bunga-
bungaan dan kecenderungan untuk merawat
tanaman
b. Sikap mereka yang sayang terhadap hewan piaraan
(membelai, memberi makan-minum, mengoleksi
binatang atau gambar miniaturnya
c. Kemampuan mereka dalam mengenal dan
menghafal nama-nama atau jenis binatang dan
tumbuhan
d. Kesukaan anak melihat gambar binatang atau
hewan serta sering mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentangnya

44
e. Kepekaan terhadap bentuk, tekstur dan ciri lain
atau unsur alam seperti bunga bungaan, awan dan
bebatuan
f. Kesenangan terhadap alam, menyukai kegiatan di
alam terbuka seperti pantai, tanah lapang, kebun,
sungai, sawah dan alam terbatas menghabiskan
waktu di dekat kolam atau dekat aquarium
( Tadkiroatun Musfiroh, 1.19).
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang
untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,
memahami dan menikmati alam serta menggunakan
kemampuan tersebut secara produktif dalam bertani,
berburu, dan mengembangkan pengetahuan alam
lainnya. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis
yang tinggi mampu hidup di luar rumah, dapat
berteman dan berhubungan baik dengan alam, mudah
membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan
binatang.
Orang ini biasanya memiliki kemampuan untuk
mengenal sifat dan tingkah laku binatang, mencintai
lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan
hidup. Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis
yang tinggi lebih suka berada atau berjalan-jalan di
alam terbuka, ke kebun binatang atau museum
sejarah, akrab dengan hewan peliharaan,

45
menunjukkan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam
( misalnya, gunung, awan, sepatu kanvas, sampul CD,
model mobil ), suka berkebun atau berada di dekat
kebun, menghabiskan waktu dekat akuarium,
tetarium, atau sistem kehidupan alam lain.49 Selain
itu, anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis
yang tinggi, juga suka mendengarkan bunyi-bunyian
diluar atau mengumpulkan bebatuan.
Dan anak-anak seperti ini berbakat untuk menjadi
dokter hewan, penjaga hutan, pakar ekologi atau
petani. Berikut ini cara mengembangkan kecerdasan
naturalis, antara lain :
a. Menikmati suasana dan keberadaan di alam
terbuka Bisa berupa field trip ke kebun raya atau
camping di alam terbuka
b. Mempelajari dunia fauna
c. Memelihara hewan di rumah, atau pergi ke taman
safari atau kebun binatang
d. Mempelajari flora Memelihara tanaman di rumah,
mengunjungi kebun raya, dan memperhatikan
siklus pertumbuhan dan perkembangan tanaman
e. Membuat jurnal kejadian alam Mencatat apa yang
terjadi di alam sekitar selama sehari penuh dan apa
pengaruhnya terhadap diri sendiri

46
f. Mempelajari fenomena alam Bisa melalui
pengamatan langsung atau dengan menggunakan
sumber pengetahuan berupa buku, ahli botani,
badan meteorologi, ensiklopedia, internet, dan apa
saja yang dapat memberikan masukan yang
dibutuhkan.
g. Mempelajari rantai makanan

47
BAB III

PROGRAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS

A. Identitas Anak
Nama : Daffa Aufar

Tempat tanggal lahir : Banjarbaru, 04 02 2013

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Sekolah : SDN Cindai Alus 1

Agama : Islam

Status Anak : Kandung

Anak ke dari jumlah saudara : Ke 2 dari 3 bersaudara

B. Hasil Identifikasi

1.) Nominasi guru

Nama : Nur arsykarani

TT : Banjarbaru, 15-08-1997

Wali Kelas : II SD

Nama Sekolah : SDN Cindai Alus 1

48
Alamat : Jln. Karang so, gg kenitu No. 25
RT. 20/XI Loktabat utara Banjarbaru

Tabel 3. 1 Nominasi Guru

Form ini dirancang untuk memberi orang tua


kesempatan untuk menominasikan siswa CIBI di
sekolah dasar. Ada banyak karakteristik anak-anak
berbakat dan tidak semua anak-anak akan
menunjukkan karakteristik yang sama namun, daftar
berikut ini dapat berfungsi sebagai panduan untuk
mengenali siswa yang mungkin berpotensi berbakat.

1. Bagaimana seorang guru bekerjasama dengan


orang tua untuk mengembangkan kemampuan
anak?

Jawab :

Untuk bekerja sama dengan orang tua agar


kemampuan anak berkembang guru perlu melakukan
komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua
dengan menanyakan mengenai karakter, kebiasaan
sehari-hari anak dengan perilaku anak yang bisa
dijadikan pertimbangan guru dalam mendidik anak
dikelas serta orangtua aktif melibatkan dirinya dalam

49
rapat tahunan atau komite orangtua untuk perencanan
Pendidikan anak

2. Apakah ada guru khusus untuk menangani anak


CI-BI?

Jawab :

khusunya disekolah tempat kami itu belum ada

3. Bagaimana guru bisa memahami dan mengenali


anak CI-BI?

Jawab :

Menengalinya seperti anak tersebut perfeksionis,


senang mengerjakan tugas dengan hasil yang
kompleks , anak kritis dalam menguraikan pendapat,
memiliki kosakata yang luas dan rasa ingin tahu yang
tinggi

4. Bagaimana seorang guru menjawab pertanyaan


murid yang diluar nalar ?

Jawab :

Ya, jika ada pertanyaan diluar nalar maka akan saya


jawab semampu dan sepengatuan saya

5. Bagaimana cara guru melatih anak dapat


berinteraksi dengan lingkungan?

50
Jawab :

Agar bisa mendorong anak berinterkasi maka guru


memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul
dengan teman-temannya serta orang disekitarnya
seperti belajar kelompok

6. Bagaimana guru melatih kemampuan untuk


membimbing dan memberi konseling pada anak
CI-BI?
Jawab :

Guru melatih kemampuan untuk memenuhi


kebutuhan konseling anak berbakat, terutama dalam
membantu mengatasi masalah-masalah yang muncul
dalam konteks di kelas, dan hal ini sangat diharapkan
apabila guru kelas regular dapat sepenuhnya
membantu memenuhi kebutuhan kognitif dan afektif
anak berbakat dikelasnya, sehingga program
konseling untuk anak berbakat benar-benar dapat
diimplementasikan secara berhasil

7. Bagaimana cara guru mengatasi anak CI-BI


dalam 1 bidang, tetapi ia tidak berminat dalam
bidang tersebut ?

Jawab :

Cara mengatasi jika anka tidak beminat dalam

51
suatu bidang pelajaran pasti ada suatu alasan .
beberapa faktor karena pelajaran sulit, guru yang
mengajar membosankan atau metode belajar yang
digunakan kurang efektif guru bisa mencoba untuk
variasi metode belajar, memotivasi anak agar
meningkatkan rasa ingin tahu terhadap bidang
tersebut, dan tidak menekankan serta membuat anak
nyaman agar bisa memahami proses dalam setiap
pembelajran

8. Bagaimana cara guru mengatasi nilai matematika


anak yang turun dikarenakan mengikuti
keterampilan ?

Jawab :

Cara guru mengatasi nilai mtk yg dikarenakan


mengikuti keterampilan tentu bisa di telaah dari bbrp
faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika siswa diantaranya adalah fokus siswa yg
terpecah karena mengikuti bidang lain hingga
keaktifan siswa yg berkurang didalam proses belajar
mengajar mtk .Perubahan itu bersifat pengetahuan,
keterampilan, maupun yang menyangkut nilai dan
sikap. Maka guru bisa menjadikan Anak aktif dengan
cara belajar yang beragam, menggunaka media
pembelajaran yg menyenangkan dan bisa juga

52
dikaitkan dgn keterampilan

Memberikan apresiasi. Menerapkan Metode


Bermain dan Belajar serta adanya Intermezo dalam
Belajar.

9. Bagaimana seorang guru menasehati anak CI-BI


yang terlalu emosi ?

Jawab :

Cara menasehati anak yg terlalu emosi dengan


guru mencari tahu sebab yg mengkibatkan anak ci-bi
tsb emosi lalu memberikan contoh mengendalikan
emosi dgn bersikap tenang. guru jangan menggunakan
kata makian atau bentakan pada anak karena bisa
semakin naik juga amarahnya. Guru bisa
mengendalikan cara bicara sehangat mungkin, bisa
menguasai diri dan membuat anak mengerti bahwa
perilakunya salah.

10. Bagaimana seorang guru memberikan metode


belajar yang tepan untuk anak CI-BI?

Jawab :

Karena anak ci-bi tidak bisa disamakan dgn anak


lainnya maka dalam memberikan metode belajar
kepada anak ci-bi salah satunya kurikulum yang
dipakai yang telah dimodifikasi dengan memasukan

53
unsur pengayaan, pendalaman dan pemilihan materi
dapat bersifat fleksibel dan mampu merangsang daya
kreatif anak ci-bi Guru berkreativitas dengan metode
pembelajaran interaktif. Karena jika tidak mempunyai
metode khusus, tujuan pembelajaran tidak akan
pernah tercapai. Guru juga harus memiliki kompetensi
khusus dalam proses pembelajaran misalnya dengan
menggunakan metode pendekatan secara personal.

Seperti Guru harus memperhatikan pemilihan


konten materi, pendekatan pembelajaran, memberikan
peluang pembelajaran yang mengacu pada kebutuhan
belajar anak ci-bi

Dari nominasi diatas kami dapat menyimpulkan bahwa


guru biasanya bekerjasama dengan orang tua daffa dengan
melakukan komunikasi, guru juga dapat mengenali anak
CIBI dengan melihat anak senang mengerjakan tugas
dengan hasil yang kompleks, kritis dalam menguraikan
pendapat, memiliki kosakata yang luas dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, di sekolah daffa tersebut tidak ada
guru khusus untuk menangani anak CIBI, biasanya guru
menjawab pertanyaan murid yang diluar nalar maka
menjawab dengan semampu dan sepengatahuan guru itu
saja, cara melatih anak berinteraksi dengan lingkungan

