Anda di halaman 1dari 14

MENGELOLA INFORMASI PEMASARAN & PASAR

KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Makalah Manajemen Pemasaran

Oleh:

Thoriq Dianbara Parwoto

F0218112

Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019/2020
BAB 4 MENGELOLA INFORMASI PEMASARAN
A. Pengertian Informasi dan Sistem Informasi Pemasaran
Informasi merupakan sumber daya yang sangat penting, sama pentingnya
dengan sumberdaya-sumberdaya yang lain, bahkan saat ini informasi menjadi lebih
penting. Marion Herper mengatakan “Mengelola bisnis dengan baik adalah dengan
mengelola masa depannya adalah mengelola informasi”.
Sistem informasi pemasaran merupakan suatu sistem berbasis komputer yang bekerja
sama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen
perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemasaran
produk perusahaan”
Sistem informasi pemasaran (marketing information systems) adalah suatu sistem yang
menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan
pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan pemasaran.
Jika didefinisikan dalam arti yang luas, sistem informasi pemasaran adalah kegiatan
perseorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan
pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan
pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa dan gagasan. Sistem
informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah
perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut. Sistem informasi
ini merupakan gabungan dari keputusan yang berkaitan dengan:
 Produk
 Tempat
 Promosi
 Harga produk
Sistem informasi pemasaran dapat juga diartikan sebagai suatu struktur yang
berkesinambungan dan saling berinteraksi dari orang-orang, peralatan dan prosedur
untuk mengumpulkan, mensortir, menganalisis, mengevaluasi dan mendistribusikan
informasi yang dibutuhkan, secara tepat waktu, dan akurat kepada pengambil keputusan
dalam bidang pemasaran.
B. Mengukur Kebutuhan Informasi
Suatu informasi yang baik akan menyeimbangkan informasi yang ingin
dimiliki manajer terhadap apa yang mereka perlukan dan apa yang layak untuk
disajikan. Perusahaan memulai dengan mewawancarai manajer untuk mengetahui
informasi apa yang mereka inginkan. Sebagai manager akan meminta apapun informasi
yang dapat mereka terima tanpa memikirkan secara seksama tentang apa yang mereka
inginkan, terlalu banyak informasi juga dapat merusak seperti halnya jika terlalu
sedikit. Manajer yang lain mengabaikan hal-hal yang seharusnya mereka ketahui, atau
mungkin tidak mengetahui sehingga tidak meminta beberapa jenis informasi yang
seharusnya mereka dapatkan. Misalnya, manajer mungkin perlu mengetahui bahwa ada
pesaing yang berencana meluncurkan sebuah produk baru di tahun yang akan datang.
MIS harus mengamati lingkungan pemasaran agar dapat menyajikan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan, untuk membuat keputusan
pemasaran yang penting.

C. Mengembangkan Informasi
Informasi yang dibutuhkan oleh manajer pemasaran dapat diperoleh dari catatan
internal perusahaan, pengetahuan pasar dan riset pemasaran. Sistem analisis informasi
selanjutnya memproses informasi tersebut sehingga membuatnya lebih berguna bagi
para manajer.
1. Catatan Internal
Kebanyakan manajer pemasaran menggunakan catatan dan laporan
internal secara teratur, terutama untuk mengambil keputusan perencanaan,
implementasi, dan pengendalian tugas sehari-hari. Informasi catatan
internal terdiri dari informasi yang dikumpulkan dari sumber di dalam
perusahaan untuk mengevaluasi kinerja pemasaran dan untuk mengetahui
masalah serta peluang pemasaran.
2. Pengetahuan Pemasaran
Pengetahuan pemasaran adalah informasi sehari-hari mengenai
perkembangan di lingkungan pemasaran yang membantu manajer
menyiapkan dan menyesuaikan rencana pemasaran. Sistem pengetahuan
pemasaran menetapkan pengetahuan apa yang dibutuhkan,
mengumpulkannya dengan mencari di dalam lingkungan, dan
menyampaikannya kepada manajer.
3. Riset Pemasaran
Manajer tidak dapat selalu menunggu informasi yang datang sebagian-
sebagian dari sistem pengetahuan pemasaran. Manajer memerlukan riset
pemasaran. Riset pemasaran didefinisikan sebagai desain, pengumpulan,
analisis, dan pelapor data secara sistematis yang merelevan bagi suatu
situasi pemasaran tertentu yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Pemasaran
terlibat dalam suatu kegiatan yang bervariasi luas, dimulai dari studi potensi
pasar dan pangsa pasar, pengukuran kepuasan pelanggan dan perilaku
pembelian, hingga studi penetapan harga, produk, distribusi dan kegiatan
promosi.
D. Analisis Informasi
Informasi yang dikumpulkan oleh sistem pengetahuan pemasaran dan riset
pemasaran sering kali perlu dianalisis lebih lanjut dan kadang-kadang manajer
memerlukan bantuan lebih lanjut untuk menerapkan informasi tadi pada masalah dan
keputusan pemasaran.
Analisis informasi mungkin juga mencakup koleksi model matematika yang
akan membantu pemasar mengambil keputusan lebih baik. Setiap model mewakili
beberapa sistem, proses, atau hasil yang sebenarnya. Semua model ini dapat membantu
menjawab pertanyaan mengenai apa yang terjadi kalau dan mana yang terbaik.
E. Mendistribusikan dan Menggunakan Informasi
Informasi pemasaran tidak mempunyai nilai sampai manajer menggunakannya
untuk mengambil keputusan pemasaran yang lebih baik. Informasi dikumpulkan lewat
pengetahuan pemasaran dan riset pemasaran harus didistribusikan kepada manajer
pemasaran yang tepat, pada saat yang tepat.
Perkembangan dalam teknologi informasi menyebabkan revolusi dalam
distribusi informasi. Dengan kemajuan dalam komputer, perangkat lunak, dan
telekomunikasi baru-baru ini, sebagian besar perusahaan melakukan desentralisasi
sistem informasi pemasaran. Dalam banyak perusahaan, manajer pemasaran dapat
mengakses langsung jaringan informasi lewat komputer pribadi dan sarana-sarana lain.
Karena semakin banyak manajer yang mengembangkan keterampilan yang diperlukan
seperti sistem penerbitan dekstop, dan seiring dengan kemajuan dalam teknologi,
sistem itu semakin murah, sehingga semakin banyak perusahaan pemasaran akan
menggunakan sistem informasi pemasaran terdesentralisasi.
F. Riset Pemasaran
Riset Pemasaran menurut Malhotra (1996) merupakan identifikasi,
pengumpulan, analisis dan penyebarluasan informasi secara sistematis dan obyektif
dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan berkaitan
dengan identifikasi dan pemecahan masalah dan peluang dalam bidang pemasaran.
Riset pemasaran yang efektif melibatkan enam langkah yaitu:
1. Mendefinisikan Masalah dan Tujuan Riset
Langkah pertama mengharuskan manajer pemasaran dan peneliti pemasaran
untuk mendefinisikan masalah dengan hati-hati dan menentukan tujuan
riset. Sebuah pepatah kuno mengatakan, “Suatu masalah yang didefinisikan
dengan baik sudah setengah selesai”. Manajemen harus mengarahkan agar
jangan sampai menyatakan masalah terlalu luas atau terlalu sempit.
2. Mengembangkan Rencana Riset
Tahap kedua riset pemasaran mengharuskan pengembangan rencana yang
paling efisien untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Manajer
pemasaran perlu mengetahui biaya rencana riset sebelum menyetujuinya.
3. Mengumpulkan Informasi
Tahap ini umumnya merupakan tahap paling mahal dan paling sering terjadi
kesalahan. Dalam kasus survei misalnya, terdapat empat masalah utama.
Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan data
informasi yang akurat.
4. Menganalisa Informasi
Langkah berikutnya dalam proses riset pemasaran adalah menyaring
temuan-temuan yang berguna dari data yang dikumpulkan. Semua
informasi yang didapat perlu disaring sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
dari riset ini.
5. Menyajikan Hasil Temuan
Sebagai langkah terakhir dalam riset pemasaran, para peneliti menyajikan
temuan-temuan mereka kepada pihak-pihak terkait. Peneliti tidak boleh
membanjiri manajemen dengan banyak angka dan teknik-teknik statistik
canggih, tetapi sebaiknya cukup menyajikan hasil temuan penting yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan pemasaran yang dihadapi
manajemen.
6. Mengambil Keputusan
Manajer yang memerintahkan dilakukannya riset harus mempertimbangkan
bukti. Mereka dapat memutuskan untuk mempelajari masalah ini lebih
lanjut dan melakukan lebih banyak riset. Keputusan ada ditangan mereka,
riset yang dilakukan secara cermat memberikan pandangan bagi mereka
terhadap masalah tersebut.
G. Berbagai Pertimbangan lain dalam Riset Pemasaran
Bagian ini membahas riset pemasaran dalam dua konteks khusus: riset
pemasaran oleh bisnis kecil dan organisasi nirlaba dan riset pemasaran internasional
dan pada akhirnya akan meninjau kebijakan publik dan isu-isu etika dalam riset
pemasaran.
1. Riset Pemasaran dalam Bisnis Kecil dan Organisasi Nirlaba
Manajer bisnis kecil dan organisasi nirlaba sering kali berpendapat
bahwa riset pemasaran hanya dapat dilakukan oleh ahli dari perusahaan
besar dengan anggaran riset yang besar. Tetapi banyak teknik riset
pemasaran yang dibahas juga dapat dipergunakan oleh organisasi yang lebih
kecil dalam cara yang kurang formal dan sedikit atau tanpa biaya. Manajer
bisnis kecil dan organisasi nirlaba dapat memperoleh informasi pemasaran
yang baik hanya dengan mengamati hal-hal yang ada di sekeliling mereka.
Manajer juga dapat melakukan survei informal dengan menggunakan
sampel sederhana (small convenience). Para manajer juga dapat melakukan
experiment sederhana sendiri. Misalnya, dengan mengubah tema surat
pengumpulan dana yang biasa dikirimkan dan menyimak apakah apa
hasilnya, seorang manajer organisasi nirlaba dapat menemukan banyak hal
tentang strategi pemasaran mana yang paling tepat.
2. Riset Pemasaran Internasional
Peneliti pemasaran internasional mengikuti langkah-langkah yang sama
dengan peneliti domestik, mulai dari mendefinisikan masalah riset dan
mengembangkan rencana riset sampai menginterpretasi dan melaporkan
hasil. Kalau peneliti domestik menghadapi pasar yang cukup homogen
dalam sebuah negara, peneliti internasional menghadapi pasar yang berbeda
di banyak negara berbeda.
3. Kebijakan Publik dan Etika dalam Riset Pemasaran
Sebagian riset pemasaran memberikan keuntungan bagi perusahaan
yang mensponsori dan konsumennya. Melalui riset pemasaran perubahan
dapat mempelajari lebih jauh tentang kebutuhan konsumen, yang
berdampak pada tersedianya produk dan jasa yang lebih memuaskan.
Namun penyalahgunaan pemasaran dapat mengganggu konsumen. Dua isu
utama menyangkut kebijakan umum dan etika dalam riset pemasaran adalah
terganggunya privasi konsumen dan penyalahgunaan temuan riset.
BAB 5 PASAR KONSUMEN DAN PERILAKU PEMEBELIAN
KONSUMEN
A. Pasar Konsumen

Pengertian pasar secara sempit adalah suatu tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan transasksi jual beli dan jasa. Sedangkan pengertian pasar
secara luas adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk
menjual barang atau jasa dan pembeli yang mengeluarkan uang untuk membeli barang
dengan harga tertentu. Pasar Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang
membeli atau mendapatkan barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Sedangkan
menurut salah satu ahli pemasaran pasar konsumen adalah pasar yang dimana
pembelinya adalah individual yang membeli produk untuk digunakan atau disewakan.
B. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah suatu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka
dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah
bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka
yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.

Selain itu, ada beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli, antara lain:

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined
as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating,
and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”.
Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang
diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the
various facets of the decision of the decision process by which customers come to
purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk
membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
C. Konsep Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching
for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they
expect will satisfy they needs”. Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della
Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and
physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing
of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
D. Model Perilaku Konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.
Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci
untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka
membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka
membeli. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga
mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka
sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat untuk
pembelian dan penggunaan produk.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari
pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari
pembeli.
1. Faktor Budaya
1) Budaya
Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
tingkah laku sesorang karena budaya tumbuh dalam suatu
masyarakat sejak kecil. Pengertian budaya itu sendiri adalah
kumpulan nila-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku
yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya (Philip Kotler, 1997).
2) Sub Budaya
Subbudaya adalah sekelompok orang yang mempunyai system nilai
sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi, termasuk juga
agama, kelompok ras, dan wilayah geografi (Philip Kotler,1997).
Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar
sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan mereka.
3) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan
teratur dengan para anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan
tingkah laku yang serupa (Philip Kotler, 1997). Kelas sosial
menentukan pemilihan produk dan merek tertentu dalam bidang-
bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan sebagainya.
2. Faktor Soial
1) Kelompok Kecil
Tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh kelompok kecil.
Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan seseorang yang
menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Beberapa
merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi
informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Beberapa merupakan kelompok sekunder, mempunyai interaksi
lebih formal dan kurang reguler, mencakup kelompok keagamaan,
asosiasi professional, dan serikat pekerja.
2) Keluarga
Selain kelompok keluarga juga sangat mempengaruhi tingkah laku
pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang
paling penting dalam masyarakat, salah satu contoh yang paling
dominan adalah keterlibatan suami-istri dalam proses
pembelian.(Philip Kotler, 1997)
3) Peran dan Status
Peran dan status seseorang ketika dia menjadi anggota kelompok,
klub organisasi, posisinya ditentukan banyak peran dan status
seseorang itu sendiri dalam organisasi, setiap peran membawa status
yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat
misalnya peran manajer masyarakat mempunyai status yang lebih
tinggi dalam masyarakat dibanding peran masyarakat lain pada
umumnya.
3. Faktor Pribadi
1) Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa
hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabotan dan rekreasi
sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh
tahap daur hidup keluarga – tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh
keluarga sesuai dengan kedewasaanya
2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Pekerja kasar cenderung membeli banyak pakaian untuk bekerja,
sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi.
Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai
minat diatas rata-rata akan produk dan jasa mereka.
3) Situasi Ekonomi
Situasi seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam membeli
produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat
minat. Bila indikator ekonomi menunjukan resesi, pemasar dapat
mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan
kembali, dan mengubah harga produknya.
4) Kepribadian dan Nilai Konsep
Kepribadian seseorang yang jelas mempengaruhi tingkah laku
membelinya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi
unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan tahan
lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.
5) Gaya Hidup dan Nilai
Gaya hidup (life-style) adalah pola kehidupan seseorang yang
diwujudkan dalam aktivitas, interes, dan opininya. Gaya hidup
mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau
kepribadian seseorang; gaya hidup menampilkan pola beraksi dan
berinteraksi seseorang secara keseluruhan didunia.
4. Faktor Psikologis
Proses Kunci Psikologi Gabungan proses psikologi dengan karakteristik
konsumen tertentu menghasilkan proses keputusan dan keputusan
pembelian. Tugas para pemasar adalah untuk mengerti apa yang dipikirkan
konsumen.
4 Kunci Proses secara Psikologis:
1) Motivasi
2) Persepsi
3) Pengetahuan
4) Kepercayaan
F. Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan.
Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat
mengidentifikasikan dorongan yang paling sering menimbulkan suatu minat pada
suatu kategori produk tertentu, sehingga pemasar dapat mengembangkan strategi-
strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.
2. Pencarian Informasi
Perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari
konsumen dan kepentingan relatifnya terhadap keputusan pembelian sesudahnya.
3. Evaluasi Alternatif
Bagaimana konsumen memproses informasi mengenai merk yang bersaing dan
membuat pertimbangan nilai yang terakhir? Konsumen memandang setiap produk
sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhannya. Proses evaluasi
konsumen berorientasi secara kognitif yaitu mereka melihat konsumen dalam
membuat pertimbangan produk sebagian besar secara sadar dan rasional.
4. Keputusan Pembelian
Langkah-langkah antara evaluasi alternatif dan keputusan pembeli. Di tahap ini,
konsumen membentuk pilihan dan menetapkan pilihannya berdasarkan
pertimbangan : merek, penyalur, kuantitas, waktu, metode pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau
ketidak-puasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara
harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk
tersebut. Perasaan-perasaan ini mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan
tersebut akan membeli produk itu lagi dan membicarakan tentang produk tersebut
kepada orang lain secara merugikan atau menguntungkan.
G. Perilaku Konsumen Luar Negeri

Di dalam kegiatan ekonomi, konsumen berperan sebagai pengguna atau pemakai


barang maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi yang lain.

Peranan masing-masing pelaku ekonomi yaitu sebagai berikut:

1. Rumah Tangga Konsumen (RTK) yang menghasilkan faktor-faktor


produksi menjualnya ke pasar produksi.
2. Rumah Tangga Produsen (RTP) membeli faktor-faktor dari rumah tangga
dan memberikan uang sebagai balas jasa rumah tangga. Selanjutnya
perusahan memproduksi barang/jasa dan dijual ke pasar barang atau ekspor.
3. Pemerintah memperoleh pendapatan dari penerimaan pajak pribadi, pajak
usaha, bea masuk, dan sumber lain.
4. Rumah tangga luar negeri dalam bidang ekonomi melalui kegiatan ekspor
dan impor serta kegiatan lain yang menguntungkan tiap Negara.

Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan ekonomi


terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri. Kebijakan ini akan
membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber
pengadaan barang modal dan bahan baku industri dari negara-negara lain.

Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan


meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku ekonomi dornotik. Umumnya,
negara sedang berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan
pertambangan) atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang
lebih dahulu maju. Thailand misalnya, sangat terkenal sebagai negara yang mampu
menghasilkan devisa dari ekspor hasil pertanian. Sementara Indonesia, memperoleh
devisa yang besar dari ekspor tekstil.

Anda mungkin juga menyukai