Segala puji bagi Allah, alhamdulillah buku ajar Bioteknologi yang disusun oleh
Dr. Endah Rita Sulistyo Dewi, M. Si., Dyah Ayu Widyastuti, M. Biotech., dan Atip
Nurwahyunani, M. Pd. dapat diterbitkan untuk membantu meningkatkan pemahaman
mahasiswa terkait matakuliah Bioteknologi di Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi Informasi (FPMIPATI), Universitas PGRI
Semarang. Saya, selaku Dekan Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi Informasi
sangat bangga dengan komitmen keilmuan, kerja keras dan keseriusan tim penulis
sehingga buku ajar ini dapat diterbitkan. Saya berharap semoga buku ajar ini dapat
memudahkan mahasiswa dalam memahami materi Bioteknologi dan dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh para pembaca. Lebih dari itu, penerbitan buku ini
juga saya harapkan dapat memotivasi para dosen untuk terus menulis sesuai
kepakarannya masing-masing untuk menambah khasanah keilmuan di Universitas
PGRI Semarang.
Buku ajar Bioteknologi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan
kelemahan, saya memaklumi sepenuhnya mengingat bahwa penulisan buku memang
membutuhkan konsistensi dan keteguhan dalam berlatih. Saya yakin kekurangan dan
kelemahan tersebut akan dapat diperbaiki oleh tim penulis pada masa yang akan
datang seiring dengan meningkatnya perhatian kita terhadap penulisan karya tulis
ilmiah. Pada kesempatan ini, saya patut mengapresiasi dan menyampaikan
penghargaan serta terima kasih atas kerja keras tim penulis yang telah berupaya
seoptimal mungkin untuk menghasilkan karya berupa buku ajar Bioteknologi ini.
Harapan besar saya, semoga buku ajar Bioteknologi ini dapat berguna dan
memperkaya khasanah karya ilmiah di Universitas PGRI Semarang, khususnya di
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi Informasi
(FPMIPATI) sesuai dengan harapan tim penulis dan juga lembaga.
Dekan FPMIPATI
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Ajar Bioteknologi ini. Buku ini disusun untuk
memudahkan mahasiswa dalam memahami materi dasar dalam mata kuliah bioteknologi.
Pada buku ini juga dilengkapi latihan soal untuk menguji pemahaman mahasiswa terkait
dengan setiap materi yang terdapat pada buku.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul
ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian buku ini. Semoga buku ajar ini memberikan manfaat bagi semua, khususnya
mahasiswa yang tengah mempelajari materi mengenai bioteknologi.
Halaman depan I
Pengantar Dekan ii
Daftar Isi Iv
Bab 4. Kloning 26
Glosarium 88
Daftar Pustaka 90
1
Bab 1
Pengenalan
Bioteknologi
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini anda akan dapat:
menjelaskan periode perkembangan ilmu
bioteknologi
Asam-asam amino elusidasi struktur DNA, protein sel tunggal, enzim untuk
deterjen, gasohol, biogas, teknologi rekombinan DNA.
Sumber:
http://www.dnaftb.org/2/bio.html
4
Menjelang akhir abad ke-20 sebagian besar masyarakat dunia menanti bioteknologi
dengan penuh harapan untuk memecahkan berbagai masalah umat manusia di
bumi. Namun sebagian masyarakat memandang bahwa memasuki era bioteknologi
sama saja memasuki hutan belantara ketidak pastian tentang dampak yang akan
terjadi kemudian hari. Perkembangan bioteknologi sekarang ini akan menimbulkan
dampak serius pada dimensi etika dan budaya. Rekayasa genetika menimbulkan
masalah-masalah etika serius yang berhubungan dengan pengubahan, manipulasi,
penetapan paten dan pemilikan bentuk-bentuk kehidupan. Berbagai perkembangan
di bidang kesehatan juga akan membawa implikasi mendalam pada nilai-nilai
budaya. Infrastruktur teknologi dan desakan ekonomi akibat bioteknologi membawa
dampak besar pada struktur sosial ekonomi serta pada nilai-nilai budaya, sementara
masyarakat luas tidak mendapat informasi dan diasingkan dari pengambilan
keputusan tentang arah, batas-batas tujuan dan dampak bioteknologi.
Mikrobiologi
Biologi Biokimia
Bioteknologi
Industri Fermentasi Industri Kimia
Industri Farmasi
Industri Pangan Lingkungan dan Energi
dan
Pakan
Gambar 1.2 Bidang ilmu yang terkait dengan bioteknologi dan bidang
kajian
6
LATIHAN 1
1. Jelaskan GDULPDQDNDKLVWLODK³%LRWHNQRORJL´EHUDVDO!
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
7
Bab 2
Bioteknologi Konvensional
dan Modern
Tujuan Pembelajaran
Iimu Bioteknologi telah berkembang mulai dari ratusan tahun yang lalu. Saat itu,
masyarakat kuno banyak bereksplorasi untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Pada era tersebut, masyarakat belum mengenal adanya ilmu Bioteknologi. Namun,
eksperimen yang mereka lakukan, secara tidak tangsung menjadi pembuka jalan
perkembangan bioteknologi konvensional melalui pemanfaatan mikroorganisme
untuk mengubah bahan baku menjadi produk pangan. Proses perubahan bahan
baku menjadi produk pangan yang dihasilkan oleh masyarakat kuno tersebut
dengan bantuan mikroorganisme, sekarang kita kenal sebagai teknologi fermentasi.
Salah satu produk hasil fermentasi yang dianggap menjadi pioner dalam teknologi
fermentasi adalah roti. Berdasarkan catatan sejarah, roti telah dikembangkan sejak
10.000 tahun yang lalu di wilayah Mesopotamia dan Mesir. Gandum dihancurkan
dan dibuat menjadi suatu bahan yang lengkep mirip pasta untuk kemudian
dipanggang menjadi bahan pangan yang merupakan cikal bakal roti. Pembuatan roti
akhirnya berkembang dengan memanfaatkan proses fermentasi mikroorganisme
pada tahun 1.000 SM dengan diperkenalkannya ragi oleh Bangsa Mesir sebagai
bahan dasar roti. Bangsa Mesir Kuno mengembangkan fermentasi gandum dan
beberapa jenis biji-bijian lain untuk membuat roti putih hingga berhasil menciptakan
30 variasi roti. Teknologi pembuatan roti ini pun akhirnya menyebar dari bangsa
Mesir hingga ke Yunani dan meluas ke Eropa dan Asia.
8
Ilmu Bioteknologi sendiri tidak terlepas dari banyak cabang ilmu lain, tidak hanya
dari biologi tetapi juga termasuk fisika dan kimia. Cabang ilmu biologi yang
mendukung perkembangan bioteknologi mulai dari konvensional menjadi modern
diantaranya adalah fisiologi, biokimia, genetika, mikrobiologi, virologi, imunologi,
enzimologi, kultur sel, kultur jaringan, biologi molekuler, dan lain sebagainya. Semua
ilmu pendukung tersebut saling berkaitan untuk mendukung aplikasi bioteknologi di
berbagai bidang.
tingkat sel, sedangkan pada bioteknologi modern sudah mencapai tingkat gen (DNA
dan RNA).
Gambar 2.1. Level bahasan dan penelitian pada bioteknologi konvensional dan
modern
1. Bioteknologi Konvensional
a. Keunggulan:
- Relatif tidak membutuhkan dana yang besar
- Hanya memerlukan tingkat teknologi yang sederhana
- Pengaruh jangka panjang dari proses yang dilakukan umumnya sudah
diketahui
- Sistem pelaksanaannya sudah mapan (established)
b. Kekurangan
- Perbaikan sifat genetik yang dilakukan tidak terarah
- Tidak dapat mengatasi ketidaksesuaian genetik (inkompatibilitas)
- Hasil yang diperoleh tidak dapat diperkirakan sebelumnya
- Prosesnya memerlukan waktu yang relatif lama
10
2. Bioteknologi Modern
a. Keunggulan:
- Perbaikan sifat genetik dilakukan secara terarah
- Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik
- Hasil proses dapat diperhitungkan
- Dapat menghasilkan jasad/organisme baru dengan sifat baru yang tidak
terdapat pada organisme alami (wild type)
- Mampu meningkatkan kualitas organisme melalui rekayasa genetika
b. Kekurangan:
- Proses pengerjaannya memerlukan biaya yang relatif mahal
- Memerlukan teknologi yang canggih dan mapan (established)
- Pengaruh jangka panjang belum diketahui
Produk bioteknologi konvensional merupakan produk yang selama ini telah banyak
beredar di masyarakat. Bioteknologi konvensional cenderung memanfaatkan
keseluruhan organisme pada tingkat sel. Oleh karena itu, pada bioteknologi
konvensional, pemanfaatan organisme masing sebatas pada pemanfaatan
mikroorganisme saja. Beberapa produk bioteknologi konvensional yang
memanfaatkan proses fermentasi dengan substrat tertentu dapat disimak pada tabel
2.1.
Pada bioteknologi modern, diperlukan adanya analisis gen, baik itu berupa DNA
maupun RNA. Pada bioteknologi modern, akan sering ditemui metode-metode untuk
analisis gen, seperti di bawah ini:
1. Isolasi DNA
Isolasi DNA merupakan teknik berbasis molekuler untuk memisahkan DNA
murni dari protein maupun komponen sel lainnya. Teknik ini bertujuan untuk
mendapatkan kualitas DNA yang baik untuk digunakan pada proses penelitian
selanjutnya, seperti penanda molekuler, penyusunan perpustakaan genom,
sekuensing, dan lainnya.
2. Amplifikasi DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase chain reaction (PCR) merupakan suatu teknik sintesis dan
amplifikasi DNA secara in vitro (di laboratorium). Teknik ini digunakan untuk
mengamplifikasi atau memperbanyak segmen DNA dalam jumlah jutaan kali
hanya dalam waktu beberapa jam. Proses PCR melibatkan beberapa tahap,
yaitu: pra-denaturasi DNA template, denaturasi DNA template, penempelan
primer pada template (annealing), pemanjangan primer (extension), dan
pemantapan (post-extension).
13
3. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan teknik pemisahan molekul bermuatan berdasarkan
perbedaan tingkat migrasinya dalam aliran listrik yang diberikan. Perbedaan
tingkat migrasi disebabkan oleh perbedaan ukuran dan berat molekul serta
muatan listrik yang dimiliki oleh molekul yang akan dipisahkan. Teknik
elektroforesis biasanya digunakan untuk memisahkan molekul DNA maupun
protein.
4. Sekuensing DNA (DNA sequencing)
Teknik sekuensing DNA dilakukan baik dengan metode Sanger maupun
Maxam-Gilbert. DNA sekuensing digunakan untuk mendeterminasi urutan basa
nukleotida pada DNA yang meliputi adenin, guanin, sitosin, dan timin. Metode
sekuensing DNA pertama kali dikembangkan pada tahun 1970an.
5. DNA fingerprinting
Sidik jari DNA (DNA fingerprinting) merupakan suatu teknologi untuk
melihat keragaman individu. Teknologi ini dapat digunakan untuk membedakan
individu yang dekat kekerabatannya sekalipun. Bahkan teknologi DNA
fingerprinting dapat digunakan dalam bidang biologi forensik termasuk untuk
melacak tindak kejahatan. Sifat DNA yang spesifik dapat digunakan untuk
membedakan urutan basa yang unik dari masing-masing makhluk hidup, salah
satunya melalui DNA fingerprinting.
6. dsb.
14
LATIHAN 2
1. Jelaskan mengenai perbedaan bioteknologi konvensional dan bioteknologi
modern! Lengkapi dengan contoh!
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab: ......................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
15
Bab 3
Analisis Gen dan Protein
Tujuan Pembelajaran
Ekspresi gen merupakan mekanisme yang secara alami terjadi di dalam sel.
Mekanisme ekspresi gen yang mengikuti ketetapan central dogma sangat terkait
dalam proses sintesis protein karena produk dari ekspresi gen itu sendiri adalah
protein, baik protein struktural maupun protein fungsional. Central dogma
merupakan proses dimana instruksi pada DNA dikonversi menjadi suatu produk
fungsional. Proses ini pertama kali diusulkan oleh Francis Crick pada tahun 1958.
Central dogma pada biologi molekuler menjelaskan mengenai aliran informasi
genetik dati DNA menjadi RNA untuk membuat suatu produk fungsional yaitu
protein.
Gambar 3.1. Proses central dogma, mulai dari DNA ditranskripsi menjadi RNA dan ditranslasi menjadi
protein (Sumber: https://byjus.com/biology/central-dogma-inheritance-mechanism/)
16
Analisis gen maupun protein yang merupakan hasil ekspresi gen dapat dilakukan
secara in vitro maupun in silico. Penelitian in vitro merupakan suatu penelitian atau
studi yang dilakukan pada komponen organisme yang telah diisolasi dari
lingkungan biologisnya yang alami untuk dipelajari di dalam laboratorium, berbeda
dengan in vivo yang melakukan penelitian atau studi yang dilakukan pada
organisme hidup secara langsung, biasanya dengan memanfaatkan hewan coba.
Sedangkan, pada in silico, penelitian atau studi tersebut dilakukan melalui program
komputer.
Gambar 3.2. Gambaran perbedaan analisis gen dan protein secara in vitro, in vivo, dan in silico
(Sumber: https://misciwriters.com/2016/10/04/in-silico-biology-how-math-and-computer-
science-teach-us-about-life/)
Metode dalam bioteknologi modern yang dapat digunakan untuk analisis gen secara
in vitro di laboratorium diantaranya adalah isolasi DNA, amplifikasi DNA dengan
polymerase chain reaction (PCR), elektroforesis gel agarosa, DNA sequencing, dan
lainnya. Sedangkan untuk analisis hasil ekspresi gen berupa protein secara in vitro
dapat dimulai dengan metode sodium dodecyl sulphate-polyacrylamide gel
electrophoresis (SDS-PAGE), Western blot, Southern blot, dan lain sebagainya.
Studi untuk analisis gen dan protein secara in silico sederhana dapat memanfaatkan
informasi-informasi terkait gen melalui database yang tersedia secara online dan
dapat diakses secara gratis, salah satunya melalui laman website The National
Center for Biotechnology Information (NCBI).
NCBI menyediakan informasi gen secara lengkap yang dapat diakses secara gratis
oleh siapapun. Pada NCBI, peneliti dapat mensubmit data maupun manuskrip pada
database-nya, dapat pula mengunduh data gen tertentu yang sudah tersedia di
database NCBI, menyediakan dokumen, kelas, maupun tutorial mengenai kerja di
bidang bioteknologi dan biologi molekuler, menggunakan kode pustaka data pada
NCBI untuk membangun suatu aplikasi studi in silico, menyediakan tool atau alat
yang bisa digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data gen secara in silico,
serta menyediakan proyek-proyek riset dan kolaborasi dengan peneliti di seluruh
dunia.
17
Ilmu bioinformatika merupakan irisan dari beberapa cabang ilmu (Gambar 3.4.).
Beberapa cabang ilmu tersebut adalah biologi, statistik, dan komputer sains.
Kombinasi ketiga ilmu tersebut memungkinkan analisis data biologi yang kompleks
menjadi lebih sederhana dan ringkas dalam program komputer. Analisis gen dan
protein secara in silico melalui ilmu bioinformatika ini membantu peneliti untuk
melakukan prediksi-prediksi sebelum penelitian dilanjutkan pada level in vitro
maupun in vivo, sehingga penelitian tersebut sudah lebih siap dan meminimalisasi
kegagalan.
Pada bioinformatika terdapat database (basis data) yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk membantu dalam analisis gen dan protein. Database merupakan
suatu kumpulan informasi dalam komputer secara sistematik yang dapat diperiksa
menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi. Database
bioteknologi yang tersimpan dapat berupa data sekuen primer asam nukleat (DNA
dan RNA) maupun protein, data motif sekuen protein, dan data struktur protein
maupun asam nukleat. Database utama untuk sekuen asam nukleat adalag
GenBank (Amerika Serikat) (Gambar 3.5), EMBL (European Molecular Biology
Laboratory, Eropa) (Gambar 3.6), dan DDBJ (DNA Data Bank of Japan, Jepang)
(Gambar 3.7). Ketiga database tersebut bekerja sama dan bertukar data per harinya
untuk menjaga keluasan cakupan masing-masing database. Sumber utama data
19
sekuen asam nukleat adalah submisi langsung dari peneliti individu, proyek
sekuensing genom, dan pendaftaran sekuen spesies baru.
Gambar 3. 6. Bagian servis bioinformatika yang menyediakan database biologi pada EMBL (European
Molecular Biology Laboratory) (Sumber:
https://www.embl.de/research/interdisciplinary_research/bioinformatics/services/list-of-
services/index.php
Gambar 3.7. Tampilan laman depan DDBJ (DNA Data Bank of Japan) (Sumber:
https://www.ddbj.nig.ac.jp/index-e.html)
20
The National Center for Biotechnology (NCBI) yang berpusat di Amerika Serikat
menyediakan bergabai database, baik protein, nukleotida, gen, maupun genom.
Melalui website ini, dapat diakses berbagai macam informasi terkait penelitian
bioteknologi secara in silico dengan ilmu bioinformatika. Laman website ini juga
dapat membantu peneliti untuk melakukan penyejajaran (alignment) sekuen
nukleotida dari beberapa spesies yang berbeda.
Gambar 3. 8. Urutan gen pada genom yang tersedia saat memasukkan genus Phaseolus pada kolom
pencarian di NCBI. Dapat terlihat pada laman tersebut menunjukkan ketersediaan 5
genom terkait genus Phaseolus, yaitu genom spesies Phaseolus vulgaris, Phaseolus
coccineus, Phaseolus acutifolius, Tetranycus urticae, dan Uromyces appendiculatus
(Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/?term=Phaseolus)
Salah satu hal sederhana yang bisa dilakukan dengan memenfaatkan database
yang ada di NCBI adalah untuk melakukan alignment (penyejajaran) sekuen
nukleotida pada dua spesies yang berbeda. Contohnya adalah untuk melakukan
penyejajaran sekuen nukleotida pada Phaseolus vulgaris dan P. coccineus. Untuk
melakukan penyejajaran tersebut, yang dibutuhkan hanya akses ke laman website
NCBI di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ yang menyediakan data sekuen gen target
dan Multalin di http://multalin.toulouse.inra.fr/multalin/ untuk menyejajarkan
sekuen yang dibandingkan.
21
Gambar 3.10. Tahap kedua alignment sekuen nukleotida dengan mengetikkan nama genus target di
kolom pencarian, pada contoh ini menggunakan Lactobacillus
22
3. 6HWHODK NOLN ³6HDUFK´ PDND DNDQ PXQFXO WDPSLODQ GL EDZDK LQL NHPXGLDQ SLOLK
gen dari dua spesies yang berbeda yang akan di-alignment (disejajarkan)
Gambar 3.11. Pada tahap ini dipilihlah dua whole genom, yaitu dari L. plantarum SN35N DNA
complete genome dan L. paracasei IJH-SONE68 DNA complete genome
4. Klik pada masing-masing pilihan hingga muncul tampilan seperti di bawah ini
(a) (b)
Gambar 3.12. Tampilan informasi L. plantarum SN35N DNA complete genome (a) dan L. paracasei
IJH-SONE68 DNA complete genome (b)
23
.OLN ³FASTA´ SDGD PDVLQJ-masing spesies yang dipilih, baik L. plantarum
maupun L. paracasei
*DPEDU.OLN³)$67$
6. Akan muncul tampilan seperti di bawah ini, untuk kemudian sekuen (urutan) basa
yang muncul (tanda kotak merah) baik untuk L. plantarum maupun L. paracasei di-
copy ke laman website Multalin.
(a) (b)
Gambar 3. 14. Sekuen L. plantarum (a) dan L. paracasei (b) yang akan di-alignment (disejajarkan)
dengan bantuan Multalin
24
6HWHODKVHPXDVHNXHQJHQWHODKGLPDVXNNDQNHNRORP³Sequen data´NHPXGLDQ
NOLN³Start Multalin´
*DPEDU.OLN³6WDUW0XOWDOLQ´XQWXNPXODLPHQ\HMDMDUNDQVHNXHQXUXWDQEDVDSDGDNHGXDVSHVLHV
25
Gambar 3. 17. Hasil alignment (penyejajaran) L. plantarum SN35N DNA complete genome dan L.
paracasei IJH-SONE68 DNA complete genome
10. Hasil pada Gambar 3.17 dapat digunakan untuk melihat similaritas
sekuen/urutan basa pada L. plantarum SN35N DNA complete genome dan L.
paracasei IJH-SONE68 complete genome. Warna merah menunjukkan basa-basa
yang lestari (conserved) sedangkan perbedaan warna menunjukkan adanya
perbedaan basa di antara keduanya.
LATIHAN 3
1. Buatlah alignment/penyejajaran sekuen gen dari dua spesies yang berbeda
namun masih dalam satu genus yang sama! Tentukan genus sendiri!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
26
BAB 4
KLONING
Tujuan Pembelajaran
Kloning merupakan satu kata yang sering dikaitkan dengan pelanggaran norma
agama, terutama terkain dengan penciptaan individu baru yang sama persis dengan
induknya. Kloning individu yang pertama kali dilaporkan berhasil adalah penciptaan
Domba Dolly (Dolly the Sheep) oleh ilmuwan dari University of Edinburg. Tim
kloning Dolly dipimpin oleh Ian Wilmut yang berhasil melakukan kloning mamalia
pertama kali dengan teknik somatic cell nuclear transfer (SNCT). Dolly lahir pada 5
Juli 1996 dan menjadi ikon keberhasilan kloning hingga sekarang. Keberhasilan
kloning Dolly ini dipublikasikan pada 27 Februari 1997 di Nature. Hingga saat ini,
masih media yang sesekali memberitakan temuan ilmuwan-ilmuwan dunia terkait
dengan kloning.
Terlepas dari pro dan kontra yang seringkali menyertai berita-berita tentang
keberhasilan kloning, penelitian tentang kloning justru semakin masif setelah
keberhasilan yang pertama pada Dolly. Keberhasilan kloning pada hewan
mencetuskan penelitian untuk mengkloning manusia. Pada tahun 2002, sebuah
persahaan berbasis bioteknologi di Bahama yang bernama Cloneaid mengklaim
telah berhasil menciptakan manusia pertama hasil kloning di dunia pada tanggal 26
Desember 2002. Bayi hasil kloning ini memiliki berat lahir 3.500 gram, berjenis
kelamin perempuan dan diberi nama Eve. Bayi Eve merupakan hasil kloning dari
seorang wanita di Amerika Serikat berusia 31 tahun yang pasangannya infertil.
27
Gambar 4.1. Publikasi mengenai keberhasilan kloning manusia pertama di dunia yang diklaim oleh
Cloneaid di Amerika Serikat
LATIHAN 4
1. Perhatikan gambar berikut!
Jawab: .................................
.............................................
28
Kloning sendiri sebenarnya merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris,
yaitu cloning. Namun, ada pula yang berpendapat kloning berawal dari bahasa
Yunani klon yang berarti tangkai. Klon berarti suatu individu yang dihasilkan secara
aseksual yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya dan secara genetik
memiliki sifat identik. Teknologi kloning menunjukkan hasrat manusia untuk dapat
mengontrol masa depan. Namun, tentu saja persoalan kloning ini bukanlah hal yang
sederhana. Perlu adanya pemahaman mendasar dan mendalam kaitannya dengan
bioetika yang menyertai penelitian-penelitian terkait kloning, terutama dalam kloning
manusia.
Berdasarkan perkembangan
keilmuan tersebut, maka jenis
kloning dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu kloning gen (transgenic
cloning), kloning sel (therapeutic
cloning), dan kloning individu
(reproductive cloning).
Pada kloning individu, dikenal adanya dua teknik yaitu teknik pemisahan embrio
(embryo splitting) dan transfer nukleus (nuclear transfer) yang biasanya
menggunakan nukleus dari sel somatik (somatic cell nuclear transfer). Teknik
pemisahan embrio (embryo splitting/embryo twinning) dilakukan melalui operasi
pemisahan embrio yang terbentuk saat proses embriogenesis. Embrio dipisahkan
menjadi dua saat tahapan blastosis sehingga dalam perkembangannya, akan
didapatkan dua individu yang identik secara genetik. Teknik pemisahan embrio
untuk manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1993 yang tentu saja memicu
depat berkepanjangan berkaitan dengan ketidaksesuaiannya dengan norma-norma
31
Somatic cell nuclear transfer (SCNT) atau dikenal sebagai transfer nukleus
dilakukan dengan mengeluarkan nukleus dari sel ovum dan digantikan dengan
nukleus dari sel somatik. Transfer nukleus merupakan strategi yang dilakukan di
laboratorium untuk menghasilkan embrio yang viabel dari sel somatik dan ovum.
Konsep transfer nukleus sendiri telah dipikirkan oleh ahli embriologi Jerman Hans
Spemann pada tahun 1928. Spemann melakukan penelitian dengan mentransfer
nukleus sel embrionik salamander ke dalam ovum. Namun, saat itu Spemann
meragukan konsep transfer nukleus itu sendiri karena secara teknis sangat tidak
mungkin mentransfer nukleus tanpa mengakibatkan kerusakan materi genetik
maupun kerusakan sel.
Pada tahun 1950, ilmuwan Amerika Robert Briggs dan Thomas King sukses
mengkloning berudu dengan teknik transfer nukleus pada sel blastula. Sepuluh
tahun kemudian, ahli biologi Inggris John B. Gurdon berhasil mengkloning berudu
dengan transfer nukleus sel intestinum katak. Penelitian kloning individu dengan
teknik transfer nukleus yang dianggap menjadi titik balik penelitian kloning di dunia
adalah keberhasilan kloning oleh tim Ian Wilmut yang berhasil menciptakan domba
Dolly yang lahir pada tahun 1996. Dolly dihasilkan dari fusi sel dan transfer
nukleusdari sel yang telah terdiferensiasi dan ovum yang sudah diambil nukleusnya.
Pada penciptaan Dolly, nukleus donor diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa
ras Finn Dorset yang ditransfer ke ovum tanpa nukleus (enucleated egg cell) domba
32
dewasa ras Scottish Blackface. Setelah terjadi fusi sel dan terjadi pembelahan sel
hingga tumbuh menjadi embrio, maka embrio tersebut diimplantasikan pada rahim
induk pengganti (surrogate mother) yang berbeda dari donor dan resipien nukleus.
Induk pengganti tersebut dari ras Scottish Blackface. Dolly yang dilahirkan dari
proses tersebut pada tahun 1996 memiliki sifat genetik yang identik dengan donor
nukleus, yaitu domba ras Finn Dorset, meskipun ovum resipien dan induk
penggantinya menggunakan ras Scottish Blackface.
Gambar 4.6. Proses transfer nukleus pada penelitian domba Dolly oleh tim Ian Wilmut dari University of
Edinburg (Sumber: https://www.britannica.com/topic/Dolly-cloned-sheep)
33
LATIHAN 5
1. Berikan contoh aplikasi kloning gen di laboratorium! Lengkapi dengan gambar!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
3. Berikan contoh aplikasi kloning sel untuk pengobatan penyakit pada manusia!
Lengkapi dengan gambar!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
4. Manakah yang lebih efektif dan efisien untuk menciptakan individu baru yang
identik, dengan teknik pemisahan embrio ataukah transfer nukleus? Jelaskan
jawaban Saudara!
Jawab: ..........................................................................................................................
34
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
5. Identifikasilah perbedaan antara kloning gen, kloning sel, dan kloning individu!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
35
BAB 5
DNA REKOMBINAN
Tujuan pembelajaran
Gambar 5.1. Contoh produk rekayasa genetika dengan pelabelan yang baik sehingga masyarakat
dapat memutuskan sendiri untuk mengkonsumsinya atau tidak (Sumber:
https://www.foodandwine.com/news/whole-foods-gmo-labeling-policy)
Gambar 5.2. Contoh informasi yang tertulis pada kemasan makanan yang menunjukkan bahwa produk
tersebut diproduksi dengan rekayasa genetika (Sumber:
https://www.centerforfoodsafety.org/press-releases/4418/food-movement-opposes-
backroom-deal-on-gmo-labeling)
Perangkat atau komponen utama yang diperlukan dalam proses rekombinasi DNA
adalah:
1. DNA target
2. Vektor Plasmid
a. sebagai vektor untuk mengklon gen atau mengklon fragmen DNA yang mana
proses tersebut akan mengubah sifat bakteri
b. untuk memperbanyak gen (copy gene) yang telah disisipkan dengan bantuan sel
kompeten (berupa sel bakteri)
tersebut, yaitu:
untai DNA sense. Promoter dalam proses rekombinasi DNA juga terkait
dalam proses perbanyakan copy gen target.
Vektor untuk rekombinasi DNA sebenarnya tidak hanya terbatas pada plasmid saja,
masih ada beberapa vektor yang dapat pula dimanfaatkan untuk membawa DNA
target dalam rekombinasi DNA, diantaranya bakteriofag, cosmid, BACs (Bacterial
Artificial Chromosomes), dan juga YACs (Yeast Artificial Chromosomes). Namun,
plasmid merupakan yang paling sering digunakan sebagai vektor dalam
40
Terdapat tiga jenis enzim endonuklease restriksi, yaitu tipe I, II, dan III. Tipe I dan III
memiliki struktur yang agak kompleks sehingga perannya sangat terbatas dalam
proses rekombinasi DNA. Sedangkan, tipe II memiliki peran yang sangat penting
dalam rekombinasi DNA. Enzim endonuklease restriksi tipe II ini memiliki panjang
sekuen basa pengenalan dari 4 sampai 8 nukleotida. Enzim endonuklease restriksi
dinamai berdasarkan sumber mikroorganisme asal enzim tersebut diisolasi.
Misalnya, EcoRI merupakan enzim endonukleasae restriksi pertama yang diisolasi
dari Escherichia coli sedangkan HindIII merupakan enzim ketiga yang diisolasi dari
Haemophilus influenzae strain D.
Tabel 5.1. Beberapa jenis enzim endonuklease restriksi yang sering digunakan
dalam pemotongan DNA
Gambar 5.5. Perbedaan ujung pemotongan enzim endonuklease restriksi, yaitu sticky end dan blunt
end (Sumber: http://ib.bioninja.com.au/standard-level/topic-3-genetics/35-genetic-
modification-and/gene-transfer.html)
42
4. Enzim ligase
Enzim ligase memiliki fungsi kebalikan dari endonuklease restriksi. Enzim ini
memiliki fungsi ligasi, yaitu berfungsi untuk menyambung kembali fragmen DNA
yang telah terpotong oleh endonuklease restriksi. Secara alami, enzim ligase
diperlukan untuk menggabungkan fragmen Okazaki saat proses replikasi DNA.
Enzim ligase digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan kofaktornya, yaitu enzim
ligase NAD+-dependent yang hanya ditemukan di bakteri, serta enzim ligase ATP-
dependent yang dapat ditemukan di bakteriofag, eubacteria, archaea, dan virus.
Gambar 5.6. Peran enzim ligase pada proses ligasi untuk menyambungkan dua ujung untai DNA yang
sebelumnya dipotong oleh enzim endonuklease restriksi (Sumber:
https://www.addgene.org/protocols/dna-ligation/)
5. Sel kompeten
Sel bakteri inang paling kompeten pada saat pertumbuhan mencapai fase
logaritmik/fase eksponensial, sehingga proses transformasi (pemindahan vektor
plasmid ke dalam sel kompeten) dilakukan pada saat sel kompeten mencapai fase
logaritmik dalam kurva sigmoid pertumbuhannya. Proses transformasi dapat
43
1. Pemotongan DNA target dan DNA plasmid vektor dengan enzim endonuklease
restriksi
3. Transformasi DNA rekombinan (DNA target + DNA plasmid vektor) ke dalam sel
kompeten (E. coli ataupun Agrobacterium tumefaciens)
4. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA rekombinan yang sesuai target
Pada proses transfofrmasi, sel kompeten yang dicampur dengan molekul DNA
rekombinan akan mengalami tiga kemungkinan, yaitu (1) sel kompeten tidak
44
dimasuki oleh molekul DNA apapun, (2) sel kompeten dimasuki oleh DNA plasmid
yang tidak membawa gen target, dan (3) sel kompeten dimasuki oleh DNA
rekombinan yang membawa gen target. Oleh karena itu, diperlukan proses seleksi
untuk mendapatkan sel kompeten yang sesuai target. Proses seleksi ini dinamakan
blue-white selection karena menunjukkan adanya koloni bakteri yang berwarna
biru dan putih.
Proses seleksi biru putih (blue white selection) dilakukan dengan menumbuhkan sel
kompeten hasil transformasi pada media selektif yang telah ditambah IPTG dan X-
gal (5-bromo-4chloro-3-indolyl-b-D-galactopyranoside) serta antibiotik sesuai
dengan selectable marker yang digunakan dalam plasmid vektor. Kultur tersebut
diinkubasi semalaman dan diseleksi berdasarkan warna koloni yang tumbuh.
Penambahan IPTG dan X-gal akan membantu terjadinya proses seleksi. Sel
kompeten yang tidak memiliki DNA rekombinan, dengan adanya X-gal akan
memecah ȕ-galaktosidase menjadi produk yang berwarna biru sehingga sel-sel
tersebut akan membentuk koloni berwarna biru. Sedangkan, sel kompeten yang
PHPLOLNL '1$ UHNRPELQDQ WLGDN DNDQ PHPHFDK ȕ-galaktosidase sehingga akan
membentuk koloni berwarna putih. Untuk mendapatkan DNA rekombinan sesuai
terget, maka koloni berwarna putih harus dipisahkan dan kemudian dilakukan isolasi
sel dilanjutkan dengan isolasi DNA target.
Gambar 5.8. Gambaran koloni sel kompeten pada seleksi biru putih (blue white selection). Koloni biru
merupakan kumpulan sel yang tidak memiliki DNA rekombinan, sedangkan koloni putih
merupakan kumpulan sel yang memiliki DNA rekombinan (Sumber:
https://www.sarthaks.com/388516/how-to-find-the-blue-white-screening)
45
LATIHAN 6
1. Jelaskan mengapa plasmid dari E. coli dianggap paling efektif untuk dijadikan
vektor dalam rekombinasi DNA!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sticky end dan blunt end hasil pemotongan
DNA dengan enzim restriksi dan jelaskan keunggulan serta kelemahan masing-
masing!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
46
BAB 6
TEKNOLOGI HIBRIDOMA
Tujuan Pembelajaran
Hibridoma didefinisikan sebagai fusi sel pada organisme yang bertujuan untuk
mendapatkan gabungan sifat kedua sel induk. Teknologi hibridoma ini dianggap
sebagai salah satu cara terbaik untuk menghasilkan antibodi monospesifik atau
antibodi monoklonal (monoclonal antibody/mAb) secara in vitro. Teknik
hibridoma dilakukan dengan menggabungkan sel myeloma dengan sel limfosit
spesifik. Sel hibrid tersebut memiliki sifat gabungan dari kedua sel asalnya, yaitu
menghasilkan antibodi spesifik yang diturunkan dari sel limfosit spesifik. Sel hibrid
tersebut memiliki sifat dapat hidup terus menerus yang mana sifat tersebut
didapatkan dari sel myeloma.
Gambar 6.1. Spesifisitas antibodi monoklonal (mAb) bidandingkan dengan antibodi poliklonal (pAb)
(Sumber: https://nanocomposix.com/pages/antibody-selection-and-purification-for-
lateral-flow-rapid-tests)
Antibodi monoklonal banyak digunakan secara klinis untuk keperluan sebagai kit
diagnostik penyakit tertentu, imunoterapi, maupun penentu strain bakteri atau virus
tertentu. Teknologi diagnostik dengan antibodi monoklonal ini dapat diterapkan
tanpa harus menunggu organisme manti (post-mortem) karena ujinya tidak
membutuhkan jaringan otak. Beberapa contoh penggunaan antibodi monoklonal
diantaranya adalah untuk diagnosis penyakit mikobakteriosis pada ikan, diagnosis
infeksi Toxoplasma gondii dengan metode ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent
Assay), deteksi virus dengue pada sel dengan metode imunositokimia, bahkan
dapat pula digunakan untuk deteksi penyebab penyakit busuk pucuk kelapa
(Phytophthora palmivora).
1. Antigen spesifik
4. Hypoxanthine-aminopterin-thymidine (HAT)
HAT selection dilakukan dengan mengkultur sel hasil fusi di media HAT
(hypoxanthine-aminopterin-thymidine). Pada proses fusi sel, ditemukan beberapa
kemungkinan yang terjadi (Gambar 6.3.), yaitu:
2. sel limfosit B yang berfusi dengan sejenisnya sendiri (fused spleen cells),
51
4. sel myeloma yang tidak berhasil fusi (unfused myeloma cells), dan
5. sel myeloma yang berfusi dengan sejenisnya sendiri (fused myeloma cells).
Gambar 6.3. Hanya sel hibridoma antara sel limfosit B dan sel myeloma yang dapat tumbuh di kultur
seleksi dengan media HAT.
Sel selain sel hibridoma akan mati pada media HAT (Hypoxanthine-aminopterin-
thymidine). Sel myeloma yang tidak berfusi dengan sel limfosit B, tidak dapat
mensintesis DNA diakibatkan adanya mutasi enzim timidin kinase. Mutasi tersebut
mengakibatkan salvage pathway dalam sintesis DNA tidak dapat dilakukan. Dalam
kondisi normal, jika salvage pathway tidak dapat dilakukan, maka sintesis DNA akan
dilakukan melalui de novo pathway. Namun, dengan adanya aminopterin pada
media seleksi HAT, maka de novo pathway pun tidak dapat terjadi akibat diblok oleh
eminopterin. Pada sel limfosit B yang tidak berfusi dengan sel myeloma, tetap dapat
melakukan sintesis DNA secara fungsional, tetapi sel-sel tersebut akan mati dengan
sendirinya akibat tidak terbatasnya jumlah siklus replikasi DNA. Dengan adanya
mekanisme tersebut, maka hanya sel hibridoma hasil fusi antara sel limfosit B dan
sel myeloma saja yang dapat bertahan hidup pada media HAT (Hypoxanthine-
aminopterin-thymidine). Sel hibridoma memperoleh sifat terus membelah dari sel
myeloma dan tetap memiliki kemampuan untuk mensintesis DNA karena enzim
timidin kinasae tetap berfungsi.
2. dari satu patogen dapat dibuat beberapa antibodi monoklonal dengan spesifikasi
sesuai kebutuhan
10. dapat digunakan untuk terapi, misalnya deteksi tumor metastasis, obat target
sitotoksik, dan mengurangi resiko penolakan akibat transplantasi organ
LATIHAN 7
1. Jelaskan mengenai antibodi monoklonal dan perbedaannya dari antibodi
poliklonal!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
53
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
3. Jelaskan keunggulan sel myeloma dan sel limfosit B sehingga digunakan dalam
produksi antibodi monoklonal!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
54
BAB 7
BIOTEKNOLOGI
INDUSTRI PANGAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari mengenai materi
penerapan bioteknologi pada pangan dan
industri, Anda akan memahami teknik
bioteknologi yang dimanfaatkan dalam
produksi dan industri pangan
Bioteknologi pangan sendiri didefinisikan sebagai aplikasi pada teknik biologis yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pangan, hewan, dan mikroorganisme
dengan tujuan meningkatkan sifat, kualitas, keamanan, dan kemudahan dalam
pemrosesan dan produksi makanan. Di Indonesia, bioteknologi modern baru
berkembang mulai tahun 1985 ditandai dengan izin yang diberikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan terhadap program studi bioteknologi, seperti pada
Bioteknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Bioteknologi Kesehatan di
Universitas Gadjah Mada, dan Bioteknologi Industri di Institut Teknologi Bandung.
Tujuan dalam perizinan program ini adalah dalam rangka peningkatan penelitian
dalam bidang bioteknologi dan memperluas jaringan bioteknologi dalam tingkat
nasional dan internasional. Pada tahun 1994, terbentuklah Indonesian
Biotechnology Consortium (IBC) yang bertujuan untuk terlibat aktif dalam
55
Gambar 7.2. Contoh pelabelan produk konsumsi masyarakat dengan kode angka
56
Pemanfaatan teknik bioteknologi dalam bidang pangan tidak lagi terbatas pada
fermentasi dengan sel mikroorganisme secara utuh (whole organism) untuk
menghasilkan produk hasil fermentasi. Namun, teknik bioteknologi dengan rekayasa
genetika sudah banyak digunakan untuk menghasilkan produk pangan dengan
kualitas yang lebih baik. Beberapa manfaat rekayasa genetik pada produk pangan
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan ketersediaan pangan
b. Peningkatan umur simpan dan kualitas organoleptik makanan
c. Peningkatan kualitas gizi dan manfaat kesehatan
d. Peningkatan kualitas protein
e. Peningkatan kandungan karbohidrat makanan
f. Peningkatan kuantitas dan kualitas daging serta susu
g. Peningkatan crop (hasil tanaman pertanian)
h. Pembuatan edible vaccine
i. Pemenuhan kebetuhan biofactories atau sumber bahan baku industri
pangan
Pangan hasil rekayasa genetika pertama kali tersedia untuk masyarakat umum
pada tahun 1990-an. American Medical Association (AMA) dan National Institute of
Health (NIH) secara independen menyimpulkan bahwa daging dan susu dari sapi
yag disisipi gen rBST (recombinant bovine somatotropin) sama amannya dengan
daging dan susu dari sapi biasa. Indonesia pun telah memanfaatkan produk
bioteknologi dalam bidang pangan. Pemanfaatan produk rekayasa genetika di
Indonesia telah diatur dan harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Terdapat setidaknya 7 peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang perdagangan produk rekayasa genetika yaitu:
a. UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
b. UU No. 21 Tahun 2004 tentang Cartagena Protocol on Biosafety to the
Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan
Hayati atas Konvensi Keanekaragan Hayati)
c. PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
57
Gambar 7.3. Beberapa produk pangan hasil rekayasa genetika (genetically modified
food) yang beredar di masyarakat
LATIHAN 8
1. Sebutkan minimal 5 contoh aplikasi bioteknologi modern dalam bidang pangan,
selain yang sudah disebutkan pada materi!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
58
BAB 8
BIOTEKNOLOGI
KESEHATAN DAN FARMASI
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan dapat
menjelaskan peranan bioteknologi dalam bidang
kesehatan dan farmasi, termasuk memberikan
contohnya
Aplikasi bioteknologi modern dalam bidang kesehatan dapat pula berupa terapi gen
yang banyak digunakan dalam terapi kanker. Terapi gen dilakukan dengan
memperbaiki ekspresi gen-gen yang tidak optimal yang mengakibatkan munculnya
penyakit. Dapat juga dilakukan dengan pendekatan lain, dengan cara melenyapkan
gen abnormal melalui rekombinasi homolog, maupun dengan mereparasi gen
abnormal dengan mutasi balik selektif sehingga akan mengembalikan fungsi normal
gen tersebut. Terapi gen juga dapat dilakukan dengan mengendalikan regulasi
ekspresi gen yang abnormal tersebut.
c. Sel target kemudian diinfeksi dengan retrovirus yang telah memiliki gen
rekombinan dalam bentuk gen normal untuk menggantikan gen abnormal
pada sel
e. Translasi gen normal pada sitoplasma sel untuk menghasilkan protein yang
bertanggung jawab pada gen yang rusak (integrasi antara gen target untuk
terapi dengan gen pada sel yang dikultur)
sel normal yang gen abnormalnya telah digantikan oleh gen baru
g. Injeksi kembali sel hasil rekayasa ke dalam jaringan atau organ tubuh pasien
Pada tahun 1910 diperkenalkan cara identifikasi seseorang melalui sidik jari
(fingerprint). Di Indonesia, analisis forensik dengan DNA fingerprint mulai
berkembang setelah terjadi peristiwa peledakan bom seperti kasus bom Bali, bom J.
W. Marriot, bom Kedubes Australia, dan lain-lain. Penggunaan informasi DNA
fingerprint di Indonesia bisa dibilang masih sangat baru sedangkat di negara-negara
maju, hal ini sudah biasa dilakukan. Asam nukleat yang biasa digunakan dalam
analisis forensik menggunakan DNA fingerprint adalah DNA nukleus dan DNA
mitokondria. Namun, yang paling akurat tetaplah dengan menggunakan DNA
nukleus karena lebih stabil.
Gambar 8.4. Produksi hormon insulin dengan rekombinasi DNA secara in vitro
Aplikasi dari bioteknologi modern selanjutnya dalam bidang kesehatan dan farmasi
yang sudah banyak dikembangkan adalah produksi hormon insulin secara in vitro
melalui teknologi DNA rekombinan. Gen pengkode insulin dari sel-sel Langerhans
pada pankreas disisipkan atau diinsersi pada vektor plasmid. Plasmid yang telah
disisipi gen target tersebut, atau disebut sebagai plasmid rekombinan kemudian
ditransformasikan pada sel kompeten berupa sel E. coli sehingga sel kompeten
tersebut dapat dikloning atau diperbanyak dan selanjutnya mampu
62
LATIHAN 9
1. Jelaskan perbedaan metode produksi vaksin jenis live attenuated, inactivated,
dan recombinant subunit beserta contoh jenis vaksinnya masing-masing!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
65
BAB 9
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
DAN PETERNAKAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan dapat
menjelaskan peranan bioteknologi dalam bidang
pertanian dan peternakan, termasuk
memberikan contohnya
Proses perubahan sifat biologis pada suatu spesies biasanya dapat dilakukan
melalui proses breeding. Namun, hal tersebut sangat berbeda dengan perubahan
sifat biologis melalui bioteknologi. Teknik rekayasa genetika (genetic engineering)
dapat menyebabkan perubahan fenotip individu tanpa harus melalui proses
perkawinan silang, tetapi melalui insersi gen target tertentu. Prosedur rekayasa
genetika secara umum meliputi isolasi gen, modifikasi gen sehingga fungsi
biologisnya baik, mentransfer gen target ke genom organisme baru, dan
membentuk produk hasil rekayasa genetika.
Gambar 9.1. Contoh rekayasa genetika untuk mendapatkan fenotip tanaman yang toleran
terhadap pencemaran logam melalui penyisipan gen melalui vektor plasmid Ti
dan sel kompeten Agrobacterium tumefaciens (Kumar & Prasad, 2019)
b. Proses mutagenesis
Gambar 9.2. Rekayasa genetika untuk menghasilkan jagung yang tahan terhadap serangga
hama berupa ulat (Ostrinia nubilalis)
68
Gambar 9.2 menunjukkan insersi gen toksin Bt dari Bacillus turingiensis ke genom
jagung sehingga jagung tersebut mengekspresikan gen yang membuatnya resisten
terhadap serangan hama ulat. Selain itu, kapas transgenik yang tahan terhadap
serangga hama (Bt cotton) pertama kali diuji coba pada tahun 1989. Bt cotton
merupakan kapas yang disisipi gen dari Bacillus thuringiensis sehingga kapas
tersebut dapat resisten terhadap seragan serangga hama karena mengekspresikan
toksin Bt dari gen Bacillus thuringiensis yang disisipkan. Pada tahun 1989 pula,
dimulai proses pemetaan gen pada tanaman (Plant Genome Project).
Pada tahun 1992, sebuah perusahaan penyedia benih memasukkan gen dari
kacang Brazil ke kacang kedelai dengan tujuan agar kacang kedelai tersebut lebih
sehat dengan mengoreksi defisiensi metionin alami pada kacang kedelai. Namun,
ada sebagian kecil masyarakat yang alergi terhadap kacang Brazil dan kacang
kedelai transgenik tersebut. Akibatnya proyek penyisipan gen tersebut dihentikan
oleh perusahaan, meskipun banyak orang berhasil terselamatkan dari kekurangan
metionin. Setelah kasus tersebut, dua tahun kemudian, Food and Drug
Administration (FDA) di Amerika Serikat menyetujui tomat transgenik hasil rekayasa
genetika untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Tomat tersebut memiliki fenotip
unggul yaitu dapat menunda kematangan sehingga tidak mudah busuk (FLAVR
SAVR tomatoes).
Gambar 9.3. Perbandingan FLAVR SAVR Tomatoes dengan tomat biasa. Pada
penyimpanan hari ke-20, tomat biasa sudah mulai menunjukkan tanda
pembusukan dengan mengkerutnya kulit buah, kemudian pada hari ke-45
sudah membusuk. FLAVR SAVR Tomatoes masih segar dan tidak
membusuk sampai hari ke-45
69
1) Inseminasi buatan
Pada masyarakat umum, teknik ini dikenal sebagai kawin suntik, yaitu suatu
teknik untuk memasukkan sperma hewan jantan yang telah dicairkan dan
diproses ke dalam saluran reproduksi hewan betina dengan menggunakan
metode dan alat khusus
2) Transplantasi nukleus
3) Transfer embrio
Gambar 9.6. Teknik transfer embrio pada ternak sapi untuk mendapatkan anakan
dengan fenotip unggul
71
4) Rekayasa genetika
LATIHAN 10
1. Sebutkan minimal 5 contoh aplikasi bioteknologi modern dalam bidang pertanian
dan peternakan, selain yang sudah disebutkan pada materi!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
73
BAB 10
BIOTEKNOLOGI
LINGKUNGAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan
dapat menjelaskan aplikasi bioteknologi
dalam bidang lingkungan
Upaya manusia dalam rangka meningkatkan taraf hidup seringkali dilakukan tanpa
memperhatikan kaidah lingkungan. Kegiatan pertanian, penebangan hutan, dan
kegiatan perikanan, serta industri telah menurunkan kualitas lingkungan dan
berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi organisme yang
terikat dengan lingkungan tersebut. Kondisi tersebut menyadarkan pemerintah
Indonesia sehingga pada tahun 1985 membentuk Komisi Nasional Bioteknologi
guna melaksanakan kebijakan pemerintah tentang bioteknologi yang ditetapkan
sebagai prioritas dalam pengembangan bangsa. Bioteknologi merupakan revolusi
ketiga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.
bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun industri. Hal
yang baru adalah bahwa teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari
sisi ekonomi. untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh
senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun.
Gambar 10.1. Contoh pencemaran limbah rumah tangga pada Sungai Banjir Kanal Timur,
Ujung Menteng, Jakarta Timur (Sumber:
https://metro.tempo.co/read/1270289/kali-bkt-tercemar-limbah-rumah-
tangga-dki-buat-sekat)
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan
sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. Bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses
biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi mempunyai potensi untuk
menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk
mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan,
bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan
dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud
adalah khamir, alga, jamur dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator.
Pengolahan limbah secara biologis untuk mengurangi logam berat dari air tercemar
menjadi suatu teknologi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu
diantaranya memanfaatkan kemampuan pertukaran ion dan kemampuan
penyerapan mikroorganisme dalam menyerap logam berat. Degradasi senyawa
kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk
mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui
suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks. Dalam proses degradasinya
mikroorganisme menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan
reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi.
80
LATIHAN 11
1. Sebutkan minimal 5 contoh aplikasi bioteknologi modern dalam bidang
lingkungan dan produksi bioenergi ramah lingkungan!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
81
BAB 11
BIOETIKA DALAM
BIOTEKNOLOGI
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan
meampu menjelaskan mengenai batasan
bioetika dalam bioteknologi dan regulasi
pengaturan produk hasil bioteknologi
2) Sesuai dengan
kebutuhan individu
4) Sesuai kemampuan
1) Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pedoman tingkah laku
2) Etika sebagai kumpulan asas dan nilai berkenaan dengan moralitas (apa
yang dianggap baik maupun buruk)
3) Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma
dan nilai-nilai norma
Prinsip bioetika yang lain muncul dari Beauchamp dan Childress yang
mempublikasikan Principles of Biomedical Ethics pada tahun 1979. Empat prinsip
dasar bioetika yang dipikirkan dari beberapa dasar etika Sumpah Hipocrates, Surat
Hak Pasien, dan Deklarasi Geneva (1948), yaitu:
1) Otonomi: bahwa setiap individu mampu bebas dari obyek personal dan
bertindak menurut kebebasannya. Otonomi ini memiliki 3 syarat dasar, yaitu;
a) memiliki maksud, b) paham akan arti tindakan, dan c) tidak berada dalam
pengaruh luar
Budidaya Tanaman
Perlindungan Tanaman
Perbenihan Tanaman
Tentang Kehutanan
Tentang Paten
Tentang Pangan
LATIHAN 12
1. Jelaskan dampak aplikasi bioteknologi modern bagi perkembangan kehidupan
masyarakat dunia!
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Jawab: ..........................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
88
Glosarium
Asam deoksi ribonukleat DNA, deoxyribonucleic acid) suatu jenis asam nukleat yang
terdiri atas monomer nukleotida dengan gula deoksi ribose dan
basa nitrogen A, G, T, C berbentuk heliks ganda berfungsi
menentukan strukur protein.
Asam ribonukleat RNA, ribonucleic acid) suatu jenis asam nukleat yang terdiri
atas monomer nukleotida dengan gula ribose dan basa nitrogen
A, G, U, C umumnya untai tunggal, berfungsi dalam sintesis
protein dan sebagai genom beberapa virus
DNA polimerase Enzim yang mengkatalisis perpanjangan DNA baru pada garpu
replikasi denga cara penambahan nukleotida ke rantai yang
sudah ada
Dobel heliks (= double helix) struktur molekul Dna berbentuk tangal tali
terpilin. Dikemukakan oleh Watson dan Crick pada tahun 1953.
Sedangkan ibu tangga/tulang punggung adalah gula dann
fosfat, dan sebagai anak tangga adalah basa-basa nitrogen
Genom project Human genom Project upaya kerja sama internasional untuk
memetakan dan mengurutkan nukleotida DNA semua genom
manusia
Interferon Klon (1) suatu garis silsilah atau keturunan individu atau sel yang
identik secara genetis. (2) individu tungal yang identik secara
genetis dengan individu yang lain, (3) sebagai kata kerja untuk
membaut satu atau lebih replika gentic suatu individu atau sel
Kloning Membuat satu atau lebih replika genetik suatu individu atau sel.
Suatu system reproduksi yang dihasilkan oleh berbagai seri
mitosis, sehingga keturunan yang ada mempunyai susunan
gentik sama dengan induknya.
Tempat restriksi restriction site, urutan spesifik pada untai DNA yang dikenal
sebagai tempat pemotongan oleh enzim restriksi
Transgenic (hewan/ tumbuhan) Hewan atau tanaman yang didalam selnya mengandung gen
asing. Dibentuk melalui teknologi Dna rekombinan
Transkriptase balik Suatu enzim yang di ekstrak dari virus RNA, digunakan dalam
proses sintesis DNA dengan menggunakan RNA sebagai
cetakan (transkripsi balik)
Daftar Pustaka
Adrianto, H., Ulinniam, Purwanti, E. W., Yusal, M. S., Widyastuti, D. A., Sutrisno, E.
et al. (2021). Bioteknologi. Bandung. Penerbit Widina.
Alcibar, M. (2013). The presentation of dolly the sheep and human cloning in the
mass media. InTech Open Science.
%DGHU - %ULJKDP & 6WDKO 8 3RSRYLü 0 . (2018). Development of
controlled cocultivations for reproducible results in fermentation processes
in food biotechnology. Advances in Biotechnology for Food Industry.
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-811443-8.00005-0
Brandenberg, O., Dhlamini, Z., Sensi, A., Ghosh, K., and Sonnino, A. (2011).
Introduction to molecular biology and genetic engineering. Food and
Agriculture Organization of United Nations. Rome.
Farida, Y. (2009). Metode sidik jari DNA dengan REP-PCR. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. B273-B279.
Fessenden & Fessenden. (1986). Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Diterjemahkan
oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Franjic, S. (2019). Dolly and the history of cloning. EC Clinical and Medical Case
91
Griffin, H. D. (____) 'ROO\ WKH VFLHQFH EHKLQG WKH ZRUOG¶V PRVW IDPRXV VKHHS
Roslin Institute (Edinburg). Roslin. UK.
Kumar, A. & Prasad, M. N. V. (2019). Plant genetic engineering approach for the Pb
and Zn remediation: Defense reactions and detoxification mechanisms.
Transgenic Plant Technology for Remediation of Toxic Metals and
Metalloids, 359- 381.
Narita, V., Arum, A. L., Isnaeni, S., Fawzya, N. Y. (2012). Analisis bioinformatika
berbasis web untuk eksplorasi enzim kitosanase berdasarkan kemiripan
sekuens. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 1(4): 197-
203.
Noli, L., Capalbo, A., Dajani, Y., Cimadomo, D., Bvumbe, J., Rienzi, L., Ubaldi, F.
M., Ogilvie, C., Khalaf, Y., & Ilic, D. (2016). Human embryos created by
embryo splitting secrete significantly lower levels of miRNA-30c. Stem
Cells and Development. 25(24), 1853-1862.
Noli, L., Ogilvie, C., Khalaf, Y. & Ilic, D. (2017). Potential of human twin embryos
generated by embryo splitting in assisted reproduction and research.
Human Reproduction Update. 23(2), 156-165.
Olson, M. V. (1993). The human genome project. Proc. Natl. Acad. Sci. 90, 4338-
4344.
Pramashinta, A., Riska, L., & Hadiyanto. (2014). Bioteknologi Pangan: Sejarah,
Manfaat, dan Potensi Resiko. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1), 1-6.
Sadava, Hillis, Heller, & Berenbaum. (2011). Life: The science of biology, 9th
edition. Sinauer Associates, Inc.
Somowiyarjo, S., Sriyanti, D. P., Mulyadi, & Suryanti. (1999). Pemanfaatan antibodi
monoklonal dalam I-ELISA untuk deteksi penyebab penyakit busuk pucuk
kelapa (Phytophthora palmivora). Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia. 5(2), 120-126.
Supriyadi, H., Taukhid, & Priadi, A. (2002). Produksi dan karakterisasi antibodi
monoklonal (mAb) anti-Mycobacterium fortuitum untuk diagnosis penyakit
mikobakteriosis pada ikan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 8(2), 67-
72.
Utami, D. W., Santoso, T. J., dan Hidayatun, N. (2012). Sidik jari DNA plasma
nutfah mangga berdasarkan analisis fragmen marka SSR (simple
sequence repeat) berlabel.J. Hort. Indonesia. 3(1), 49-57.
Yahya, L. A., Ulfin, I., dan Kurniawan, F. (2016). Pemanfaatan nata de coco
94
sebagai media gel elektroforesis pada zat warna remazol: pengaruh pH,
waktu dan aplikasi pemisahan gelatin. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5(2),
2337-3520.
TENTANG PENULIS