54
yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak untuk
bergaul dengan teman-temannya, biasnya guru membantu
masalah-masalah yang muncul dalam konteks di kelas,
cara guru mengatasi nilai matematika yang turun karena
mengikuti keterampilan lain yaitu dengan menerapkan
metode bermain dan belajar yang seimbang, cara guru
menasehati anak CIBI yang terlalu emosi yaitu dengan
mengendalikan cara bicara anak sehingga anak mengerti
bahwa perlakuannya salah, metode belajar yang tepat
untuk anak CIBI yaitu dengan memasuka unsur
pengayaan, pendalaman dan pemilihan materi yang
fleksibel yang dapat mampu merangsang daya kreatif
sanak tersebut. Dan ketika kami menanyakan kepada wali
kelas Daffa. Apakah ibu setuju jika anak ini dikatakan
cerdas di dalam kelas?. Dan beliau mengatakan iya
karena Daff aini aktif dalam bertanya dan selalu
mendafatkan rangking 1 turut menurut selama tiap
semester. Meskipun ada anak cerdas selain Daffa di kelas
nya, tetapi tidak bisa merebut peringkat 1 di dalam kelas.

2.) Nominasi Teman Sebaya

Nama : Rani

55
Kelas : 3 SD

Umur : 9 Tahun

Sekolah : SDN Cindai Alus 1

Tabel 3. 2 Nominasi Teman Sebaya

Lembar Nominasi Teman Sebaya

Form ini dirancang untuk memberi orang tua kesempatan


untuk menominasikan siswa CIBI di sekolah dasar. Ada
banyak karakteristik anak-anak berbakat dan tidak semua anak-
anak akan menunjukkan karakteristik yang sama namun, daftar
berikut ini dapat berfungsi sebagai panduan untuk mengenali
siswa yang mungkin berpotensi berbakat.

1. Siapa yang membela apa yang mereka yakini terlepas dari


apa yang dipikirkan orang lain?

Jawab : Teman-teman daffa membela Ketika daffa yakin akan


sesuatu itu

2. Siapa yang keberatan ketika orang lain dibiarkan atau


diperlakukan tidak adil?

Jawab : Alifatan teman kelas daffa

3. Siapa yang akan memperhatikan dan mengerti jika Anda


merasa tidak bahagia atau khawatir?

56
Jawab :Teman-teman dikelas

4. Apakah teman anda lebih unggul dibidang prestasi atau


pada bidang kreativitas ?

Jawab : dua-duanya daffa unggul dibidang prestasi dan


kreativitas

5. Siapa yang keras pada diri mereka sendiri ketika mereka


tidak melakukan sesuatu dengan baik?

Jawab : Tidak ada

6. Apakah dari yang anda lihat teman anda memiliki


bakat/kreativitas di bidang tertentu ?

Jawab : Bakat daffa suka bermain bola

7. Siapa yang punya banyak ide yang tidak biasa?

Jawab : Daffa dan atika

8. Siapa yang sering menemukan sesuatu yang lucu atau


menceritakan lelucon yang kebanyakan orang tidak
mengerti?

Jawab : Atika

9. Siapa yang memiliki teman perempuan DAN laki-laki


dalam lingkaran pertemanan mereka?

Jawab : Atika

57
10. Siapa yang paling aktif bertanya dikelas?

Jawab : Daffa

Dari nominasi di atas kami dapat menyimpulkan bahwa


anak tersebut memilki banyak ide, tetapi ddibandingan
dengan atika yang lebih banyak itu adalah atika, biasanya
atika yang banyak melucu dikelas yang lucunya itu bisa
membuat orang tidak paham atau mengerti, Ketika daffa
ingin melakukan sesuatu dengan hasil yang sangat baik,
dia tidak terlalu keras dengan dirinya sampai sesuatu
yang terlihat sempurna, biasnya daffa laing aktif dikelas
Ketika bertanya, daffa juga tidak terlalu sulit dalam
berinteraksi dengan teman-temannya, kecuali dengan
orang-orang yang tidak dikenalinya, Ketika daffa
diperlakukan dengan tidak adil maka teman daffa yang
Bernama Alifatan yang akan membela daffa tersebut, dari
yang dilihat teman daffa, daffa tersebut memiliki bakat
dalam bermain sepak bola, dan daffa unggul dalam
akademik dan non akademik.

3.) Nominasi orang tua

Ayah : Seno Pamungkas

58
Ibu : Esthi Endah Ayuningtyas

Tabel 3. 3 Nominasi Orang Tua

Lembar Nominasi orang tua

Form ini dirancang untuk memberi orang tua kesempatan


untuk menominasikan siswa CIBI di sekolah dasar. Ada
banyak karakteristik anak-anak berbakat dan tidak semua anak-
anak akan menunjukkan karakteristik yang sama namun, daftar
berikut ini dapat berfungsi sebagai panduan untuk mengenali
siswa yang mungkin berpotensi berbakat.

1. Apakah anak anda mulai berbicara (dan tidak pernah


berhenti berbicara) lebih dulu dibanding anak yang
seusianya?

Jawab : iya, anak saya mulai berbicara pada umur 11 bulan,


tetapi tidak begitu jelas

2. Apakah anak menunjukkan rasa ingin tahu? Apakah anak


banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang semua hal
satu demi satu lain?

Jawab : Iya, anak saya sejak kecil rasa ingin tahunya sangat
tinggi pada suatu hal

3. Apakah anak memberikan jawaban yang kompleks dan


terperinci untuk pertanyaan (bahkan pertanyaan
sederhana)?

59
Jawab : Tidak, biasanya anak saya lebih banyak menggunakan
kata yang simpel dan gampang dimengerti oleh orang

4. Apakah anak memiliki minat yang luas? Apakah dia


senang mencoba hal-hal baru?

Jawab : Iya, anak saya minatnya luas karena anak saya


menyukai hal yang baru dan menarik. Menurutnya.
Ketika usianya menginjak 4 tahun anak saya mampu
membuat jebakan burung dan ketapel

5. Apakah anak sering memiliki gagasan yang tidak biasa?


Apakah dia memberikan penjelasan logis dan masuk akal
terhadap suatu kejadian?

Jawab : Ya, biasnya anak saya menggunakan media sosial


media seperti menonton youtube sebagai referensi
belajarnya

6. Apakah anak sering memperhatikan suatu secar detail,


sangat jeli, dan tidak melewatkan apa pun? Apakah dia /
dia perhatikan persamaan dan perbedaan antara orang,
peristiwa, atau benda?

Jawab : Iya, anak saya suka sekali jika melihat sesuatu dengan
lebih detail dibandingkan orang-orang sekitarnya
maupun dibandingkan dengan anak seusianya

7. Apakah anak mengajukan argumen yang kuat dan persuasif

60
untuk hampir semua hal?

Jawab : Iya, anak saya biasnya mempertahankan argument


yang kuat

8. Apakah anak Anda menunjukkan empati dan kepekaan


terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain? Apakah dia
menyadari masalah yang tidak diperhatikan orang lain?

Jawab : Iya, anak saya ini peka terhadap lingkungan maupun


orang disekitanya

9. Apakah anak menunjukkan rasa khawatir tentang dunia,


orang lain, dan / atau lingkungan?

Jawab : Iya, anak saya ini lebih khawatir tentang pekerjaan


rumah (PR) yang belum dikerjakan dan keperluan
sekolah yang belum disiapkan atau tertinggal dia sangat
khawatir dengan hal seperti

10. Bagimana cara anda menasehati anak anda Ketika anak


bersalah ?

Jawab : Saya menasehatinya sesuai dengan karakternya


maupun kesalahannya

Dari nominasi diatas kami dapat menyimpulkan bahwa


daffa mulai berbicara pada umur 11 bulan tetapi tidak

61
begitu jelas. biasanya dan memiliki rasa ingin tahu dari
sejak kecil terhadap sesuatu, daffa lebih suka menjawab
pertanyaan dengan Bahasa yang gampang dimengerti oleh
orang, sejak usia 4 tahun daffa membuat hal-hal baru
sepertu. Ketika usianya menginjak 4 tahun daffa mampu
membuat jebakan burung dan ketapel, daffa sangat detail,
jeli ia suka melihat sesuatu dengan detail, dan daffa
biasnya mempertahankan argument atau pendapatnya
yang begitu kuat. Daffa juga peka terhadap lingkungan
sekitar dan teerhadap orang lain, daffa khawatir akan
tugas, PR yang belum dikerjakan dan juga Ketika daffa
membuat kesalahan maka ibunya menasehatinya sesuai
dengan kesalahan yang ia perbuat.

4.) Hasil Tes Iq

Saat ini Daffa memiliki kemampuan intelektual


yang tergolong pada taraf rata-rata (IQ-98 skala
WISC) Hal ini mengartikan bahwa ananda memiliki
kemampuan kognitif yang berada pada taraf rata-rata
anak seusianya. Secara umum, Daffa memiliki
kemampuan yang cukup optimal dalam memahami
situasi atau mengkaji suatu situasi/masalah secara
sistematis. Sehingga hal ini membuatnya mampu
memahami setiap proses pemecahan masalah la

62
memiliki kemampuan umum mengenai hubungan
sebab akibat yang cukup baik. la mampu menjelaskan
mengenai suatu benda dengan baik serta runtut.

Dalam proses belajar, Daffa memiliki kemampuan


untuk mempertahankan belajar dalam berbagai situasi
dan kondisi la cukup mampu memberikan fokus
perhatian untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Namun, ia cenderung tidak melihat ke arah lawan
bicara ketika diajak berbicara, namun cenderung
melihat kesekeliling ruangan atau menunduk. la
mampu mengerjakan tugas dan memahami instruksi,
meskipun demikian saat mendapati soal yang belum
ia kuasai ia akan meminta instruksi berulang Di lain
sisi Daffa memiliki potensi yang cenderung cukup
optimal dalam kemampuan daya ingat la cukup
mampu mengingat benda atau menguraikan jawaban
sesuai dengan peristiwa yang la alami. Dilain sisi,
Daffa masih memerlukan bantuan dalam konsep
berhitung mesipun ia sudah mengetahui cara / konsep
untuk mendapatkan jawabannya, namun ia cenderung
ragu dan meminta soalnya untuk diulang berkali-kali
sehingga dalam menyelesaikan persoalan cerita
aritmatika ia memerlukan waktu yang lama.

Kemampuan sosialisasi Daffa cukup baik. ta


mampu memberikan jawaban ketika diberikan

63
pertanyaan oleh orang yang baru ia kenal dan tidak
takut ketika berada dalam lingkungan baru Dalam
bercerita, ananda cukup mampu menjelaskan
mengenal pengertian suatu benda dan juga
menceritakan kembali mengenai benda yang
disebutkan tanpa melihat langsung benda tersebut
yang artinya daya imajinasi Daffa cukup baik Daffa
terlihat kebingungan dan cenderung ragu dalam
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan
aktivitas fisik seperti membuat pola ataupun merakit
objek. Jika dihadapkan pada persoalan dengan waktu
tertentu ia cenderung cepat, namun cenderung kurang
hati hati dalam menyelesaikan tugasnya.

64
C. Hasil Asesmen
1.) Asesmen Gaya Belajar

Grafik 3. 1 Gaya Belajar

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
k is l k ik l l is
isti Log a s ia teti us ona ona ral
u s M s s u
g s Sp ne pe
r
pe
r t
Lin ati ual Ki er ra Na
m s t t
at
e Vi In In
M

Gaya belajar multiple intelegensi Howard Gardner


dimana anak lebih cenderung memiliki gaya belajar
matematis logis dan interpesonal, dimana matematis logis
memiliki gaya belajar yaitu (1) belajar berdasarkan
contoh, (2) belajar dengan menghitung angka-angka, (3)
belajar dengan mengikuti pola-pola tertentu, (4) suka
mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, (5) belajar
dengan menggunakan proses berpikir, (6) belajar dengan
soal cerita atau problem nyata, (7) belajar dengan
eksperimen untuk membuktikan sesuatu, dan (8) belajar
dengan membuat hipotesis. Kemudian tentang
kecenderungan dengan gaya belajar interpersonal
diantaranya (1) belajar dengan kelompok, (2) belajar
dengan pemecahan masalah secara berkelompok, (3)

65
belajar dengan kolaborasi, (4) belajar dengan berinteraksi,
(5) belajar dengan simulasi, (6) belajar dengan
menjelaskan kepada orang lain, (7) belajar dengan
aktivitas atau melakukan kegiatan, dan (8) belajar dengan
berdebat.

Namun dalam pengembangan kreativitas yang kami


lakukan, kami hanya terfokus untuk mengembangkan
kreativitas dengan gaya belajat mathematika logika untuk
anak.

2.) Asesmen Multiple Intelegensi

Grafik 3. 2 Asesmen Multiple Intelegensi

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
l l l
isti
k
og
is ia tik us
ik na na l is
u L pas s te M so so ura
g r r t
Lin ati
s
al
S ne pe pe Na
m u Ki ter tra
s
at
e Vi In In
M

Dari Hasil lembar Ceklis dan Grafik dalam asesmen


Mutiple intelligences atau kecerdasan majemuk yang
kami dapatkan ialah anak lebih condong memiliki

66
kecerdasan pada aspek Matematika logis dan Interpesonal
dikarenakan Daffa mendapatkan skor 90 di dua aspek
tersebut. Hal itu dikarenakan Daffa suka dalam hal
berhitung, menghitung angka dan mengikuti pola tertentu
yang terstruktur, Daffa senang dalam berinteraksi maupun
berkolaborasi dengan teman-temannya maupun belajar
secara berkelompok. Dan skor yang diperoleh Daffa pada
asepek kecerdasan lainnya yaitu Linguistik 50%, Visual
Spasial 60%, Kinestetik 60%, Musik 30%, Intrapersonal
50% dan Naturalis 30%.

D. Program Pengembangan Kreativitas 4P


Tabel 3. 4 Program Pengembangan Kreativitas 4p

Tahapan Deskripsi
pendekatan 4P

Person Dafa memiliki kemampuan


intelegensi berkisar 95 ini yang di
(Hasil identifikasi
tunjukan pada hasil tes IQ,
dan potensi
sehingga tidak teridentifikasi CI-
kreativitas)
BI. Dia memiliki gaya belajar
yang mengarah pada matematika
logis

67
Process Pada saat berbincang dengan
Dafa, ia memberikan ide, gagasan
(Apa ide anak untuk
dan usulan ia mengatakan ingin
produk
membuat permainan yang
kreativitasnya?)
berkaitan matematika atau yang
didalamnya ada pembahasan
menghitung. Dafa ingin bermain
sambil belajar dengan menjawab
soal soal matematika.

Press Factor internal Dafa yakni dafa


lebih memfokuskan dirinya untuk
(Bagaimana faktor
mendapatkan nilai terbaik dalam
internal dan
ulangan matematika maupun tugas
eksternal dalam
matematika, ia suka menjawab
mendukung
soal sola latihan matematika.
kreativitas anak
Faktor eksternal yang mendukung
yaitu dukungan dari orang tua
yang memberikan pengarahan dan
hadiah untuk Dafa selain itu kami
sebagai fasilitator, akan membantu
memberikan fasilitas dalam
membantu membuat permainan
ular tangga yang besar dengan
adanya kartu soal,dimana kartu
soal diberikan ketika Dafa harus

68
terkena kepala ular atau ekor ular,
kemudian diberikan hukuman
berupa kartu soal operasi hitungan

Product Snake N’ Ladder With Game


Math
(Apa nama
produknya? Dalam Produk yang kami sajikan berupa
bentuk apa?) perangkat permainan ular tangga
yang berisikan kartu soal
matematika dan benda benda
pendukungnya .

E. Implementasi Program Pengembangan Kreativitas

Pembuatan permainan ular tangga dengan kartu soal


matematika dibuat dari alat dan bahan sebagai berikut :

1. Pensil

2. Karton

3. Gunting

4. Tutup botol

5. Balok kayu kecil

Pembuatan permainan ini ada beberapa langkah


sebagai berikut :

69
1. Membuat ular tangga dan penomoran 1- 100

2. Mendesain di canva dan menambahkan ular dan


tangga dengan jumlah yang sama dan diletakan di
nomor yang berbeda-beda

3. Membuat orang-orangan bisa menggunakan tutup


serum wajah dan dikreasikan sesuai yang
diinginkan

4. Anak membuat soal dan jawaban di kertas HVS

5. Anak membuat petunjuk permainan

Setelah pembuatan permainan selesai, anak membuat


video tutorial pembuatan permainan ular tangga dengan
kartu soal matematika bersama temannya kelas 4 SD.
Permainan ini membuat anak-anak kelas 4 SD terasah
dalam mempelajari matematika selain di kelas. Anak yang
awalnya merasa bosan dan sulit mempelajari matematika
di kelas, sekarang merasa terkesan dengan permainan ular
tangga yang ada soal matematika. Hal ini bukan di dasari
hanya untuk anak-anak yang punya kecerdasan
matematika logis namun hal ini didasari oleh ide Daffa
yang ingin membuat permainan dan digabungkan dengan
kesukaannya dalam menjawab soal matematika. Teman-
teman yang memiliki kecerdasan selain matematika logis
akan tertantang dan tertarik untuk mempelajari dan
mengetahuinya.

70
F. Evaluasi Program Pengembangan Kreativitas

Tabel 3. 5 Evaluasi Program Pengembangan Kreativitas

Nama produk Snake N’ Ladder With Game Math

Ketercapaian Pembuatan produk kreativitas ini dapat


pembuatan mencapai pada tujuan awal anak yakni
produk Anak memberikan gagasan dan ide
kreativitas untuk membuat permainan yang
menggabungkan dengan hal-hal yang
berbau matematika logis. Sehingga
terjadinya peristiwa “belajar sambil
bermain”. Mulanya anak mendesain
papan ular tangga yang sesuai dengan
keinginannya, setelah membuat desain
papan ular tangga lalu anak membuat
soal soal matematika logis untuk
dijadikan kartu soal pada permainan.

Penggunaan Penggunaan produk kreativitas ini


produk masih terbatas pada usia anak-anak saja
kreativitas karena tingkat kesulitan soal juga
yang belum hanya terbatas pada anak-anak saja,
terlaksana/ yang artinya jika dimainkan oleh
tercapai remaja atau dewasa mungkin soal-soal
ini masih sangat mudah bagi mereka

71
untuk menjawabnya.

Kendala Kendala yang di dapat dari segi


penggunaan permainan yaitu para pemain sangat
produk jarang terkena petak yang berisi ular,
kreativitas sehingga pemain sangat jarang untuk
memicu hukuman menjawab soal.

Tindak lanjut Tindak lanjut yang kami lakukan yaitu


memainkan permainan ular tangga

(Snake N’ Ladder With Game Math )


dengan mengajak orang lain dan
meminta anak untuk menjelaskan
petunjuk permainan kepada orang lain
agar permainan bisa dimainkan
bersama sama, mengajak orang lain
untuk bermain sambil belajar dan
menjelaskan bahwa permainan ini
dapat melatih anak untuk menjawab
soal soal matematika.

72
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pedoman dan observasi yang kami
lakukan, dapat disimpulkan anak yang kami amati bukan
termasuk anak cerdas istimewa dan bakat istimewa. Hal
ini didasari dari teori renzuli yang menunjukan IQ anak
tergolong pada taraf rata-rata (IQ-98 skala WISC) Hal ini
mengartikan bahwa ananda memiliki kemampuan kognitif
yang berada pada taraf rata-rata anak seusianya. Secara
umum, Daffa memiliki kemampuan yang cukup optimal
dalam memahami situasi atau mengkaji suatu
situasi/masalah secara sistematis, sehingga hal ini
membuatnya mampu memahami setiap proses pemecahan
masalah la memiliki kemampuan umum mengenai
hubungan sebab akibat yang cukup baik. Pada asesmen
multiple intelegenci anak memiliki kecerdasan
matematika logis dan interpersonal, namun dalam
pengembangan kreativitas yang kami lakukan, kami hanya
terfokus untuk mengembangkan kreativitas dengan gaya
belajat mathematika logika untuk anak, dimana matematis
logis memiliki gaya belajar yaitu (1) belajar berdasarkan
contoh, (2) belajar dengan menghitung angka-angka, (3)

