Anda di halaman 1dari 32

PERAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

TERHADAP FAKIR MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN


2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
(Studi Kasus Kota Banjarmasin)

KARYA ILMIAH
OLEH :

AHMAD FAISYAL

030946647

ahmad.faisyal292@gmail.com

S1 Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA BANJARMASIN
2021

Abstrak

Tujuan Karil ini adalah 1. Untuk mengetahui peran pemerintah Kota Banjarmasin
terhadap Fakir Miskin berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2011. 2. Untuk
mengetahui Implementasi Undang-Undang No.13 tahun 2011 sudah berjalan dengan
semestinya atau tidak di Kota Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi
pemerintah dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin menurut Undang-Undang No.13
tahun 2011 di Kota Banjarmasin.. Teknik yang digunakan dalam tinjauan ini
menggunakan metode penelitian Kualitatif. Sedangkan Pendekatan Penelitian yang akan
diambil oleh peneliti adalah bersifat deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu para
peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu
secara jelas dan sistematis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena yang
akan di hasilkan nanti berupa data, tulisan, dan tingkah laku yang dapat di amati secara
langsung, dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti yaitu mencari data dengan langsung terjun
kelapangan. yang mana dalam kasus ini peneliti meneliti Peran Pemerintah Kota
Banjarmasin Terhadap Fakir Miskin yang mana telah terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2011.

Kata kunci : Fakir, Miskin, Bantuan, Penanganan, Kota Banjarmasin


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945, guna memajukan kesejahtreaan umum tidak terlepas dari peran serta Negara.
Negara memiliki kewajiban untuk untuk dapat menggulangi kemiskinan termasuk
memelihara fakir miskin. Sebagaimana dengan pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa “Fakir Miskin dan
anak-anak telantar dipelihara oleh negara”.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi dan multisektoral yang memiliki
sifat majemuk dan merupakan suatu kondisi yang harus segera diatasi untuk memelihara
dan mengembangkan kehidupan manusia yang bermartabat. Karena masalah ini harus
diselesaikan bersama dengan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Undang-Undang
yang dirumuskan sebagai upaya terhadap kesejahteraan masyarakat miskin yakni
rumusan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 18
agustus 2011.
Dalam undang-undang ada persiapan, pengarahan dan pemajuan yang lebih
mendukung bagi masyarakat miskin. Fokus yang diarahkan oleh Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2011 mencakup hak dan komitmen, perlakuan terhadap orang miskin,
kewajiban dan spesialis, aset, koordinasi dan pengelolaan, dukungan wilayah setempat,
dan pedoman pidana. Undang-undang ini diharapkan dapat memberikan hak-hak sipil
kepada penduduk agar dapat menjalani kehidupan yang baik dan mulia.
Provinsi Kalimantan Selatan itu sendiri terbentuk berdasarkan Undangundang No
5 tahun 19561 . Bagi Kalimantan Selatan, tanggal 1 Januari 1957 benar-benar merupakan
momentum penting dalam sejarahnya, mengingat pada tanggal itu Kalimantan Selatan
resmi menjadi Provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, bersama-sama dengan
Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Barat. Sebelumnya ketiga Provinsi
tersebut berada dalam satu Provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan. Sebelum menjadi
Provinsi yang berdiri sendiri, sesungguhnya Kalimantan Selatan sudah merupakan daerah
yang paling menonjol di Pulau Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin yang
merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi/perdagangan, dan pemerintahan, baik semasa
penjajahan maupun pada awal kemerdekaan.
Sejarah kota Banjarmasin itu sendiri bermula dari sebuah perkampungan dataran
rendah bernama “ Banjarmasih “ yang di tahbiskan pada tanggal 24 September 1526,
pada tanggal tersebutlah, 24 September 1526 di tetapkan sebagai hari jadi Kota
Banjarmasin. Kehidupan di Kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai
Barito dan beserta anak-anak sungainya. Sejak dahulu Banjarmasin memegang peranan
strategis dalam lalu lintas perdagangan antar pulau, karena terletak di pertemuan antara
sungai Barito dan Sungai Martapura yang Luas dan dalam.
Banjarmasin sebagai ibukota provinsi dengan berbagai problem yang di hadapi
menimbulkan berbagai macam dampak negatif untuk pertumbuhan kota Banjarmasin
sendiri, mulai dari permasalahan kemacetan, pasar tengah kota yang semrawut (pasar
tumpah) dan Banjarmasin terlalu overload. Dengan karakter seperti sekarang ini bisa di
bilang tidak layak lagi sebagai pusat pemerintahan provinsi, oleh karena itu di usulkan
untuk memindah pusat pemerintahan Provinsi kalimantan Selatan yang awalnya berada di
kota Banjarmasin ke kota Banjarbaru yang di anggap lebih layak untuk menjadi sebuah
pusat pemerintahan provinsi (pemprov) dan juga tata kotanya lebih tertata rapi dari pada
kota Banjarmasin itu sendiri, selain itu masih banyak tersedianya lahan kosong untuk di
jadikan berbagai macam tempat fasilitas di kota Banjarbaru tersebut.
Dalam Karya Ilmiah ini penulis akan menggali lebih dalam mengenai peran
pemerintah kota Banjarmasin terhadap fakir miskin, yang mana akan tampak jelas
bagaimana sebenarnya sistem yang digunakan peran pemerintah dalam penanganan fakir
miskin dan juga dalam penyalurannya serta kendala yang pemerintah hadapi dalam upaya
penanganan fakir miskin tersebut. Dari segi hukum, pembukaan UUD 1945, termasuk
Pancasila, merupakan dasar konsep nasional yang menumbuhkan cita-cita hukum dan
landasan sistem hukum yang merdeka yang berlandaskan semangat kebangsaan
Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia dan segenap bangsa Indonesia memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam
pembentukan ketertiban nasional yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi masyarakat fakir miskin dan sesuai dengan ketentuan UUD 1945 perlu
dilakukan upaya perlindungan sosial (protection measures) yang mencerminkan
pemenuhan kewajiban negara (state kewajiban). Memastikan hak-hak dasar orang miskin
dapat terwujud. Ketentuan dalam amanat konstitusi menegaskan bahwa setiap warga
negara berhak atas kesejahteraan sosialnya dan pemerintah berkewajiban melindungi
kehidupan juga penghidupan rakyat Indonesia serta mengupayakan kesejahteraan sosial
bagi setiap warga negara Indonesia.
Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan oleh
pengelola pemerintahan. Meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat merupakan
salah satu bentuk penanggulangan kemiskinan yang juga dapat dilakukan melalui
pemetaan pendapatan. Salah satu bentuk pemetaan perspektif yang bisa dilakukan adalah
mengalokasikan pendapatan si kaya kepada si miskin. Faktanya sebagian besar
masyarakat miskin bekerja di usaha mikro dan keputusan kebijakan penyediaan dana
usaha produktif sangat berpengaruh dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja
baru dan menambah pendapatan.
Nilai-nilai keadilan harus menjadi landasan hidup bersama negara guna mencapai
tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya melindungi seluruh
warga negara dan seluruh warga negara serta mencerdaskan seluruh warga negara. Inilah
nilai keadilan dan landasan hubungan antar negara di dunia juga merupakan prinsip
bersama menciptakan kehidupan yang tertib dalam hubungan antar negara di dunia
berdasarkan prinsip kemerdekaan dan kekekalan masing-masing negara. dan keadilan
hidup berdampingan (keadilan sosial). Pemerintah daerah wajib menerbitkan peraturan
daerah berupa peraturan daerah dan peraturan daerah yang dimuat dalam berita daerah.
Untuk menegakkan perda maka dibentuk kepolisian pamong praja untuk membantu
pimpinan daerah dalam melaksanakan perda dan mengatur ketertiban dan ketertiban
umum.
Tujuan menangani orang miskin adalah:
1. Menjamin perlindungan dan realisasi hak-hak dasar masyarakat miskin.
2. Mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan
4. Menjamin konsistensi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi saat menangani mereka
yang membutuhkan.

Karena dalam melakukan sitiap hal, Setiap orang memiliki hak yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pendidikan. Karena pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan. Setiap saat kita harus berhadapan dengan semua kemampuan
yang kita miliki. Dengan perubahan yang terus menerus, setiap orang harus selalu siap
sepenuhnya agar tidak menemui kesulitan dalam menghadapi perubahan apapun.

Dengan demikian maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Karya Ilmiah ini
guna mengetahui bagaimana penyaluran bantuan dan juga kendala yang dialami dalam
melaksanakan penyaluran bantuan di Kota Banjarmasin dengan judul “Peran
Pemerintah Kota Banjarmasin Terhadap Fakir Miskin Berdasarkan Undang-
Undang No 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pemerintah kota Banjarmasin terhadap Fakir Miskin berdasarkan
Undang-Undang No.13 tahun 2011?
2. Bagaimana Implementasi Undang-Undang No.13 tahun 2011 di Kota Banjarmasin?
3. Apa saja kendala implementasi Undang-undang No.13 tahun 2011 di Kota
Banjarmasin?

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan obyektif adalah tujuan penulisan yang mendasari penulis dan melakukan
penulisan. Dalam penelitian ini tujuan obyektif adalah:
a. Untuk mengetahui peran pemerintah Kota Banjarmasin terhadap Fakir Miskin
berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2011.
b. Untuk mengetahui Implementasi Undang-Undang No.13 tahun 2011 sudah
berjalan dengan semestinya atau tidak di Kota Banjarmasin.
c. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan
penanganan fakir miskin menurut Undang-Undang No.13 tahun 2011 di Kota
Banjarmasin.
2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, melalui Karya Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
penulis untuk menambah pengetahuan dalam bidang penanganan kemiskinan
khususnya.
b. Secara praktis, hasil Karya Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar
masyarakat pada umumnya mengetahui pelaksanaan peraturan daerah tentang
penangganan fakir miskin.
c. Diharapkan Karya Ilmiah ini dapat menjadi penambah ilmu bagi saya,bacaan dan
referensi bagi mahasiswa dan mahasiswi UNIVERSITAS TERBUKA
BANJARMASIN Khususya jurusan Ilmu Administrasi.

D. Batasan Masalah
Agar Karya Ilmiah ini tidak keluar dari jalur penelitian maka penulis membatasi dalam
benelitian ini yakni hanya membahas mengenai penanganan Fakir Miskin baik dalam
bentuk regulasi pada Undang-Undang No 13 Tahun 2011 dan juga implementasinya di
Kota Banjarmasin.

E. Kerangka Teoritis
1. Teori Perlindungan

Dalam sebuah negara, tentu saja, memiliki individu-individu yang membutuhkan


di dalamnya sehingga akan membebani otoritas publik dan harus berhasil karena
negara harus membuat ekonomi individu sehingga membuat kehidupan yang lebih
baik bagi kerabatnya. Gagasan tentang bantuan pemerintah atau negara bantuan sosial
di mana suatu bangsa berkewajiban untuk memikul tanggung jawab penuh atas
kebutuhan dasar kerabatnya untuk memperoleh cara hidup yang paling baik.
Di Indonesia, keamanan rakyat miskin secara gamblang dinyatakan dalam Pasal
34 UUD 1945 yang menggarisbawahi bahwa rakyat miskin atau pemuda miskin dan
terlantar akan benar-benar menjadi perhatian negara dan inilah yang mendasari
lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang membahas tentang Perlakuan
terhadap Orang Tak Berdaya dimana Orang Miskin memenuhi syarat untuk
mendapatkan jaminan yang sah dengan asumsi mereka berada dalam suatu keadaan
yang berhubungan dengan hukum. Selain itu, mereka juga memenuhi syarat untuk
organisasi sosial, pemenuhan pangan dan perumahan dan organisasi bantuan
pemerintah spesialis publik. Dalam asuransi halal yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2011 Orang Miskin memiliki kebebasan dan kewajiban
yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh otoritas publik. Diantaranya adalah:

1. Dapatkan makanan, pakaian, dan penginapan yang memadai


2. Mendapatkan administrasi kesejahteraan
3. Dapatkan sekolah yang dapat membangun ketenangan mereka
4. Dapatkan jaminan sosial dalam membangun, menciptakan, dan
memberdayakan diri mereka sendiri dan keluarga mereka
5. Dapatkan administrasi sosial melalui pensiun yang dikelola pemerintah,
penguatan sosial, dan pemulihan sosial dalam membangun, menciptakan, dan
melibatkan diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
6. Dapatkan cara hidup yang adil
7. Dapatkan iklim hidup yang solid
8. Bekerja pada kondisi kemakmuran yang wajar
9. Temukan bidang pekerjaan dan peluang bisnis baru

Untuk sementara, Orang Miskin bertanggung jawab atas:

1. Lindungi diri mereka dan keluarga mereka dari aktivitas yang dapat
membahayakan kesejahteraan, aktivitas publik, dan ekonomi mereka
2. Meningkatkan perhatian dan kekuatan sosial di mata public
3. Libatkan diri mereka untuk menjadi otonom dan bekerja pada tingkat
bantuan pemerintah mereka dan tertarik pada upaya pelonggaran
kebutuhan
4. Berusaha dan bekerja sesuai kapasitas untuk orang-orang yang memiliki
potensi

Komitmen otoritas publik dibantu melalui upaya untuk menghormati,


mengamankan, melayani dan memenuhi kebutuhan esensial mereka dalam upaya
kemajuan publik. Pengamanan yang sah bagi masyarakat miskin itu sendiri
merupakan komitmen para direktur negara yang sepenuhnya berniat memperluas
bantuan pemerintah secara individu. Sementara itu, dalam hukum pidana, pasal 504
dan 505 KUHP menggambarkan pelarangan masyarakat umum untuk keluar rumah
dengan ancaman hukuman 6 minggu16. Meski demikian, penyangkalan itu juga
dilakukan mengingat adanya bantuan pemerintah daerah setempat dengan landasan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Perlakuan Terhadap Orang Miskin.

