Contoh Penulisan Karya Ilmiah Adm Negara
Contoh Penulisan Karya Ilmiah Adm Negara
KARYA ILMIAH
OLEH :
AHMAD FAISYAL
030946647
ahmad.faisyal292@gmail.com
Abstrak
Tujuan Karil ini adalah 1. Untuk mengetahui peran pemerintah Kota Banjarmasin
terhadap Fakir Miskin berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2011. 2. Untuk
mengetahui Implementasi Undang-Undang No.13 tahun 2011 sudah berjalan dengan
semestinya atau tidak di Kota Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi
pemerintah dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin menurut Undang-Undang No.13
tahun 2011 di Kota Banjarmasin.. Teknik yang digunakan dalam tinjauan ini
menggunakan metode penelitian Kualitatif. Sedangkan Pendekatan Penelitian yang akan
diambil oleh peneliti adalah bersifat deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu para
peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu
secara jelas dan sistematis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena yang
akan di hasilkan nanti berupa data, tulisan, dan tingkah laku yang dapat di amati secara
langsung, dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti yaitu mencari data dengan langsung terjun
kelapangan. yang mana dalam kasus ini peneliti meneliti Peran Pemerintah Kota
Banjarmasin Terhadap Fakir Miskin yang mana telah terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2011.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena dalam melakukan sitiap hal, Setiap orang memiliki hak yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pendidikan. Karena pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan. Setiap saat kita harus berhadapan dengan semua kemampuan
yang kita miliki. Dengan perubahan yang terus menerus, setiap orang harus selalu siap
sepenuhnya agar tidak menemui kesulitan dalam menghadapi perubahan apapun.
Dengan demikian maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Karya Ilmiah ini
guna mengetahui bagaimana penyaluran bantuan dan juga kendala yang dialami dalam
melaksanakan penyaluran bantuan di Kota Banjarmasin dengan judul “Peran
Pemerintah Kota Banjarmasin Terhadap Fakir Miskin Berdasarkan Undang-
Undang No 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pemerintah kota Banjarmasin terhadap Fakir Miskin berdasarkan
Undang-Undang No.13 tahun 2011?
2. Bagaimana Implementasi Undang-Undang No.13 tahun 2011 di Kota Banjarmasin?
3. Apa saja kendala implementasi Undang-undang No.13 tahun 2011 di Kota
Banjarmasin?
D. Batasan Masalah
Agar Karya Ilmiah ini tidak keluar dari jalur penelitian maka penulis membatasi dalam
benelitian ini yakni hanya membahas mengenai penanganan Fakir Miskin baik dalam
bentuk regulasi pada Undang-Undang No 13 Tahun 2011 dan juga implementasinya di
Kota Banjarmasin.
E. Kerangka Teoritis
1. Teori Perlindungan
1. Lindungi diri mereka dan keluarga mereka dari aktivitas yang dapat
membahayakan kesejahteraan, aktivitas publik, dan ekonomi mereka
2. Meningkatkan perhatian dan kekuatan sosial di mata public
3. Libatkan diri mereka untuk menjadi otonom dan bekerja pada tingkat
bantuan pemerintah mereka dan tertarik pada upaya pelonggaran
kebutuhan
4. Berusaha dan bekerja sesuai kapasitas untuk orang-orang yang memiliki
potensi
6. Kemiskinan
Menurut Oscar Lewis kelompok orang-orang miskin itu memiliki budaya
kemiskinan tersendiri, yang meliputi karakteristik Psikologis Sosial, dan Ekonomi.
Liberal melihat kemanusiaan sebagai makhluk yang baik, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah adaptasi terhadap kenyataan dan situasi
lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang sempit. Radikal mereka
mengabaikan budaya kemiskinan, tetapi menekankan pada peran struktur ekonomi,
Politik dan masyarakat, dan pandangan bahwa manusia itu biologis kerjasama,
produksi dan inovasi.
Kajian Chambers melihat kemiskinan lebih dari perspektif kemiskinan. Orang
miskin sendiri memiliki perangkap perampasan, tetapi gedung pertemuan itu sendiri
tidak jelaskan penyebab jebakan kemiskinan. Menggabungkan dua perspektif
eksternal orang miskin, dua puluh tiga kembangkan lima elemen trapping yang
dikemukakan oleh Cames yaitu:
1. kemiskinan itu sendiri
2. kerapuhan
3. keterasingan
4. kerentanan
5. tidak berdaya
a. Jenis-Jenis Kemiskinan
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya karena kekurangan uang Tingkat
pendapatan rendah, perlakuan tidak adil hukum, kerentanan Memerangi ancaman
kejahatan tidak membantu menentukan jalannya Hidupnya sendiri. Ada empat
bentuk kemiskinan, yaitu:
a. Kemiskinan Absolut, Kondisi seseorang untuk memiliki penghasilan
Di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan Makanan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan
pendidikan Perlu hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan Relatif, Kondisi buruk karena pengaruh kebijakan Belum
mencapai perkembangan seluruh komunitas Menyebabkan
ketimpangan pendapatan.
c. Kemiskinan Kultual, Mengacu pada sikap seseorang atau Faktor
budaya (seperti keengganan untuk menerima) Berusaha meningkatkan
taraf hidup, kemalasan, pemborosan, tidak ada kreativitas Meskipun
bantuan dari luar.
d. Kemiskinan Stuktur, Mengacu pada sikap seseorang atau Faktor b
udaya (misalnya keengganan untuk menerima) Berusaha
meningkatkan taraf hidup, kemalasan, pemborosan, tidak ada
kreativitas Meskipun ada bantuan dari luar.
Dalam laporan yang disampaikan oleh Bank Dunia (2000), adanya lima
faktor yang mempengaruhi kemiskinan, secara spesifik; pendidikan, jenis
pekerjaan, orientasi seksual, masuk ke administrasi kesehatan. Miskin, tidak
mampu mengenyam pendidikan lanjutan. Hal ini diidentikkan dengan besarnya
biaya sekolah lain yang harus ditanggung. Konsumsi masih tinggi, seperti uang
tunai untuk buku dan perlengkapan sekolah.
Kemiskinan selalu dikaitkan dengan jenis pekerjaan tertentu, di Indonesia
Kemiskinan selalu diidentikkan dengan bidang usaha di bidang ini Bertani di
daerah pedesaan dan daerah santai di daerah metropolitan. Tingkat kebutuhan
yang tak terbantahkan membuat wilayah agraris tertunda di negara-negara yang
lebih berkembang. Hubungan antara kebutuhan dan jenis kelamin, kemelaratan
dan tingkat yang berbeda Ketidaktahuan, pengangguran, bekerja di area kasual
dan sudut pandang yang berbeda, penduduk perempuan memiliki status yang
lebih rendah Mengeksploitasi penduduk laki-laki. Hubungan antara kebutuhan
dan ketidakhadiran keragaman Memberikan dasar yang penting manfaat secara
langsung melalui pengaturan kesehatan yang lebih baik, pengajaran, transportasi,
komunikasi siaran, akses energi, dan administrasi sterilisasi.
7. Fungsi Negara
Negara memiliki empat kapasitas prinsip, khususnya 1) kapasitas menjaga kontrol
dan keamanan. Kapasitas ini sangat penting, terutama untuk mencegah bentrokan dan
pertanyaan antar warga. Kapasitas melakukan permintaan ini adalah untuk
mengkoordinasikan masyarakat sehingga kehidupan publik yang layak dibuat sesuai
dengan standar dan tujuan Negara. 2) kapasitas keberhasilan dan bantuan pemerintah
Setelah beberapa waktu, kapasitas ini menjadi semakin signifikan, terutama bagi
negara-negara yang berpegang teguh pada gagasan negara bantuan pemerintah.
Dalam kondisi seperti itu, negara harus berusaha agar individu dapat hidup dan
berhasil, terutama di bidang moneter dan sosial, salah satunya dengan membunuh
kemiskinan lokal. 3) kapasitas pengamanan dan pengamanan masyarakat, pekerjaan
perlindungan sangat mungkin merupakan fungsi utama. Kapasitas ini sangat penting
untuk menjaga potensi serangan dari luar, oleh karena itu negara memiliki komitmen
untuk mengamankan kerabat, domain dan pemerintahnya dari berbagai bahaya,
kesulitan, serangan, dan gangguan dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, sangat
penting bagi setiap negara untuk memiliki staf pengamanan dan keamanan publik
yang siap dan solid. 4) kapasitas kebutuhan pemerataan, kapasitas negara dilakukan
oleh kantor-kantor kuasa hukum, khususnya eksekutif hukum. Negara harus memiliki
opsi untuk menegakkan hukum dengan kokoh tanpa ada faktor kepentingan yang luar
biasa. Kapasitas negara untuk menegakkan keadilan bagi semua penduduk yang
mencakup semua bagian kehidupan melalui organisasi hukum di bidang politik,
moneter, sosial, perlindungan sosial dan publik, keamanan, dll.
BAB II
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Para Penyelenggara Peran Pemerintah Kota Banjarmasin terhadap Fakir Miskin yakni
Pemerintah Daerah Dinas Sosial Kota Banjarmasin
2. Penerima Bantuan Penanganan Miskin di Kota Banjarmasin
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Karya Ilmiah ini dapat di Tarik kesimpulan bahwa :
1. Peduli Masyarakat Miskin sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
memiliki tahapan mulai dari pengumpulan informasi, penjaminan, penanganan.
Selanjutnya otoritas publik sebagai daya dorong utama negara bertanggung jawab
sepenuhnya atas bantuan pemerintah kepada individu-individu. Perlakuan bantuan
yang diberikan tergantung pada wilayah, misalnya wilayah metropolitan,
pedesaan, pedesaan, garis dan tepi laut. Kemudian, pada saat itu, jenis bantuan
juga dialihkan, seperti PKH, BPNT, BPIT, KIP, KIS, Redesain Rumah, UMKM,
persiapan dan permodalan, LPG, pendidikan, kesejahteraan, bantuan sosial dan
bantuan halal. Penerima dilihat dari satu perspektif, tetapi juga dilihat dari banyak
sudut pandang, seperti jumlah sumber daya, jumlah keluarga, kondisi keluarga,
anak-anak, lingkungan sehari-hari, bisnis, dan gaji.
2. Pelaksanaan pengobatan orang tidak berdaya yang telah selesai dilakukan sesuai
dengan pedoman atau spesifikasi yang ada, khususnya bergantung pada Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2011 namun dengan komponen alternatif, misalnya
pemenuhan gizi bagi masyarakat miskin yang diedarkan melalui BPNT ,
penyuluhan melalui KIP, kesejahteraan melalui KIS, permodalan melalui UKM
dan persiapan dengan asumsi seseorang perlu memulai bisnis namun tidak
memiliki biaya dan informasi. Eksekusi telah selesai sesuai dengan pengaturan
apakah itu masalah, sasaran, sistem, dan judul.
3. Hambatan yang terlihat pada Bantuan Sosial adalah adanya keinginan bersama
antar daerah, khususnya kecenderungan untuk layak mendapatkan bantuan namun
belum mendapatkan bantuan, sedangkan individu yang mendapatkan bantuan
dianggap memiliki kemampuan baik secara materi maupun secara nyata.
Bagaimanapun, untuk mengatasi hal ini, pihak sekolah membaur agar keberatan
dapat disampaikan kepada RT, Kelurahan, Babimkamtibmas, Kelompok
Masyarakat dan Perintis Standar, hingga TKSK di masing-masing Daerah agar
bisa dibicarakan di MUSKEL yang akan diadakan.
B. Saran
1. Untuk masyarakat, jangan berharap banyak dari sebaran bantuan yang diberikan oleh
otoritas publik, apalagi dengan asumsi kita bisa menafkahi keluarga kita atau kondisi
kita cukup dengan tujuan agar orang miskin dapat mengambil keuntungan dari
penyampaian bantuan yang diberikan oleh otoritas publik.
2. Penerima bantuan seharusnya tidak bergantung pada bantuan otoritas publik, tetapi
harus terus berusaha mencari pekerjaan yang menguntungkan atau terus mengasah
kemampuannya sehingga mereka dapat membuat dan mensukseskan keluarga mereka
dengan tujuan dapat membantu jaringan lain yang tidak berdaya.
3. Bagi otoritas publik atau administrasi sosial untuk lebih spesifik dan lebih dinamis
dalam berbaur dimana daerah dapat merengek dengan asumsi ada masalah
sehubungan dengan bantuan yang didapat sehingga daerah lebih memperhatikan
perkembangan keluhan pada kualifikasi bantuan sehingga penerima manfaat akan
lebih terfokus pada. Sehingga bantuan sosial tersebut memberikan persetujuan kepada
individu yang dapat memperoleh bantuan dan tidak menolaknya sebagai kewenangan
untuk memberikan bantuan kepada individu lain yang membutuhkan agar negara
dapat dibantu bantuan pemerintah daerah setempat. Terlebih lagi mengembangkan
koordinasi antar tingkat pemerintahan agar siklus pemerolehan informasi dapat
berjalan dengan baik dan dapat membantu daerah secara lebih mendasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Arif Widianto, Menjembatani Akses Masyarakat Miskin pada Pelayanan Kesehatan
Melalui Institusi Lokal, Jurnal Sosiologi Reflektif, Volum 8, No 1, 2013
Jizrel, Tanggung jawab pemerintah terhadap Fakir Miskin di Indoneisa Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2011, Lex Admidtratum, Vol 2, Nomor 1, 2014
Muhtadi Ridwan, Geliat Ekonomi Islam, Malang, UIN Maliki Press, 2011. Muhammda Zamroji,
Perlindungan terhadap gelandangan, Pengemis, Fakir, Miskin dan Anak terlantar
dalam p erspektif Hukum Positif dan Hukum Islam, Skripsi, Prodi Hukum keluarga,
fakultas syariah, institute Agama Islam Negeri Tulung Agung, 2015.
Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012. Oscar
Lewis, Kebudayaan Kemiskinan dalam Kemiskinan di Perkotaan, di edit oleh parsudi
Suparla, Jakarta, Sinar Harapan Yayasan Obor, 1983
Sartika Intaning Pradhani, Konsepsi Manusia Indonesia dalam Perspektif Ideologi Hukum
Indonesia, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 30, Nomor 1, 2018 Siswanto
Sunarno,Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika 2012.
Sri Iryani, Penanganan fakir miskin di desa Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar menurut
peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2012, Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND, Bandung, Alfabeta, 2010 Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Reneka Cipta,
1991
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta CV, 2004. Umar Nain, Pembangunan
Desa dalam Perspektif Sosio Historis, Makassar, Garis Khatulistiwa, 2019.
Vheny Michele, RoLasut, Herry F. Tuwaidan, Perlindungan hukum terhadap fakir miskin
berdasarkan undang-undang Nomor 13 tahun 2011 tentan penanganan fakir miskin,
Jurnal Hukum, Vol 8, Nomor 3, 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_Kota_Banjarmasin
https://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2012/10/sejarah-kota-banjarmasin.html
https://banjarmasinkota.bps.go.id/indicator/23/102/1/jumlah-penduduk-miskin.html