Anda di halaman 1dari 4

A.

Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)


DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes
aegypti yang ditandai dengan demam tinggi (Back & Lundkvist, 2013). Masa
inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3-14 hari
sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari
ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung
sekitar 8-10 hari (Kurane, 2007). Menurut WHO (2003) manifestasi klinis mulai dari
infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan:
1. Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari;
2. Pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif;
3. Trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 X 109/L;
4. Kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh (WHO,
2003).

Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan


pemulihan. Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis,
dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah
(Candra, 2010). Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu:

1. Derajat I dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji
Torniket + (positif);
2. Derajat II yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain;
3. Derajat III yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan
lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik
menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit
lembab dan pasien tampak gelisah;
4. Derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (Hadinegoro, dkk,
2001).
B. Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue.
Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk
Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam
tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri
dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam
kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan
atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang
lain. Selanjutnya waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu diisap, terlebih
dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak
membeku. Bersama dengan air liur inilah virus dengue dipindahkan kepada orang
lain. (Suroso, 2005).
Lingkungan menjadi salah satu faktor risiko yang berperan dalam status
endemisitas DBD (Musyarifatun, 2011). Salah satu faktor risiko penularan DBD
adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena
membaiknya sarana dan prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya
pengendalian populasi sehingga memungkin terjadinya KLB (Wilder & Gubler,
2008). Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak
mempunyai kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air
minum dan pembuangan sampah yang benar. Tetapi di lain pihak, DBD juga bisa
menyerang penduduk yang lebih makmur terutama yang biasa bepergian (Knowlton,
dkk, 2009).
Tidak hanya pertumbuhan penduduk yang cepat, kondisi iklim seperti suhu
dan curah hujan juga sangat erat kaitannya dengan munculnya penularan penyakit
demam berdarah dengue (DBD) dan tipes. Demam berdarah dengue (DBD) dan tipes
merupakan penyakit yang harus diwaspadai pada musim penghujan karena dapat
menimbulkan endemik (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Prevalensi kasus DBD
pada tahun 2015 meningkat dari 58 menjadi 126.675 kasus dan terdapat peningkatan
sebanyak 85% pada tiap kabupaten atau kota karena adanya perubahan iklim
(Kementrian Kesehatan RI, 2016a)
Menurut hasil penilitian yang dilakukan oleh Rosmala & Rosidah (2019)
Adanya kejadian DBD dikarenakan masih terdapat penduduk yang tidak
melaksanakan pengelolaan sampah sebanyak 30 orang (30,6%) yaitu barang-barang
bekas yang dapat menampung air tidak dibersihkan sehingga dapat dijadikan tempat
perindukan nyamuk. Selain itu sampah-sampah plastik dan kaleng-kaleng bekas
banyak berserakan baik di halaman rumah maupun disekitar lingkungan rumah dan
tidak adanya tempat pembuangan sampah di sekitar rumahnya. Selain itu, jarak rumah
warga yang rapat dan saluran pembuangan air limbah di sekitar rumah warga yang
tidak lancar sehingga memudahkan penyebaran nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi , Patogenesis , dan Faktor


Risiko Penularan Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis , and Its
Transmission Risk Factors. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, Dan
Faktor Risiko Penularan, 2(2), 110–119.

Rosmala, F., & Rosidah, I. (2019). Hubungan Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan dalam
Pengelolaan Sampah Padat dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Kesehatan Komunitas Indonesia, 15(1),
23–34. http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jkki/article/view/986

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Antisipasi penyakit menular saat banjir. Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI, 2016a. Infodatin situasi DBD di Indonesia. Jakarta : Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Back, A.T & Lundkvist, A. 2013. A. Dengue viruses - an overview. Infect Ecol Epidemiol.
3:121

Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne Dengue Fever Threat


Spreading in the Americas. New York: Natural Resources Defense Council Issue Paper;
2009.

Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, Soeroso T, Waryadi S. Tata Laksana Demam Berdarah


Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen PPM&PL Depkes&Kesos R.I; 2001.

Wilder-Smith A, Gubler D. Geographic Expansion of Dengue: the Impact of International


Travel. Med Clin NAm. 2008; Vol. 92: p. 1377-90.

Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on Immunopathogenesis.


Comparative Immunology, Microbiology & Infectious Disease. 2007; Vol 30:329-40.

WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: WHO & Departemen Kesehatan RI; 2003.

Suroso, 2005, Program Pemberantasan Sarang Nyamuk http://www.depkes.go.id, diakses 17


Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai