Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ganta Arya Dewa

NIM : 19/442651/PN/16057

Produksi Udang Indonesia


Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya udang
dengan jumlah pulaunya yang banyak serta kondisi lingkungan ideal. Budidaya udang
bervariasi mulai berskala kecil hingga besar dengan ribuan tambak produksi yang
menerapkan berbagai system mulai dari system terbuka sederhana hingga system
kompleks dengan tambak sumber air, tambak produksi, hingga tambak sedimentasi.
Teknologi yang diterapkan juga kompleks mulai konvensional sederhana hingga
berteknologi canggih dengan input energy yang tinggi hingga heterotrofik.

Setiap tahunnya produksi udang di Indonesia selalu meningkat. Beberapa


contoh tambak udang yang ada di Indonesia diantaranya :
1. Sumbawa
Peternakan ukuran sedang - 363 kolam produksi tanah. Air laut biru jernih
(salinitas tinggi) langsung masuk ke kolam produksi tanpa reservoir. Sistem
sedimentasi air limbah yang sangat baik.
2. Lombok dan Bali
Peternakan ukuran kecil: 20-40 kolam beton atau dasar tanah dengan
tanggul beton. Kolam dalam dengan masukan energi tinggi. Air laut biru jernih
(salinitas tinggi) asupan langsung ke kolam tanpa reservoir.
3. Jawa Timur
Ukuran pertanian – kecil hingga menengah 20-150 kolam sebagian besar
dasar tanah dengan tanggul beton. Banyak peternakan berubah beberapa kolam
produksi ke dalam waduk. Sumber air – langsung atau campur dengan air tawar,
gunakan langsung atau melalui waduk.
4. Jawa Barat
Ukuran tambak – 47 kolam kecil, bagian bawah dilapisi plastik/pasir lokal
dengan tanggul beton (dikenal sebagai biocrete). Asupan air laut langsung tanpa
reservoir.
5. Sumatra Selatan
Ukuran tambak – 20 kolam kecil dengan dasar tanah padat & tanggul beton
Peternakan memiliki sistem reservoir untuk pengolahan air sebelum digunakan.
Kolam sedimentasi kecil yang digunakan sebelum air limbah dibuang kembali ke laut.

Teknologi & Manajemen Tambak Akuakultur Payau

Kegiatan usaha budidaya di tambak merupakan proses produksi yang


memerlukan kendali dan keberhasilannya akan sangat tergantung pada faktor teknis
maupun nonteknis. Faktor teknis, seperti perencanaan terpadu sangat penting dalam
mata rantai kegiatan budidaya tambak. Dengan demikian, perencanaan harus
diarahkan pada kemampuan untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan keadaan
alami yang dituntut oleh organisme akuatik yang dibudidayakan. Rekayasa tambak
yang mencakup disain, tata letak, dan konstruksi (DTK) adalah salah satu faktor yang
dominan dalam menentukan keberhasilan budidaya di tambak. Oleh karena itu,
rekayasa tambak terkait erat dengan berbagai faktor dari mata rantai proses produksi
usaha budidaya sejak awal hingga panen. Rekayasa tambak yang baik dapat
digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan dan mencegah atau mengurangi
dampak negatif sosial dan lingkungan.

Teknologi Budidaya
1. Cara Budidaya (Akuakultur) Terbaik
 Teknologi Berkelanjutan
- System pertukaran air yang rendah
- System tambak tertutup
- System zero water exchange (bakteri heterotrofik-floc)
 Ramah Lingkungan
- Penampungan air (reservoir)
- Sedimentasi
- Tanpa menggunakan bahan kimia atau antibiotic
- Konservasi hutan bakau (mangrove)
 Biosecurity yang Ketat
 Traceablity
 Sistem yang Terintegrasi (Sosial dan Teknis)

2. Konstruksi Tambak
 Tambak Tanah
 HDPE
 HDPE semi-lined (tanah terbuka pada 20% bagian tengah tambak)

Biosecurity

 Hewan ternak bersih – uji SPF atau SPR atau PCR


 Tambak bersih – dasar tambak bersih atau teroksidasi
 Air bersih – air sudah diberikan treatment dan disaring (250 micron)
 Pengunjung wajib meminta izin untuk mengunjungi tambak
 Pengunjung yang sebelumnya mengunjungin area atau tambak lain tidak
diperbolehkan mengunjungi tambak

PT. Central Pertiwi Bahari - Lampung


Ukuran pertanian – sangat besar lebih dari 3.500 kolam, sebagian besar
dilapisi dengan HDPE. Peternakan memiliki waduk sistem kolam untuk air perawatan
sebelum digunakan. Air limbah yang dimodifikasi sistem sedimentasi digunakan
sebelum dibuang kembali ke sungai muara.
Tata letak dan konstruksi tambak :
- Dalam satu Unit budidaya: dua Modul ➔ empat Jalur
- Dalam satu modul: dua Jalur
- Tambak-tambak perlakuan (Treatment ponds): 5 tambak
- Tambak-tambak budidaya (Culture ponds): 2 x 20-30 tambak
- Tambak perlakuan (Treatment pond): untuk perlakuan air sebelum digunakan pada
tambak.
- Tambak budidaya (Culture pond): tambak yang digunakan untuk pembesaran udang
- Tambak perlakuan (Treatment pond): untuk perlakuan air sebelum digunakan pada
tambak.
- Tambak Perlakuan (Treatment Pond): Tidak menggunakan plastik High Density
Poly Etylen (HDPE), Dasar tambak berupa tanah.
- Sekeliling treatment pond terdapat: Crab Protector Device (CPD) berupa strimin
dan Bird Scaring Device (BSD) berbentuk sarang laba-laba (1,5 m dari permukaan air
tambak perlakuan) berfungsi sebagai carrier protector.
- CPD: untuk melindungi tambak dari kepiting
- BSD: untuk menghindari tambak dari gangguan burung yang membawa
bibit penyakit White Spot Syndrome Virus (WSSV).

Tambak Perlakuan (Treatment Pond)


- Tambak Karantina (Quarantine Pond / QP) 82:
Ukuran: 300 m x 48 m, dengan tinggi air ± 170 cm. Fungsi QP 82: untuk
menampung air laut setelah di pompa dari canal main inlet (MI) serta untuk karantina
dan pengobatan terhadap organisme sebelum air masuk ke tambak perlakuan
(treatment pond / TP) 81. Setelah pengobatan, air kemudian dialirkan melalui pipa-
pipa (4 pipa flush out) yang terletak di samping tambak QP 82 menuju sub inlet.

- Sub Inlet (SI)


Letak: mengitari treatment pond berbentuk huruf L. Ukuran: lebar ± 5 m dan
tinggi air: ±70 cm. Fungsi: untuk mengalirkan air laut dari QP 82 menuju TP 81. Pada
ujung sub inlet terdapat pintu air tipe C yang dapat dibuka menggunakan eskavator.
Pintu air tersebut digunakan pada saat pengisian air awal sebelum budidaya
berlangsung. Air pada sub inlet juga dapat langsung dialirkan menuju supply canal
menggunakan pompa jika King Size Blower (KSB) pada TP 81 rusak.

- Tambak Perlakuan (Treatmend Pond / TP) 81.


Ukuran: 300 m x 48 m, dengan tinggi air ±170 cm. Fungsi: untuk menampung
air laut dari sub inlet setelah dipompa menggunakan KSB dan sebagai tambak
pengendapan air, agar obat yang digunakan pada QP 81 tidak berbahaya bagi udang.
TP 81 berhubungan dengan TP 72, sehingga air laut dapat langsung menuju TP 72.

- Tambak Perlakuan (Treatment Pond / TP) 72


Ukuran: 96 m X 96 m, dengan tinggi air ± 170 cm. Fungsi: untuk
pengendapan sebelum air laut masuk ke TP 73. Pintu air tipe A terletak diantara TP
72 dan TP 73. Pintu air tersebut dapat membuka secara otomatis, fungsinya untuk
mengalirkan air laut yang berasal dari TP 72 menuju TP 73 memanfaatkan perbedaan
ketinggian.

- Tambak Perlakuan (Treatmend Pond / TP) 73


Ukuran: 96 m x 96 m, dengan tinggi air ± 160 cm. Fungsi: untuk mengalirkan
air laut menuju supply canal (SC) yang dapat langsung masuk pada masing-masing
petakan tambak budidaya. TP 73 juga bisa berfungsi sebagai kolam pengendapan
seperti TP 72.

- Tambak karantina (Quarantine Pond / QP) 71,


Ukuran: 96 m x 96 m, dengan tinggi Air ± 170 cm. Fungsi: untuk menampung
air laut setelah dipompa dari canal main inlet serta untuk karantina dan pengobatan
terhadap organisme lain. Setelah pengobatan, air kemudian dialirkan melalui pipa-
pipa (2 pipa flush out) yang terletak di samping QP 71 menuju sub inlet. Ukuran QP
71 lebih kecil dibandingkan QP 72. Hal tersebut disebabkan fungsi QP 71 hanya
untuk membantu QP 81 apabila persediaan air laut tidak mencukupi kebutuhan air
dalam satu modul.

Air pada treatment pond berfungsi sebagai tempat penampungan sementara


air laut (reservoar) sebelum digunakan untuk memenuhi kebutuhan masingmasing
petakan tambak budidaya. Aliran air masuk pada treatment pond modul.
Saat Pengisian air pertama kali :
MI → SI → TP 81 → TP 72 → TP 73 → SC → tambak budidaya → pengobatan
serentak
Saat air tambak sudah terisi (sebagai cadangan):
MI → QP 82/ QP 71 → karantina dan pengobatan → SI → TP 81 → TP 72 → TP 73
→ SC → tambak budidaya

Tambak Budidaya (Culture Pond)


- Tambak menggunakan plastik HDPE.
- Pemasangan HDPE: pematang dan dasar tambak.
- Plastik dasar tambak: dapat penuh plastik (full plastic), bagian tengah berupa tanah
(semi plastic), dan tanah lebih dominan (cutting).
- Ukuran: 70 m x 72 m, dengan tinggi air ± 120 cm.
- Bird Scaring Device (BSD) berbentuk sarang laba-laba (1,5 m dari permukaan air
tambak perlakuan) berfungsi sebagai carrier protector, untuk menghindari tambak
dari gangguan burung yang membawa bibit penyakit White Spot Syndrome Virus
(WSSV).
- Penggunaan model kincir yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan siphon
dan mengumpulkan lumpur pada satu titik.
- Model kincir yang digunakan ada dua, yaitu model kupu-kupu dengan model obat
nyamuk.

Teknik dan Manajemen Budidaya Udang Vaname Pada Tambak Intensif -


Modul - Plastik di PT. CPB - Lampung :
1. Persiapan tambak : Aktivitas Di Culture Pond; Aktivitas Di Treatment Pond;
Persiapan Tambak Khusus
2. Proses Pembentukan Air : Pengisian air; Pengobatan; Pemupukan, Fermentasi dan
pengapuran; Probiotik
3. Penebaran Benur : Persiapan sebelum tebar; Persiapan menjelang tebar; Kualitas air
optimal bagi penebaran benur; Pada saat tebar
4. Pembesaran Udang : Proses Budidaya udang; Managemen Pakan; Manajemen
Kualitas Air; Manajemen Dasar Tambak; Monitoring Kesehatan Udang
5. Persiapan Panen : Panen Normal; Panen Abnormal; Penyiapan Data Tambak Panen;
Penyiapan Tambak Panen
Pengawasan Panen : Menjelang Pelaksanaan Panen; Pelaksanaan Panen; Setelah
Pelaksanaan Panen

Rancangan Tata Letak (Layout) & Disain (Design), Komoditas Udang/


Ikan

Disain Tambak
1. Disain Petakan
Secara umum, disain petakan tambak merupakan perencanaan bentuk tambak
yang meliputi: ukuran panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang,
ukuran berm, ukuran saluran keliling serta ukuran dan letak pintu air (ukuran dan
letak pintu tidak dibahas dalam tulisan ini). Petakan tambak sebaiknya berbentuk
empat persegi panjang atau bujur sangkar, tergantung tingkat teknologi yang
diterapkan. Bentuk tambak dalam hubungannya dengan posisi kincir dan pergerakan
air adalah sangat penting untuk membuat area lebih luas yang bebas dari limbah
dalam tambak. Luas petakan tambak udang yang ideal tergantung tingkat teknologi
yang diterapkan. Semakin kecil ukuran tambak semakin mudah dalam pengelolaannya,
tetapi akan lebih mahal dalam konstruksi maupun operasional. Ukuran petakan
tambak yang kecil akan berakibat meningkatnya luas lahan yang tidak produktif.

2. Disain Pematang
Dalam mendisain pematang (pematang utama, sekunder, tersier) yang pertama
kali diperhatikan adalah pematang harus mampu menampung ketinggian air
maksimum yang diperlukan. Jadi tinggi pematang harus didasarkan pada pasang
tertinggi air laut yang pernah ada. Selain itu, kondisi pematang tidak boleh bocor.
Pematang harus mampu melindungi areal yang dibatasinya dari tekanan air dalam
segala kondisi. Berarti, pematang harus cukup kuat, tidak mudah jebol karena tekanan
air dan tidak mudah tererosi. Perlu pula dipertimbangkan, kemungkinan digunakan
sebagai jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Infrastruktur dan jalan masuk
kearah tambak tidak diperbolehkan apabila dapat mengubah aliran air alami yang
dapat menyebabkan instrusi lahan non-tambak terdekat atau menyebabkan
terkurungnya air sehingga dapat mengakibatkkan banjir. Bagian-bagian pematang
adalah puncak pematang, dasar pematang, berm dinding atau lereng pematang, inti
pematang, dan garis tengah atau sumbu pematang.

3. Disain Saluran
Saluran tambak pada umumnya termasuk tipe terbuka dengan penampang
berbentuk trapesium terbalik dan airnya mengalir secara gravitasi. Namun ada
kalanya berupa saluran tipe tertutup seperti yang banyak dipakai pada tambak intensif.
Tipe tertutup biasanya dipakai untuk menyalurkan air yang dipompa dari laut. Karena
menggunakan pompa, maka debit air yang diperoleh tergantung pada kapasitas pompa
yang digunakan. Pada umumnya cara seperti ini diterapkan bila sumber air yang ada
di sekitar tambak sangat kotor, sehingga terpaksa harus mengambil air dari tengah
laut yang kondisi airnya masih bersih. Cara tersebut membutuhkan biaya operasional
tinggi dan hanya mampu memasok air tambak untuk beberapa hektar saja. Untuk unit-
unit tambak yang luasnya mencapai puluhan hektar, pemakaian saluran tertutup
sangat mahal dan tidak efisien. Untuk itu, lebih sesuai bila menggunakan saluran tipe
terbuka.
Disain saluran meliputi: penentuan kemiringan saluran, lebar dasar saluran, dan
kemiringan dinding saluran. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan kegunaan
lain, misalnya untuk penampungan sementara udang yang akan ditebar ke petakan
lain. Bila diperuntukkan untuk tujuan ini, maka dasar saluran perlu diperdalam sekitar
0,3 m lebih rendah dari dasar tambak.

Tata Letak & Konstruksi Tambak


Rekayasa tambak secara keseluruhan termasuk perencanaan tata letak tambak
pada suatu hamparan yang akan dibangun menjadi hamparan pertambakan. Hamparan
lahan yang luas, mencapai beberapa ratus hektar, memerlukan perencanaan yang
matang dengan mempertimbangkan tingkat teknologi yang akan diterapkan dan
keadaan lingkungan sekitarnya. Tata letak suatu unit tambak harus memenuhi tujuan
antara lain: menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari, menjamin
kelancaran dan keamanan pasok air dan pembuangannya, dapat menekan biaya
konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit tambak yang dibangun dan
mempertahankan kelestarian lingkungan.
Penyusunan rencana kerja yang matang agar dicapai efisiensi dan penggunaan
dana serta daya sehingga memperoleh hasil yang maksimum. Di dalam rencana kerja
harus tercantum tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, kebutuhan tenaga kerja,
waktu yang diperlukan, pengaturan pekerjaan dan jenis serta jumlah alat yang
diperlukan. Tahapan pekerjaan meliputi pembersihan lahan dari vegetasi yang ada,
pembangunan rumah jaga, gudang, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai