Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Nama : Siti Sopiah Maspupah


NIM : 1212020249
Kelas : PAI 4G
Dosen Pengampu : Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd

1. Filsafat Pendidikan terbentuk dari dua kata yaitu: Filsafat & Pendidikan.
Jelaskan secara ringkas pengertian, ruang lingkup bahasan Filsafat Pendidikan
Pengertian: Filsafat Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
pendidikan. Filsafat Pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan, seperti
kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum, dan pembelajaran serta aspek-
aspek pendidikan yang lain. Filsafat Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses pencarian
kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara logis, kritis, rasional,
dan spekulatif

Ruang Lingkup: Ruang lingkup bahasan Filsafat Pendidikan meliputi tujuan, latar belakang,
cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan dan dasar-dasar
pendidikan, serta mencari kebenaran dan hikmah. Filsafat Pendidikan juga mencakup analisis
secara kritis struktur dan manfaat pendidikan, serta mencari nilai-nilai ideal yang lebih baik.
Selain itu, Filsafat Pendidikan juga membahas permasalahan pendidikan, seperti relasi antara
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran, dan pendidikan yang menyentuh aspek
pengalaman. (Mudyahardjo, 2008)

2. Berdasarkan klasifikasi filosofis, pengetahuan manusia dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Epistemologi: Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, asal-usul, dan
batas pengetahuan manusia. Jenis pengetahuan dalam epistemologi mencakup:
 Pengetahuan A Priori: Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang diperoleh
tanpa mengandalkan pengalaman. Ini berarti pengetahuan tersebut tidak
bergantung pada observasi atau data empiris. Contohnya adalah pengetahuan
matematis dan pengetahuan rasional, seperti "Segitiga dengan sudut 180 derajat
adalah segitiga yang terdiri dari tiga garis lurus."
 Pengetahuan A Posteriori: Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman atau observasi empiris. Pengetahuan ini
bergantung pada data dan bukti yang diperoleh dari dunia nyata. Contohnya
adalah pengetahuan ilmiah yang diperoleh melalui eksperimen dan pengamatan,
seperti "Air mendidih pada suhu 100 derajat Celsius pada tekanan atmosfer
standar." (Barnadib, 1987)
b. Ontologi: Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat realitas dan jenis-jenis
entitas yang ada dalam dunia. Jenis pengetahuan dalam ontologi mencakup:
 Pengetahuan Material: Pengetahuan material berkaitan dengan pemahaman
tentang bahan, zat, dan substansi yang membentuk dunia fisik. Ini melibatkan
pengetahuan tentang sifat-sifat fisik dan kimia entitas, seperti "Emas adalah
logam kuning dengan nomor atom 79 dalam tabel periodik."
 Pengetahuan Non-material: Pengetahuan non-material melibatkan pemahaman
tentang entitas tak terlihat atau abstrak yang ada di luar dunia fisik. Ini termasuk
pengetahuan tentang konsep, ide, nilai-nilai moral, atau prinsip-prinsip filosofis,
seperti "Keadilan adalah prinsip moral yang melibatkan pemerataan hak-hak dan
perlakuan yang adil terhadap semua individu." (Bakker, 1997)
c. Aksiologi: Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat nilai dan etika. Jenis
pengetahuan dalam aksiologi mencakup:
 Pengetahuan Moral: Pengetahuan moral berhubungan dengan prinsip-prinsip dan
norma-norma moral yang mengatur perilaku manusia. Ini melibatkan pemahaman
tentang apa yang benar dan salah, baik dan buruk, serta kewajiban dan nilai-nilai
moral, seperti "Membantu orang lain dalam kesulitan adalah tindakan yang baik dan
pantas dilakukan."
 Pengetahuan Estetika: Pengetahuan estetika berkaitan dengan pemahaman tentang
keindahan, seni, dan nilai-nilai estetis. Ini melibatkan pengetahuan tentang kesenian,
kritik seni, dan penilaian tentang karya seni, seperti "Lukisan ini memiliki keindahan
yang menakjubkan karena komposisi warnanya yang harmonis dan detail yang
halus." (Bakhtiar, 2010)

Pembagian ini mencerminkan klasifikasi pengetahuan manusia dari sudut pandang


epistemologi (asal-usul pengetahuan), ontologi (sifat realitas), dan aksiologi (nilai dan etika).
Namun, perlu diperhatikan bahwa batasan antara jenis-jenis pengetahuan ini tidak selalu tegas
dan seringkali ada tumpang tindih di antara mereka.

3. Latar belakang dan asumsi munculnya berbagai pendekatan dalam filsafat pendidikan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Filsafat pendidikan muncul karena adanya kebutuhan untuk memahami esensi pendidikan
dan tujuannya. Filsafat pendidikan membantu kita memahami pertanyaan-pertanyaan
mendasar seperti "apa itu pendidikan?" dan "apa tujuan pendidikan.
b. Berbagai pendekatan dalam filsafat pendidikan muncul karena perbedaan pandangan
tentang esensi pendidikan dan tujuannya. Misalnya, perenialisme menganggap bahwa
pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus bersifat abadi dan universal, sedangkan
progresivisme menganggap bahwa pendidikan harus menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebutuhan individu
c. Pendekatan-pendekatan dalam filsafat pendidikan juga dipengaruhi oleh pandangan
filosofis yang lebih luas. Misalnya, idealisme menganggap bahwa realitas yang sejati
adalah ide-ide yang abadi dan universal, sedangkan pragmatisme menganggap bahwa
realitas adalah sesuatu yang terus berkembang dan berubah.
d. Selain itu, pendekatan-pendekatan dalam filsafat pendidikan juga dipengaruhi oleh
konteks sosial dan politik pada saat itu. Misalnya, perenialisme muncul pada masa ketika
masyarakat Amerika Serikat mengalami perubahan sosial yang besar setelah Perang
Dunia II, sedangkan progresivisme muncul pada masa ketika masyarakat Amerika
Serikat mengalami perubahan sosial dan politik yang besar pada awal abad ke-20. (O,
1987)

4. Ontologi, epistemologi, dan aksiologi adalah tiga kajian dalam filsafat pendidikan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ontologi adalah kajian tentang realitas dan jenis-jenis entitas yang ada di dunia. Dalam
konteks pendidikan, ontologi membahas tentang esensi pendidikan dan tujuannya.
Misalnya, perenialisme menganggap bahwa pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus
bersifat abadi dan universal, sedangkan progresivisme menganggap bahwa pendidikan
harus menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebutuhan individu
b. Epistemologi adalah kajian tentang sumber, jenis, dan batasan pengetahuan. Dalam
konteks pendidikan, epistemologi membahas tentang cara kita memperoleh pengetahuan
dan bagaimana pengetahuan dapat diuji kebenarannya. Misalnya, konstruktivisme
menganggap bahwa pengetahuan dibangun oleh individu melalui pengalaman dan
refleksi, sedangkan positivisme menganggap bahwa pengetahuan dapat diuji melalui
metode ilmiah
c. Aksiologi adalah kajian tentang nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam konteks
pendidikan, aksiologi membahas tentang nilai-nilai yang ingin ditanamkan melalui
pendidikan dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Misalnya,
humanisme menganggap bahwa pendidikan harus mengembangkan potensi individu
secara optimal dan menghargai martabat manusia, sedangkan esensialisme menganggap
bahwa pendidikan harus membentuk karakter dan moralitas yang baik

Ketiga kajian ini saling terkait dan membantu kita memahami esensi pendidikan secara
lebih komprehensif. Ontologi membahas tentang esensi pendidikan dan tujuannya, epistemologi
membahas tentang cara kita memperoleh pengetahuan, dan aksiologi membahas tentang nilai-
nilai dan tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan.

5. Berikut adalah beberapa alasan mendasar mengapa filsafat pendidikan perlu dipelajari oleh guru:
a. Filsafat pendidikan membantu guru memahami esensi pendidikan dan tujuannya. Dengan
memahami esensi pendidikan dan tujuannya, guru dapat merancang pembelajaran yang
lebih efektif dan bermakna bagi siswa
b. Filsafat pendidikan membantu guru memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan melalui
pendidikan. Dengan memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan melalui pendidikan,
guru dapat merancang pembelajaran yang lebih konsisten dengan nilai-nilai tersebut
c. Filsafat pendidikan membantu guru memahami cara kita memperoleh pengetahuan dan
bagaimana pengetahuan dapat diuji kebenarannya. Dengan memahami cara kita
memperoleh pengetahuan, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif dan
bermakna bagi siswa
d. Filsafat pendidikan membantu guru memahami perbedaan karakteristik siswa dalam
belajar dan cara mengatasi setiap perbedaan karakter tersebut. Dengan memahami
perbedaan karakteristik siswa dalam belajar, guru dapat merancang pembelajaran yang
lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
e. Filsafat pendidikan membantu guru memperoleh arah dan pedoman dalam mengajar dan
belajar. Dengan memperoleh arah dan pedoman dalam mengajar dan belajar, guru dapat
merancang pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna bagi siswa

Secara keseluruhan, mempelajari filsafat pendidikan sangat penting bagi guru karena dapat
membantu mereka memahami esensi pendidikan dan tujuannya, nilai-nilai yang ingin ditanamkan
melalui pendidikan, cara kita memperoleh pengetahuan, perbedaan karakteristik siswa dalam
belajar, serta memperoleh arah dan pedoman dalam mengajar dan belajar.

