Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” USIA 33 TAHUN P3A0


HAMIL 26 MINGGU DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
DI RSUD MUKOMUKO

DISUSUN OLEH :

HELMIATI S
NPM: 2126060038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION
STASE ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
NEONATAL

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” USIA 33 TAHUN P3A0


HAMIL 26 MINGGU DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
DI RSUD MUKOMUKO

Bengkulu, Januari 2023

Mengetahui

Perseptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

Bdn. Dewi Aprilia Ningsih, SST, M.Kes Hutri Hastuti, SST Helmiati S

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1. Latar Belakang................................................................................................... 1
2. Tujuan................................................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN TEORI................................................................................... 4
BAB III. DOKUMENTASI SOAP.......................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 16
BAB V SIMPULAN................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (2019) menyebutkan bahwa komplikasi utama

yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu adalah pendarahan

hebat (setelah melahirkan), infeksi, preeklamsia dan eklampsia dan

komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak aman (World Health

Organization, 2020).

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019 bahwa

Jumlah kematian ibu menurut provinsi tahun 2018-2019 dimana terdapat

penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan

laporan. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan

(1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus)

(Kemenkes RI, 2020).

Preeklamsia merupakan masalah kesehatan maternal yang disebabkan

oleh multifaktor. Masalah preeklamsia yang tidak tertangani dengan baik akan

memberikan dampak negatif yang dapat merugikan kesehatan ibu dan bayi.

Dampak preeklamsia bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami oleh

ibu hamil. Dampak preeklamsia pada ibu antara lain: eklampsia, solusio

plasenta, perdarahan subkapsula hepar, kelainan pembekuan darah, sindrom

HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver Enzimes, and Low Platelet), ablasio

retina, gagal jantung hingga syok dan kematian (Rohman, 2015).

1
2

Preeklamsia adalah masalah kesehatan pada ibu hamil yang dapat

dicegah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan

preeklamsia adalah pengetahuan, sikap, usia, pendidikan dan pekerjaan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

responden tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Situmorang dkk,

2016).

B. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan case base discussion ini adalah

untuk melatih penalaran klinis dan menekankan pemecahan masalah yang

terdapat pada kasus yang ditemukan saat melaksanakan praktik klinik

kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Usia 33 Tahun

P3A0 Hamil 26 Minggu Dengan Preeklamsia Berat di RSUD

Mukomuko” dengan penyusunan laporan secara terstruktur dan sistematis.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Preeklamsia

a. Pengertian

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

odema, dan proteurinaria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

biasanya timbul pada triwulan ke tiga kehamilan tetapi dapat timbul

sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Marni, 2017).

Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20

minggu yang disertai dengan proteinuria persalinan (Vineeta Singh

and Manushi Srivastava, 2018).

b. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya preeklamsia berat dilihat dari bagan berikut:

Bagan 1 Patofisiologi

Tidak terjadi invansi Lapisan otot arteri Arteri spiralis


sel-sel trofoblas pada spiralis menjadi mengalami
lapisan otot spiralis dan tetap kaku dan vasokintriksi dan
jaringan matrisk keras kegagalan remodeling
sekitarnya arteri spinalis

Menghasilkan Aliran darah


oksidan uteroplasenta
Merusak sel endotel
(Radikal Hidroksil), menurun, terjadi
Peroksida Lemak hipoksia dan iskemia
plasenta

Toksin beredar dalam


Hipertensi dalam
darah
kehamilan (Toxaemia)

c. Klasifikasi Sumber : Irianto (2015)

5
6

Klasifikasi Preeklamsia menjadi 2 golongan :

1) Preeklampsi ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolic 15

mmHg atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau

kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-

kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak beberapa jam.

Proteinuria melebihi 0,3 gr/lt urin 24 jam atau pemeriksaan

menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 gr/lt yang dikeluarkan dengan jarak

waktu 6 jam. Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >

1kg perminggu.

2) Preeklampsi berat

Tekanan darah mencapai 160/110 mmHg atau lebih,

proteinuria 5 gr/lt atau lebih dalam urin 24 jam atau 4+ dalam

pemeriksaan kualitatif, dan oliguria (jumlah urine <500 cc per 2

jam), pada preeklampsi berat biasanya terdapat edema paru dan

sianosis, adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa

nyeri di epigastrium.

Preeklampsi berat dibagi menjadi preeklampsi berat tanpa

impending eklampsia dan preeklampsi berat dengan impending

eklampsia. Disebut impending eklampsia bila preeklampsi berat

disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat,

gangguan visus, muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progesif

tekanan darah (Marmi, 2016)


7

d. Menifestasi klinis

Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari

tiga gejala, yaitu : Edema, hipertensi, proteinuria. Berat badan yang

berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema

terlihat sebagai peningkatan berat badan pembengkakak kaki, jari

tangan dan muka. Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau tekanan

sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg

yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan

diastoli pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut di

curigai sebagai bakat preeklamsia. Proteinuria bila terdapat protein

sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif

menunjukkan +1 atau 2, atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang di

keluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam (Niwang, 2016).

Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala : Tekanan

darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg, proteinuria +

≥ 5g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria (<400 ml dalam 24

jam), sakit kepala hebat di daerah frontal, gangguan penglihatan,

diplopia, nyeri epigastrium dan ikterus, trombositopenia,

pertumbuhan janin terhambat, mual muntah, penurunan visus

(Niwang, 2016).
8

e. Penanganan Preeklamsia

Bagan 2 Penanganan Preeklamsia

Preeklampsia Preeklampsia
Ringan Berat

<37 >37 Perawatan Perawatan


minggu minggu aktif Konservatif

 TD normal  Tunggu  NST dan  Sama dengan


tunggu tanda awal USG perawatan
aterm persalinan  Tirah baring aktif,
 Persalinan  Infus (D5%
 TD turun
spontan dan RL 500
MgSO4
tetapi belum (Setyaningrum, cc) Diberikan IM
normal, 2013)  Diet cukup 4 gram kiri
akhiri protein, dan kanan.
kehamilan rendah  > 24 jam
UK 37 mg karbohidrat,
tidak ada
atau lebih lemak dan
garam perbaikan
(Setyaningrum, lakukan
 Pemberian
2013)
MgSO4 terminasi
(Rohan &
Siyoto, 2013) (Rohan & Siyoto,
2013)

f. Komplikasi

Komplikasi dari PEB menurut Nugroho (2015) dibagi menjadi

komplikasi awal dan jangka panjang.

1) Komplikasi Awal

Komplikasi awal terdiri dari kolaps sirkulasi (henti jantung,

edema pulmo, dan syok), perdarahan serebral dan gagal ginjal,

hipoksia, asidosis, asolusio plasenta, kebutaan atau paralisis

dapat terjadi karena lepasnya retina atau perdarahan intrakranial,


9

perdarahan postpartum, toksik delirium, luka karena kejang

berupa laserasi bibir atau lidah dan fraktur vertebra dan aspirasi

pneunomia.

2) Komplikasi Jangka Panjang

Komplikasi jangka panjang 40%-50% pasien dengan PEB

memiliki kemungkinan kejadian yang sama pada kehamilan

berikutnya. Hipertensi permanen terjadi pada 30% sampai 50%

pasien dengan PEB

g. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsia

1) Usia

Preeklamsia lebih sering terjadi pada umur belasan tahun

dan pada usia di atas 35 tahun. Kejadian preeklamsia bisa

meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan usia 20-30 tahun,

beberapa penelitian melaporkan bahwa insidensi preeklampsi

meningkat 2-3 kali lipat pada nulipara berusia 40 tahun. Semakin

muda usia saat hamil dan melahirkan semakin besar resiko yang

dihadapi ibu maupun anak, karena belum siapnya alat reproduksi

untuk menerima kehamilan. Hal ini meningkatkan terjadinya

keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia/eklampsia.

usia lebih 35 tahun dengan bertambahnya usia maka akan

terjadi proses penuaan, dimana pada dasarnya proses menua

terjadi sejak dilahirkan sampai pada saat kematian. Manifestasi

utama dari proses ini adalah menurunnya kemampuan fungsi


10

organ dan sistem tubuh, diantaranya yaitu otot, syaraf,

kardiovaskuler, endokrin dan reproduksi. Tetapi pada umumnya

tanda-tanda penuaan mulai tampak sejak umur lebih 35 tahun

telah terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan oleh

berkurannya kontraksi miokardium, sedangkan pada saat hamil

curah jantung meningkat (40%) untuk meningkatkan aliran darah

ke organ seperti ginjal dan uterus. Peningkatan curah jantung

dapat meningkatkan tahanan perifer yang berakibat daya pompa

jantung meningkat sehingga terjadi kontraksi yang menyebabkan

tekanan darah menjadi tinggi

Meningkatnya usia ibu yang menyebabkan arteri akan

menjadi kaku sehingga akan meningkatkan halangan aliran darah.

Selain itu juga yang tampak timbul pada ginjal yaitu menurunkan

fungsi filtrasi glomerulus yang mengakibatkan proteinuria serta

retensi natrium dan air. Dimana dengan terjadinya retensi natrium

dan air, maka dieresis menurun sehingga terjadi peningkatan berat

badan. Disisi lain dengan bertambahnya usia akan mempengaruhi

insiden hipertensi arterial, menghadapi resiko yang lebih besar

untuk menderita superimposit preeklamsia. Superimposed

preeklamsia adalah terjadi karena memang sudah ada hipertensi

yang diperbesar oleh kehamilan disertai proteinuria dan edema


11

2) Paritas

Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau

dari sudut maternal. Primipara memiliki resiko lebih tinggi

dibandingkan multipara, karena pada primi terjadi perubahan fisik

dan psikologis yang kompleks dan baru pertama dihadapinya.

Perubahan-perubahan ini sangat memerlukan adaptasi dan

penyesuaian diri dari wanita tersebut. Ibu yang belum beradaptasi

dengan hal ini dapat meningkatkan resiko dan komplikasi yang

akan dihadapinya saat persalinannya nanti. Berbeda dengan

multipara, logisnya ibu-ibu yang mengalami kehamilan dan

persalinan akan lebih mudah beradaptasi karena ibu telah memiliki

pengalaman pada kehamilan dan persalinan sebelumnya. Paritas

ibu yang bersangkutan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas

ibu dan anak. Resiko terhadap ibu dan anak pada kelahiran bayi

pertama cukup tinggi, akan tetapi resiko ini tidak dapat di hindari,

kemudian resiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga serta

meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Sujono,

2013).

Paritas primipara peredaran darah dalam dinding rahim

kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua yang

menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami vasospasme, maka tekanan darah

naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar


12

oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Secara imunologik pada

kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap

antigen plasenta tidak sempurna sehingga timbul respon imun yang

tidak menguntungkan terhadap kemampuan pembentukan jaringan

plasenta dan akhirnya terjadi vasokonstriksi arteri dan tekanan

darah meningkat lalu terjadi ekstravasasi (darah merembes keluar

pembuluh darah) yang berakibat edema jaringan dan darah

mengental. Sedangkan pada grandemultipara, secara fisik ibu

mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan, sehingga

rentan terjadi komplikasi selama kehamilan, termasuk komplikasi

Preeklamsia dan eklampsia (Hidayah, 2014)

3) Usia Kehamilan

Preeklamsia atau hipertensi akibat kehamilan merupakan

salah satu komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan.

Komplikasi ini dapat dijadikan alas an untuk menginduksi

(merangsang) persalinan darurat agar ibu dan anak dapat di

selamatkan. Preeklamsia yang terjadi selama kehamilan dapat

ringan atau parah. Tanda dan gejala preeklamsia ialah tekanan

darah tinggi, oedema, serta proteinuria (protein dalam air kemih).

Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan penurunan jumlah zat

asam yang mengalir dari darah tubuh ibu ke janin melalui plasenta.

Sebagai akibat penurunn zat asam ini, janin tidak berhasil

berkembang dan tumbuh secara normal. Preeklamsia yang tidak


13

dapat di tanggulangi merupakan suatu bahaya bagi sang ibu. Ia

dapat terserang kejang-kejang yang membahayakan dirinya dan

janin yang dikandungnya ini bearti bahwa ibu hamil yang

mengalami preeklamsia harus segera diputuskan untuk melahirkan

bayi secara prematur (Cunningham, 2016).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih muda dalam

mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar

dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan

pemahaman tentang stimulus. Tingkat pendidikan seseorang

berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang

datang baik dari dalam maupun dari luar. Responden yang

mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih

rasional di bandingkan mereka yang tidak berpendidikan

(Mubaraq, 2016)

Pendidikan ibu berpengaruh terhadap preeklamsia berat,

karena ibu yang kurang berpendidikan ibu kurang mengerti akan

pentingnya memeriksakan kehamilan dan apabila ada kelainan

pada kehamilan maka tidak dapat terdeteksi secara dini dan

apabila ibu rajin dalam memeriksakan kehamilan maka ibu akan

mengetahui apakah ibu mempunyai masalah kesehatan misalnya,

tekanan darah tinggi dan lain sebagainya. Maka dari itulah


14

pentingnya seresponden ibu tersebut berpendidikan tinggi

(Maryanti, 2016).

5) Penyakit keturunan

Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi dengan kejadian

preeklamsi berat pada ibu hamil dan Ibu hamil yang memiliki

riwayat penyakit keturunan (hipertensi) beresiko mengalami

preeklamsi berat sebanyak 2,338 kali lebih besar dibandingkan

dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

(hipertensi) (Julianti, 2014).

6) ANC

Kunjungan ANC (Ante Natal Care) merupakan salah satu

upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan awal dari pre-

eklampsia berat. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan

darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan

untuk membedakan antara hipertensi kronis dengan Preeklamsia.

7) Pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja beresiko mengalami preeklamsi berat

sebanyak 2,171 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil

yang tidak bekerja (Julianti, 2014).

8) Jumlah Janin

Kehamilan gemeli memiliki kontribusi untuk terjadinya

pre-eklampsia berat. Salah satu keadaan klinis yang mengarah ke

kehamilan multipel yaitu Preeklamsia dan eklampsia. Beberapa


15

respon fisiologis ibu yang normal terhadap kehamilan diperburuk

oleh adanya janin ganda. Dimana beratnya rahim dapat

menyebabkan kompresi lebih jauh pada pembuluh yang besar,

yang mengakibatkan pengurangan aliran darah rahim lebih banyak

akibat kompresi aorta, hipotensi supinasi, ataupun keduanya. Pada

keadaan seperti ini, edema dan proteinuria sering ditemukan

(Benson, 2019).

9) Pengetahuan

Ibu hamil mengatakan bahwa pengetahuan tentang

kehamilan dan masalah kehamilan sangat penting, karena dengan

memiliki pengetahuan tentang kesehatan merika dapat mengetahui

dan mengatasi tanda dan gejala serta cara mengatasi masalah

kesehatan yang menyertai kehamilannya, sehingga mereka tidak

cemas dalam menghadapi kehamilan dan segera melaporkan ke

petugas kesehatan jika ada masalah kesehatan yang menyertai

kehamilannya (Situmorang dkk, 2016).


BAB III
DOKUMENTASI SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” USIA 33 TAHUN P3A0 HAMIL 26 MINGGU DENGAN PREEKLAMSIA
BERAT DI RSUD MUKOMUKO

Tanggal Deksripsi Kegiatan Responden TTD


Pembimbing
CI
Pengkajian Subyektif TTD Mahasiswa
Tanggal : 11 Januari 2023 ibu mengatakan sakit kepala sejak tiga hari
Waktu : 09.00 WIB yang lalu, pusing, kadang-kadang penglihatan
Tempat : RSUD Mukomuko kabur dan kakinya bengkak. …………………
Pengkaji : Helmiati .
Identitas Obyektif Tanda Tangan
Nama Istri : Ny “N” tekanan darah : 170/110 mmHg, terdapat Perceptor Lahan
Umur : 33 Tahun oedema pada wajah dan ekstremitas bawah,
Agama : Islam Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, linea
Suku/Ras : WNI nigra bekas luka/operasi tidak ada, tinggi …………………
Pendidikan : SMA fundus uteri : 24 cm leopold I tinggi fundus
Pekerjaan : IRT uteri 24 cm (3 jari atas pusat). Leopold II Tanda Tangan
Alamat: Mukomuko bagian perut kanan perut ibu teraba keras, rata Pembimbing
seperti papan, bagian kiri perut ibu teraba PKK
bagian kecil dan tidak rata. Leopold III bagian
terendah janin teraba melenting dan keras tidak
…………………
dapat digoyang letak kepala. Auskultasi denyut
jantung janin terdengar disebelah kanan,
frekuensi 140 x/menit, teratur/tidak,

9
10

pemeriksaan protein urine (+3).

Analisa
Ny “N” usia 33 tahun P3A0 hamil 26 minggu
janin tunggal hidup intauterine dengan
Preeklamsia Berat

Penatalaksanaan
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda –
tanda vital ibu
2. Melakukan kolaborasi dalam Memberi obat
Dopamet 3 x 500 mg dengan cara oral,
3. Memasang cairan infus Ringer Laktat 500
cc, 20tts/menit di tangan kanan,
4. Memberikan MgSO4 20% 10 gr 3 cc
disuntikkan dibokong bagian kanan,
5. Mempersiapkan alat untuk memasang
kateter dan memasang kateter urine
6. Menjelaskan kepada ibu tentang
kehamilannya bahwa ada peningkatan
tekanan darah, oedema pada tungkai dan
sakit kepala serta pusing, proteinuria karena
pengaruh kehamilannya sehingga
memerlukan perawatan yang intensif di
rumah sakit
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
tentang pemberian makanan pada ibu dan
membantu menjelaskan bahwa ibu harus
11

diet rendah garam kurangi makanan


berlemak dan karbohidrat serta
menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang tinggi protein seperti hati, kuning telur
3 buah/hari, ikan 50 gr, nasi 1500 gr, sayur
50 gr dan 1 buah pisang
8. Menganjurkan suami dan keluarga agar
mendampingi ibu untuk memberikan
dukungan moril dan membantu ibu selama
perawatan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil pengkajian data subyektif ibu mengatakan sakit kepala sejak

tiga hari yang lalu, pusing, kadang-kadang penglihatan kabur dan kakinya

bengkak. Pemeriksaan obyektif didapatkan tekanan darah : 170/110 mmHg,

terdapat oedema pada wajah dan ekstremitas bawah, Pembesaran perut sesuai

usia kehamilan, linea nigra bekas luka/operasi tidak ada, tinggi fundus uteri :

24 cm leopold I tinggi fundus uteri 24 cm (3 jari atas pusat). Leopold II bagian

perut kanan perut ibu teraba keras, rata seperti papan, bagian kiri perut ibu

teraba bagian kecil dan tidak rata. Leopold III bagian terendah janin teraba

melenting dan keras tidak dapat digoyang letak kepala. Auskultasi denyut

jantung janin terdengar disebelah kanan, frekuensi 140 x/menit, teratur/tidak,

pemeriksaan protein urine (+3).

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Mengobservasi keadaan umum

dan tanda – tanda vital ibu, Melakukan kolaborasi dalam Memberi obat

Dopamet 3 x 500 mg dengan cara oral, Memasang cairan infus Ringer Laktat

500 cc, 20tts/menit di tangan kanan, Memberikan MgSO4 20% 10 gr 3 cc

disuntikkan dibokong bagian kanan, Mempersiapkan alat untuk memasang

kateter dan memasang kateter urine, Menjelaskan kepada ibu tentang

kehamilannya bahwa ada peningkatan tekanan darah, oedema pada tungkai

dan sakit kepala serta pusing, proteinuria karena pengaruh kehamilannya

sehingga memerlukan perawatan yang intensif di rumah sakit, Melakukan

12
13

kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian makanan pada ibu dan

membantu menjelaskan bahwa ibu harus diet rendah garam kurangi makanan

berlemak dan karbohidrat serta menganjurkan ibu untuk makan makanan yang

tinggi protein seperti hati, kuning telur 3 buah/hari, ikan 50 gr, nasi 1500 gr,

sayur 50 gr dan 1 buah pisang dan Menganjurkan suami dan keluarga agar

mendampingi ibu untuk memberikan dukungan moril dan membantu ibu

selama perawatan.

Hasil asuhan selama 4 hari didapatkan bahwa ibu mengatakan sudah

tidak pusing lagi dan ibu mengatakan ingin pulang, keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 120/90 mmhg, oedema sudah mulai

berkurang, protein urine (-). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

(Apriyana, 2021) bahwa Hasil analisis dari sumber pustaka menunjukan

bahwa magnesium sulfat memiliki peran dalam penatalaksanaan preeklampsia

dengan salah satu mekanisme kerjanya adalah menyebabkan vasodilatasi

melalui relaksasi dari otot polos, termasuk pembuluh darah perifer dan uterus

serta sebagai antikonvulsan. Sebelum pemberian MgSO4, harus tersedia

antidotum nya yaitu kalsium glukonas.

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang

ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap

inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis

preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang

disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ pada usia

kehamilan diatas 20 minggu (POGI, 2016). Selanjutnya, preeklampsia dapat


14

berlanjut menjadi eclampsia. Eklampsia adalah terjadinya kejang yang sebagai

onset baru yang tidak berkaitan dengan penyebab lain pada wanita dengan

preeklamsia (Harper et al., 2020).

Perawatan primer berupa pencegahan kejang preeklampsiaeklampsia

dapat dilakukan dengan pemberian MgSO4 (Wibowo et al., 2016).

Magnesium sulfat telah digunakan untuk mengobati preeklampsia dan

eklampsia selama lebih dari seabad, dan saat ini merupakan antikonvulsan

pilihan untuk pencegahan pada preeklampsia dan kontrol pada eklampsia.

Hasil ini telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Efek samping ibu minimal,

dan keamanan yang sudah teruji. Pada janin prematur, terapi MgSO4 antenatal

bertindak sebagai agen pelindung saraf atau neuroprotektor (Ambadkar,

2019).

Magnesium merupakan salah satu ion yang paling berkontribusi pada

beberapa proses fisiologis termasuk penyimpanan, metabolisme, dan

pemanfaatan energi. Magnesium pada otak terikat pada chelator seperti

adenosine triphosphate (ATP) dan berkontribusi terhadap glikolisis dan

produksi ATP dan berfungsi sebagai stabilisator membran sel. Pada sistem

saraf pusat, magnesium adalah pemblokir non-kompetitif dari N-metil reseptor

d-aspartate (NMDA) glutamat dan memodulasi arus kalsiumarus. Peran

fisiologisnya sebagai penghambat saluran kalsium dan modulator arus natrium

dan kalium melalui aksinya pada pompa ion. Magnesium juga memiliki peran

sentral dalam fungsi jantung, kontraksi otot, tonus pembuluh darah, dan
15

konduksi impuls saraf serta merupakan kofaktor di lebih dari 300 reaksi

enzimatik (Marret S., 2018).

Pemberian MgSO4 dilakukan dengan dosis 4 gram MgSO4 40%

dalam 10 cc selama 5-10 menit pada awal terjadinya kejang. Selanjutnya

memberikan dosis Pemeliharaan dengan cara infus 6 gram dalam larutan

Ringer laktat dan dipantau dalam waktu 4-6 jam. Pemberian tersebut

dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir (Prawirohardjo,

2016).

Sebelum pemberian MgSO4, harus tersedia antidotum MgSO4 untuk

mengantisipasi bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% dalam 10

cc yaitu 1 gram (Prawirohardjo, 2016). Pemberian kalsium glukonat melalui

intravena selama 3 menit sampai pernafasan membaik. Pemantauan

kemungkinan intoksikasi dilakukan dengan cara melakukan observasi

terhadap frekuensi nafas pasien minimal 16 kali permenit, refleks patella

positif, dan urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir (Pascoal et al.,

2019).
BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian, pemeriksaan dan penyusunan

laporan case base discussion didapatkan kesimpulan Asuhan Kebidanan

Pada Ny “N” Usia 33 Tahun P3A0 Hamil 26 Minggu Dengan Preeklamsia

Berat di RSUD Mukomuko sesuai dengan evidence based yang ada yaitu

dengan pemberian MgSO4.

Anda mungkin juga menyukai