Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWANTAN DENGAN KASUS GANGGUAN

SISTEM ONKOLOGI PADA RABDOMIORSACOMA

Disusun oleh : kelompok 10


Ayu andiani Harefa (2122016)
Trifani yahya gulo (2122011)
Ronatio siburian (2122044)

Dosen pengampu:DR.Rostime Hermayeni,SKp.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MURNIH TEGUH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa,atas segala Rahmat
tuhan sehingga makalah kami berjudul Asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system
onkologi pada RABDOSIARCOMA .dapat tersusun sampai dengan selesai, tidak lupa kami
mengucapkan terimaksih terhadap bantuan dari pihak yang telah mengambil bagian dengan
memberikan dukungan berupa pikiran dan materinya.
pada kesempatan ini,kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang tulus dan ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini terutama kepada dosen kami ibu DR.Rostime
Hermayeni,SKp.,Ns.,M.kes selaku dosen mata kuliah,dengan anggota kelompok 10 yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat nmenambah pengetahuan dan pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca dan kami sebagai penyusunmerasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami.untuk itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang menbangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 05 april 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 defenisi
2.2 Anatomi dan fisiologi
2.3 Etiologi
2.4 faktor-faktor resiko kanker
2.5 Patofisiologi
2.5 pathway
2.6 komplikasi
2.7 Manifestasi Klinis
2.8 Pemeriksaan fisik
2.9 Pemeriksaan Penunjang
2.10 Klasifikasi
2.11 Prognosis
2.12 Penatalaksaan
2.13 Pencegahan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rabdomiosarkoma adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan lunak yang
menyerang otot serat lintang. Merupakan 10-15% dari sarkoma jaringan lunak dan 5-8% dari
semua kasus keganasan pada anak.(Carola,2001)
Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak didaerah kepala,
leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria), danvagina. Gejala yang ditimbulkan
tergantung letaknya. Pada rongga mata,dapat menyebabkan mata menonjol keluar dan
benjolan di mata. Di telingamenyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di
tenggorokanmenyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (rongga-rongga di
sekitarhidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di salurankemih
menyebabkan gangguan berkemih. Apabila menyerang otot anggota gerak,akan
menimbulkan pembengkakan.(William,2005)
Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia dengan insidenterbanyak pada usia
1-5 tahun dan 15-19 tahun. Lokasi pada umumnya pada kepala dan leher (30-65%), anggota
gerak (24%), sistem urogenital (18%), badan (8%), retroperitoneal (7%) dan tempat lain (2-
3%). Tidak memberikan gejala pada awal kejadian. Kasus lainnya muncul di berbagai tempat
termasuk dinding dada dan retroperitoneum.4 Angka kejadian RMS sangat langka, hanya ada
sekitar 350 kasus setiap tahun di Amerika Serikat pada anak di bawah usia 21 tahun atau
sekitar 4 anak per 1 juta anak sehat di bawah usia 15 tahun. Jenis kelamin laki-laki lebih
sering ditemukan dibandingkan perempuan dengan usia tersering di bawah 5 tahun.
Prevalensi RMS di Indonesia, lokasi tumor primer terbanyak pada daerah kepala dan leher
sebanyak 43,3% di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan 27,3% di Rumah Sakit
Kanker Darmais (RSKD), sementara untuk tipe tersering yaitu tipe embrional yaitu sebanyak
70% di RSCM dan 54,5% di RSKD.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu anatomi, fisiologi, dan patofisiologi pada gangguan onkologi pada
rabdomiosarcoma
2. Apa itu factor-facktor resiko rabdomiosarcoma
3. Bagaimana etiologi dari rabdomiosarcoma
4. Apa komplikaasi dari rabdomiosarcoma
5. Bagaimana manifestasi klinis pada rabdomiosarcoma
6. Bagaimana prognosis penyakit rabdomiosarcoma
7. Bagaimana pemerikssaan diagnostic pada rabdomiosarcoma
8. Apa pemeriksaan penunjang pada rabdomiosarcoma
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana anatomi, fisiologi terkait pada rabdomiosarcoma
2. Mengetahui faktor-fakstor resiko dari rabdomiosarcoma
3. Mengetahaui apa saja yang menjadi etiologic dari rabdomiosarcoma
4. Mengetahui apa saja komplikasi dari rabdomiosarcoma
5. Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari rabdomiosarcoma
6. Mengetahui apa saja prognosis dari rabdomiosarcoma
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnose pada rabdomiosarcoma
8. mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada rabdomiosarcoma.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI
Rabdomiosarkoma (RMS) merupakan penyakit keganasan jaringan lunak yang sering
terjadi pada anak dan remaja dengan derajat keganasan tinggi dan diperkirakan timbul dari
sel-sel mesenkimal primitif yang kemudian menjadi otot lurik. Rabdomiosarkoma adalah
sarkoma jaringan lunak yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, dengan insiden tahunan
4,5 kasus per 1 juta anak, menjadikannya tumor padat ekstrakranial ketiga pada masa kanak-
kanak setelah neuroblastoma dan tumor Wilms. Lokasi tumor primer yang paling umum yaitu
pada daerah kepala dan leher diikuti oleh daerah genitourinari dan ekstremitas. Namun,
epidemiologi presentasi tumor primer bergantung pada varian histologis dan usia penderita.
Misalnya, pasien dewasa muda atau remaja lebih cenderung mengalami RMS subtipe
alveolar, sedangkan pada pasien yang lebih muda atau anak-anak lebih sering mengalami
RMS subtipe embrional. Prognosis untuk anak-anak dan remaja penderita RMS baru-baru ini
meningkat secara substansial, terutama karena pengembangan terapi multimodal yang
mencakup pembedahan, kemoterapi kombinasi dosis intensif, dan terapi radiasi,Prognosis
RMS pada anak dan remaja dapat dipengaruhi oleh lokasi primer, usia saat terdiagnosis,
ukuran tumor, tipe histologis, status gizi, serta luasnya penyakit setelah reseksi bedah awal.
Identifikasi gambaran klinis dan faktor prognosis diperlukan untuk mengetahui tingkat
mortalitas dan morbiditas pasien RMS. Rabdomiosarkoma merupakan penyakit
keganasan pada anak dan remaja dengan presentase sekitar 5% dari keseluruhan
keganasan pada anak dan 20% dari bentuk keganasan di jaringan lunak yang terjadi pada
anak. Usia rata-rata anak yang mengalami rabdomiosarkoma yaitu anak usia dibawah 15
tahun, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan Terdapat dua puncak angka kejadian,
yang pertama diantara 2-5 tahun dan yang kedua pada masa remaja (15-19 tahun).Meskipun
tumor ini dapat muncul hampir di mana saja, lokasi yang paling umum untuk tumor ini
berkembang adalah di struktur kepala dan leher (40%) meliputi parameningeal (16%), orbital
atau kelopak mata (10%), dan non-parameningeal (10%). Pada saluran genitourinari pria atau
wanita (25%), termasuk regio paratestikuler, saluran genitourinari wanita (vulva, vagina,
serviks, uterus), kandung kemih, dan prostat, serta pada daerah ekstremitas (20%). Kasus
lainnya muncul di berbagai tempat termasuk dinding dada dan retroperitoneum.Angka
kejadian RMS sangat langka, hanya ada sekitar 350 kasus setiap tahun di Amerika Serikat
pada anak di bawah usia 21 tahun atau sekitar 4 anak per 1 juta anak sehat di bawah usia 15
tahun. Jenis kelamin laki-laki lebih sering ditemukan dibandingkan perempuan dengan usia
tersering di bawah 5 tahun. Prevalensi RMS di Indonesia, lokasi tumor primer terbanyak pada
daerah kepala dan leher sebanyak 43,3% di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan
27,3% di Rumah Sakit Kanker Darmais (RSKD), sementara untuk tipe tersering yaitu tipe
embrional yaitu sebanyak 70% di RSCM dan 54,5% di RSKD.
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. structure normal

B. structure abnormal

Serat otot adalah sel yang panjang, berinti banyak ditutupi oleh sarcolema. Dalam
serat otot terdapat sarcoplasma dan sarcoplasmic fibril yang letaknya sejajar dengan poros
otot. Secara mikroskopik terlihat 2 pita menurut:
a) A (anisotrop), pada tempat ini juga terdapat pita H dan M (tidak terlihat dengan
mikroskop biasa).
b) I (isotrop) : di tengahnya terdapat pita yang lebih gelap, yaitu Z. Satu unit serat otot
ialah antara 2 garis Z. Dengan mikroskop electron tampak 2 jenis fibril yaitu tebal dan
yang tipis.
Pada serat otot terdapat dua macam protein yaitu action dan myosin yang terkait dalam
satu complex yaitu actomyosin. Sewaktu kontraksi benang-benang actomyosin dapat
memendek 60%. Waktu relaksasi otot mengandung 50 % protein dan 50 % air dan kalium
dapat menyebabkan kelumpuhan (paralysis). Akhir-akhir ini dipelajari faktor relaksasi yang
dapat mencegah ATP menginduksi kontraksi. Sebaliknya kalsium juga mempengaruhi
kapasitas otot untuk bereaksi. Sel otot menyimpan banyak enzim : misalnya aldolase,
transaminase (glutamic dan pyruvic), dehydrogenase (lactic dan malic), dan terakhir
ditemukan creatin phosphokinase. Enzim glutamic oxalacetic transaminase (GOT) berada
dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot seran lintang, kerusakan jaringan-jaringan
ini akan menyebabkan terlepasnya enzim ini ke dalam serum. Karena kadar GOT serum
meninggi pada infrak myocardium, kerusakan hati, juga pada distrofi otot primer, tetapi tidak
pada atropi otot yang disebabkan oleh polyometis atau degenerasi “lower motor neuron”.

2.3. ETIOLOGI
Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas. Beberapa sindroma
genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi dari RMS
Beberapa sindroma genetik yang berhubungan dengan angka kejadian RMS:
1) Neurofibromatosis (4-5% risk of any of a number of malignancies)
2) Li-Fraumeni syndrome (germline mutation of the tumor suppressor geneTP53)
3) Rubinstein-Taybi syndrome
4) Beckwith-Wiedemann syndrome2.
Beberapa faktor lingkungan yang diduga berperan dengan prevalensi RMS:
1) Penggunaan orang tua terhadap marijuana dan kokain
2) Penyinaran sinar X
3) Makanan dan pola makan
4) Sering kontak dengan sinar matahari terutama pada anak-anak
5) Penggunaan alkohol sebelumnya
6) Kontak dengan zat-zat karsinogen di daerah tempat bekerja khususnya pada orang dewasa

Faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya rhabdomyosarcoma antara lain sebagai
berikut:

 Jenis kelamin laki-laki

 Usia kurang dari 10 tahun

 Memiliki ibu dengan riwayat paparan radiasi selama kehamilan

 Percepatan pertumbuhan janin di dalam rahim.

 Status sosial ekonomi yang rendah.

 Penggunaan narkoba selama kehamilan, seperti kokain dan marijuana.

 Riwayat keluarga mengalami rhabdomyosarcoma


 Menderita kelainan genetik, seperti neurofibromatosis tipe I, sindrom Noonan, sindrom
Li-Fraumeni, sindrom Beckwith-Wiedemann, dan sindrom Costello
2.4 PATOFISIOLOGI
Meskipun rabdomiosarkoma berasal dari sel otot skeletal, tumor ini bisa menyerang
bagian manapun dari tubuh kecuali tulang. Botrioid adalah bentuk dari embrional
rabdomiosarkoma yang berasal dari mukosa daerah yang berongga, seperti kandung kencing,
vagina, nasofaring dan telinga tengah. Lesi pada ekstremitas lebih banyak merupakan
alveolar rabdomiosarkoma. Metastasisditemukan terutama di paru, sumsum tulang, tulang,
kelenjar limfe, payudara dan otak.Walaupun merupakan tumor yang paling sering dijumpai
pada anak-anak,etiologi dari rabdomiosarkoma tidak diketahui. Rabdomiosarkoma diduga
timbul dari mesemkim embrional yang sama dengan otot serat lintang. Atas dasar gambaran
mikroskopik cahaya, rabdomiosarkoma termasuk kelompok “tumor sel bulat kecil”, yang
meliputi sarkoma Ewing, neuroblastoma, tumor neuroektodermal primitif dan limfoma non
hodgkin. Diagnosis pasti adalahhistopatologi atau perlu ditambah pemeriksaan
imunohistokimia denganmenggunakan antibody terhdap otot skelet (desmin, aktin khas otot)
dan mikroskopelektron untuk membedakan gambaran khas
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu:
a. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
c. Invasi Lokal.
d. Metastasis Jauh.
Pada umumnya perbedaan utama antara tumor ganas dan jinak terletak pada perubahan
morfologi tumor itu sendiri. Namun diagnosa morfologik tidak dapat meramalkan perilaku
biologik atau perjalanan klinik dari neoplasma. Kadang-kadang ramalan ini dapat dikacaukan
dengan gambaran morfologik tumor dan perilakunya.
Pertumbuhan tumor berhubungan dengan :
a. Diferensiasi dan Anaplasia
Istilah diferensiasi dan anaplasia dipakai untuk sel-sel parenkim neoplasma. Diferensiasi
menunjukkan seberapa banyak kemiripan sel parenkim dibandingkan dengan sel-sel normal
baik secara morfologi maupun fungsional. Tumor yang diferensiasinya jelek atau tidak
berdiferensiasi mempunyai gambaran sel-sel yang tidak spesifik. Dalam hal ini tumor ganas
berdiferensiasi dari diferensiasi baik sampai tidak berdiferensiasi. Neoplasma ganas terdiri
dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi disebut sebagai anaplastik. Diferensiasi yang berkurang
atau anaplasia, merupakan tanda transformasi keganasan.
b. Anaplasia
Anaplasia berarti "keadaan yang terbelakang", yang secara tidak langsung menunjukkan
suatu perkembangan diferensiasi dari derajat tinggi ke rendah. Tumor ganas yang
berdiferensiasi buruk atau tidak berdiferensiasi berasal dari proliferasi tanpa maturasi lengkap
dari sel-sel yang mengalami transformasi. Anaplasia ditandai oleh sejumlah perubahan
morfologi :
1) Pleomorfisme
Sel dan inti keduanya secara karakteristik menunjukkan pleomorfisme, yaitu ukuran dan
bentuk bervariasi. Pada tumor anaplastik dari otot bercorak (Rabdomiosarkoma) terdapat
tanda-tanda pleomorfisme seluler dan inti, inti hiperkromatik, serta terdapat sel datia tumor.
Sel dapat beberapa kali lebih besar dari sel-sel yang lain, ada juga sel yang lain secara eksrim
tampak kecil dan pimitif.
2) Morfologi inti abnormal.
Secara karakteristik inti mengandung banyak DNA dan berwarna lebih gelap
(hiperkromatik). Inti secara proporsional besar untuk suatu sel, dan perbandingan
inti/sitoplasma dapat mencapai 1:1 ( n-nukleus, dan c-sitoplasma, N/C = 1:1 ). Normal rasio
inti/sitoplasma, N/C = 1:4 atau 1:6. Bentuk inti sangat bervariasi dan kromatin kasar,
mengelompok, bergumpal, dan tersebar sepanjang membran inti, kadang-kadang dengan anak
inti ( nukleoli ) yang besar.
3) Mitosis
Tumor ganas diferensiasi jelek atau tidak berdiferensiasi biasanya mempunyai banyak sel
mitosis yang mencerminkan aktivitas ploriferasi sel-sel parenkim lebih tinggi. Namun perlu
diingat bahwa adanya mitosis, tidak selalu menunjukkan suatu tumor itu ganas atau jaringan
itu adalah neoplastik. Lebih penting gambaran morfologik pada neoplasma ganas adalah
gambaran mitosis atipik, aneh, beberapa menghasilkan sel spindle tripolar, quadripolar, atau
multipolar.
4) Hilangnya polaritas.
Sebagai tambahan pada sel abnormal , orientasi sel-sel anaplastik terganggu ( susunan sel
atau polaritas sel hilang ). Lembaran atau massa dari sejumlah sel-sel tumor bertumbuh
anarkis, tampak tidak terorganisasi.
5) Perubahan-perubahan lain.
Gambaran lain pada sel anaplasia adalah pembentukan sel-sel raksasa tumor dengan hanya
satu inti polimorfik yang besar dan yang lain dengandua atau lebih inti.
c. Laju Pertumbuhan
Kebanyakan tumor ganas bertumbuh cepat, dan kadang-kadang sampai pada suatu massa
yang tidak tentu yang akhirnya meluas dan membuat penderita ketakutan. Namun suatu
konsep yang ekstrim penting mengenai pertumbuhan tumor adalah : bahwa dalam waktu
cepat suatu tumor padat secara klinik dideteksi, hal ini berarti bahwa tumor tersebut sudah
mempunyai sebagian besar dari siklus hidup sel lengkap. Ini merupakan rintangan besar
dalam pengobatan kanker, dan perlu memperkembangkan petanda-petanda diagnostik untuk
mendeteksi kanker secara dini.
Laju pertumbuhan tumor ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
1) Kelipatan waktu sel-sel tumor.
2) Fraksi sel-sel tumor yang berada dalam pul replikatif.
3) Laju pertumbuhan pada sel-sel yang terlepas dan hilang dalam lesi pertumbuhan.
Sebab tumor bertumbuh terus, sel-sel meninggalkan pul proliferasi pada keadaan-keadaan :
Jumlah sel bertambah untuk terlepas, kurang nutrisi, atau apoptosis; oleh diferensiasi; dan
oleh pengendalian ke fase G0. Sebagian sel kanker tetap berada dalam fase-fase G0 atau G1.
Jadi bersamaan dengan waktu, suatu tumor yang dideteksi secara klinik, sebagian besar sel
tidak berada dalam pul replikatif. Pada beberapa tumor dengan pertumbuhan cepat; fraksi
pertumbuhan hanya 20% atau lebih kurang.
d. Invasi Lokal
Pertumbuhan kanker disertai oleh infiltrasi progressif, invasi dan kerusakan jaringan
sekitarnya. Pada umumnya tumor ganas (kanker) tidak berbatas jelas dengan jaringan normal
disekitarnya. Kadang-kadang tumor ganas penyebarannya lambat namun mempunyai
perkembangan yang jelas bersama kapsul fibrous dan mendesak jaringan normal sekitarnya.
Kebanyakan tumor ganas jelas melakukan invasi dan dapat menembus dinding organ seperti
dinding kolon atau uterus, atau menonjol pada permukaan kulit. Sifat invasive tumor
menyebabkan sukar dilakukan operasi, jika tumor mempunyai batas yang baik maka
dilakukan operasi yang sedapat mungkin jelas tampak jaringan normal yang dilenal denngan
operasi radikal.
e. Metastasis
Metastase adalah implantasi tumor yang terpisah dengan tumor primernya. Tanpa diragukan
metastase merupakan tanda suatu tumor ganas sebab neoplasma jinak tidak bermetastase.
Sifat invasive kanker ini menyebabkan sel-sel kanker berpenetrasi ke dalam pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan rongga tubuh, yang member kesempatan sel kanker tersebut menyebar
(metastase)
2.3 KOMPLIKASI
1) Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lelupuhan kecil berisi
nanah
2) Cellulitis adalah peradangan dari syaraf dibawah kulit. Biasanya akan terjadi
pembemkakan dan kemerahan dibagian kulit itu.
3) MastitisPada wanita-wanita yang menyusui, staph dapat berakibatmastitis(peradangan
payudara) atau bisul bernanah dari payudara.Bisul-bisul bernanah staph dapat
mengeluarkan bakteri-bakterikedalam susu ibu.
4) EdocarditisAdalah infeksi dari katup-katup jantung. Dapat menyebabkan gagal
jantung.
5) OsteomyelitisAdalah peradangan yang parah/berat dari tulang. Dapat
menyebabkandemam tinggi, kelelahan, dll.
6) Mual, Muntah, Diare, dan DehidrasiMemakan makanan yang sudah terinfeksi bakteri
staphylococcusdapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi
karenamemakan makanan beracun yang dikeluarkan oleh bakteri staph itusendiri.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan Gejala klinik sesuai dengan tempat di mana tumor tersebut tumbuh:
1) Kepala dan leher : jika mengenai mata atau alis mata, maka dapat menyebabkan mata
menonjol, bengkak pada palpebra, atau paralisis otot-otot mata. Jika mengenai sinus,
maka dapat menyebabkan hidung tersumbat,terkadang sekret hidung berupa darah
atau nanah. Bila mengenai parameningeal, maka dapat terjadi kelumpuhan saraf
kranial.(William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005).
Padalokasi lain kepala dan leher, gejala umum yang timbul adalah benjolan yangtidak
sakit atau bengkak yang cepat membesar. Rabdomiosarkoma yangterdapat dekat
dengan tulang tengkorak
2) Tractus genitourinaria : sulit berkemih, hematuria, kontipasi, benjolan padavagina,
sekret vagina yang mengandung darah, atau pembesaran salah satuscrotum namun
tidak sakit.
3) Ekstremitas dan batang tubuh : berupa benjolan dengan atau tanpa rasasakit, lunak,
dan berwarna kemerahan.
4) Massa dari rabdomyosarkoma yang dapat dilihat dan dirasakan, bisa dirasakan nyeri
maupun tidak.
5) Rasa geli, nyeri serta pergerakan dapat terjadi jika tumor menekan saraf pada area
yang terkena.

2.5 PEMERIKSAAN FISIK


Temuan pada pemeriksaan fisik tergantung pada lokasi tumor. Tumor dilokasi
superfisial dapat teraba dan terdeteksi relatif lebih cepat, tetapi tumor di lokasi yang lebih
dalam (misalnya, retroperitoneum) dapat tumbuh besar sebelum menimbulkan gejala.
Pembesaran perut difus dapat diamati pada pasien dengan rhabdomyosarcoma pada
retroperitoneum.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) CT-Scan digunaan untuk mengetahui adanya kanker yang telah
bermetastasis(menyebar kebagian organ lain) pemeriksaan ini dilakukansesuai
standart penyembuhan penyakit kanker.Cara pemeriksaan ini yaitu dengan
menganjurkan pasien masuk kedalam alat yang berbentuk tube(tabung) serta
menganjurkan pasien untukdiam tanpa adanya gerakanuntuk memberikan hasil yang
maksimal, biasanya pasien dalam keadaan berbaring.Hasil dari gambar jaringan lunak
dan pembuluh darah terlihat lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi
yang lebih rincimengenai cedera, bahawa adanya daerah yang terinfeksi(metatase)
padaorgan lain
2) Bone-scans digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi ditulang yang
diakibatkan kanker Rabdomiosarkoma(RMS)Cara pemeriksaan ini yaitu dengan
menganjurkan pasien untukmengambil posisi di depan alat dengan menganjurkan
pasien diam dalam posisi tegak dan tangan dalam keadaan terbuka (tidak
bolehmenggenggamkan tangan)Hasil dari pemeriksaan ini adalah gambar yang akurat
mengenaitulang yang terinfeksi, lebih akurat pada bagian tulang. Dengan adanyalesi
tulang akibat kanker ini.
3) X-rays pemeriksaan ini menggunakan penyinaran dengan sinar x yang berfungsi
untuk melihat organ dalam dan mendeteksi adanya gangguan pada organ tersebut
serta melihat apakah organ itu berfungsi atau tidak.
4) jumlah sel darah
5) Urinanalisis
6) Serum elektrolit : BUN, Creatine, SGOT, SGPT, LDH, dan phospatase yang bersifat
alkal
7) Scan tulang
8) Sumsum tulang atau biopsy
9) Biopsi getah bening yang dicurigai

2.7 KLASIFIKASI
Intergroup Rhabdomyosarcoma Study (IRS) membuat klasifikasi laboratoris dan
pembedahan untuk rabdomiosarkoma yaitu :
Kelompok I Penyakit hanya lokal, limfonodi regional
tidak ikut terlibat, dapat direseksi komplit
- Terbatas pada otot atau organ asli
- Infiltrasi keluar otot atau organ
asli

Kelompok II - Tumor dapat direseksi secara luas


dengan sisa mikroskopis
(limfonodi negative)
- Penyakit regional, dapat direseksi
komplit (limfonodi positif atau
negative
- Penyakit reginal dengan
melibatkan limfonodi dapat
direseksi secara luas tetapi dengan
sisa mikroskopis

Kelompok III Reseksi tidak komplit atau hanya dengan


biopsi dengan penyakit sisa cukup besar

Kelompok IV
Telah ada metastasis saat ditegakkan
diagnosis

Staging TNM (tumor, nodul dan metastasis)


Tumor :
T0 Tidak teraba
T1 Tumor <5 cm
T2 tumor >5cm
T3 tumor telah melakukan invasi ke tulang, pembuluh
darah dan saraf
Nodul
N0 tidak ditemukan keterlibatan kelenjar regional
N1 ditemukan keterlibatan kelenjar regional

Metastasis
M0 tidak terdapat metastasis jauh

M1 terdapat metastasis jauh

Stage 1 lokasi pada orbita, kepala dan atau leher (bukan


parameningeal) meluas ke traktus urinarius
(bukan kandung kemih atau prostat)
Stage 2 lokasi lain, No atau Nx

Stage 3 lokasi lain, N1 jika tumor <5 cm atau No atau


Nx jika tumor >5 cm
Stage 4 lokasi apapun dan terdapat metastasis jauh

Berdasarkan pemeriksaan histologik maka dapat ditentukan derajat keganasannya (grading)


G1 well differentiated (baik)
G2 moderately differentiated (sedang)

G3 poorly differentiated (buruk)

Penentuan histiotipe spesifik perlu untuk terapi dan prognosis. Ada empat tipe subhistologi
yang telah diketahui yaitu
a. Tipe Embrional
Embrional rabdomiosarkoma merupakan jenis yang paling sering ditemukan pada anak, kira
kira 60% dari semua kasus rabdomiosarkoma. Tumor bisa muncul dimana saja, tetapi paling
sering pada genitourinarius, kepala atau leher. Pada pemeriksaan histologi jenis ini
mempunyai variabilitas histologi yang tinggi, dimana menggambarkan beberapa tingkatan
dari morfogenesis otot skeletal. Merupakan neoplasma dengan diferensiasi tinggi yang terdiri
dari rabdomioblas dengan sitoplasma eosinofilik. Desmin dan aktin yang terdapat pada otot
digunakan untuk mendiagnosis rabdomiosarkoma
b. Tipe Alveolar
Tumor alveolar yang menyebabkan kira-kira 15% kasus, ditandai dengan translokasi
kromosom T (2;13). Sel tumor cenderung tumbuh dalam inti (core) yang sering mempunyai
ruang mirip celah yang menyerupai alveoli. Tumor alveolar paling sering terjadi pada tubuh
dan anggota gerak dan mempunyai prognosis yang paling buruk.
c. Tipe Botrioid,
Merupakan suatu varian bentuk embrional dimana sel tumor dan stroma yang membengkak
menonjol ke dalam rongga badan seperti sekelompok buah anggur, menyebabkan 6% kasus
dan paling sering tampak di vagina, uterus, kandung kemih, nasofaring dan telinga tengah.
d. Tipe Pleomorfik (bentuk dewasa)
Tipe pleomorfik (bentuk dewasa) jarang pada anak-anak (1% kasus). Kira-kira 20% penderita
diperkirakan mempunyai sarkoma tidak berdiferensiasi. Tipe ini sangat jarang terjadi pada
pasien-pasien di atas 45 tahun yang lainnya tiga dalam 90% kasus terjadi sebelum usia 20
tahun. Varian pleomorfik mempunyai sel-sel tumor atipik yang besar, beberapa
memperlihatkan sitoplasma yang banyak dengan corakan berlurik yang khas bagi diferensiasi
otot rangka.
Varian-varian lain pada dasarnya adalah tumor-tumor kecil sel biru primitif, berdiferensiasi
buruk yang mempunyai diferensiasi otot rangka fokal (rabdomioblas dengan sitoplasma
eosinofilik dan corakan lurik).
Diferensiasi rabdomioblastik mungkin hanya tampak dengan mikroskopis electron atau
teknik imunohistokimia (kompleks ribosom-miosin atau imunoperoksidase positif untuk
desmis/mioglobin). Varians alveolar ditandai dengan translokasi 2;13 kromosomal).
2.8 PROGNOSIS
Diantara penderita dengan tumor yang dapat direseksi, 80-90% mendapatkan ketahanan
hidup bebas penyakit yang lama. Kira-kira 60% penderita dengan tumor reginal yang
direseksi tidak total juga mendapatkan ketahanan hidup bebas penyakit jangka panjang.
Penderita dengan penyakit menyebar mempunyai prognosis buruk. Hanya kirakira 505
mencapai remisi dan kurang dari 50% dari jumlah ini mengalami kesembuhan. Anak yang
lebih tua mempunyai prognosis lebih buruk daripada yang lebih muda.
Prognosis tergantung dari:
a. Staging dari penyakit
b. Lokasi serta besar dari tumor.
c. Ada atau tidaknya metastase.
d. Respon tumor terhadap terapi.
e. Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
f. Toleransi penderita terhadap pengobatan, prosedur terapi.
g. Penemuan pengobatan yang terbaru.

Untuk mencapai angka ketahanan hidup (survival rate) yang tinggi diperlukan :
Kerjasama yang erat dengan disiplin lain
a) Diagnosis klinis yang tepat
b) Strategi pengobatan yang tepat, dimana masalah ini tergantung dari : evaluasi
patologi anatomi pasca bedah, evaluasi derajat keganasan, perlu/tidaknya terapi
adjuvan (kemoterapi atau radioterapi).
2.9 PENATALAKSAAN
A. Farmakologi/obat-obatan
1) Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu
- Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200,500 mg dan 1,2
gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin,Limfoma
non Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium,
paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumorRabdomiosarkoma.
Fungsinya yaitu menghentikan siklus hidup sel kanker yang
menyerang otot bagian tubuh manusia utamanya pada bagian ototlurik
2) Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untukleukemia limfositik
kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkindiberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai dosis
tunggal (pada penyakithodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan,
sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan).
Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non
Hodgkin, Makroglonbulinemia primer dan kanker.Mekanisme kerja : Klorambusil
(Leukeran) merupakan mustarnitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling
tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik
kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin,mieloma
multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dandalam kombinasi dengan
metotreksat atau daktinomisin padakarsinoma testis dan ovarium.
Fungsi obat ini yaitu sebagai obat kanker yang sudah stadium lanjut, bisa di
kategorikan obat keras yaitu obat yang mematikan perjalanankanker ganas

3) ProkarbazinSediaan
Sediaan: Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral padaorang dewasa :
100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagiselama minggu pertama,
diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehariselama 3 minggu berikutnya, kemudian
dikurangi menjadi 100 mg/m2sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2
atau respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien
dengangangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
Indikasi : Limfoma Hodgkin
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan
alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifikterhadap siklus sel.
Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV,
terutama dalam kombinasidengan mekloretamin, vinkristin dan prednison
(regimen MOPP)
Fungsinya yaitu sebagai peluruh penyakit limfa yang berakibatmerusak
pertahanan tubuh
B. Golongan antimetabolic

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetaboli tyaitu:


1) Methotrexat
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5mg/ml, vial 50
mg/5ml.

Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara,leher dan


kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yangmenginhibisi sintesis
DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolatreduktase, menghambat
pembentukan reduksi folat dan timidilatsintetase, menghasilkan inhibisi purin dan
sintesis asam timidilat.Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.
Mekanismekerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin
mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja
mempercepat proliferasi sel epitel kulit
Fungsi obat ini yaitu sebagai pembentuk imun agar membantu pertahanan sehingga
kanker tidak merambat pada organ yang lain dantidak berreplika.

2) Terapi Medikamentosa
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh sel-sel tumor melalui obat-obatan.
Kemoterapi kanker adalah berdasarkan dari pemahaman terhadap bagaimana sel
tumor berreplikasi/bertumbuh, dan bagaimana obat-obatanini mempengaruhinya.
Setelah sel membelah, sel memasuki periode pertumbuhan (G1), diikuti oleh sintesis
DNA (fase S). Fase berikutnyaadalah fase premiosis (G2) dan akhirnya tiba pada fase
miosis sel (fase M).Obat-obat anti neoplasma bekerja dengan menghambat proses
ini.Beberapa obat spesifik pada tahap pembelahan sel ada juga beberapa yang tidak.

C. Non Farmakologi
1) Radioterapi: digunakan untuk memperkecil ukuran tumor, terutama padakepala,
leher, dan panggul
2) Transplantasi stem cell : digunakan untuk memperbaiki sistem pembuluhdarah
yang telah dirusak oleh sel kanker.
3) Terapi Operatif
Terapi operatif pada penderita RMS bervariasi, bergantung dari lokasi dari tumor
itu. Jika memungkinkan dilakukan operasi pengangkatan tumort anpa
menyebabkan kegagalan fungsi dari tempat lokasi tumor. Walaupun terdapat
metastase dari RMS, pengangkatan tumor primer haruslahdilakukan, jika hal itu
memungkinkan.

2.10 PENCEGAHAN
1) Menghindari merokok
2) Makanan yang kaya vitamin misalnya buah-buahan dan makanan yang rendah
lemak
3) Uji penapisan secara dini
4) Hindari makanan yang mengandung zat pengawet
5) Lakukan olahraga secara teratur
6) Mengurangi komsumsi alcohol

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
 Identitas, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan,status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, sakit, dan diagnosis medis.
 Keluhan utama, pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan
keganasanadalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan
keluhan utama pada tumor ganas.
 Riwayat penyakit sekarang, pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan
secara umum mencangkup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang.Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau
benjolan.Pembengkakan atau benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
 Riwayat penyakit terdahulu, pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab
yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur
terbukayang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi
pada jaringan lunak.Factor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung
terjadinya keganasan pada system pernapasan yang dapat bermetastasis kesistem
musculoskeletal.
 Riwayat penyakit keluarga, kaji tentang adakah keluarga dari generasi yang terdahulu
yang mengalami keluhan yang sama dengan klien. Beberapa kelainan genetic
dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau
soft tissue sarcoma (STS).
 Riwayat psikososial, kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pengamatan
atau observasi juga mencakup adaptasi dan penyesuaian yang mungkin sudah
dilakukan klien.
 Pola fungsi kesehatan seperti :Persepsi terhadap kesehatan - manejemen kesehatan:
disini kita menanyakan ke pasien apakah dia mengkonsumsi rokok, alcohol, dan
apakah dia mempunyai Riwayat alergi atau tidak
 Nutrisi dan metabolik : disini kita mengkaji pasien mempunyai diet khusus atau
tidak,anjuran diet sebelumnya, nafsu makan pasien, apakah pasien mempunyai
gangguan menelan.
 Pola eliminasia.
1) Kebiasaan BAB di rumah dan di rumah sakit
2) Kebiasaan BAK di rumah dan di rumah sakit
 Pola aktivitas dan Latihan kemampuan perawatan diri : skor : 0 = mandiri, 1= dibantu
sebagian, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 =
tergantung/ tidakmampu. Aktifitas yang di kaji seperti : makan/ minum, mandi,
toileting, berpakaian,mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM.
 Oksigenasi : disini kita mengkaji tentang pemenuhan oksigen dari pasien
tersebut,apakah dia menglami gangguan dalam pemenuhan oksigen atau tidak
 Pola istirahat dan tidur : disini kita mengaji waktu tidur dari pasien, jumlah
tidur/istirahat, frekuensinya, apakah pasien mengalami insomnia atau tidak
 Pola kognitif dan perseptual : pengkajiannya meliputi : status mental, bicara, Bahasa
yang digunakan, kemampuan membaca, kemampuan mengerti, kemampuan
berinteraksi, pendengaran, penglihatan, pasien mengalami vertigo/ tidak, management
nyeri.
 Pola persepsi diri dan konsep diri : pengkajiannya meliputi citra diri, identitas diri,
peran diri, ideal diri, harga diri
 pola seksual dan reproduksi
 Pola peran hubungan meliputi : status perkawinan, pekerjaan, kulitas bekerja, system
dukungan keluarga, dukungan keluarga saat masuk rumah sakit.
 Pola keyakinan nilai (agama yang dianut, larangan agama, kebiasaan sembahyang
dirumah/ di rumah sakit)
PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala dan leher
a) Kepala :
- Inspeksi: terdapat bengkak, penyebaran rambut tidak merata,mudah rontok.
- Palpasi: terdapat benjolan, adanya nyeri tekan pada bagianluka. b.

b) Muka :
- Inspeksi: Tidak simetris, warna kulit kemerahan karena adanya inflamasi.
- Palpasi: ada nodul, dan nyeri pada muka.c.

c) Mata:
- Inspeksi: tidak simetris, pada muka tampak mata menonjol, bengkak pada
palpebra, bulu mata rontok.
- Palpasi: adanya nyeri tekan pada bola mata.d.

d) Hidung :
- Inspeksi: tidak simetris, hidung tersumbat, sekret hidung berupa darah atau
nanah.
- Palpasi: ada nodul yang lebih dari 1 cm yang berisi pust.e.

e) Leher:
- Inspeksi: tidak simetris, ada bengkak pada daerah kanker, pemebsaran pada
daerah kelenjar tiroid.
- Palpasi: Ada massa pada sekitar kelenjar tiroid. Tekstur kasar pada kulit.
2) Dada dan thorax
- Inspeksi: Bengkak, adanya lesi kulit.
- Palpasi: ada massa pada dada.(pada dada dan thorax jarang di temukannya
penyakit kankerRabdomiosarkoma)
3) Ekstremitas
- inspeksi:Lesi, dan berwarna kemerahan.
- Palpasi: Berupa benjolan dengan tanpa rasa sakit, lunak

4) Genetalia

- Inspeksi: Terdapat lesi pada vagina, sekret vagina yangmengandung darah


(pada wanita), pembesaran di salah satuscrotum (pada laki-laki).
- Palpasi: ada benjolan pada sekitar kemaluan/pubis yang lunak

B. DIAGNOSA
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan nafas
2) Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernapsan,hambatan upaya nafas
(mis,nyeri saat bernafas,kelemahan pernapa
3) san)
4) Risiko perfusi selebral tidak efektif b/d penurunan sirkulasi darah ke otak,tumor
otak ke abnormalan masa protombin atau masa tromboplastin persial
5)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Basford L. dan Slevin O., Teori dan Praktek Keperawatan – Pendidikan Integral pada Asuhan Pasien ,
EGC – Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2007.
Carpenito L.J., Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC – Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta, 2001
Helmi, Hilmayani Rani, dan Adifa DP. Gambaran Klinik dan
PrognosissRabdomiosarkoma padaAnak. SAYAVolume 10 I Nomor 4 I Januari 2021
William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005.Rahbdomyosarcoma. In:
Lange Current Pediatric Diagnosis and Treatment.17nd edition. USA: McGraw Hill
Companies. p.934-935
Carola A.S. Arndt. 2001. Rhabdomyosarcama. In: Kliegman.R.M.,Behrman.R.E., Jenson.H.B.,
Stanton.B.F., ed.Nelson Textbook of Pediatrics .Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 2144-2145.
Crist WM. Sarkoma Jaringan Lunak. Dalam: Nelson WE(eds). IlmuKesehatan Anak. Edisi ke-15.
Jakarta: EGC, 2004.1786-1789.4.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Hematologi Anak, edisi 2, EGC – Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta,
2006
Mansjoer A., dkk., Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Aesculapius Fak. Kedokteran Univ.
Indonesia, Jakarta, 2000.
Sudoyo A.W., dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi IV, Balai Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fak. Kedokteran Univ. Indonesia, Jakarta, 2007
Suriadi dan Rita Yulianti, Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi 1, Penerbit CV. Sagung Seto,
Jakarta, 2001.
Wilkinson J.M., Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC,
Edisi 7, EGC – Penerbit Buku
PATWAY

GENETIK RABDOSIARCOMA LINGKUNGAN

Beberapa sindroma genetik yang Beberapa faktor lingkungan yang


berhubungan dengan angka kejadian Mutasi gen diduga berperan dengan prevalensi
RMS: RMS:

1) Neurofibromatosis (4-5% risk of Pertumbuhan sel tidak 1) Penggunaan orang tua terhadap
any of a number of malignancies) terkendali pada jaringan marijuana dan kokain
2) Li-Fraumeni syndrome (germline lunak 2) Penyinaran sinar X
mutation of the tumor suppressor 3) Makanan dan pola makan
geneTP53) 4) Sering kontak dengan sinar
pembengkakan matahari terutama pada anak-
3) Rubinstein-Taybi syndrome
4) Beckwith-Wiedemann syndrome2. anak
5) Penggunaan alkohol
Anggota
sebelumnya
gerak
6) Kontak dengan zat-zat
karsinogen di daerah tempat
Terdapat bekerja khususnya pada orang
benjolaan dewasa
kepala
Tractus
Sulit bergerak genitourinari
mata nasofaring a
Gangguan
Mata Terjadi mobilitas Obstruse
Sel mudah ISK Pendarahan
menonjol obtruksi fisik uretra pada vagina

Anda mungkin juga menyukai