Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA

DOSEN PENGAMPU:

DRS. MADE SUKARYAWAN, M.Si., Ph.D


DR. DIAH KARTIKA SARI, M.Si
Nama Kelompok : Anggi Septiani (06101381924040)
Miranda Ayu Rahmadini (06101381924052)
Mira Rahmawati (06101381924046)
Kampus : Palembang

TUGAS 1

1. Buatlah video tentang penelitian kuantitatif/kualitatif berbasis project base learning.


2. Pergunakanlah metode pembuatan video pembelajaran.
3. Kumpulkan/submit paling lambat minggu ke empat perkuliahan.

Link Video : https://youtu.be/9RsaAxd5Nss

1. Pengertian Penelitian Kualitatif


Kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis mendalam. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Kualitatif juga di tafsirkan sebagai penelitian yang
mengarah pada pengkajian pada latar alamiah dari berbagai peristiwa sosial yang terjadi.
Selain itu, kualitatif didefinisikan sebagai jalan untuk menemukan serta menggambarkan
suatu peristiwa secara naratif, (Denzin & Lincoln, 1994;Nazir, 2005; Somantri, 2005 dan
Creswell, 2010). Jadi ciri dan karakter kualitatif pada prinsipnya lebih mengandalkan pada
aspek deskripsif terhadap data-data yang diperoleh dari lapangan. Selain dari itu, kualitatif
ciri khasnya lebih mengarah pada sifat alamiah dan analisis datanya lebih mendalam
terhadap makna-makna dibalik yang kelihatan nyata. Penggambaran suatu peristiwa
kualitatif dicirikan dengan proses deduktif yang lebih pada penekanan makna-makna dari
setiap peristiwa. Bongdan dan Biklen, (1982) melihat karakteristik kualitatif pada lima
aspek yaitu: kualitatif bersifat alamiah, kualitatif bersipat deskriptif, kualitatif lebih
mendahulukan proses, kualitatif bersifat deduktif dan kualitatif lebih menekan pada
dimensi makna (Cozby, 2009 dan Anggito, A., & Setiawan, J. 2018).
A. Aliran Kualitatif
Penelitian kualitatif secara aliran memiliki ciri tersendiri diantaranya aliran
positivisme, postpositivisme, teori kritis dan konstruktivisme. Paradigma tersebut akan di
jelaskan secara singkat pada bagian ini. Paradigma ini, mengalami keterkaitan yang saling
melengkapi dalam ranah kajian kualitatif sebagai suatu metodologi.

a. Positivisme : Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya,
istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut
asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme
adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
b. Post-Positivisme : Fokus kajiannya terletak pada tindakan-tindakan manusia sebagai
ekspresi dari suatu keputusan yang dilakukannya dalam realitas sosial.
c. Teori Kritis : Pendekatan teori kritis setiap penelitian harus memperoleh pengetahuan
tentang das sein (apa yang ada) dan das sollen (apa yang seharusnya ada), sehingga
terjadi pembentukan pengetahuan untuk mendorong pada penggambaran untuk
menghasilkan perubahan yang lebih baik.
d. Konstruktivisme : Konstruktivisme mengandaikan bahwa ada realita sosial secara
bersamaan bukan satu-satunya ''nyata'' realitas sosial. Artinya ada realitas yang
sebenaranya dibalik apa yang kelihatan.

B. Pendekatan Kualitatif Sebagai Ciri dan Karakter


Paradigma pendekatan kualitatif dicirikan kurang lebih dari lima karakter sebagai
motodologi yang sering digunakan dalam penelitian karya tulis ilmiah diantaranya: naratif,
fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus, (Denzin & Lincoln,(1994);
Nazir, (2005); Somantri, (2005); Yin,(2008) dan Creswell, (2010)). Dari lima pendekatan
penelitian yang sering digunakan dalam kualitatif dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Pendekatan Naratif : Merupakan pendekatan yang menekankan pada kajian
kronologis kehidupan individu. Jadi jika seorang peneliti ingin menelusuri
dinamika kehidupan seseorang atau individu dapat menggunakan pendekatan
naratif dalam metode kualitatif.
b. Fenomenologi : Pendekatan ini mengarah pada mendeskripsikan secara detail
mengenai suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang. Pendekatan fenomenologi
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif apabila seorang peneliti ingin
memahami berbagai peristiwa atau antar peristiwa.
c. Grounded Theory : Pendekatan tersebut dapat digunakan untuk memahami suatu
identitas pada setiap kelompok dalam realitas sosial
d. Etnografi : Penggunaan pendekatan ini lebih mengarah pada kajian sejarah atau
cultural. Jadi peneliti yang ingin mengkaji berbagai peninggalan pra-sejarah dapat
menggunakan pendekatan etnografi dalam penelitian kualitatif.
e. Studi Kasus : Pendekatan ini menekankan pada analisis mendalam dari satu kasus
secara mandalam. Artinya bagi peneliti yang ingin mengkaji suatu peristiwa yang
sifatnya tunggal maka peneliti dapat mengunakan pendekatan studi kasus dalam
penelitian kualitatif.

C. Ciri dan Karakter Penentuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi penelitian sebagai ciri kualitatif setidaknya memperhatikan tiga aspek,
seperti penentuan tempat, jenis peristiwa dan waktu peristiwa. Penentuan lokasi penelitian
sangat fundamental dan berpengaruh pada data yang diperoleh. Kedekatan tempat tinggal
dan lokasi penelitian dapat berpengaruh pada kualitas data, karena bisa saja data tersebut
tidak murni dan hanya dipenuhi asumsi-asumsi peneliti saja.
a. Penentuan tempat : Pertimbangan memilih lokasi bagi peneliti harus benar-benar
mencermati terkait dengan fenomena atau kasus yang terjadi pada lokasi yang akan
ditempati penelitian, tidak hanya sekedar karena pertimbangan kedekatan tempat
tinggal dan biaya-biaya penelitian yang harus dikorbankan, akan tetapi karena
adanya suatu fenomena atau kasus yang terjadi dalam realitas sosial.
b. Peristiwa : Pada aspek peristiwa, peneliti harus lebih cermat memaknai suatu
peristiwa, apakah peristiwa tersebut masik hangat diceritakan dan itu memiliki
dampak terhadap realitas sosial. Artinya apakah isu peristiwa dalam lokasi tersebut
mengandung efek sosial bagi masyarakat lainnya, atau pada kelompok sosial yang
akan berpengaruh dimasa-masa yang akan datang.
c. Waktu : Penentuan lokasi penelitian dari aspek waktu, peristiwa yang akan diteliti
mesti mempertimbangkan dari segi waktu dengan memperhatikan kapan peristiwa
itu terjadi. Jadi pertimbangan waktu pada sebua peristiwa menarik diteliti apabila
peristiwa tersebut masih hangat diperbincangan dan itu mengalami kontradiksi
dalam masyarakat. Selain itu, peristiwa dari segi waktu yang menarik adalah
peristiwa yang kejadiannya sudah cukup lama akan tetapi dampaknya masih terasa
bagi semua masyarakat sampai hari ini.

D. Ciri Data Kualitatif


Data kualitatif dicirikan dengan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Dua
jenis data akan dijelaskan secara detail berikut ini :
a. Data Primer : Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari lapangan dimana peneliti akan melakukan penelitian. Data primer merupakan
data yang bersumber dari data observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder : Data sekunder merupakan data yang bersumber dari data-data
dokumen. Data dokumen yang dimaksud disini adalah data yang bersumber dari
buku, laporan hasil penelitian, jurnal, dan lain-lain.

E. Ciri Instrumen
Penelitian Kualitatif Instrumen penelitian yang dimaksud dalam penelitian kualitatif
adalah berupa alat yang digunakan dalam pengambilan data observasi, wawacara dan
dokumen. Jadi pengumpulan data observasi harus dibuatkan istrumen/alat, begitu juga
pada wawancara dan dokumen mesti dibuatkan instrumen penelitian.

F. Ciri Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Teknik pengumpulan data dalam kualitatif terdiri dari tiga ciri utama yang harus
dilakukan oleh seorang peneliti yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumen.
Sebagaimana pandangan Mulyana, (2003)Moleong, (2004), Creswell, (2007), Emzir
(2008, 2010), Daymon & Holloway, (2008) dan Fontana dan Frey, (2009) berikut :
a. Observasi : Pengumpulan data observasi dalam penelitian kualitatif deskriptif
berupa pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di lapangan.
Observasi merupakan mengamati berbagai kejadian atau gejala yang terjadi terkait
dengan apa tujuan penelitian.
b. Wawancara : pengumpulan data lewat wawancara dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada instrumen kuesioner yang telah dibuat
oleh peneliti dan sudah di validasi oleh pakar yang terkait.
c. Model wawancara memiliki beberapa jenis, seperti model wawancara secara
langsung maupun tidak langsung. Wawancara secara langsung yang dimaksud yaitu
face to face. Wawancara tidak langsung yaitu wawancara lewat video call atau
telepon.
d. Teknik wawancara juga terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : wawancara
terstruktur, semi-terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan semata-mata
mengacu pada format pertanyaan yang telah dibuat oleh penelitih.
Kelemahannya pada wawancara ini dari aspek kedalaman data yang diperoleh.
2. Wawancara semi-terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan tetap
mengacu pada pertanyaan wawancara akan tetapi pertanyaan-pertanyaannya bisa
keluar dari instrumen pertanyaan yang telah dibuat. Kelebihan dari jenis
wawancara ini lebih mendalam dan data yang diperoleh lebih lengkap.
3. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mengacu pada
isntrumen pertanyaan, atau hanya mengacu pada pokok-pokok pembahasan
sebagai pegangan pertanyaan, bahkan bisa saja tidak menggunakan instrumen
wawancaranya. Kelemahan dari wawancara ini adalah bias datanya lebih besar.

2. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning


Menurut Buck Institute for Education, PjBL adalah model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang peserta
didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar meraka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. Pembelajaran berbasis PjBL
merupakan penerapan dari pembelajaran aktif. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek, melalui pembelajaran kerja proyek,
kreativitas dan motivasi peserta didik akan meningkat. Berdasarkan pendapat di atas dapat
dipahami bahwa model pembelajaran PjBL yaitu suatu pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik, dalam pembelajaran peserta didik diberi peluang dan terlibat langsung,
pendidik bertugas sebagai fasilitator untuk mengarahkan pembelajaran dengan melibatkan
kerja proyek. Penggunaan model pembelajaran ini juga dapat membuat peserta didik
belajar aktif, meningkatkan kreativitas, dan motivasi belajar peserta didik.

PjBL memerlukan keterampilan merancang kegiatan pembelajaran yang


memungkinkan peserta didik melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah secara
mandiri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan metode ini, yaitu:
1) membuat tugas menjadi bermakna, jelas dan menantang;
2) menganekaragamkan tugas;
3) menaruh perhatian pada tingkat kesulitan;
4) memonitor kemajuan peserta didik.

PjBL dirancang dengan memperhatikan suasana lingkungan belajar yang


memungkinkan bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat melaksanakan kegiatan
penyelidikan dan penyelesaian masalah dengan kemampuannya sendiri.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek mempunyai
beberapa prinsip, yaitu:
a) sentralistis (centrality)
b) pernyataan pendorong/penuntun (driving question)
c) investigasi konstruktif (constructive investigation)
d) otonomi (autonomy), dan
e) realistis (realism).

a. Prinsip sentralistis (centrality)


menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, di mana peserta didik belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral
kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat
dilaksanakan secara optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi
pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek.

b. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)


berarti bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu
bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui
melalui pengajuan pertanyaan ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk
definisi yang lemah. Jadi, dalam hal ini kerja sebagai externalmotivation yang mampu
menggugah peserta didik (internal motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.

c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)


merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses
perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah,
discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran
berbasis proyek ini harus tercakup proses transpormasi dan konstruksi pengetahuan.
Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi peserta didik,
atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh peserta didik melalui pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekedar “latihan”, bukan proyek dalam
konteks pembelajaran berbasis proyek.
Oleh karena itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang
mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk ingin memecahkan masalah, dan
rasa ingin tahu yang tinggi.
d. Prinsip otonomi (autonomy)
Dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian
peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan
pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya
bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek. Dalam hal ini
guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian peserta didik.

e. Prinsip realistis (realism)


berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah.
Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta
didik, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja,
produk, pelanggan, maupun standar produknya. Gordon membedakan antara tantangan
akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran berbasis proyek
mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan
simulasi), bukan dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
Untuk itu, guru harus merancang proses pembelajaran yang nyata, kerja yang
sesungguhnya. Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar
bagi peserta didik. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, sekaligus
kemandirian peserta didik dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis proyek terdapat 5 prinsip yaitu, sentralistis, pernyataan pendorong/penuntun,
investigasi konstruktif, otonomi, dan realistis. Prinsip tersebut sebagai tujuan dalam
pembelajaran berbasis proyek agar terciptanya proses belajar mengajar sesuai dengan
pembelajaran yang diharapkan.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

PjBL memiliki karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran


lainnya. BIE menyebutkan ciri-ciri PjBL, diantaranya:
1. Isi.
Isi pada PjBL difokuskan pada ide-ide peserta didik, yaitu dalam membentuk gambaran
sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat peserta didik yang seimbang dengan
pengalaman peserta didik sehari-hari. Misalnya, pada Tema 2 Selalu Berhemat Energi, Sub
Tema 3 Energi Alternatif, Pembelajaran ke 3 masalah nyata yang diangkat haruslah
difokuskan pada pengalaman peserta didik sehari-hari, seperti panas matahari, minyak bumi,
dan angin.

2. kondisi.
Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong peserta didik mandiri, yaitu dalam mengelola
tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar Tema 2 Selalu Berhemat Energi, Sub Tema
3 Energi Alternatif, Pembelajaran ke 3 peserta didik mencari sumber informasi secara
mandiri dari berbagai referensi seperti buku, jurnal, maupun internet.

3. aktivitas.
Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga
merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan peserta didik dalam mentransfer dan
menyimpulkan informasi dengan mudah. Pada Tema 2 Selalu Berhemat Energi, Sub Tema
3 Energi Alternatif, Pembelajaran ke 3, peserta didik dituntut untuk aktif menggunakan
kecakapan untuk memecahkan masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai.
Seperti bagaimana upaya mencari Energi Alternatif dalam rangka hemat energi yang
berasal dari listrik. Dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam silabus, Tema 2 Selalu
Berhemat Energi, Sub Tema 3 Energi Alternatif, Pembelajaran ke 3 sangat menekankan
aktivitas peserta didik.
4. hasil.
Hasil di sini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu peserta didik
mengembangkan kecakapan belajar dan integrasikan dalam belajar yang sempurna,
termasuk strategi dan kemampuan untuk menggunakan kognitif strategi pemecahan
masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap, dan kepercayaan yang
dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat menyempurnakan
tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model pengajaran yang lain. Dalam pelaksanaan
pembelajaran PjBL perlu diperhatikan karakteristik yang ada.

Dari keempat karakteristik yang disebutkan di atas dapat dipahami bahwa secara teoritis
dan konseptual, pembelajaran berbasis proyek didukung oleh aktivitas.

Keunggulan penerapan model project based learning yaitu:

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan


mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai;
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks;
4. Meningkatkan kolaborasi:
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi;
6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber;
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata;
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata;
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran” (Kurniasih dalam Nurfitriyani, 2016)

Kesimpulan

Penelitian kualitatif menurut para pakar kualitatif merupakan penelitian yang mudah
karena hanya bermain pada wilayah interpretasi dengan kata-kata. Tetapi penelitian
kualitatif dipandang sangat rumut karena melewati banyak prosedur, mulai dari proses
merangcang instrumen, validasi instrument, uji coba instrumen, pengumpulan data, langkah
-langkah analisis data, pengkodean data, triangulasi data dengan memperhatikan triangulasi
sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, dan triangulasi pakar. Proses lain yang harus di
perhatikan seperti cara menghasilkan proposisi sebagai grand teori dari hasil penelitian.
Model Problem Based Learning (PBL) memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan
kemampuan berfikir analitis siswa . Dengan demikian implikasi hasil kajian tersebut adalah
bahwa upaya meningkatkan kemampuan berfikir analitis dapat dilakukan melalui penerapan
model Problem Based Learning (PBL). Untuk itu perlu kiranya hasil kajian tersebut dapat
dipertimbangkan penerapannya dalam pembelajaran-pembelajaran yang lebih komprehensif
oleh para guru di Kelas.

Anda mungkin juga menyukai