2. Teori Perencanaan (Theory In Planning)


Teori Perencanaan adalah ide atau pemikiran yang digunakan mengenai tugas
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Menangani
pembangunan sebenarnya adalah suatu jenis pekerjaan untuk menetapkan pilihan dari
beberapa pilihan yang pada akhirnya mengarah pada pekerjaan menangani kebutuhan
sesuai dengan sumber daya yang tersedia dan tujuan yang telah ditetapkan yang telah
ditetapkan.
Mengingat penilaian ini, latihan menyusun cukup mengandung komponen inovasi
dan ketabahan dalam memberikan penilaian keadaan saat ini dan masa depan secara
bersamaan. Namun, daya cipta dan ketabahan ini tidak mungkin tanpa tujuan dalam
membuat sebuah rancangan menjadi menarik. Dalam mengantisipasi suatu tujuan,
ada lima hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar pelaksanaannya dapat
berjalan dengan tepat dan lebih memadai sehingga dapat diketahui tujuan latihan
yang akan dicapai:
a. Masalah
Yang dimaksudkan adalah sebuah permaslahan dalam menjalankan
sesuatu yang akan dituju haruslah jelas dan juga tersusun secara rapi
bagaimana agar permasalahan tersebut dapat teratasi dengan baik.
b. Sasaran
Dalam melaksanakan suatu rencana tertu kita akan mempunyai sebuah
tujuan atau objek perencanaan. Hal tersebut harus ditetapkan secara jelas dan
sistematis agar objek sasaran perencanaan dapat berjalan dam menjadi
maksimal.
c. Tahapan
Tahapan atau setep dan langkah harus di tetapkandan dijalankan dengan
baik agar sedikit demi sedikit dari recana yang ada dapat dilaksanakan dengan
efektif.
d. Prosedur Kerja yang Jelas
Prosedur dalam bekerja tentu haruslah jelas seperti program yang
digunakan dan bagaimana cara menjalankannya serta perangkat yang
menggerakkan prosedur tersebut harus tersusun secara sistematis agar tidak
terjadi sebuah kesalaha tekni dikemudian hari.
e. Arah yang Jelas
Yang dimaksudkan disini adalah arah atauun tujuan itu sendiri. Dalam hal
penanganan kemiskinan tentu berarah pada pembangunan dan pemberdayaan
penduduk agar dapat menjadi mandiri dan berkembang serta keluar dari zona
kemiskinan.
Sehingga dalam mengurus fakir miskin, terlebih dahulu harus ditentukan
masalah yang akan dihadapi, misalnya mengurusi masalah fakir miskin dan
kemudian mewujudkan tujuan pasalnya, menjadi penduduk tertentu yang
mendapat tempat dengan golongan masyarakat miskin dan Selanjutnya tahap-
tahap pelaksanaan seperti pengumpulan informasi, konfirmasi, sosialisasi dan
penilaian kemudian, pada saat itu, metodologi kerja yang jelas seperti tujuan
utama program serta program yang sebenarnya dan kemudian tujuan yang
wajar untuk menghilangkan kemiskinan.

3. Teori Implementasi Kebijakan


Eksekusi strategi pada tingkat krusial adalah cara sistem mencapai tujuannya.
Untuk melaksanakan teknik publik, ada dua pilihan langkah, yaitu melaksanakannya
secara langsung sebagai sebuah program atau melalui pengertian rencana permainan
bawahan atau tambahan dari prosedur publik. Rangkaian eksekusi strategi dapat
dilihat dengan jelas, mulai dari program, pelaksanaan, dan latihan. Model
menyesuaikan komponen khas dalam administrasi, terutama area terbuka papan.
Pendekatan-pendekatan ditentukan sebagai proyek-proyek yang kemudian direduksi
menjadi proyek-proyek, yang terakhir ditunjukkan dalam latihan, terlepas dari apakah
diselesaikan oleh otoritas publik, daerah setempat atau dalam upaya bersama antara
otoritas publik dan daerah setempat.
Eksekusi strategi publik sebagai kegiatan dalam pilihan masa lalu. Kegiatan-
kegiatan ini menggabungkan upaya untuk mengubah pilihan menjadi kegiatan
fungsional dalam jangka waktu tertentu seperti halnya melanjutkan dengan upaya
untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang ditentukan oleh pilihan strategi yang
dibuat oleh asosiasi terbuka yang dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dari klarifikasi di atas, dapat diduga bahwa eksekusi strategi tidak akan
dimulai sebelum tujuan dan tidak ditetapkan atau dikenali oleh pilihan strategi. Jadi,
eksekusi adalah suatu rangkaian latihan yang diselesaikan oleh penghibur yang
berbeda sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan
atau sasaran dari pendekatan yang sebenarnya.

4. Strategi Penanganan dan Pemberdayaan Fakir Miskin


Setiap negara pasti memiliki penduduk yang miskin dan berada di bawah gaya
hidup dari segi keuangan, termasuk Indonesia, yang mana hal ini harus
dipertahankan. Pada tahun 2008 Pendeta Perencanaan untuk Bantuan Pemerintah
Perorangan mengorganisir berbagai rencana untuk mengatasi kemiskinan di
Indonesia, khususnya Proyek Penguatan Wilayah Lokal. Mempertimbangkan bahwa
ada dua jenis kemelaratan, khususnya kemelaratan langsung dan kemelaratan relatif,
spesialis publik perlu mengembangkan metodologi, prosedur, dan tugas yang jelas
untuk mengurangi kedua jenis kemelaratan ini. Persyaratan segera harus dilihat
sebagai kebutuhan, yang bersifat darurat dan mengantisipasi bahwa reaksi jangka
pendek harus menengah, berpendapat bahwa pada umumnya masalah yang dialami
tidak praktis dan membutuhkan usaha yang belum dikembangkan. Mitigasi kebutuhan
langsung biasanya diupayakan melalui pendekatan-pendekatan yang bersifat
pemulihan sosial (restorasi sosial, krisis, program tunai) dan penguatan moneter.
Untuk sementara, pelonggaran kebutuhan relatif membutuhkan pendekatan,
metodologi, dan proyek yang dapat diandalkan selama mungkin, karena mereka
diidentifikasikan dengan mengubah dan menjaga pemerataan pembayaran. Badan
publik, melalui Badan Perencanaan Bantuan Pemerintah Perorangan, memberikan
rancangan program pengurangan kemiskinan yang dirangkai menjadi tiga kelompok,
yaitu Bantuan Ramah dan Pengamanan, Penguatan Kelompok Rakyat, dan Penguatan
Miniatur dan Usaha Kecil.

5. Pengertian Fakir Miskin Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011


Pemerintah Indonesia telah memberikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang kebutuhan pengentasan. Berurusan dengan mereka yang tidak berdaya,
tindakan ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia. Dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Perlakuan Terhadap Orang Miskin, tidak ada
pemberitahuan khusus mengenai pedoman bagi orang miskin. Dalam rencana umum
Pasal 1 dinyatakan bahwa orang miskin adalah orang-orang yang tentu saja tidak
memiliki upah apapun dan memiliki mata pencaharian yang baik namun tidak dapat
mengatasi masalah-masalah penting yang dapat diterima oleh keberadaan dirinya dan
keluarga mereka.
Merawat orang miskin adalah pekerjaan yang melibatkan, menyeluruh dan sulit
oleh otoritas publik, pemerintah lingkungan dan perbaikan yang layak untuk
memungkinkan daerah setempat sebagai strategi, rencana dan latihan, bantuan dan
kantor untuk memenuhi kebutuhan penting setiap penduduk. Berurusan dengan orang
miskin harus didasarkan pada hak-hak sipil, non-segregasi, kemanusiaan, bantuan
pemerintah, ketergantungan kawanan, dan penguatan.

6. Kemiskinan
Menurut Oscar Lewis kelompok orang-orang miskin itu memiliki budaya
kemiskinan tersendiri, yang meliputi karakteristik Psikologis Sosial, dan Ekonomi.
Liberal melihat kemanusiaan sebagai makhluk yang baik, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah adaptasi terhadap kenyataan dan situasi
lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang sempit. Radikal mereka
mengabaikan budaya kemiskinan, tetapi menekankan pada peran struktur ekonomi,
Politik dan masyarakat, dan pandangan bahwa manusia itu biologis kerjasama,
produksi dan inovasi.
Kajian Chambers melihat kemiskinan lebih dari perspektif kemiskinan. Orang
miskin sendiri memiliki perangkap perampasan, tetapi gedung pertemuan itu sendiri
tidak jelaskan penyebab jebakan kemiskinan. Menggabungkan dua perspektif
eksternal orang miskin, dua puluh tiga kembangkan lima elemen trapping yang
dikemukakan oleh Cames yaitu:
1. kemiskinan itu sendiri
2. kerapuhan
3. keterasingan
4. kerentanan
5. tidak berdaya

a. Jenis-Jenis Kemiskinan
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya karena kekurangan uang Tingkat
pendapatan rendah, perlakuan tidak adil hukum, kerentanan Memerangi ancaman
kejahatan tidak membantu menentukan jalannya Hidupnya sendiri. Ada empat
bentuk kemiskinan, yaitu:
a. Kemiskinan Absolut, Kondisi seseorang untuk memiliki penghasilan
Di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan Makanan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan
pendidikan Perlu hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan Relatif, Kondisi buruk karena pengaruh kebijakan Belum
mencapai perkembangan seluruh komunitas Menyebabkan
ketimpangan pendapatan.
c. Kemiskinan Kultual, Mengacu pada sikap seseorang atau Faktor
budaya (seperti keengganan untuk menerima) Berusaha meningkatkan
taraf hidup, kemalasan, pemborosan, tidak ada kreativitas Meskipun
bantuan dari luar.
d. Kemiskinan Stuktur, Mengacu pada sikap seseorang atau Faktor b
udaya (misalnya keengganan untuk menerima) Berusaha
meningkatkan taraf hidup, kemalasan, pemborosan, tidak ada
kreativitas Meskipun ada bantuan dari luar.

Kemiskinan memiliki penanda tertentu sebagai penduduk tak berdaya,


garis kebutuhan dan tingkat kebutuhan. orang miskin adalah orang miskin adalah
orang biasa Konsumsi modal bulanan per kapita berada di bawah garis kebutuhan
orang miskin di suatu tempat yang berarti jumlah orang yang membutuhkan
diingat untuk tempat ini. Sedangkan Garis Kemiskinan Garis kemiskinan
merupakan gambaran nilai rupiah dari kebutuhan pokok untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan identik dengan 2.100 kalori per orang setiap hari, makanan
pokok bukan makanan.
Garis Kemiskinan Pangan (GK) = Garis Kebutuhan Pangan (GKM) +
Garis Kebutuhan Bukan Pangan (GKNM) Garis kebutuhan merupakan angka
yang datar. Dengan asumsi tingkat gaji orang-orang tertentu berada di bawah
garis kemiskinan, sehingga jumlahnya tidak mencukupi kehidupan dasar ini
disebut kemiskinan total. Ide penting dari memperkirakan kebutuhan
diidentifikasi dengan pengeluaran untuk kebutuhan mendasar dari kebutuhan
dasar individu untuk menjalankan kehidupan normal.
Persyaratan mendasar, termasuk keputusan kebutuhan esensial dari
kategori non-gizi. Jika Anda tidak dapat mengatur seseorang sebagai orang yang
tidak berdaya, Anda dapat menggunakan batas pengeluaran ini, atau disebut garis
kebutuhan. Selanjutnya tingkat kemelaratan (neediness level). Tingkat kebutuhan,
atau disebut proporsi kemungkinan, menggambarkan jumlah orang yang
membutuhkan di wilayah tertentu, ditentukan menggunakan persamaan tertentu,
menjelaskan tingkat populasi yang tinggal di bawah garis ini. Bandingkan ini
dengan yang miskin dalam suatu ruang, sedangkan yang miskin dalam suatu
ruang berada di bawah garis kebutuhan dalam suatu ruang.
b. Penyebab Kemiskinan
Menurut Nasikun dari Chriswardani Suryawati, beberapa sumber dan
Proses menuju kemiskinan yaitu:
a. Policy induces processes, Proses panduan kebijakan, Proses
mempertahankan kemiskinan, Salin melalui kebijakan penegakan,
yang meliputi Kebijakan anti-kemiskinan, tetapi hubungan ini
dipertahankan.
b. Socio-economic dualis, Negara-negara bekas jajahan mengalami
kemiskinan karena Ujian produksi kolonial, bahwa petani
termarjinalkan karena tanah Lahan paling subur dikuasai oleh petani
skala besar dan berorientasi ekspor.
c. Population growth, Menurut teori Malthus Pertumbuhan populasi
seperti pertumbuhan geometris, dan pertumbuhan pangan Misalnya
menghitung.
d. Reauces management and the environment, Kerusakan pengelolaan
dan lingkungan merupakan faktor pengelolaan yang buruk Sumber
daya alam dan lingkungan, seperti pengelolaan pertanian Asal mula
pemotongan akan menurunkan produktivitas.
e. Natural cycle and processes, Siklus dan Proses Alam Kemiskinan
terjadi karena siklus alam Misalnya jika turun hujan maka akan ada
banjir yang menghuni daratan itu Namun bila terjadi kekurangan air di
musim kemarau, hal itu mustahil produktifitas.
f. The marginalization of woman, Marjinalisasi perempuan karena
marjinalisasi perempuan Masih dianggap kategori kedua, jadi
kunjungan dan Imbalan untuk hasil kerja lebih rendah dari laki-laki.
g. Cultural and ethnic factors, Faktor etnik budaya, bekerjanya faktor
etnik budaya Menjaga kemiskinan. Misalnya, penggunaan pola
komsumtif dalam ritual adat Atau keyakinan agama.
h. Exploatif inetrmediation, Perantara eksploitatif, ada pembantu seperti
riba.
i. Inetranal political fragmentation and civil stratfe, Aturan Berlaku
untuk wilayah dengan perpecahan politik yang parah, bisa Menjadi
penyebab kemiskinan.
j. Interbational processe, Operasi sistem internasional (kolonialisme dan
Kapitalisme) memiskinkan banyak Negara.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Bank Dunia (2000), adanya lima
faktor yang mempengaruhi kemiskinan, secara spesifik; pendidikan, jenis
pekerjaan, orientasi seksual, masuk ke administrasi kesehatan. Miskin, tidak
mampu mengenyam pendidikan lanjutan. Hal ini diidentikkan dengan besarnya
biaya sekolah lain yang harus ditanggung. Konsumsi masih tinggi, seperti uang
tunai untuk buku dan perlengkapan sekolah.
Kemiskinan selalu dikaitkan dengan jenis pekerjaan tertentu, di Indonesia
Kemiskinan selalu diidentikkan dengan bidang usaha di bidang ini Bertani di
daerah pedesaan dan daerah santai di daerah metropolitan. Tingkat kebutuhan
yang tak terbantahkan membuat wilayah agraris tertunda di negara-negara yang
lebih berkembang. Hubungan antara kebutuhan dan jenis kelamin, kemelaratan
dan tingkat yang berbeda Ketidaktahuan, pengangguran, bekerja di area kasual
dan sudut pandang yang berbeda, penduduk perempuan memiliki status yang
lebih rendah Mengeksploitasi penduduk laki-laki. Hubungan antara kebutuhan
dan ketidakhadiran keragaman Memberikan dasar yang penting manfaat secara
langsung melalui pengaturan kesehatan yang lebih baik, pengajaran, transportasi,
komunikasi siaran, akses energi, dan administrasi sterilisasi.

7. Fungsi Negara
Negara memiliki empat kapasitas prinsip, khususnya 1) kapasitas menjaga kontrol
dan keamanan. Kapasitas ini sangat penting, terutama untuk mencegah bentrokan dan
pertanyaan antar warga. Kapasitas melakukan permintaan ini adalah untuk
mengkoordinasikan masyarakat sehingga kehidupan publik yang layak dibuat sesuai
dengan standar dan tujuan Negara. 2) kapasitas keberhasilan dan bantuan pemerintah
Setelah beberapa waktu, kapasitas ini menjadi semakin signifikan, terutama bagi
negara-negara yang berpegang teguh pada gagasan negara bantuan pemerintah.
Dalam kondisi seperti itu, negara harus berusaha agar individu dapat hidup dan
berhasil, terutama di bidang moneter dan sosial, salah satunya dengan membunuh
kemiskinan lokal. 3) kapasitas pengamanan dan pengamanan masyarakat, pekerjaan
perlindungan sangat mungkin merupakan fungsi utama. Kapasitas ini sangat penting
untuk menjaga potensi serangan dari luar, oleh karena itu negara memiliki komitmen
untuk mengamankan kerabat, domain dan pemerintahnya dari berbagai bahaya,
kesulitan, serangan, dan gangguan dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, sangat
penting bagi setiap negara untuk memiliki staf pengamanan dan keamanan publik
yang siap dan solid. 4) kapasitas kebutuhan pemerataan, kapasitas negara dilakukan
oleh kantor-kantor kuasa hukum, khususnya eksekutif hukum. Negara harus memiliki
opsi untuk menegakkan hukum dengan kokoh tanpa ada faktor kepentingan yang luar
biasa. Kapasitas negara untuk menegakkan keadilan bagi semua penduduk yang
mencakup semua bagian kehidupan melalui organisasi hukum di bidang politik,
moneter, sosial, perlindungan sosial dan publik, keamanan, dll.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian naturalistis karena penelitinya di lakukan
pada kondisi yang alamiah (natural setting) dan penelitian dilakukan pada obyek yang
alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada
obyek tertentu. Dalam penelitian kualitatif instrument penelitiannya adalah orang atau
human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri.
Pendekatan Penelitian yang akan diambil oleh peneliti adalah bersifat deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif yaitu para peneliti berusaha menggambarkan kegiatan
penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif karena yang akan di hasilkan nanti berupa data, tulisan,
dan tingkah laku yang dapat di amati secara langsung, dengan tujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti yaitu mencari data dengan langsung terjun kelapangan. yang mana dalam kasus ini
peneliti meneliti Peran Pemerintah Kota Banjarmasin Terhadap Fakir Miskin yang mana
telah terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011.

B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Para Penyelenggara Peran Pemerintah Kota Banjarmasin terhadap Fakir Miskin yakni
Pemerintah Daerah Dinas Sosial Kota Banjarmasin
2. Penerima Bantuan Penanganan Miskin di Kota Banjarmasin

C. Jenis Dan Sumber Data


Jenis peneliti yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan (Field Reserch) yaitu
penelitian yang dilakukan secara efisien dan berbagai jenis informasi yang diidentifikasi
dengan masalah yang dibahas dilakukan dengan sengaja dan berbagai jenis informasi
yang diidentifikasi dengan masalah yang diperiksa.
Adapun sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini nantinya adalah:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen yang mana
menjelaskan angka kemiskinan baik berupa peningkatan maupun penurunan. Juga
melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak Dinas Sosial kota
Banjarmasin, pihak Kecamatan Kota Banjarmasin, Pihak Kelurahan Kota
Banjarmasin, Ketua RT di Kelurahan Banjarmasin dan juga para penerima bantuan
penanganan fakit miskin dalam wilayah Kota Banjarmasin.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diteliti
berupa laporan tertulis yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam proses
penelitian nantinya Maupun Buku-Buku, Jurnal serta Informasi dari Media
Terpercaya yang mana dalam penelitian ini menggunakan data yang berkaitan dengan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir miskin.

D. Metode pengumpulan data


1. Observasi
Observasi Dalam Penelitian ini observasi adalah Observasi yang dibuat baik
secara langsung atau dengan implikasi disertakan. Sebagai strategi pengumpulan
informasi, ia memiliki kualitas eksplisit dibandingkan dengan prosedur lain, terutama
memiliki kemampuan untuk berbicara dengan semua yang terkait dengan penelitian,
tidak terbatas pada individu, tetapi juga hal-hal biasa lainnya. Spesialis memanfaatkan
teknik non-anggota dalam melengkapi persepsi di mana ilmuwan tidak langsung
terlibat dengan segala sesuatu yang dialami oleh objek pemeriksaan. Persepsi
langsung dengan melakukan kunjungan lapangan ke tujuan investigasi kontekstual,
para ahli membuka pintu untuk persepsi langsung, menerima bahwa kekhasan
premium tidak otentik. semua hal dipertimbangkan, beberapa penghibur yang berlaku
atau kondisi ekologi sosial dapat diakses untuk Observasi.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai prosedur pengumpulan informasi, dalam hal analis
mengarahkan laporan primer untuk menemukan masalah yang harus dieksplorasi, dan
selanjutnya dengan asumsi spesialis perlu mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih dalam dan luar dan jumlah responden sedikit atau sedikit. Responden yang akan
ditemui adalah Top Perlakuan Masyarakat Miskin, Bansos Kota Banjarmasin,
Sekretaris Bansos Kota Banjarmasin, Wilayah Banjarmasin, Kota Banjarmasin, Ketua
RT Kota Banjarmasin dan selanjutnya penerima manfaat bantuan Banjarmasin Kota.
Dalam memimpin rapat, ahli menggunakan rapat (wawancara semi terstruktur)
dimana dalam prosesnya analis tidak menggunakan aturan dalam rapat melainkan
memimpin wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang langsung
diidentifikasikan dengan fokus yang akan direnungkan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data-data mengenai halhal atau
variable mengenai catatan, transkip, buku-buku, surat kabar majalah dan sebagainya.
Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data yang bersumber pada
dokumentasi tertulis sesuai dengan keperluannya penelitian.

E. Teknik Analisis data


Analisis data merupakan proses agar dapat di interpretasi. Penyusunan data berarti
klasifikasi data dengan pola, tema atau kategori tertentu. Setiap penafsiran data akan
memberikan makna pada analisis. Langkah utama dalam analisis data adalah
pengumpulan data, perbaikan kerangka data sehingga lebih akurat, penyusunan unsur-
unsur data yang lemah secara empiris sehingga lebih bermakna, reinterpretasi data
melalui hubungan-hubungan dan akurasi hubungan antar data, melakukan perubahan
yang mengarah pada pengumpulan guna mempermudah pelaksanaan penelitian
berikutnya.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisi data kualitatif. Reduksi data
adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat di ambil. Reduksi tidak perlu di artikan sebagai kuantifikasi data.
2. Penyajian Data (DisplayData)
Penyajian data merupakan salah satu teknik analisis data kualitatif. Penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif
berupa teks naratif (bentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan. Setelah mendapatkan data yang di perlukan maka kemudian
peneliti mengambil sebuah kesimpulan berdasarkan data yang di dapat dengan
melakukan proses re-check kembali yang dilakukan selama penelitian dengan cara
mencocokkan data dengan catatan- catatan yang telah dibuat peneliti dalam
melakukan penarikan simpulan-simpulan awal. Karena pada dasarnya tujuan
sementara diambil dari awal bermacam-macam informasi. Informasi yang diperiksa
akan digunakan sebagai alasan untuk membuat kesimpulan. Ujung-ujung yang
mendasari yang telah digambar diperiksa sekali lagi (konfirmasi) pada catatan yang
telah dibuat oleh analis dan kemudian mengarah ke ujung yang kuat. Akhir adalah
substansi dari efek samping review yang menggambarkan penilaian terakhir ilmuwan.
Tujuan ini diandalkan sebagai jawaban atas pusat eksplorasi yang sudah
direncanakan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Kota Banjarmasin


1. Keadaan Geografis
Kota Banjarmasin adalah sebuah kabupaten yang juga merupakan ibu kota dari
wilayah Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu
Sungai ini memiliki luas wilayah 98,46 km² yang domainnya berupa delta atau
kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 pulau kecil (delta) yang terisolasi oleh jalur
perairan antara lain Pulau Selamat Tinggal, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling,
Pulau Insan, Pulau Bloom, Pulau Bromo dan lain-lain. Berdasarkan informasi Dinas
Tenaga Kerja Rumah Tahun 2020, Kota Banjarmasin berpenduduk 671.690 jiwa
dengan ketebalan 6.822 jiwa/km². Ruang metropolitan Banjarmasin, khususnya
Banjar Bakula, berpenduduk sekitar 1,9 juta jiwa. Berikutnya adalah ikhtisar sub-
lokal dan sub-wilayah/kota di Kota Banjarmasin, Wilayah Kalimantan Selatan,
Indonesia. Kota Banjarmasin memiliki 5 sublokal dan 52 kota metropolitan. Adapun
rundown sub-lokal dan sub-wilayah di Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
2. Keadaan Demografis
Kota Banjarmasin adalah sebuah kabupaten yang juga merupakan ibu kota dari
wilayah Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu
Perairan memiliki luas wilayah 98,46 km² yang wilayahnya merupakan delta atau
kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 pulau kecil (delta) yang diisolasi oleh aliran
sungai antara lain Pulau Selamat Tinggal, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling,
Pulau Insan, Pulau Blossom, Pulau Bromo dan lain-lain.
3. Sejarah kota Banjarmasin
Kehidupan di Kota Banjarmasin tidak dapat dipisahkan dari Perairan Barito dan
pengumpannya. Banjarmasin sudah sejak lama menjadi bagian penting dalam lalu
lintas antar pulau, karena terletak pada konversi jalur perairan Barito dan Martapura
yang lebar dan dalam. Terletak 22 km dari Samudera Jawa, sungai-sungai ini
tentunya dapat dilalui oleh kapal-kapal besar sehingga kapal-kapal laut dapat
berlabuh seperti di Kota Banjarmasin.
Pada zaman Belanda, Banjarmasin berubah menjadi pelabuhan lintas dan pintu
keluar bagi seluruh Mangkuk Perairan Barito dan merupakan pelabuhan perjalanan
kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa menuju pantai timur Kalimantan.
Barang-barang Timberland seperti rotan, pitch, kapur barus, elastis, telur bebek,
produk organik, barang anyaman rotan, serta batu permata dan permata. Produk yang
masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari beras, ikan asin, cina, minyak lampu,
garam, besi dan lain-lain. Sementara itu, bisnis penciptaan yang bertempat dengan
penduduk Eropa yang terdiri dari Banjarmasin sekitar kemudian terdiri dari Pabrik
Es, galangan kapal kecil yang diklaim oleh Borneo, Mij Industry and Exchange
diawasi oleh Borneo Soernatra Handel Mij, Heiinnenman and Co, dan Cabang Kantor
Javasche Bank en Factorij.
Saat itu Banjarmasin melakukan pengiriman biasa dan langsung dengan Sampit,
Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara
Teweh dan Kuala Kapuas dan luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Wilayah Banjarmasin pada awalnya adalah sebuah kota bernama "Banjarmasih"
(terletak di bagian utara Banjarmasin). Pada tahun 1606 VOC-Belanda pertama kali
berkunjung ke Banjarmasin, yang saat itu masih berada di muara perairan Kuin.
Komunitas urban yang terkenal di pulau Kalimantan pada pertengahan abad ke-18
adalah Borneo (Brunei City), ormata, Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan
Magma (Lawai). Pada tahun 1747, VOC Belanda mendapatkan Pulau Selamat
Tinggal (Banjarmasin Barat) yang menjadi pusat kota Banjarmasin sejak saat itu
hingga ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1809. Pada tahun 1812 Inggris
melibatkan Banjarmasin dan mengembalikannya kepada Belanda pada tahun 1817.
Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin Timur sebenarnya tetap merupakan
daerah pemerintahan asli di bawah Penguasa Banjar yang berkedudukan di istana
Martapura (kediaman kerajaan negara) sampai diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826.
Pada tahun 1849, Banjarmasin ( Goodbyes Island) berubah menjadi ibu kota Divisi
Selatan dan Timur Kalimantan. Sekitar saat itu rumah Penghuni terletak di Kota
Amerong kebalikan dari kediaman pribadi kerajaan Raja di Kota Dataran Tinggi
Sungai yang terisolasi oleh aliran Martapura.
Kehidupan di Kota Banjarmasin tidak dapat dipisahkan dari Perairan Barito dan
pengumpannya. Banjarmasin sudah sejak lama menjadi bagian penting dalam lalu
lintas antar pulau, karena terletak pada konversi jalur perairan Barito dan Martapura
yang lebar dan dalam. Terletak 22 km dari Samudera Jawa, sungai-sungai ini
tentunya dapat dilalui oleh kapal-kapal besar sehingga kapal-kapal laut dapat
berlabuh seperti di Kota Banjarmasin. Pada zaman Belanda, Banjarmasin berubah
menjadi pelabuhan lintas dan pintu keluar bagi seluruh Mangkuk Perairan Barito dan
merupakan pelabuhan perjalanan kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa
menuju pantai timur Kalimantan. Barang-barang Timberland seperti rotan, pitch,
kapur barus, elastis, telur bebek, produk organik, barang anyaman rotan, serta batu
permata dan permata. Produk yang masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari beras,
ikan asin, cina, minyak lampu, garam, besi dan lain-lain.
Sementara itu, bisnis penciptaan yang bertempat dengan penduduk Eropa yang
terdiri dari Banjarmasin sekitar kemudian terdiri dari Pabrik Es, galangan kapal kecil
yang diklaim oleh Borneo, Mij Industry and Exchange diawasi oleh Borneo Soernatra
Handel Mij, Heiinnenman and Co, dan Cabang Kantor Javasche Bank en Factorij.
Saat itu Banjarmasin melakukan pengiriman biasa dan langsung dengan Sampit,
Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara
Teweh dan Kuala Kapuas dan luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Wilayah Banjarmasin pada awalnya adalah sebuah kota bernama "Banjarmasih"
(terletak di bagian utara Banjarmasin). Pada tahun 1606 VOC-Belanda pertama kali
berkunjung ke Banjarmasin, yang saat itu masih berada di muara perairan Kuin.
Komunitas urban yang terkenal di pulau Kalimantan pada pertengahan abad ke-18
adalah Borneo (Brunei City), ormata, Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan
Magma (Lawai). Pada tahun 1747, VOC Belanda mendapatkan Pulau Selamat
Tinggal (Banjarmasin Barat) yang menjadi pusat kota Banjarmasin sejak saat itu
hingga ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1809. Pada tahun 1812 Inggris
melibatkan Banjarmasin dan mengembalikannya kepada Belanda pada tahun 1817.
Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin Timur sebenarnya tetap merupakan
daerah pemerintahan asli di bawah Penguasa Banjar yang berkedudukan di istana
Martapura (kediaman kerajaan negara) sampai diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826.
Pada tahun 1849, Banjarmasin ( Goodbyes Island) berubah menjadi ibu kota Divisi
Selatan dan Timur Kalimantan. Sekitar saat itu rumah Penghuni terletak di Kota
Amerong kebalikan dari kediaman pribadi kerajaan Raja di Kota Dataran Tinggi
Sungai yang terisolasi oleh aliran Martapura.
Awal mula nama Kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang Kota
Banjarmasin. Sekitar kemudian dikenal nama istilah Banjarasih. Nama ini diambil
dari nama salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam berdirinya Kerajaan Banjar,
tepatnya Patih Masih, yang berasal dari Kota Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju
berarti orang Melayu atau orang Kampung Melayu. Kota Oloh Masih inilah yang
kemudian menjadi Kota Banjarasih. Patih Masih bersama beberapa Patih lainnya
sepakat untuk memilih Berdaulat Samudera di atas segalanya. Semudera Berdaulat ini
adalah anak dari Alam Daha yang diasingkan dan diasingkan di kota Oloh Masih.
Sejak saat itu wilayah Banjar dibingkai. Samudera yang berdaulat kemudian, pada
saat itu, menaklukkan Muara Bahan dan alam kecil lainnya serta jalur air sebagai
pusat pertukaran pada saat itu.
Majunya wilayah Banjar benar-benar mengecewakan kekuatan Penguasa
Tumenggung, penguasa Daha yang juga paman dari Penguasa Samudera. Jadi ada
penyusupan oleh Daha. Konflik yang berkepanjangan membuat Penguasa Samudera
terdesak, dan meminta Kerajaan dari Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama
dan terbesar di Nusantara. Demak siap membantu kerajaan Banjar, tergantung pada
prasyarat bahwa tuan dan kerabatnya masuk Islam. Pengan Samudera setuju dan
angkatan bersenjata Demak menemani Khatib Dayan yang kemudian mengubah
orang Banjar menjadi Islam. Sejak saat itu Penguasa Samudera berganti nama
menjadi Raja Suriansyah.
4. Jumlah Fakir Miskin Di Kota Banjarmasin
Destitution is a typical peculiarity experienced by many individuals because of
the absence of essential requirements, absence of responsibility for in different
districts, hardships in getting instruction and work are the reasons for neediness.
Different government preventive measures have killed destitution in different ways,
Smashing the degree of needy individuals in the locale.
Dibawah ini total jumlah Miskin Di Kota Banjarmasin :

B. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 merupakan pedoman yang mengatur


upaya penanggulangan kemiskinan oleh otoritas publik. Yang bermaksud untuk
mengamankan seluruh negeri Indonesia dan seluruh negeri Indonesia, memajukan
bantuan pemerintah umum dan mengajarkan kehidupan negara. Hal ini sesuai dengan
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
membaca:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.

Untuk memahami tujuan tersebut, salah satunya dengan menyukseskan setiap


warganya dari kemelaratan. Selama ini, dalam upaya menangani kebutuhan, premis yang
sah saat ini bersifat fraksional, yang memerlukan pedoman khusus dalam mengatur hal
ini. Dengan amanat Undang-Undang ini yang telah disahkan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono pada tanggal 18 Agustus 2011 diyakini akan memberikan pengaruh
dan pedoman yang tepat dengan tujuan akhir untuk mensejahterakan daerah secara wajar.

C. Dinas Sosial Kota Banjarmasin


1. Peran Dinas Sosial Kota Banjarmasin
Bansos merupakan dinas administrasi yang diharapkan dapat menyelesaikan
tugas-tugas pemerintah dalam upaya bantuan pemerintah yang bersahabat. Sesuai
Pasal 26 Perda Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Landasan
Perkumpulan dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin: Dinas Sosial dan
Pekerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan keluarga provinsi dan tugas
pembantuan di bidang peningkatan bantuan sosial pemerintah, pemulihan sosial,
peningkatan bantuan pemerintah sosial dan peningkatan angkatan kerja. Dalam
melakukan tugasnya, Bantuan Sosial dibantu oleh tenaga ahli yang ramah.
Buruh Sosial adalah Pejabat Unik dari Dinas Partai yang memiliki kemampuan
dan perasaan luar biasa dalam bidang usaha bantuan sosial pemerintah. Buruh Sosial
adalah Pekerja Pemerintah (PNS) yang diberi tugas untuk menyelesaikan Latihan
Usaha Bantuan Pemerintah Sosial secara penuh oleh pejabat yang berwenang di
dalam Badan Pelayanan Perkumpulan dan Bantuan Sosial Pemerintah pada
Organisasi yang berbeda (Pasal 1 Surat Pernyataan Pendeta Partai No. 4 Tahun 1988),
Berdasarkan pedoman tersebut, Bansos Kota Banjarmasin mempunyai prinsip usaha
menyelesaikan masalah keluarga provinsi dan membantu bidang Peningkatan
Informasi dan Data Bantuan Pemerintah Ramah, bidang Jaminan, Pensiun Federal
dan Kemiskinan Mengurus , di bidang pemulihan sosial, dan di bidang penguatan.

D. Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Banjarmasin


Dibawah ini Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Banjarmasin :
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Karya Ilmiah ini dapat di Tarik kesimpulan bahwa :
1. Peduli Masyarakat Miskin sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
memiliki tahapan mulai dari pengumpulan informasi, penjaminan, penanganan.
Selanjutnya otoritas publik sebagai daya dorong utama negara bertanggung jawab
sepenuhnya atas bantuan pemerintah kepada individu-individu. Perlakuan bantuan
yang diberikan tergantung pada wilayah, misalnya wilayah metropolitan,
pedesaan, pedesaan, garis dan tepi laut. Kemudian, pada saat itu, jenis bantuan
juga dialihkan, seperti PKH, BPNT, BPIT, KIP, KIS, Redesain Rumah, UMKM,
persiapan dan permodalan, LPG, pendidikan, kesejahteraan, bantuan sosial dan
bantuan halal. Penerima dilihat dari satu perspektif, tetapi juga dilihat dari banyak
sudut pandang, seperti jumlah sumber daya, jumlah keluarga, kondisi keluarga,
anak-anak, lingkungan sehari-hari, bisnis, dan gaji.
2. Pelaksanaan pengobatan orang tidak berdaya yang telah selesai dilakukan sesuai
dengan pedoman atau spesifikasi yang ada, khususnya bergantung pada Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2011 namun dengan komponen alternatif, misalnya
pemenuhan gizi bagi masyarakat miskin yang diedarkan melalui BPNT ,
penyuluhan melalui KIP, kesejahteraan melalui KIS, permodalan melalui UKM
dan persiapan dengan asumsi seseorang perlu memulai bisnis namun tidak
memiliki biaya dan informasi. Eksekusi telah selesai sesuai dengan pengaturan
apakah itu masalah, sasaran, sistem, dan judul.
3. Hambatan yang terlihat pada Bantuan Sosial adalah adanya keinginan bersama
antar daerah, khususnya kecenderungan untuk layak mendapatkan bantuan namun
belum mendapatkan bantuan, sedangkan individu yang mendapatkan bantuan
dianggap memiliki kemampuan baik secara materi maupun secara nyata.
Bagaimanapun, untuk mengatasi hal ini, pihak sekolah membaur agar keberatan
dapat disampaikan kepada RT, Kelurahan, Babimkamtibmas, Kelompok
Masyarakat dan Perintis Standar, hingga TKSK di masing-masing Daerah agar
bisa dibicarakan di MUSKEL yang akan diadakan.
B. Saran
1. Untuk masyarakat, jangan berharap banyak dari sebaran bantuan yang diberikan oleh
otoritas publik, apalagi dengan asumsi kita bisa menafkahi keluarga kita atau kondisi
kita cukup dengan tujuan agar orang miskin dapat mengambil keuntungan dari
penyampaian bantuan yang diberikan oleh otoritas publik.
2. Penerima bantuan seharusnya tidak bergantung pada bantuan otoritas publik, tetapi
harus terus berusaha mencari pekerjaan yang menguntungkan atau terus mengasah
kemampuannya sehingga mereka dapat membuat dan mensukseskan keluarga mereka
dengan tujuan dapat membantu jaringan lain yang tidak berdaya.
3. Bagi otoritas publik atau administrasi sosial untuk lebih spesifik dan lebih dinamis
dalam berbaur dimana daerah dapat merengek dengan asumsi ada masalah
sehubungan dengan bantuan yang didapat sehingga daerah lebih memperhatikan
perkembangan keluhan pada kualifikasi bantuan sehingga penerima manfaat akan
lebih terfokus pada. Sehingga bantuan sosial tersebut memberikan persetujuan kepada
individu yang dapat memperoleh bantuan dan tidak menolaknya sebagai kewenangan
untuk memberikan bantuan kepada individu lain yang membutuhkan agar negara
dapat dibantu bantuan pemerintah daerah setempat. Terlebih lagi mengembangkan
koordinasi antar tingkat pemerintahan agar siklus pemerolehan informasi dapat
berjalan dengan baik dan dapat membantu daerah secara lebih mendasar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Arif Widianto, Menjembatani Akses Masyarakat Miskin pada Pelayanan Kesehatan
Melalui Institusi Lokal, Jurnal Sosiologi Reflektif, Volum 8, No 1, 2013

Criswardani Suryawati, Memahami Kemiskinan Secara Multi dimensional. Jurnal Pembangunan

Daerah, Volume 8, No 03, 2005

Jizrel, Tanggung jawab pemerintah terhadap Fakir Miskin di Indoneisa Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2011, Lex Admidtratum, Vol 2, Nomor 1, 2014

Marito Sihaputar, Perlindungan Hukum Terhadap Fakir Miskin Berdasarkan UndangUndang


Nomor 13 tahun 2011 Universitas Islam Negeri Sumatra Utara, 2020.

Muhtadi Ridwan, Geliat Ekonomi Islam, Malang, UIN Maliki Press, 2011. Muhammda Zamroji,
Perlindungan terhadap gelandangan, Pengemis, Fakir, Miskin dan Anak terlantar
dalam p erspektif Hukum Positif dan Hukum Islam, Skripsi, Prodi Hukum keluarga,
fakultas syariah, institute Agama Islam Negeri Tulung Agung, 2015.

Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012. Oscar
Lewis, Kebudayaan Kemiskinan dalam Kemiskinan di Perkotaan, di edit oleh parsudi
Suparla, Jakarta, Sinar Harapan Yayasan Obor, 1983

Sartika Intaning Pradhani, Konsepsi Manusia Indonesia dalam Perspektif Ideologi Hukum
Indonesia, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 30, Nomor 1, 2018 Siswanto
Sunarno,Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika 2012.

Sri Iryani, Penanganan fakir miskin di desa Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar menurut
peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2012, Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND, Bandung, Alfabeta, 2010 Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Reneka Cipta,
1991
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta CV, 2004. Umar Nain, Pembangunan
Desa dalam Perspektif Sosio Historis, Makassar, Garis Khatulistiwa, 2019.

Vheny Michele, RoLasut, Herry F. Tuwaidan, Perlindungan hukum terhadap fakir miskin
berdasarkan undang-undang Nomor 13 tahun 2011 tentan penanganan fakir miskin,
Jurnal Hukum, Vol 8, Nomor 3, 2020

Undang - undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

Undang -undang RI NO.13 Tahun 2011 Tentang penanganan Fakir miskin

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_Kota_Banjarmasin

https://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2012/10/sejarah-kota-banjarmasin.html

https://banjarmasinkota.bps.go.id/indicator/23/102/1/jumlah-penduduk-miskin.html

Anda mungkin juga menyukai