73
belajar dengan mengikuti pola-pola tertentu, (4) suka
mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, (5) belajar
dengan menggunakan proses berpikir, (6) belajar dengan
soal cerita atau problem nyata, (7) belajar dengan
eksperimen untuk membuktikan sesuatu, dan (8) belajar
dengan membuat hipotesis. Nama product yang dibuat
oleh anak adalah Snake N’ Ladder With Game Math, yang
disajikan berupa perangkat permainan ular tangga yang
berisikan kartu soal matematika dan benda benda
pendukungnya. Permainan ini membuat anak-anak kelas 4
SD terasah dalam mempelajari matematika selain di kelas,
anak yang awalnya merasa bosan dan sulit mempelajari
matematika di kelas, sekarang merasa terkesan dengan
permainan ular tangga yang didalamnya terdapat
tantangan yaitu berupa soal matematika.

B. Rekomendasi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis meminta kepada pembaca
untuk memberikan kritik yang membangun agar penulis
dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan ini, karena
harapan kami laporan ini dapat menjadi sumber referensi
atau sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca
dalam mengembangkan kreativitas anak cerdas istimewa
dan bakat istimewa berdasarkan gaya belajar anak dan

74
ranah kecerdasan majemuk, serta bermanfaat bagi pihak-
pihak yang bersangkutan seperti orang tua, guru, kepala
sekolah dan lainnya, dalam mengetahui hasil identifikasi
dan hasil asesmen terhadap pengembangan program
kreativitas anak cerdas istimewa dan bakat istimewa yang
dibuat oleh anak sehingga menghasilkan sebuah produk.

75
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Amka, dkk. (2021). Identifikasi Anak Berbakat/Gifted di


Sekolah Inklusi. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Muhid, A. (2019). Gifted Underachiever Mengungkap Black


Box Sekolah tentang Rekam Jejak Siswa Berbakat
Berprestasi Kurang. Malang: Inteligensia Media.

Fauzy, A. (2015). Kajian Statistika Pengembangan


Pendidikan Khusus Cerdas Istimewa. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.

Nurhastuti. (2019). Potensi Intrumen anak cerdas dan


berbakat. Padang : SUKABINA Press.

Sit, M dkk. (2016). PENGEMBANGAN KREATIVITAS


ANAK USIA DINI Teori dan Praktik. Medan:
Perdana Publishing.

Jurnal :

Aip Saripudin. “STRATEGI PENGEMBANGAN


KECERDASAN NATURALIS PADA ANAK
USIA DINI,” 1, 3 (Maret 2017).

76
Atqa, U. A., Simatupang, G. L. L., & Koapaha, R. B. (2018).
Pengalaman Musikal dalam Teori Kecerdasan
Majemuk Howard Gardner. Jumal Kajian Seni,
5(01), 1-14.

Clark, Barbara (1998) CIBI Growing Up Gifted, Third Ed.


Ohio: Merill.

Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan


khusus. Yogyakarta Psikosain.

Dirlanudin. (2006). Pengembangan Bakat Kreativitas Anak.


Serang Banten.

Gardner, Howard, Frames of Mind, Intelligence Reframed:


Multiple Intelligences for The 21st Century, New
York: Basic Books. 1973

Gardner, Howard. Frames of Mind. New York: Basic Books,


2004.

Gardner, Howard. Multiple Intelligences. USA: Basic Books,


1993.

Hawadi, R.A., Wihardjo, R.S.D., dan Wiyono, M. (2001).


Keberbakatan Intelektual. Panduan Bagi
Penyelenggaraan Layanan Percepatan Belajar.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

77
Hollingworth, L.S. 1992. Gifted Children: Their Nature and
Nurture. New York: McMillan.

Idris, M. . (2017). Anak berbakat (Keberbakatan). Jurnal


Pendidikan PAUD, 2(1).

Kalat. Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika, 2014

Lalujan K V Krismayani O & Manajang TY (2019)


Kecerdasan anak usia dini ditinjau dari prespektif
teori kecerdasan Howard Gardner.

Mangunsong, F. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus. Jilid Kedua. Jakarta :
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi

Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan


Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Pengembangan Kecerdasan


Majemuk, Modul I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Palaniappan, Ananda Kumar. (2006). Academic


Achievement of Groups Formed Based on
Creativity and Intelligence. Journal. Malaysia:
Universty of Malaya.

78
Purwanto. “Kecerdasan: Konsep dan Pengukurannya.”
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16,
No.4 (2010): 477-478.

Sisk, Dorothy. (1987). Creative Teaching of the Gifted. New


York: McGraw Hill Book Company.

Slavin, Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan (Teori dan


Praktek Edisi Kedelapan. (Terjemahan). Jakarta:
Indeks.

Syarifah, S. (2019) Konsep kecerdasan majemuk howard


gardner Sustainable Jurnal Kajan Mutu Pendidikan,
2(2) 176 197

Terman, L.M. 1982. The Discovery and Encouragement of


Exceptional Talented. Dalam The Education of
Gifted Children, Part I of twentyThird Year Book of
the National Society for the Study of Education,
Whipple, G.M. (ed.). Bloomington III Public School
Publishing Co.

Ulum, NA (2020) Konsep kecerdasan majemuk perspektif


Howard Gardner dan penerapannya dalam
pembelajaran d Madrasah Ibtidaiyah (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya)

Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak


Berbakat,

79
Wulan, D. K. (2011). Peran Pemahaman Karakteristik Siswa
Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa (Cibi) dalam
Merencanakan Proses Belajar yang Efektif dan
Sesuai Kebutuhan Siswa. Humaniora, 2(1), 269-
276.

Peraturan Peundang-undangan :

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun


1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Dharma Bhakti.

80
LAMPIRAN

Gambar 5. 1 Papan Permainan Ular Tangga

Gambar 5. 2 Kartu soal dan Kunci jawaban

Gambar 5. 3 Dadu dan Orang-Orangan

81
Gambar 5. 4 Petunjuk Permainan Gambar 5.5 Foto Bersama

Gambar 5.6 Foto Bersama dengan Hasil Produk Gambar 5.7 Foto Bersama

Gambar 5.8 Hasil IQ

82
BIODATA PENULIS

Nama : Galih Putri Mahatma


Ttl : Banjarmasin, 05
Maret 2003 Alamat :
Perumahan Mustika Griya
Permai
Nama Ig : pmxxtae
Nomorwa:
082197933875
Email :
galihputrimahatma353@gmail.com
Jobdesk: BAB 3
Nama : Annisa' Adelia
TTL : Banjarmasin,8 April 2003
Alamat : jln Sidomulyo raya
rt02/09 GG kantil, Landasan Ulin,
Banjarbaru
Nama
ig: ansaadelia
Nomorwa:
08875354070
Email :
annisaadelia0804@gmail.com
Jobdesk: BAB 3

Nama : Husna
TTL : Banjarmasin, 15 Juli
2002 Alamat :
Desa.Purwosari Baru
kec.Tamban Kab.batola
Nama Ig :
@hsnaa_
No.Wa:
085828975672
Email : husna9564@gmail.com

83
Jobdesk: BAB 2
Nama : Dewi Rizka Adelia
Ttl : Banjarmasin, 15 July
2003 Alamat : jln. A yani,
komp. Benawa indah,
landasan Ulin, banjarbaru.
Nama Ig :
dewiadeliaa_
Nomor wa :
083854851464
Email :
rizkaadeliadewi@gmail.com
Jobdesk: BAB 1
Nama : Kantata Fatwa Jihadi Ttl :
Tapin, 11 Agustus 2003
Alamat : Jl. Gotong Royong No.
38, Loktabat Utara, Kec.
Banjarbaru Utara, Kota Banjar
Baru
Nama IG : @kzki_kanata11
Nomor WA : 085348081270
Email :
kantatafatwajihadie11@gmail.co
m
Jobdesk: BAB 3
Nama : Nuzla Ilmuna Hidayah
TTL : Batumandi, 11 November
2003 Alamat : Tamiang Layang
Nama ig: Nuzla_ilmunahdyah
Nomor wa : 082352689075
Email :
nuzlahidayah55@gmail.com
Jobdesk: BAB 4

84
Nama : Chrisdian Ardi Setiawan
TTL : Barito Kuala, 17 Mei 2001
Alamat : Komp. PSBN Fajar
Harapan Jl.
A. Yani KM. 37,5 No.8 Nama
IG : crisdian_cr Nomor WA :
083155896711
Email :
chrisdian.app455@gmail.com
Jobdesk: Mengamati Observasi

Nama : Nurul Ismi


TTL : Kuala Kapuas, 12 Maret
2004 Alamat : Kuala Kapuas
perum denmar no 2 k Kalimantan
Tengah
Nama ig : Forxy_
Email : ismi7116@gmail.com
Jobdesk: Edit Video

Nama: Rahmad Arsy Abimanyu


TTL: Banjarmasin 26 Agustus
2001 Alamat: Gatot Subroto no
120 Nama Ig:abimanyu_7778656
Email: abijunior67@gmail.com
Wa: 082351097710
Jobdesk: Mengamati Observasi

85
Nama : turyaningsih TTL :
banjarmasin,27 oktober 2000
Alamat : jalan kelayan A gg setuju
Nama ig : ningsihturya
Email :
turyaningsih27@gmail.com Wa :
088246576709
Jobdesk: BAB 3

Nama : Amanah
Ttl : Banjarmasin, 23 Januari 2003
Alamat : Sungai Andai Blok
Agatis lll, Banjarmasin.
Nama Ig : amanah23
Nomor wa : 085696433724
Email : amanah0023@gmail.com
Jobdesk: Lampiran dan Finishing

86

Anda mungkin juga menyukai