6. Beberapa teori dan aliran filsafat yang berpengaruh terhadap pendidikan antara lain:
a. Idealisme: aliran ini menganggap bahwa realitas yang sejati adalah ide-ide yang abadi
dan universal. Dalam konteks pendidikan, idealisme menganggap bahwa tujuan
pendidikan adalah mengembangkan potensi manusia secara optimal dan mencapai
kebenaran yang abadi.
b. Realisme: aliran ini berpendapat bahwa dunia luar merupakan kenyataan yang
sebenarnya dan dapat dijangkau melalui pengamatan dan eksperimen. Dalam konteks
pendidikan, realisme menganggap bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan
kemampuan siswa untuk memahami dunia luar secara objektif
c. Pragmatisme: aliran ini mengatakan bahwa yang benar itu hanyalah yang berguna untuk
masyarakat. Dalam konteks pendidikan, pragmatisme menganggap bahwa tujuan
pendidikan adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan
menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari
d. Perenialisme: aliran ini menganggap bahwa kebenaran perenial berasal dari wahyu Tuhan
dan kurikulum harus berisi materi yang konstan atau perennial. Dalam konteks
pendidikan, perenialisme menganggap bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan
kemampuan siswa untuk memahami kebenaran yang abadi dan universal
e. Progresivisme: aliran ini menganggap bahwa pendidikan harus menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebutuhan individu. Dalam konteks pendidikan, progresivisme
menganggap bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk
beradaptasi dengan perubahan sosial dan mengembangkan kreativitas dan inovasi
f. Eksistensialisme: aliran ini menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dan
bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Dalam konteks pendidikan, eksistensialisme
menganggap bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk
menemukan makna hidup dan mengambil tanggung jawab atas pilihan hidupnya. (Drs. H.
Zainal Aqib, 2010)

7. Pengertian pendidikan dan pendidikan sebagai unfinished agenda adalah dua hal penting dalam
memahami hakikat pendidikan, sebagai berikut:
 Pengertian pendidikan: Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk membantu
kita mengembangkan kemampuan dan pemahaman kita tentang dunia. Melalui
pendidikan, kita belajar menjadi manusia yang berpikir kritis. Selain itu, pendidikan juga
mencakup pengubahan sikap dan perilaku kita untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang
lebih matang. Proses ini terjadi melalui pengajaran dan pelatihan yang kita terima.
 Pendidikan sebagai unfinished agenda: Pendidikan sebagai "unfinished agenda" mengacu
pada fakta bahwa masih banyak orang yang tidak memiliki akses atau kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Terutama di negara-negara berkembang dan daerah
terpencil, kesenjangan pendidikan masih besar. Oleh karena itu, masih ada pekerjaan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih inklusif dan merata
bagi semua individu. (Dewantara, 1961)

8. Beberapa pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap manusia, masyarakat, dan lingkungan
adalah sebagai berikut:
a. Pandangan terhadap manusia: Menurut pandangan Islam, manusia dilahirkan dengan
potensi dan bakat yang di bawanya sejak lahir. Proses pendidikan dalam prinsip
pandangan Islam bersifat tarbiyah artinya sesuai dengan tabiat hidup manusia. Didalam
al-Qur’an ada tiga konsep tentang makna manusia yaitu al-Basyar, al-Insan, An-Nas.
Konsep yang ketiga yaitu manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat berawal
dari pasangan laki-laki dan perempuan kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa
untuk saling kenal mengenal.
b. Pandangan terhadap masyarakat: Islam telah mengatur berbagai hal dalam masyarakat
begitu juga pendidikan dengan segala aspeknya. Pendidikan Islam sangat berperan
penting untuk menetapkan nasib sebuah masyarakat karena al-Qur’an sejak mula
diturunkan untuk membentuk masyarakat yang baik. Masyarakat Islam mempunyai ilmu
agama serta ilmu duniawi untuk mencapai tujuan dunia dan akhirat. Prinsip ketujuh,
masyarakat Islam merupakan sel atau unit pertama untuk kemajuan Islam. Pribadi yang
shaleh dan masyarakat yang shaleh mempunyai hubungan yang erat dan tak dapat
dipisahkan untuk kegemilangan Islam. Prinsip kedelapan, masyarakat Islam selalu
menciptakan suasana tolong menolong setia kawan, persaudaraan, saling mengasihi,
cinta-mencintai dan kerja sama antar individu dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Pandangan terhadap lingkungan: Lingkungan alam semesta khususnya lingkungan adalah
media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan. Manusia dalam Islam sering
diistilahkan dengan kata Insan, an-nas, bsyaran dan bani adam. Pigur manusia ideal
dalam Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Lingkungan alam semesta merupakan
karunia Allah SWT yang harus dijaga dan dilestarikan. Manusia dituntut untuk
menyempurnakan dan memperluas sikap, tindak-tanduknya, agar tercapai kedamaian
dengan lingkungannya. (Hasan, 1980)
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Bakker, A. (1997). Ontologi dan Metafisika Umum: Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
Barnadib. (1987). Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: IKIP.
Dewantara, K. H. (1961). Karya Ki Hadjar. Yogyakarta: Taman Siswa.
Drs. H. Zainal Aqib, M. P. (2010). TEACHER PROFESSIONALISM IN LEARNING. Surabaya: Insan
Cendekia Printing.
Hasan, L. (1980). Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma'arif.
Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda.
O, K. L. (1987). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai