Anda di halaman 1dari 10

Nama : Andika Putra Hartono

NIM : F0222021
Manajemen A

RANGKUMAN MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN I

CHAPTER 4 DAN 5

4-1. Marketing Information and Customer Insights

Untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang bermakna
dengan mereka, pemasar pertama-tama harus mendapatkan wawasan yang segar dan mendalam
mengenai apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Kebutuhan dan motif pembelian
pelanggan sering kali tidak memberi tahu dengan jelas dan tepat apa yang mereka butuhkan dan
alasan mereka membeli.
A. Marketing Informasi and Today’s “Big Data”
Dunia pemasaran dipenuhi dengan penuh dengan informasi dari berbagai sumber
bukan hanya data yang dikumpulkan dari riset pemasaran perusahaan dan data transaksi
pelanggan internal, namun juga data real-time yang mengalir dari pemantauan media
sosial, perangkat yang terhubung, dan data digital lainnya.
Big Data adalah kumpulan data yang sangat besar dan kompleks yang dihasilkan
oleh teknologi pembuatan, pengumpulan, penyimpanan, dan analisis informasi yang
canggih saat ini. Bukannya kekurangan informasi, sebagian besar manajer pemasaran
kelebihan beban dengan data dan sering kali kewalahan karenanya.
Big data memberi pemasar peluang dan tantangan besar. Perusahaan yang secara
efektif memanfaatkan data yang melimpah ini dapat memperoleh wawasan pelanggan
yang kaya dan tepat waktu. Namun, mengakses dan memilah begitu banyak data adalah
tugas yang berat. Dengan demikian, pemasar tidak memerlukan informasi lebih lanjut;
mereka membutuhkan informasi yang lebih baik . Dan mereka perlu memanfaatkan
informasi yang mereka miliki dengan lebih baik.
B. Managing Marketing Information
Wawasan pelanggan adalah pemahaman dasar dalam pemasaran yang didukung
oleh informasi, dan nilai dari informasi pemasaran terletak pada penggunaannya untuk
menciptakan nilai, keterlibatan, dan hubungan pelanggan yang lebih baik. Perusahaan
perlu memiliki sistem informasi pemasaran (MIS) yang efektif untuk memberikan
informasi yang relevan pada waktu yang tepat kepada manajer, sehingga mereka dapat
memanfaatkannya untuk meningkatkan hubungan dan keterlibatan pelanggan. MIS
melibatkan orang dan prosedur yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan informasi,
mengembangkan informasi yang dibutuhkan, dan membantu pengambil keputusan dalam
menghasilkan wawasan yang berharga tentang pelanggan dan pasar.

4-2. Assessing Information Needs and Developing Data

A. Assessing Marketing Information Needs


Sistem informasi pemasaran terutama melayani pemasaran perusahaan dan
manajer lainnya. Namun, hal ini juga dapat memberikan informasi kepada mitra
eksternal, seperti pemasok, pengecer, atau agen layanan pemasaran. Sistem informasi
pemasaran yang baik menyeimbangkan antara informasi yang diinginkan pengguna
dengan apa yang benar-benar mereka butuhkan dan apa yang layak untuk ditawarkan.
Perusahaan harus memutuskan apakah nilai wawasan yang diperoleh dari informasi
tambahan sebanding dengan biaya penyediaannya, dan baik nilai maupun biaya seringkali
sulit untuk dinilai.
B. Developing Marketing Information
Internal data, banyak dari perusahaan membuat internal databases. Internal
databases adalah kumpulan informasi konsumen dan pasar yang diperoleh dari sumber
data dalam jaringan perusahaan. Basis data internal biasanya dapat diakses lebih cepat
dan lebih murah dibandingkan sumber informasi lainnya, namun juga menimbulkan
beberapa masalah. Karena banyak informasi internal yang sering dikumpulkan untuk
tujuan lain, informasi tersebut mungkin tidak lengkap atau dalam bentuk yang salah
untuk pengambilan keputusan pemasaran.
Competitive Marketing Intelligence, adalah pemantauan sistematis,
pengumpulan, dan analisis informasi yang tersedia untuk umum tentang konsumen,
pesaing, dan perkembangan lingkungan pemasaran. Tujuan dari competitive marketing
intelligence adalah untuk meningkatkan pengambilan keputusan strategis dengan
memahami lingkungan konsumen, menilai dan melacak tindakan pesaing, dan
memberikan peringatan dini tentang peluang dan ancaman.

4-3. Penelitian Pemasaran

Riset pemasaran adalah proses desain, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data yang
relevan untuk situasi pemasaran organisasi. Ini membantu perusahaan memahami motivasi
pelanggan, perilaku pembelian, dan kepuasan pelanggan. Banyak perusahaan besar memiliki
departemen riset yang bekerja sama dengan manajer pemasaran dalam proyek riset pemasaran.

A. Traditional Marketing Research in Transition


Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan munculnya sejumlah teknologi
pengumpulan data digital baru, riset pemasaran tradisional telah mengalami transformasi
besar. Alat-alat tradisional seperti survei penelitian dan kelompok fokus, meskipun masih
lazim dan kuat, kini digantikan oleh metode pengumpulan data digital yang lebih baru,
lebih tangkas, lebih cepat, dan lebih murah.
Pengambilan keputusan yang cepat dan tangkas saat ini sering kali memerlukan
informasi dan riset pemasaran yang cepat dan tangkas —sebut saja riset tepat waktu.
Meskipun perannya berubah, namun penelitian pemasaran tradisional masih banyak
digunakan dan sangat penting. Bagi banyak keputusan pemasaran, kualitas dan ketelitian
informasi lebih penting daripada kecepatan, kenyamanan, dan biaya yang lebih rendah.
Proses
riset pemasaran
memiliki empat
langkah (lihat
gambar dibawah)
mendefinisikan
masalah dan tujuan penelitian, mengembangkan rencana penelitian, melaksanakan
rencana penelitian, dan menafsirkan serta melaporkan temuan.
B. Defining the Problem and Research Objectives
Manajer pemasaran dan peneliti harus bekerja sama secara erat untuk
mendefinisikan masalah dan menyepakati tujuan penelitian. Proses ini cukup sulit.
Manajer mungkin mengetahui ada sesuatu yang salah tanpa mengetahui penyebab
spesifiknya.
Setelah masalah didefinisikan secara cermat, manajer dan peneliti harus
menetapkan tujuan penelitian. Sebuah proyek riset pemasaran mungkin memiliki salah
satu dari tiga jenis tujuan. Tujuan penelitian eksplorasi adalah untuk mengumpulkan
informasi awal yang akan membantu mendefinisikan masalah dan menyarankan
hipotesis. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan hal-hal, seperti
potensi pasar suatu produk atau demografi dan sikap konsumen yang membeli produk
tersebut. Tujuan penelitian kausal adalah untuk menguji hipotesis tentang hubungan
sebab-akibat.
C. Developing the Research Plan
Setelah peneliti mendefinisikan masalah dan tujuan penelitian, mereka harus
menentukan informasi pasti yang diperlukan, mengembangkan rencana untuk
mengumpulkannya secara efisien, dan menyajikan rencana tersebut kepada manajemen.
Rencana penelitian menguraikan sumber data yang ada dan menguraikan pendekatan
penelitian spesifik, metode kontak, rencana pengambilan sampel, dan instrumen yang
akan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data baru.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi manajer, rencana penelitian dapat
memerlukan pengumpulan data sekunder, data primer, atau keduanya. Data sekunder
terdiri dari informasi yang sudah ada di suatu tempat, yang dikumpulkan untuk tujuan
lain. Data primer terdiri dari informasi yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu.
D. Gathering Secondary Data
Peneliti biasanya memulai dengan mengumpulkan data sekunder. Data sekunder
biasanya dapat diperoleh lebih cepat dan biaya lebih murah dibandingkan data primer.
Selain itu, sumber sekunder terkadang dapat memberikan data yang tidak dapat
dikumpulkan sendiri oleh suatu perusahaan.
E. Primary Data Collection
Data sekunder memberikan titik
awal yang baik untuk penelitian dan
sering kali membantu mendefinisikan
masalah dan tujuan penelitian. Namun
dalam banyak kasus, perusahaan juga
harus mengumpulkan data primer.
Pendekatan Penelitian – Pendekatan penelitian untuk mengumpulkan data primer
meliputi observasi, survei, dan eksperimen.
F. Penelitian observasional
Pengumpulan data dengan mengamati orang, tindakan, dan situasi. Survei cocok
untuk data deskriptif, sementara penelitian eksperimental digunakan untuk
mengidentifikasi sebab-akibat dengan memilih kelompok subjek, memberi perlakuan
berbeda, mengendalikan variabel tidak relevan, dan memeriksa perbedaan tanggapan
kelompok.
G. Metode kontak
Informasi dapat dikumpulkan melalui surat, telepon, wawancara pribadi, atau
online. Setiap metode kontak memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri.
H. Kuesioner
Kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi. Surat kuesioner cocok
untuk pengumpulan data besar dengan biaya rendah. Wawancara telepon adalah alternatif
cepat dengan fleksibilitas. Wawancara individu melibatkan percakapan dengan orang di
berbagai lokasi, sementara wawancara kelompok melibatkan pertemuan sekelompok
kecil dengan seorang moderator terlatih.
I. Online Marketing Research
Mengumpulkan data primer melalui survei internet dan seluler, kelompok fokus
online, pelacakan konsumen, eksperimen, dan panel online serta komunitas merek.
J. Implementing the Research Plan
Peneliti selanjutnya menerapkan rencana riset pemasaran. Ini melibatkan
pengumpulan, pemrosesan, dan analisis informasi. Pengumpulan data dapat dilakukan
oleh staf riset pemasaran perusahaan, manajer pemasaran, atau perusahaan luar. Peneliti
juga harus mengolah dan menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengisolasi
informasi dan wawasan penting. Mereka perlu memeriksa keakuratan dan kelengkapan
data, membuat tabulasi hasilnya, dan menghitung ukuran statistik.
K. Interpreting and Reporting the Findings
Peneliti pasar harus menafsirkan temuannya, menarik kesimpulan, dan
melaporkannya kepada manajemen. Peneliti tidak boleh mencoba membebani manajer
dengan angka-angka dan teknik statistik yang rumit. Sebaliknya, peneliti harus
menyajikan temuan dan wawasan penting yang berguna dalam pengambilan keputusan
besar yang dihadapi manajemen.
Namun penafsirannya tidak boleh diserahkan hanya kepada peneliti. Manajer dan
peneliti harus bekerja sama secara erat ketika menafsirkan hasil penelitian, dan keduanya
harus berbagi tanggung jawab atas proses penelitian dan keputusan yang dihasilkan.

4-4. Menganalisis dan Menggunakan Informasi Pemasaran

A. Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM)


Dalam era big data, perusahaan mengumpulkan banyak informasi pelanggan dari
berbagai titik kontak, seperti pembelian, layanan pelanggan, media sosial, survei, dan
lainnya. Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM) digunakan untuk mengelola data
pelanggan ini dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
B. Big Data, Analisis Pemasaran, dan Kecerdasan Buatan
Analisis pemasaran terdiri dari alat analisis, teknologi, dan proses yang digunakan
pemasar untuk menggali pola bermakna dalam data besar untuk mendapatkan wawasan
pelanggan dan mengukur kinerja pemasaran. Pemasar menerapkan analisis pemasaran
pada kumpulan data besar dan kompleks yang mereka kumpulkan dari pelacakan web,
seluler, dan media sosial. Analisis tersebut menggunakan kecerdasan buatan (AI),
teknologi yang memungkinkan mesin berpikir dan belajar dengan cara yang terlihat dan
terasa seperti manusia, namun dengan kapasitas analitis yang jauh lebih besar.
C. Mendistribusikan dan Menggunakan Informasi Pemasaran
Sistem informasi pemasaran harus membuat informasi tersedia bagi manajer dan
pihak lain yang memerlukannya, pada saat mereka memerlukannya. Dalam beberapa
kasus, hal ini berarti memberikan laporan kinerja rutin, pembaruan intelijen, dan laporan
hasil studi penelitian kepada manajer. Namun manajer pemasaran mungkin juga
memerlukan akses terhadap informasi non-rutin untuk situasi khusus dan pengambilan
keputusan saat itu juga. Oleh karena itu, saat ini distribusi informasi melibatkan
penyediaan informasi yang dapat diakses secara tepat waktu dan mudah digunakan.

4–5. Pertimbangan Informasi Pemasaran Lainnya

A. Riset Pemasaran di Usaha Kecil dan Nirlaba Organisasi


Usaha kecil dan organisasi nirlaba dapat memperoleh wawasan pemasaran yang
baik melalui observasi, pencarian data sekunder, atau survei informal dengan
menggunakan sampel kecil. Selain itu, banyak asosiasi, media lokal, dan lembaga
pemerintah memberikan bantuan khusus kepada organisasi kecil. Singkatnya,
pengumpulan data sekunder, observasi, survei, dan eksperimen semuanya dapat
digunakan secara efektif oleh organisasi kecil dengan anggaran kecil. Namun, meskipun
metode penelitian informal ini tidak terlalu rumit dan murah, namun tetap harus
dilakukan dengan hati-hati. Manajer harus berpikir hati-hati mengenai tujuan penelitian,
merumuskan pertanyaan terlebih dahulu, mengenali bias yang ditimbulkan oleh sampel
yang lebih kecil dan peneliti yang kurang terampil, dan melakukan penelitian secara
sistematis.
B. Riset Pemasaran Internasional
Peneliti internasional menangani pasar yang beragam di banyak negara berbeda.
Pasar-pasar ini seringkali sangat bervariasi dalam tingkat perkembangan ekonomi,
budaya dan adat istiadat, serta pola pembelian. Meskipun peneliti pemasaran AS dapat
memperoleh data sekunder yang dapat diandalkan dari lusinan layanan penelitian dalam
negeri, banyak negara hampir tidak memiliki layanan penelitian sama sekali. Karena
kelangkaan data sekunder yang baik, peneliti internasional seringkali harus
mengumpulkan data primer mereka sendiri.
C. Kebijakan Publik dan Etika dalam Riset Pemasaran
Tiga masalah utama kebijakan publik dan etika dalam riset pemasaran:
1. Privasi Konsumen: Pemasar harus berhati-hati dalam mengumpulkan informasi
pelanggan agar tidak melanggar privasi. Kekhawatiran privasi konsumen semakin
meningkat, dan perusahaan perlu menjaga keseimbangan antara menggali data
berharga dan menjaga kepercayaan konsumen. Konsumen ingin personalisasi, tetapi
khawatir dengan pelacakan yang berlebihan.
2. Keamanan dan Perlindungan Data Konsumen: Meskipun konsumen mengharapkan
perlindungan data, pelanggaran data besar-besaran oleh perusahaan terus terjadi. Ini
dapat merugikan konsumen dan merusak reputasi perusahaan.
3. Penyalahgunaan Temuan Penelitian: Penelitian sering digunakan untuk tujuan
persuasif dalam periklanan. Namun, penelitian yang tidak etis atau dirancang untuk
hasil yang diinginkan bisa merugikan konsumen. Perusahaan harus memonitor dan
melaporkan riset mereka dengan baik demi melindungi konsumen dan kepentingan
mereka sendiri.

5-1. Model Perilaku Pembeli


Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Model perilaku pembeli yang paling
sederhana adalah model stimulus-respons.

Menurut model ini, rangsangan pemasaran (4 P) dan kekuatan besar lainnya (ekonomi,
teknologi, politik, budaya) memasuki “kotak hitam” konsumen dan menghasilkan tanggapan
tertentu. Setelah dimasukkan ke dalam kotak hitam, masukan ini menghasilkan respons pembeli
yang dapat diamati, seperti pilihan merek, lokasi dan waktu pembelian, serta keterlibatan merek
dan perilaku hubungan.

5-2. Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


Perilaku konsumen melibatkan pemilihan, perolehan, dan konsumsi barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen termasuk
budaya, sosial, dan pribadi.
1. Faktor Budaya : Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh budaya, subkultur, dan kelas
sosial.
● Budaya: Budaya adalah bagian penting dalam membentuk keinginan dan perilaku individu.
Pengaruh budaya bervariasi di berbagai negara, sehingga penjual perlu memahami budaya
yang berbeda-beda.
● Subkultur : Setiap budaya memiliki subkultur seperti agama, kebangsaan, dan ras. Pemasar
dapat membagi pasar menjadi segmen kecil berdasarkan subkultur ini.
● Kelas sosial: Kelas sosial juga memainkan peran dalam perilaku pembelian, bukan hanya
didasarkan pada pendapatan, tetapi juga kekayaan, pendidikan, pekerjaan, dan faktor
lainnya.
2. Faktor Sosial : Faktor sosial mencakup kelompok acuan, keluarga, peran, dan status.
● Kelompok referensi : Kelompok referensi mempengaruhi sikap dan perilaku individu,
terutama untuk produk seperti pakaian, sepatu, dan mobil. Pemimpin opini juga termasuk
dalam kelompok referensi.
● Keluarga : Anggota keluarga berpengaruh besar terhadap perilaku pembelian. Penjual
berusaha memahami peran dan pengaruh suami, istri, dan anak.
● Peran dan Status : Peran dan status dalam masyarakat juga mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang.
3. Faktor Pribadi :
● Usia : Usia dan tahapan dalam siklus hidup keluarga mempengaruhi preferensi pembelian.
● Pekerjaan : Pekerjaan seseorang memengaruhi jenis produk yang mereka beli.
● Situasi Ekonomi : Pendapatan dan tabungan konsumen mempengaruhi jenis produk yang
mereka beli.
● Gaya Hidup : Gaya hidup dan minat seseorang memengaruhi preferensi pembelian.
● Kepribadian : Kepribadian individu, seperti dominasi atau kepercayaan diri, dapat
memengaruhi perilaku konsumen.
4. Faktor Psikologis :
● Motivasi : Kebutuhan individu memotivasi perilaku pembelian, dengan kebutuhan yang
mendesak mendikte tindakan konsumen.
● Persepsi : Bagaimana individu memahami dan menafsirkan informasi memengaruhi
perilaku pembelian. Ini mencakup perhatian selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
● Keyakinan dan Sikap : Keyakinan dan sikap konsumen terhadap produk memengaruhi citra
merek dan keputusan pembelian. Pemasar dapat memengaruhi keyakinan dan sikap melalui
kampanye khusus.
Pemahaman mendalam tentang faktor-faktor ini membantu pemasar dalam merancang
strategi yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memengaruhi perilaku
pembelian mereka.
5-3. Buying Decision Behavior and the Buyer Decision Process
A. Types of Buying Decision Behavior
1. Complex Buying Behavior : Konsumen terlibat tinggi dan mempertimbangkan
perbedaan merek secara signifikan. Mereka melakukan proses pembelajaran, membangun
keyakinan, sikap, dan membuat pilihan bijaksana. Pemasar harus memahami
pengumpulan informasi dan evaluasi konsumen yang terlibat tinggi.
2. Dissonance-Reducing Buying Behavior : Konsumen terlibat tinggi tetapi perbedaan
antar merek kurang signifikan. Pasca pembelian, mereka mungkin merasa tidak nyaman
dengan pilihan mereka. Pemasar harus memberikan dukungan purna jual untuk mengatasi
disonansi ini.
3. Habitual Buying Behavior : Konsumen terlibat rendah dan perbedaan merek kurang
signifikan. Pemasar dengan target konsumen ini sering menggunakan promosi harga atau
peningkatan produk untuk meningkatkan keterlibatan konsumen.
4. Variety-Seeking Buying Behavior : Konsumen terlibat rendah, tetapi merasakan
perbedaan merek yang signifikan. Pemasar dapat menggunakan strategi yang berbeda
untuk pemimpin pasar dan merek kecil, seperti mendominasi ruang rak atau menawarkan
harga lebih rendah dan penawaran khusus.
B. The Buyer Decision Process
Proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Jelasnya, proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sebenarnya dan
berlanjut lama setelahnya. Pemasar perlu fokus pada keseluruhan proses pembelian,
bukan pada keputusan pembelian saja.

a. Need Recognition adalah tahap pertama dari proses pengambilan keputusan pembeli,
dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
b. Information search, tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen termotivasi untuk
mencari informasi lebih lanjut. Konsumen yang tertarik mungkin atau mungkin tidak
mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang
memuaskan sudah dekat, kemungkinan besar dia akan membelinya. Jika tidak, konsumen
dapat menyimpan kebutuhannya dalam memori atau melakukan pencarian informasi
c. Evaluation of alternatives, tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif diantara kumpulan pilihan.
Cara konsumen mengevaluasi alternatif pembelian bergantung pada konsumen individu
dan situasi pembelian spesifik. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan
perhitungan yang cermat dan pemikiran logis.
d. Purchase decision, keputusan pembeli tentang merek mana yang akan dibeli. namun ada
dua faktor yang bisa muncul di antara niat membeli dan keputusan pembelian . Faktor
pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak
terduga.
e. Postpurchase behavior, tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen mengambil
langkah lebih lanjut tindakan setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau
ketidakpuasan mereka.
C. The Customer Journey
Customer journey adalah rangkaian pengalaman konsumen yang memengaruhi
perilaku mereka setelah pembelian. Seluruh pengalaman ini membentuk sikap konsumen
terhadap merek. Selain melacak perjalanan pelanggan, pemasar harus memahami
alasannya dengan mengumpulkan data konsumen. Dengan pemahaman ini, pemasar
dapat menciptakan pengalaman merek yang mendorong perilaku positif, keterlibatan, dan
advokasi konsumen seiring waktu.

5-4. Proses Keputusan Pembeli untuk Produk Baru


Produk baru adalah barang, layanan, atau gagasan yang dianggap baru oleh beberapa
calon pelanggan. Meskipun barang tersebut mungkin telah ada sejak lama, fokusnya adalah
bagaimana konsumen mempelajari produk untuk pertama kalinya dan membuat keputusan
apakah akan mengadopsinya.
A. Tahapan dalam Proses Adopsi
Ada lima tahap dalam proses adopsi produk baru oleh konsumen:
1. Kesadaran: Konsumen menyadari adanya produk baru tetapi belum memiliki
informasi lengkap.
2. Minat: Konsumen mencari informasi tentang produk baru.
3. Evaluasi: Konsumen mempertimbangkan apakah mencoba produk baru tersebut
masuk akal.
4. Percobaan: Konsumen mencoba produk baru dalam skala kecil untuk meningkatkan
perkiraan nilai produk tersebut.
5. Adopsi: Konsumen memutuskan untuk menggunakan produk baru secara penuh dan
teratur.

B. Perbedaan Individu dalam Inovasi


Orang berbeda dalam kesiapan mereka mencoba produk baru dalam suatu
kategori. Setiap area produk memiliki "pelopor konsumsi" dan pengguna awal. Ada juga
orang yang mengadopsi produk baru lebih lambat. Mereka dapat dikelompokkan ke
dalam kategori pengadopsi seperti yang terlihat pada kurva. Secara umum, lebih banyak
orang mulai mengadopsi produk baru setelah awal yang lambat. Ini terjadi saat kelompok
konsumen berturut-turut mulai mengadopsi inovasi tersebut, dan inovasi tersebut
akhirnya mencapai tingkat saturasi kumulatif. Inovator adalah 2,5 persen pertama
pembeli yang mengadopsi ide baru; pengguna awal adalah 13,5 persen berikutnya (antara
satu dan dua standar deviasi); kemudian ada pengguna mainstream awal, pengguna
mainstream akhir, dan pengguna yang tertinggal.
C. Pengaruh Karakteristik Produk terhadap Tingkat Adopsi
Karakteristik produk baru memengaruhi tingkat adopsinya. Beberapa produk

langsung laris manis. Misalnya, iPod, iPhone, dan iPad dari Apple langsung laku keras
sejak pertama kali diperkenalkan. Ada lima karakteristik kunci yang sangat memengaruhi
tingkat adopsi inovasi antara lain :
1. Keunggulan Relatif: Sejauh mana inovasi lebih baik daripada produk yang sudah
ada. Mobil listrik lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis karena tidak
memerlukan bahan bakar. Namun, jangkauan berkendara yang terbatas dan biaya
awal yang tinggi dapat memperlambat adopsi.
2. Kesesuaian: Sejauh mana inovasi sesuai dengan nilai dan pengalaman konsumen.
Meskipun mobil listrik dikendarai seperti mobil bensin, ketersediaan stasiun
pengisian listrik masih terbatas.
3. Kompleksitas: Sejauh mana inovasi sulit dipahami atau digunakan. Meskipun mobil
listrik mudah digunakan, kompleksitas konsep teknologi baru dan kekhawatiran
tentang kinerjanya dapat memperlambat adopsi.
4. Dapat Dibagi: Sejauh mana inovasi dapat diuji secara terbatas. Kemampuan untuk
menguji coba mobil listrik positif terhadap adopsi, meskipun biaya awal yang tinggi
dapat menjadi hambatan.
5. Komunikabilitas: Sejauh mana hasil penggunaan inovasi dapat ditunjukkan atau
dijelaskan kepada orang lain. Kemampuan untuk mendemonstrasikan dan
menjelaskan mobil listrik dapat mempercepat adopsi di kalangan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai